Anda di halaman 1dari 3

INVENTARISASI LITERASI KEBENCANAAN PADA PERKULIAHAN IPBA SEBAGAI

EDUKASI DIMASA PASCA PANDEMI COVID 19

PENDAHULUAN

introduction dlm artikel ilmiah

paragraf 1, fundamental fenomena

2, studi2 terdahulu sebelumnya, state of the art

3, mempertegas sisi mana, apa beda punya kita dengan org

menulis introduction terakhir setelah hasil,, yang pertama tulislah metodelogi, kemudian hasil
dan pembahsan

Bencana COVID-19 hadir dan bertengger dengan angkuhnya dengan durasi waktu yang entah
kapan akan bisa berakhir. Tidak satu orang pakarpun yang dapat menetapkan dengan pasti kapan
bencana ini berlalu dan kapan kondisi di semua negara akan kembali pada kondisi semula. Tahun
2020 ini menjadi tahun yang cukup berat untuk bangsa Indonesia dan seluruh bangsa di belahan
dunia manapun. Bencana ini terjadi dengan memunculkan efek domino pada semua lini
kehidupan manusia di dunia.

D literasi isaster adalah konsep baru yang semakin penting dalam ilmu bencana dalam beberapa
tahun terakhir.1Ini adalah istilah yang berkaitan dengan membangun kapasitas kesiapsiagaan
orang untuk menerapkan strategi respons kompleks yang dibuat untuk bencana di masyarakat
modern saat ini.2 Literasi bencana berarti bahwa individu mengetahui bahaya mana yang
menimbulkan masalah bagi diri mereka sendiri, keluarga mereka, dan masyarakat mereka; faktor
apa saja yang mempengaruhi bahaya ini; dan bagaimana mereka dapat ditangani. Orang-orang
dengan tingkat literasi bencana yang memadai dapat memikul tanggung jawab atas kesehatan
mereka sendiri, serta kesehatan keluarga dan masyarakat mereka. Dengan kata lain, ruang
lingkup literasi bencana adalah menjadikan masyarakat tahan terhadap bencana3dengan
mengembangkan pengetahuan kesiapsiagaan dan mitigasi beserta kemampuan yang dibutuhkan
untuk tanggap bencana dan keterampilan dasar serta perilaku menghadapi bencana.4Konsep ini
memberikan titik awal yang baik bagi individu dan masyarakat untuk mengambil tindakan
terhadap pengurangan dan mitigasi ris (jurnal distater-systematic review)

Literasi merupakan salah satu keterampilan abad 21 yang menjadi isu strategis dalam dunia
pendidikan. Dalam dunia pendidikan, literasi merupakan sarana penting bagi peserta didik untuk
mengenali, memahami, dan menerapkan ilmu yang telah diperolehnya dalam pembelajaran.
Pemahaman lain tentang literasi bencana merupakan bagian dari pendekatan non struktural yang
menitikberatkan pada pengetahuan seseorang tentang bencana. Literasi ini berguna untuk
mengukur dan membangun kapasitas seseorang dan masyarakat dalam suatu bencana [8]. Studi
tentang fenomena alam termasuk bencana, adalah bagian dari ilmu fisika. Fisika merupakan ilmu
yang menarik karena fisika mempelajari tentang cara kerja dunia [9]. Di dunia sering terjadi
peristiwa alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir bandang, angin topan, dan sebagainya.
Fisikawan mencoba mengamati fenomena alam dan mencoba menemukan pola dan prinsip dari
fenomena alam tersebut melalui ilmu pengetahuan Bumi dan Antariksa[10]. (Disaster literacy
mufit)

Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) merupakan salah satu program
perkuliahan yang diselenggarakan di perguruan tinggi yang memiliki peran dalam membekalkan
beberapa kompetensi, salah satunya adalah pembekalan tentang literasi. Dikarenakan didalam
mata kuliah IPBA membahas Planet Bumi secara menyeluruh beserta fenomena-fenomena alam
yang terjadi (Tjasyono, 2013). Praktek pembelajaran IPA yang dapat bermuatan Pengurangan
Resiko Bencana (PRB) bertujuan untuk pembentukan hubungan antar struktur-struktur
pengetahuan yang diperlukan untuk praktik perilaku dalam mitigasi bencana. ( steven, delgado,
dan krajcik dalam muhliyaturl 2010b). literasi merupakan salah satu kemampuan yang diyakini
sebagai indikator dasar peserta didik yang kompeten dengan kebencanaan. Peran mahasiswa
program pendidikan fisika nantinya satu implikasi kebutuhan dan diseminasi pendidikan bencana
secara nasional dan internasional.
Tantangan lain bagi pendidikan di Indonesia adalah kondisi wilayah. Indonesia merupakan
wilayah yang pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan
lempeng Pasifik. Zona pertemuan antara lempeng Indo Australia dengan lempeng Eurasia di lepas pantai
barat Sumatera, selatan Jawa dan Nusa Tenggara, sedangkan dengan lempeng Pasifik di bagian utara
pulau Papua dan Halmahera. Kondisi tersebut menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang rawan
terhadap bencana. Terutama wilayah Aceh yang saat ini mengalami berbagai bencana tidak hanya
gempa bumi dan tsunami saja, akan banjir juga menjadi hal yang sangat menakutkan bagi masyarakat.
Berdasarkan dari data BNBP saat ini provisinsi aceh mengalami bencana alam yang ditinggi yaiitu…
Melalui perkuliahan IPBA, literasi kebencanaan ini dapat dibekalkan
gempa bumi. Dari segi kegunungapian merupakan lokasi gunung api yang paling aktif di dunia
dan merupakan pertemuan lempeng tektonik di dunia yang berpotensi menimbulkan bencana letusan
vulkanik, gempa, dan tsunami. Pada posisi yang demikian, Indonesia merupakan wilayah dengan
predikat dilalui sabuk api atau ring of fire. Dari predikat tersebut dalam sepuluh tahun terakhir ditandai
dengan bencana gempa dan tsunami Aceh (2004), gempa Yogyakarta (2006), Tasikmalaya (2009),
Sumatra Barat (2010), gempa dan tsunami Mentawai (2010), tanah longsor Wassior di Papua Barat
(2010) dan letusan Gunung Merapi Yogyakarta (2010) yang membawa korban ratusan jiwa dan ratusan
triliun rupiah dalam nilai ekonomi. Letusan Gunung Merapi yang tak kunjung reda, makin mempertegas
predikat NKRI sebagai negara sabuk api (Suharjo, 2015). Berdasarkan fakta mengenai posisi geografis
Indonesia di atas, maka Indonesia terletak di daerah rawan bencana paling aktif di dunia. Setidaknya ada
12 ancaman bencana yang dikelompokkan dalam bencana geologi (gempa bumi, tsunami, gunung api,
gerakan tanah/tanah longsor), bencana hidrometeorologi (banjir, banjir bandang, kekeringan, cuaca
ekstrem, gelombang ekstrem, kebakaran hutan dan lahan), dan bencana antropogenik (epidemi wabah
penyakit dan gagal teknologi-kecelakaan industri).

Anda mungkin juga menyukai