Pidato Pengukuhan
Prof. Dr. Syamsul Maarif, M.Si
Sebagai Guru Besar Sosiologi Kebencanaan
Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jember, April 2015
Pidato Pengukuhan
Prof. Dr. Syamsul Maarif, M.Si
Sebagai Guru Besar Sosiologi Kebencanaan
Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jember, April 2015
SOSIOLOGI KEBENCANAAN
Kemunculan sub disiplin Sosiologi Kebencanaan masih
menghadapi permasalahan dalam pendefinisian objek studinya,
yakni bencana. Masing-masing ahli memiliki kerangka pikir yang
berbeda untuk melihat bencana. Bahkan ketika masing-masing
individu membuat suatu definisi, maka sejatinya mereka sedang
membuat “pernyataan tentang apa yang akan mereka lakukan
terhadap objek yang mereka definisikan” tersebut (West Gate
dan O’Keefe,1976). Bagi Palang Merah Internasional, misalnya,
mendefinisikan “bencana” sebagai kejadian krisis asupan nutrisi
dan krisis persediaan sandang, papan, dan pangan dalam skala
yang besar. Tentunya definisi tersebut merefleksikan fungsi-fungsi
yang dilakukan oleh Palang Merah Internasional ketika bencana
datang. Begitu pula hal yang sama dilakukan Kementerian dan
Lembaga, yang masing-masing merasa mempunyai tugas dan
fungsi sesuai dengan apa yang diformulasikan berupa definisi
sektoral tersebut. Dan tentu saja, di lapangan hal ini berpotensi
terjadinya kompetisi bahkan rivalitas yang tidak perlu dalam
penanggulangan bencana. Hal inilah yang sering dicatat
masyarakat sebagai tindakan yang tidak terkoordinasi dengan
baik.
Dengan kata lain, bahwa semua bencana pada hakikatnya adalah akibat
dari tindakan atau ketidakbertindakan manusia. Lebih jauh dianalisis
bahwa sebuah kondisi dapat disebut bencana harus memenuhi syarat
PENUTUP
Demikianlah pemaparan saya mengenai Sosiologi Kebencanaan dan
Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas sebagai pidato
pengukuhan guru besar di bidang Sosiologi Kebencanaan.
Kepada Rektor ITB, Rektor UGM, dan Rektor Unhan, saya juga
mengucapkan terima kasih atas kerjasamanya dalam mewujudkan
program studi kebencanaan untuk jenjang pendidikan S2, dimana
saya juga dapat ikut serta sebagai dosen tamu dan sebagai penguji
eksternal di Universitas terkenal tersebut. Bahkan di ITB saya juga
diberi kehormatan untuk menjabat sebagai Ketua Tim Advisory Board
di bidang Mitigasi Bencana ITB.
Begitu pula kepada Ayah dan Ibu saya : almarhum H. Imam Suhadi
dan almarhumah Hj. Rusminah, saya persembahkan gelar Guru Besar
saya ini sebagai wujud darma bakti atas jerih payahnya melahirkan
dan mendidik saya, sehingga saya dapat mencapai prestasi yang
terhormat seperti sekarang ini. Saya yakin beliau berdua akan bahagia
di alam sana melihat putranya berhasil mencapai cita-citanya.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih yang tak terhingga atas
kehadiran para hadirin dan mohon maaf apabila ada kata-kata yang
tidak berkenan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk,
bimbingan, dan perlindungan kepada kita semua. Aamiin ya Robbal
alamiin.
Pada tahun 2006 alih status sebagai Pegawai Negeri Sipil dan
menjabat Kepala Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan
Bencana (Bakornas PB), yang kemudian berganti menjadi BNPB
hingga sekarang. Selama berkarir dalam penanggulangan bencana,
telah beberapa kali menjadi pembicara seminar internasional di
Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Jepang, Swiss, Kanada, Selandia
Baru, Kamboja, Australia, Turki, Spanyol, Belanda, dan Mesir. Selama
tahun 2004-2006 menjadi Ketua Pokja Sosial Ekonomi Kerjasama