Anda di halaman 1dari 15

KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA BUMI PADA SISWA SMP SIAGA BENCANA

DI KABUPATEN BANTUL (SMP NEGERI 2 IMOGIRI)

JURNAL

Disusun Oleh:
Nur Faizah Rahmawati
12416241021

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
2 | Kesiapsiagaan Bencana.... (Nur Faizah R)

KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA BUMI PADA SISWA SMP SIAGA BENCANA


DI KABUPATEN BANTUL (SMP NEGERI 2 IMOGIRI)

Oleh: Nur Faizah R, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta,
Faiizfaiiza24@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui tingkat kesiapsiagaan siswa SMP Siaga
Bencana (SMP Negeri 2 Imogiri) dalam menghadapi bencana gempa bumi, (2) mengetahui
upaya yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi
bencana gempa bumi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi
penelitian terdiri dari 593 siswa SMP Negeri 2 Imogiri. Berdasarkan populasi, diambil sampel
sebanyak 186 siswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik proportionate stratified random
sampling dan pengambilan besaran sampel menggunakan rumus Isaac dan Michael. Validitas
dan reliabilitas instrumen menggunakan rumus Crombachs Alpha dengan bantuan SPSS 20.00
for windows. Teknik pengumpulan data menggunakan angket, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: (1) Kesiapsiagaan siswa SMP Negeri 2 Imogiri dalam menghadapi bencana gempa bumi
masuk pada kategori Siap. Berdasarkan empat parameter kesiapsiagaan bencana, siswa
memiliki nilai tertinggi pada parameter sistem peringatan bencana. Siswa memiliki nilai terendah
pada parameter kemampuan mobilisasi sumber daya. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara
kesiapsiagaan siswa kelas VII, VIII, dan IX. (2) Upaya sekolah meningkatan kesiapsiagaan siswa
dilaksanakan melalui berbagai program. Program memasukkan materi kebencanaan pada RPP
pembelajaran, kegiatan PMR dan kepramukaaan sudah baik dalam pelaksanaannya. Program
sosialisasi dan simulasi yang melibatkan siswa, seluruh warga sekolah, pemerintah daerah dan
masyarakat, masih kurang rutin dalam pelaksanaannya. Fasilitas-fasilitas untuk mendukung
kesiapsiagaan siswa sudah cukup lengkap tetapi kurang digunakan dengan baik. Desain dan
struktur bangunan sekolah juga telah disesuaikan dengan analisis kebencanaan.

Kata Kunci: kesiapsiagaan, bencana gempa bumi, SMP Negeri 2 Imogiri


3 | Kesiapsiagaan Bencana.... (Nur Faizah R)

THE EARTHQUAKE DISASTER PREPAREDNESS OF THE STUDENTS OF SMP


SIAGA BENCANA IN BANTUL REGENCY (SMP NEGERI 2 IMOGIRI)

By: Nur Faizah R, Social Science, Yogyakarta State University,


Faiizfaiiza24@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to investigate: (1) the levels of the preparedness of the students of SMP
Siaga Bencana (SMP Negeri 2 Imogiri) to face the earthquake disaster, and (2) the efforts that
the school makes to improve the students preparedness to face the earthquake disaster. The
study employed the quantitative descriptive method. The research population comprised 593
students of SMP Negeri 2 Imogiri. From the population, 186 students were selected as the
sample. The sample was selected by means of the proportionate stratified random sampling
technique and the sample size was determined by the formula by Isaac and Michael. The
instrument validity and reliability were assessed by the Cronbachs Alpha formula using the
program of SPSS 20.00 for windows. The data were collected by means of a questionnaire,
interviews, and documentation. They were analyzed by descriptive statistics. The results of the
study are as follows. (1) The preparedness of the students of SMP Negeri 2 Imogiri to face the
earthquake disaster is good. Based on the parameters of disaster preparedness, they attain the
highest score in the parameter of the disaster warning system. They attain the lowest score in the
parameter of the ability to mobilize resources. There is no significant difference in the
preparedness among the students of Grades VII, VIII, and IX. (2) The school efforts to improve
the students preparedness are made through a variety of programs. The programs comprise the
inclusion of disaster materials in lesson plans, Youth Red Cross activities, and scouting activities
which are well implemented. The socialization and simulation programs involving the students,
all school members, local government, and community are nor routinely implemented. The
facilities such as modules, evacuation maps, evacuation lines, sirens, and medicines to support
the students preparedness are fairly complete but are not well utilized. The design and structure
of the school building have been adjusted to the disaster analysis.

Keywords: preparedness, earthquake disaster, SMP Negeri 2 Imogiri


4 | Kesiapsiagaan Bencana.... (Nur Faizah R)

PENDAHULUAN terbanyak dan kerusakan terparah akibat


Indonesia pada 15 tahun terakhir telah bencana gempa bumi berada di Kabupaten
mengalami berbagai bencana alam yang besar Bantul yang menjadi pusat terjadinya gempa.
dan merugikan. Berdasarkan data dari BNPB, Di Kabupaten Bantul korban meninggal
bencana gempa bumi dan tsunami Aceh pada dunia sebanyak 4.143 orang dan sebanyak
Desember 2004 telah mengakibatkan korban 12.026 orang luka-luka.
meninggal dunia sebanyak 166.541 orang, Berbagai dampak yang telah
korban hilang sebanyak 6.220 orang dan diakibatkan oleh bencana menjadi pelajaran
korban terluka sebanyak 1.129 orang. Gempa bahwa pentingnya pendidikan siaga bencana
bumi Yogyakarta dan Jawa tengah yang di tingkat sekolah. Sekolah adalah tempat
terjadi pada 27 Mei 2006 telah yang tepat bagi anak-anak untuk menambah
mengakibatkan korban meninggal sebanyak pengetahuan dan melatih cara menghadapi
5.689 orang dan korban terluka sebanyak bencana agar risiko yang ditimbulkan dapat
37.728 orang. Gempa bumi pada September diminimalisir. Maka muncul gagasan
2009 yang berkekuatan 7,6 SR juga Sekolah Siaga Bencana yang merupakan
mengguncang Sumatra Barat yang tindak lanjut dari program pemerintah guna
mengakibatkan 1.195 jiwa meninggal dunia melakukan pendidikan untuk membangun
dan 1.803 orang luka-luka. budaya keselamatan dan kesiapsiagaan
Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai terhadap bencana.
salah satu wilayah yang rawan terhadap Sekolah-sekolah di Kabupaten Bantul
bencana di Indonesia memiliki sejarah sebagai lembaga pendidikan formal
bencana yang cukup memprihatinkan. BNPB diupayakan menjadi Sekolah Siaga
menyebutkan bahwa wilayah Daerah Bencana mengingat pada 27 Mei 2006
Istimewa Yogyakarta pernah mengalami silam, Yogyakarta terkena bencana gempa
bencana gempa bumi yang berkekuatan lebih bumi dan Kabupaten Bantul merupakan
dari 5 SR pada tahun 1867, 1943, 1976 dan daerah yang memiliki korban jiwa paling
2006. Gempa bumi pada 27 Mei 2006 telah banyak dan kerusakan terparah. Berdasarkan
mengakibatkan 4.626 orang meninggal dunia data dari Dinas Pendidikan Dasar dan
dan 19.202 orang luka-luka. Korban Menengah Kabupaten Bantul, sekolah yang
5 | Kesiapsiagaan Bencana.... (Nur Faizah R)

telah berbasis siaga bencana antara lain SMA 2010. Awal pembentukannya, SMP Negeri 2
Negeri 1 Kretek, SMP Negeri 2 Imogiri, SD Imogiri melaksanakan program-program
Parangtritis, dan SD-IT AR-Raihan. Di kesiapsiagaan bencana secara rutin. Program
Kabupaten Bantul baru terdapat empat sosialisasi, pelatihan dan simulasi
sekolah berbasis siaga bencana, artinya masih pengurangan risiko bencana dilakukan dua
banyak sekolah di Kabupaten Bantul yang kali dalam satu tahun. Akan tetapi setelah
kurang siap dan siaga dalam menghadapi tahun 2012, kegiatan simulasi hanya
bencana. dilakukan setiap satu tahun sekali. Pelatihan
SMP Negeri 2 Imogiri menjadi satu- dan pembelajaran kesiapsiagaan belum
satunya sekolah menengah pertama di dilakukan secara terus menerus dan
Kabupaten Bantul yang bekerja sama dengan berkesinambungan. Upaya kesiapsiagaan
UNY dan telah diresmikan Bupati Bantul yang tidak berkelanjutan atau hanya
sebagai Sekolah Siaga Bencana yang diatur dilakukan dalam satu periode saja akan
dalam MoU (Memorandum of mengakibatkan tingkat kesiapsiagaan di
Understanding) nomor: 02/LPM sekolah terus menurun. Berdasarkan latar
UNY/SSB/X/2010. Namun, program Sekolah belakang yang sudah dipaparkan, penelitian
Siaga Bencana ditingkat sekolah ini masih yang dilaksanakan berjudul Kesiapsiagaan
kurang dalam pelaksanaannya. Berdasarkan Bencana Gempa Bumi Pada Siswa SMP
observasi yang telah dilakukan, ditemukan Siaga Bencana di Kabupaten Bantul (SMP
fakta bahwa SMP Negeri 2 Imogiri memiliki Negeri 2 Imogiri)
aspek struktural dan non struktural yang METODE PENELITIAN
sudah memadai, akan tetapi tidak digunakan Desain Penelitian
dengan baik. Buku-buku modul pengurangan Desain penelitian yang digunakan
resiko bencana hanya diletakkan di dalam dalam penelitian ini adalah deskriptif
etalase sekolah dan hanya menjadi pajangan. kuantitatif. Suharsimi Arikunto (2010: 3)
Pelaksanaan simulasi untuk siswa juga tidak mengemukakan bahwa penelitian deskriptif
rutin dilakukan. adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk
SMP Negeri 2 Imogiri dibentuk menggambarkan atau memaparkan sesuatu
menjadi Sekolah Siaga Bencana pada tahun hal, misal keadaan, kondisi, situasi, peristiwa,
6 | Kesiapsiagaan Bencana.... (Nur Faizah R)

kegiatan dan lain-lain. Penelitian deskriptif Teknik Pengumpulan Data


digunakan untuk menyajikan data secara Pengumpulan data yang digunakan
sistematis, faktual, dan akurat mengenai dalam penelitian ini adalah dengan angket,
fakta-fakta dan pemaknaan fenomena yang wawancara, dan dokumentasi.
ada di lapangan. Instrumen Penelitian
Tempat dan Waktu Penelitian Instrumen pengumpulan data yang
Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 digunakan adalah lembar angket, pedoman
Imogiri yang berlokasi di Sriharjo, Imogiri, wawancara, dan checklist dokumen.
Bantul. Waktu penelitian dimulai pada bulan Teknik Analisis Data
Januari sampai dengan April 2016. Analisis data yang digunakan adalah
Subjek Penelitian statistik deskriptif. Sugiyono (2010: 29)
Subjek dalam penelitian ini adalah berpendapat bahwa statistik deskriptif adalah
seluruh siswa SMP N 2 Imogiri yang statistik yang berfungsi untuk
berjumlah 593 siswa yang terdiri dari 204 mendeskripsikan atau memberi gambaran
siswa kelas VII, 197 siswa kelas VIII, dan terhadap objek yang diteliti melalui data
192 siswa kelas IX. Pengambilan sampel sampel atau populasi sebagaimana adanya,
menggunakan teknik proportionate stratified tanpa melakukan analisis dan membuat
random sampling. Pengambilan besaran kesimpulan yang berlaku umum.
sampel menggunakan rumus Isaac dan Kriteria Tingkat Kesiapsiagaan Bencana
Michael diperoleh sampel sebanyak 186 Tabel 3. tingkat kesiapsiagaan bencana
Nilai Indeks Kategori
siswa. Berikut rincian jumlah populasi dan
sampel SMP Negeri 2 Imogiri. 80 100 Sangat Siap

Tabel 1. Rincian jumlah populasi dan sampel 65 79 Siap


Kelas Populasi Sampel 55 64 Hampir Siap
VII 204 64 40 54 Kurang Siap
VIII 197 62 Kurang dari 40 (0 39) Belum Siap
IX 192 60 Sumber: LIPI dan UNESCO (Deny Hidayati,
Jumlah 593 186 dkk, 2006: 47)
7 | Kesiapsiagaan Bencana.... (Nur Faizah R)

HASIL DAN PEMBAHASAN kategori hampir siap dan 6 siswa


Hasil Penelitian memperoleh nilai antara 40 54
1. Parameter Kesiapsiagaan Siswa dengan kategori kurang siap. Sebanyak
Terhadap Bencana Gempa Bumi 3 siswa atau 1,61% dari keseluruhan
a. Pengetahuan dan Sikap responden mendapat nilai antara 0 39
Siswa yang masuk pada kategori yang masuk dalam kategori belum siap.
sangat siap sebanyak 88 siswa dengan Pada indikator mengetahui alamat
nilai antara 80 100. Pada rentang nilai fasilitas-fasilitas yang penting, siswa
65 79 terdapat 77 siswa masuk dalam memiliki nilai rata-rata terendah yaitu
kategori siap dan sebanyak 8,06% atau 55,56.
15 siswa memiliki nilai antara 55 64 c. Sistem Peringatan Bencana
yang masuk kategori hampir siap. Siswa pada rentang nilai 80 100
Terdapat 3,23% atau sebanyak 6 siswa adalah siswa yang masuk pada kategori
dengan rentang nilai 40 54 masuk sangat siap. Sebanyak 108 siswa atau
pada kategori kurang siap. Pada 58,06% dari jumlah responden berada
indikator pengetahuan tentang pada kategori sangat siap. Siswa yang
bangunan tahan gempa dan persiapan mendapat nilai antara 65 79 sebanyak
tas siaga bencana, siswa mendapat nilai 49 siswa atau 26,34% siswa berada
paling rendah yaitu 56,18 dan 52,95. pada kategori siap. Pada kategori
b. Rencana Tanggap Darurat hampir siap terdapat 15 siswa dengan
Siswa yang memiliki nilai antara nilai antara 55 64. Terdapat 14 siswa
80 100 yaitu sebanyak 107 siswa. memiliki rentang nilai paling rendah
Data dapat diinterpretasikan bahwa yaitu 40 54 yang masuk kategori
sebanyak 57,53% siswa masuk pada kurang siap. Berdasarkan analisis data,
kategori sangat siap. Siswa yang siswa mendapat nilai terendah untuk
memperoleh nilai antara 65 79 yaitu indikator adanya peralatan yang dapat
sebanyak 49 siswa atau sekitar 26,34% menangkap informasi peringatan
masuk dalam kategori siswa yang siap bencana dan mengetahui tanda-tanda
bencana. Terdapat 21 siswa dengan
8 | Kesiapsiagaan Bencana.... (Nur Faizah R)

keadaan yang sudah aman yaitu sebesar Parameter kemampuan mobilisasi


50,26 dan 52,95. sumber daya menunjukkan rata-rata
d. Kemampuan Mobilitasi SumberDaya sebesar 75,09 yang berarti masuk pada
Sebanyak 91 siswa memperoleh kategori siap. Berdasarkan keseluruhan
nilai tertinggi yaitu antara 80 100 dan parameter kesiapsiagaan bencana
masuk pada kategori sangat siap. Siswa diperoleh nilai rata-rata sebesar 76,48
yang masuk pada kategori siap yang berarti masuk pada kategori siap.
sebanyak 54 siswa dengan rentang nilai 2. Perbandingan Kesiapsiagaan Siswa
yaitu 65 79. Pada rentang nilai 55 Kelas VII, VIII, dan IX
64 terdapat 25 siswa yang masuk dalam a. Perbandingan Pada Parameter
kategori hampir siap, sedangkan 11 Kesiapsiagaan Kelas VII, VIII, IX

siswa yang memiliki nilai antara 4054 Indeks parameter pengetahuan


masuk dikategori kurang siap. Terdapat dan sikap siswa kelas VII memperoleh
5 siswa memiliki rentang nilai paling nilai sebesar 78,31. Siswa kelas VIII
rendah yaitu antara 0 39, masuk pada mendapat nilai terendah yaitu 75,65,
kategori belum siap. Indikator yang sedangkan siswa kelas IX memperoleh
memiliki nilai terendah adalah pada nilai tertinggi yaitu 78,41. Pada indeks
frekuensi siswa dalam mengikuti parameter rencana tanggap darurat,
latihan simulasi dengan nilai 71,59. siswa kelas VII memperoleh nilai
e. Kriteria Kesiapsiagaan Bencana 78,13. Siswa kelas VIII memperoleh
Rata-rata pengetahuan dan sikap nilai yang paling rendah yaitu 78,00
siswa menunjukkan indeks sebesar dan untuk siswa kelas IX memperoleh
77,46 yang berarti masuk kategori siap. nilai tertinggi yaitu 78,80.
Indeks parameter rencana tanggap Indeks parameter sistem
darurat menunjukkan nilai rata-rata peringatan bencana untuk siswa kelas
sebesar 78,30 yang berarti siap. Pada VII yaitu 76,63. Siswa kelas VIII
parameter sistem peringatan bencana mendapat hasil paling tinggi dengan
diperoleh nilai rata-rata 80,65 yang nilai rata-rata 83,87 dan untuk siswa
menunjukkan kategori sangat siap. kelas IX mendapat nilai 81,59. Indeks
9 | Kesiapsiagaan Bencana.... (Nur Faizah R)

parameter kemampuan mobilisasi 3. Tingkat Kesiapsiagaan Siswa SMP


sumber daya pada siswa kelas VII Negeri 2 Imogiri
menunjukkan nilai terendah yaitu Sebanyak 92 siswa masuk pada
65,42. Siswa kelas VIII memperolah kategori siap dengan rentang nilai 65 79.
nilai rata-rata yaitu 75,64, sedangkan Pada rentang nilai paling tinggi yaitu
untuk siswa kelas IX mendapat nilai antara 80 100 terdapat 77 siswa dengan
paling tinggi yaitu 77,81. kategori sangat siap. Siswa yang masuk
Secara keseluruhan, siswa kelas pada kategori hampir siap terdapat 14
VIII memiliki tingkat kesiapsiagaan siswa dengan nilai antara 55 64.
yang paling rendah dan siswa kelas IX Terdapat 3 siswa memiliki rentang nilai
memiliki tingkat kesiapsiagaan yang paling rendah yaitu antara 40 54.
paling tinggi. Nilai yang diperoleh Persentase paling banyak terdapat pada
siswa kelas VIII rata-rata sebesar 75,64 kategori siap yaitu 49,46% siswa.
dan siswa kelas IX adalah 77,81. Persentase siswa yang masuk pada
b. Perbandingan Kesiapsiagaan Kelas kategori sangat siap yaitu sebesar 41,40%.
VII, VIII, dan IX Persentase siswa yang memiliki tingkat
Rata-rata tingkat kesiapsiagaan kesiapsiagaan hampir siap yaitu 7,53%.
siswa kelas VII berada pada nilai 76,93 Persentase paling sedikit terdapat pada
yang berarti masuk kategori siap. kategori kurang siap yaitu 1,61% siswa.
Kesiapsiagaan siswa kelas VIII 4. Upaya Sekolah Untuk Meningkatkan
memiliki nilai rata-rata paling rendah Kesiapsiagaan Siswa
yaitu sebesar 75,64. Siswa kelas IX SMP Negeri 2 Imogiri memiliki
memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu program-program untuk meningkatkan
77,81. Rata-rata tingkat kesiapsiagaan kesiapsiagaan siswa sebagai berikut.
dari keseluruhan siswa SMP Negeri 2 a. Guru wajib menyisipkan materi siaga
Imogiri adalah 76,79. Artinya rata-rata bencana di Rencana Pelaksanaan
siswa SMP Negeri 2 Imogiri memiliki Pembelajaran (RPP) pada materi yang
tingkat kesiapsiagaan yang masuk pada revelan. Materi kebencanaan juga
kategori siap.
10 | Kesiapsiagaan Bencana.... (Nur Faizah R)

disisipkan pada pelatihan kepramukaan Siswa SMP Negeri 2 Imogiri sudah memiliki
dan PMR. peran dalam rencana tanggap darurat. Anak-
b. Pengadaan sosialisasi dan simulasi anak dilibatkan untuk menjadi tim pengelola
setiap tahun. UKS (Unit Kesehatan Sekolah) dan PMR.
c. Terdapat buku-buku modul tentang Parameter sistem peringatan bencana
penanggulangan bencana. masuk pada kategori sangat siap. Deni
d. Sekolah memiliki Standar Operasional Hidayati, dkk (2006: 9-10) menjelaskan
Pelaksanaan (SOP) untuk Sekolah bahwa peringatan dini merupakan faktor
Siaga Bencana. kunci yang menghubungkan antara tahap
e. Sekolah menyediakan fasilitas terkait kesiapsiagaan bencana dan tanggap darurat.
SSB yaitu sirine, kentongan, peta risiko Parameter kemampuan mobilisasi
bencana, jalur evakuasi, lapangan sumber daya masuk pada kategori siap. Deny
sebagai titik kumpul dan lain-lain. Hidayati, dkk (2006: 29) berpendapat bahwa
f. Struktur dan desain bangunan sekolah indikator mobilisasi sumber daya yang siap
dibuat sesuai standar untuk bangunan dan siaga dalam menghadapi bencana adalah
tahan bencana. adanya pembagian peran masing-masing
Pembahasan komponen sekolah seperti kepala sekolah,
Pada parameter pengetahuan dan sikap, guru, karyawan dan siswa.
siswa SMP Negeri 2 Imogiri masuk Parameter kesiapsiagaan bencana
dikategori siap. Deny Hidayati,dkk (2006: memiliki indikator yang berbeda-beda. Pada
48) mengemukakan bahwa parameter parameter pengetahuan dan sikap terdapat
pengetahuan dan sikap merupakan hal yang dua indikator yang memiliki nilai terendah
paling mendasar dalam membentuk yaitu pengetahuan tentang bangunan tahan
kesiapsiagaan siswa, sehingga perlu adanya gempa dan persiapan tas siaga bencana.
usaha peningkatan agar siswa tidak hanya Artinya siswa masih kurang mengetahui ciri-
siap tetapi sangat siap bila terjadi bencana ciri bangunan yang tahan terhadap gempa dan
gempa bumi. kurang peduli dalam mempersiapkan tas
Indeks parameter rencana tanggap siaga bencana. Banyak siswa yang tidak
darurat, siswa masuk pada kategori siap. mempersiapkan tas siaga bencana.
11 | Kesiapsiagaan Bencana.... (Nur Faizah R)

Parameter rencana tanggap darurat pada SMP Negeri 2 Imogiri memiliki nilai tingkat
indikator mengetahui alamat fasilitas-fasilitas kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa
penting memiliki nilai rata-rata terendah. bumi sebesar 75,64 yang masuk dalam
Artinya, masih banyak siswa yang kurang kategori siap.
dalam mengetahui alamat fasilitas-fasilitas Tingkat kesiapsiagaan siswa kelas IX
penting seperti, rumah sakit, kantor polisi, SMP Negeri 2 Imogiri masuk pada kategori
dan lain-lain. siap. Siswa kelas IX memiliki nilai rata-rata
Parameter sistem peringatan bencana, yang paling tinggi dibandingkan dengan
siswa mendapat nilai terendah untuk siswa kelas VII dan VIII yaitu 77,81.
indikator adanya peralatan yang dapat Hasil analisis data di atas menunjukkan
menangkap informasi peringatan bencana di bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
sekolah dan mengetahui tanda-tanda keadaan pada tingkat kesiapsiagaan antara siswa kelas
sudah aman. Artinya siswa kurang VII, VIII, dan kelas IX. Nilai tertinggi
mengetahui alat peringatan bencana yang kesiapsiagaan terhadap bencana gempa bumi
dimiliki oleh sekolah dan juga kurang diperoleh siswa kelas IX, sedangkan nilai
mengetahui tanda-tanda ketika keadaan sudah terendah diperoleh siswa kelas VIII.
aman. Sebanyak 49,46% siswa SMP Negeri 2
Parameter kemampuan mobilisasi Imogiri memiliki tingkat kesiapsiagaan pada
sumber daya memiliki rata-rata terendah pada kategori siap, sedangkan 41,40% siswa
indikator frekuensi siswa dalam mengikuti memiliki kesiapsiagaan pada kategori sangat
latihan simulasi. Artinya frekuensi siswa siap. Pada kategori hampir siap terdapat
dalam mengikuti pelatihan simulasi perlu 7,53% siswa dan sisanya sebanyak 1,61%
ditingkatkan agar mereka memahami siswa memiliki kesiapsiagaan yang kurang
tindakan yang tepat ketika terjadi bencana. siap. Artinya masih ada siswa SMP Negeri 2
Siswa kelas VII SMP Negeri 2 Imogiri Imogiri yang memiliki tingkat kesiapsiagaan
memiliki nilai rata-rata kesiapsiagaan yang rendah.
terhadap bencana gempa bumi sebesar 76,93. Berdasarkan hasil analisis data, rata-
Artinya tingkat kesiapsiagaan siswa kelas VII rata tingkat kesiapsiagaan siswa berada pada
berada pada kategori siap. Siswa kelas VIII nilai 76,79. Artinya siswa SMP Negeri 2
12 | Kesiapsiagaan Bencana.... (Nur Faizah R)

Imogiri secara keseluruhan memiliki dalam kurikulum pembelajaran telah


kesiapsiagaan pada tingkatan sedang atau terlaksana dengan cukup baik.
berada pada kategori siap. Tingkat Kedua, SMP Negeri 2 Imogiri memiliki
kesiapsiagaan siswa yang masih dalam program sosialisasi dan simulasi kebencanaan
kategori sedang perlu didukung oleh setiap tahun. Program sosialisasi dan simulasi
peningkatan upaya dari guru dan sekolah agar sangat didukung penuh oleh UNY dan
siswa tidak hanya siap tetapi menjadi sangat pemerintah. Dana hibah UNY kemudian
siap. digunakan untuk pengadaan perlengkapan
SMP Negeri 2 Imogiri mengupayakan kesiapsiagaan, simulasi, membuat buku
berbagai program untuk meningkatkan modul, pengadaan workshop siaga bencana,
kesiapsiagaan seluruh warga sekolah. Oman dan lain sebagainya.
Abdurrahman, dkk (2011: 107) menjelaskan Simulasi, sosialisasi ataupun workshop
bahwa upaya sosialisasi kebencanaan akan diagendakan setiap 2 kali dalam 1 tahun,
sangat efektif bila dilaksanakan melalui tetapi semakin lama kegiatan tersebut
persekolahan. Setiap tahun ajaran akan menjadi jarang diadakan. Kegiatan simulasi
datang siswa baru, dan merekalah yang akan atau workshop hanya dilaksanakan menjadi 1
menjadi penyampai tentang mitigasi bencana. tahun sekali dan bahkan terkadang tidak
Berdasarkan hasil wawancara dan dilaksanakan sama sekali. Deny Hidayati,
dokumentasi yang didapatkan, SMP Negeri 2 dkk (2006: 1) mengemukakan bahwa
Imogiri memiliki banyak program terkait manajemen bencana yang seringkali hanya
Sekolah Siaga Bencana. Pertama, materi sebatas respon-respon reaktif jangka pendek
kesiapsiagaan bencana dimasukkan ke dalam dan kurang berorientasi pada tindakan
kurikulum pembelajaran. Menurut kelima proaktif kesiapsiagaan serta upaya mitigasi
informan, setiap guru wajib menyisipkan jangka panjang dapat mengakibatkan
materi kebencanaan pada RPP (Rencana kesiapsiagaan terus menurun.
Pelaksanaan Pembelajaran) berdasarkan Ketiga, pengadaan buku modul tentang
materi pelajaran yang relevan dan dapat kebencanaan. SMP Negeri 2 Imogiri
terkait dengan kebencanaan. Program mendapat bantuan untuk pengadaan buku
Sekolah Siaga bencana yang dimasukkan ke modul tersebut, tetapi kurang dimanfaatkan
13 | Kesiapsiagaan Bencana.... (Nur Faizah R)

dengan baik. Buku-buku modul hanya c. Tidak ada perbedaan yang signifikan
diletakkan di ruang showroom sebagai antara tingkat kesiapsiagaan siswa pada
pajangan di dalam etalase dan sudah berbedu. masing-masing tingkatan kelas. Siswa
Keempat, struktur dan desain bangunan kelas VII, VIII, dan kelas IX memiliki
sekolah dibuat sesuai standar untuk bangunan tingkat kesiapsiagaan yang siap.
tahan bencana. Di SMP Negeri 2 Imogiri d. Upaya sekolah dilaksanakan melalui
desain bangunan sudah dilengkapi dengan berbagai program. Materi kebencanaan
peta, jalur evakuasi, dan penunjuk arah yang yang dimasukkan ke dalam kurikulum
jelas. Bangunan dibuat satu lantai, meskipun pembelajaran dan diterapkan juga pada
untuk ruang kelas hanya memiliki satu pintu kegiatan PMR serta kepramukaaan sudah
saja, tetapi jendela dibuat lebih rendah dan terlaksana dengan cukup baik. Terdapat
lebih lebar sehingga dapat digunakan sebagai program yang masih kurang rutin
jalur evakuasi darurat. dilakukan yaitu sosialisasi dan simulasi.
Secara keseluruhan upaya-upaya yang Terdapat fasilitas untuk mendukung
sudah dilakukan SMP Negeri 2 Imogiri untuk kesiapsiagaan siswa tetapi kurang
meningkatkan kesiapsiagaan siswa sudah digunakan dengan baik. Desain dan
cukup baik dalam pelaksanaannya. struktur bangunan sekolah disesuaikan
Kesimpulan dengan analisis kebencanaan yang ada di
a. Siswa SMP Negeri 2 Imogiri memiliki SMP Negeri 2 Imogiri.
tingkat kesiapsiagaan terhadap bencana Saran
gempa bumi berada pada kategori siap. a. Tingkat kesiapsiagaan siswa SMP Negeri
b. Pada parameter pengetahuan dan sikap, 2 Imogiri telah berada pada kategori
rencana tanggap darurat serta kemampuan siap. Oleh karena itu pihak sekolah
mobilisasi sumber daya, siswa SMP sebaiknya terus konsisten dalam
Negeri 2 Imogiri masuk dalam kategori mengimplementasikan program-program
siap. Pada parameter sistem peringatan Sekolah Siaga Bencana.
bencana, siswa SMP Negeri 2 Imogiri b. Kegiatan sosialisasi dan simulasi
masuk dalam kategori sangat siap. kebencanaan sebaiknya ditambah jadwal
pelaksanaannya.
14 | Kesiapsiagaan Bencana.... (Nur Faizah R)

c. Fasilitas buku modul pengurangan risiko Badan Nasional Penanggulangan Bencana.


(2012). Peraturan Kepala Badan
bencana bila hanya terletak dalam etalase
Nasional Penanggulangan Bencana
showroom akan kurang memiliki manfaat. No. 04 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penerapan Sekolah/Madrasah Aman
Jika tidak memungkinkan untuk dibagikan
Dari Bencana. Jakarta.
kepada seluruh guru dan siswa, buku
Deny Hidayati, dkk. (2006). Kajian
modul sebaiknya dimasukkan ke
Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam
perpustakaan atau digunakan secara Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi
dan Tsunami. Jakarta: LIPI Press
bergiliran, sehingga seluruh warga sekolah
dapat meminjam ataupun membacanya. Hadi Purnomo dan Ronny Sugiantoro.
(2010). Manajemen Bencana-Respon
d. Berdasarkan hasil penelitian terdapat
dan Tindakan terhadap Bencana.
indikator yang masih memiliki nilai Yogyakarta: Media Pressindo
rendah yaitu pada indikator pengetahuan
Internasional Environment and Disaster
tentang bangunan tahan gempa, persiapan Management. (2013). Enhancing
Community Resilience: A Ten Year
tas siaga bencana, pengetahuan mengenai
Journey 2004-2013. Kyoto: Kyoto
alamat fasilitas-fasilitas penting, indikator University
adanya peralatan yang dapat menangkap
Nurjanah, dkk. (2012). Manajemen Bencana.
informasi peringatan bencana dan Bandung: Alfabeta
mengetahui tanda-tanda keadaan yang
Oman Abdurahman, dkk. (2011) Hidup Di
sudah aman. Guru diharapkan dapat lebih Atas Tiga Lempeng. Bandung: Badan
Geologi
menjelaskan dan memberi pemahaman
kepada siswa mengenai materi-materi Rijanta, dkk. (2014). Modal Sosial dalam
Manajemen Bencana. Yogyakarta:
tersebut yang masih memiliki nilai
Gadjah Mada University Press
terendah.
Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Bandung: ALFABETA.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Diakses melalui dibi.bnpb.go.id/data- Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur
bencana pada tanggal 23 Desember Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
2015 pukul 15.35. Jakarta: Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai