Anda di halaman 1dari 4

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Kelas : A

Dosen Pengampu : Andung J Nugroho

Disusun oleh :
Dinda Oe Mardy
5210611031

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA
2022/2033
Mitigasi Bencana Alam Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Kabupaten Oki, Sumatera Selatan

1. Pendahuluan

Salah satu dampak fenomena kekeringan adalah kebakaran hutan dan lahan yang dapat
disebabkan kesalahan manusia baik dengan faktor kesengajaan ataupun tidak. Karena kekeringan
merupakan siklus alam yang tidak dapat dihindari, maka sebagai upaya untuk mencegah terjadinya
kebakaran hutan dan lahan adalah melalui Pendidikan Mitigasi Bencana. Studi ini bertujuan untuk
menganalisa berdasarkan sumber yang ada (Geografi, Sekolah dan Demografi) tentang potensi
pendidikan mitigasi bencana kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten OKI. Berdasarkan Kondisi
Geografi Kabupaten OKI dengan keadaan lahan gambut, sebaran sekolah dasar yang ada, dan
tingkat Pendidikan Penduduk yang ada, maka Kabupaten OKI sangat berpotensi untuk dilakukan
Pendidikan mitigasi bencana kebakaran hutan dan lahan. Berbagai bentuk Pendidikan tersebut
misalnya, dengan menggunakan media pembelajaran berupa scrapbook, game edukatif, model
Pendidikan berbasis potensi lokal, dan sosialisasi menggunakan poster ke sekolah dasar.
Sumatera selatan merupakan salah satu provinsi yang rawan terjadi kebakaran hutan dan
lahan. Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia terjadi pada tahun 1997 sampai saat ini. Kemudian
periode 2000 hingga 2019 kebakaran hutan dan lahan terjadi di Sumatera Selatan . Selama 6 tahun
terakhir kebakaran hampir terjadi setiap tahunnya, dimulai dari tahun 2010-2015. Pada periode
tersebut terdapat kecenderungan peningkatan titik panas tahunan perkabupaten di sumatera selatan.
Paling tinggi terdapat pada tahun 2015 dan 2019. Tahun 2014 total titik panas di sumatera selatan
7.234 dan kabupaten OKI 4.229 diikuti dengan kabupaten Musi Banyu Asin sebanyak 617, Muara
Enim 449 dan 436 di kabupaten Banyu Asin. Tahun 2015 jumlah titik panas meningkat khususnya
kabupaten OKI mencapai 16.008 dan diikuti dengan kabupaten Muba dan Banyu Asin. Tahun 2019
jumlah titik panas adalah 5.263. Peningkatan titik panas sebandingn dengan peningkatan jumlah
lahan yang terbakar.
Berdasarkan data yang ada, tahun 2015 jumlah lahan yang terbakar di Sumatera Selatan
adalah seluas 736.587 Ha. OKI merupakan salah satu kabupaten dengan luas lahan terbakar paling
luas dibandingkan dengan kabupaten yang lain. Luas lahan terbakar di OKI seluas 377.365 Ha .
Tahun 2019 jumlah lahan yang terbakar seluas 361.857 Ha. Jumlah kabupaten yang mengalami
kebakaran juga meningkat menjadi 13 kabupaten. Kabupaten OKI tetap menjadi wilayah terluas
yang mengalami kebakaran yaitu 204.974 Ha.. Kebakaran hutan dan lahan yang terdampak adalah
Hutan Produksi, perkebunan, Hutan Lindung, Hutan Produksi Konversi, Hutan Produksi Terbatas,
Hutan Suaka Alam dan pemukiman.

2. Idenfikasi Penyebab

Penyebab kebakaran hutan dan lahan sebagian besar disebabkan oleh faktor manusia,
terutama pada kegiatan pembukaan lahan. Selain itu juga ada faktor kondisi iklim ekstrim (El
Nino). Salah satu kecamatan yang ada di kabupaten OKI penyebab kebakaran di daerah tersebut
karena kegiatan sonor, nglebung, mencari kayu tenggelam dan kelalaian. Ulah manusia tersebut
disebabkan karena pemenuhan kebutuhan sehari-hari, pengembangan usaha perkebunan atau
kehutanan. Kebakaran lahan gambut merupakan kebakaran yang sulit dideteksi dan dikendalikan
terutama pada musim kemarau. Kebakarannya tidak dipengaruhi oleh angin, sehingga pola
penjalarannya tidak menentu serta sulit untuk menentukan dimana titik kebakaran itu terjadi.
Padahal gambut memiliki peranan yang cukup bagus untuk lingkungan. Hutan gambut tropis
memiliki manfaat sebagai stok karbon utama, nilai biodiversity yang tinggi, fungsi hidroulik dalam
menyimpan curah hujan, dan nilai ekonomis bagi masyarakat.

3. Mitigasi Kebakaran

Mitigasi bencana merupakan salah satu upaya untuk pengurangan resiko bencana baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana (Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana).
Mitigasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu mitigasi non struktural dan mitigasi struktural.
Mitigasi non struktural merupakan upaya pembangunan fisik yang memanfaatkan pengetahuan,
tindakan dan kesepakatan dalam mengurangi resiko dan dampak bencana. Contohnya undang-
undang dan kebijakan, peraturan, pedoman kegiatan peningkatan kesadaran publik, pelatihan dan
Pendidikan. Mitigasi struktural yaitu upaya pembangunan fisik yang memanfaatkan penerapan
teknologi serta arsitektur dan sistem bangunan yang kuat agar tahan terhadap dampak yang
diakibatkan oleh bencana .
Pendidikan termasuk kedalam mitigasi bencana non struktural. Melalui Pendidikan
kegiatan mitigasi bencana dapat dilakukan. Pendidikan mitigasi ini diperlukan terutama di sekolah-
sekolah yang berada di daerah yang rawan bencana. Salah satu sasaran adalah peserta didik sekolah
dasar. Karena mereka memiliki sifat untuk menirukan kegiatan yang dilakukan oleh orang
disekitarnya tanpa mengetahui baik buruknya. Oleh karena itu perlu diidentifikasi potensi
Pendidikan mitigasi bencana alam kebakaran hutan dan lahan untuk Kabupaten OKI.

4. Penanganan Kejadian

Penanganan kejadiab kebakaran di kabupaten OKI Sumatera selatan menggunakan metode


kualitatif dengan tinjauan kepustakaan. Tinjauan kepustakaan merupakan rangkuman tertulis dari
berbagai artikel, jurnal, buku dan dokumen lain yang mendeskripsikan keadaan pengetahuan di
masa lalu dan masa sekarang tentang suatu topik. akan menggunakan tinjauan kepustakaan untuk
membandingkan temuan dalam penelitian dengan kepustakaan terdahulu. ini mengumpulkan data
dari berbagai sumber yang dibutuhkan sebagai dasar dalam menganalisis potensi Pendidikan
mitigasi bencana alam kebakaran hutan dan lahan di kabupaten OKI.

5. Penanganan pasca kejadian korban

Tahun 2015 dan 2019 Kabupaten OKI mengalami kebakaran lahan gambut yang paling
luas dibandingkan dengan Kabupaten lainnya. Kecamatan yang terkena kebakaran adalah
Pampangan, Tulung Selapan, Pangkalan lampan. Desa yang terkena pada tahun 2015 yaitu Jungkal,
Ujung tanjong, Perigi, dan Riding. Sedangkan desa yang terkena tahun 2019 adalah Jungkal, Pulua
Beruang, Perigi, dan Riding.
Beberapa upaya masyarakat terhadap kepedulian bencana kebakaran hutan dan lahan telah
dilakukan melalui pembentukan organisasi dan ikut berpartisipasi di dalamnya. Adapun
organisasinya adalah Masyarakat Peduli Api (MPA), Kelompok Masyarakat Gambut Peduli
Kebakaran (KMGPK), dan Desa Tangguh Bencana (Destana). Upaya pencegahan melalui bidang
Pendidikan belum marak dilakukan, hal ini terlihat dari belum adanya publikasi tentang Pendidikan
mitigasi bencana yang dilakukan untuk Kabupaten OKI. Upaya ini perlu dilakukan melihat kondisi
geografis daerah, sumber daya manusia yang ada, serta masalah kebakaran lahan dan hutan yang
sering terjadi di Kabupaten OKI. Jadi dapat disimpulkan bahwa Kabupaten OKI berpotensi untuk
diterapkan Pendidikan mitigasi bencana alam kebakaran hutan dan lahan untuk peserta didik
sekolah dasar

6. Kesimpulan
Berdasarkan identifikasi masalah kebakaran hutan dan lahan yang sering terjadi di
Kabupaten OKI, identifikasi keadaan geografis dan penduduknya, serta identifikasi sekolah dasar
yang ada dikabupaten tersebut melalui kajian pustaka maka dapat disimpulkan Kabupaten tersebut
memiliki potensi untuk dilakukan Pendidikan mitigasi bencana pada sekolah dasar.

Sumber
Budiningsih, K. (2017). Implementasi Kebijakan Pengendalian Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Provinsi
Sumatera Selatan. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 14 (2).
BPBD. (2015). Laporan posko satuan tugas darurat bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2015. Palembang: BPBD.
UPTD Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Sumatera Selatan. (2015). Statistik penyebaran
hotspot tahun 2014 Provinsi Sumatera Selatan. Palembang: UPTD Pengendalian Kebakaran Hutan dan
Lahan Provinsi Sumatera Selatan.
Purnasari. (2011). Strategi pencegahan kebakaran berbasis masyarakat: Kajiaan biofisk, ekonomi, sosial
dan budaya masyarakat sekitar kawasan Suaka Margasatwa Padang Sugihan di Provinsi Sumatera Selatan.
(Tesis). Semarang: Universitas Diponegroro.

Anda mungkin juga menyukai