SEKOLAH LAPANG
PENCEGAHAN KEBAKARAN
HUTAN DAN LAHAN
PUSAT PENYULUHAN
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM
TAHUN 2017
Diperuntukkan Bagi Penyuluh Kehutanan
Catatan : Tulisan ini bukan hasil karya sendiri, melainkan diambil dari berbagai
tulisan dan hasil pengamatan lapangan, selanjutnya diperuntukkan
bagi Penyuluh Kehutanan
ii
ii
KATA PENGANTAR
Pusat Penyuluhan
iii
iii
iv
iv
DAFTAR ISI
v
vi
vi
I. PENDAHULUAN
1
Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia bukan disebabkan
oleh faktor tunggal tetapi merupakan hasil aktivitas beragam
jejaring aktor masyarakat, pemerintah, non-pemerintah, dan sektor
swasta. Kelompok-kelompok tersebut beroperasi di beberapa jenis
lahan: konsesi perusahaan, lahan negara dan privat/komunal.
Dalam banyak kasus, tidak jelas siapa pemilik hak lahan. Akar
masalah kebakaran di Indonesia terletak pada kemiskinan dan
lemahnya tata kelola. Mereka tidak, secara langsung, menjadi
masalah lingkungan hidup tetapi jadi masalah kemanusiaan.
2
salah satu media penyampaan persepsi dan sebagai upaya untuk
membekali Penyuluh Kehutanan dalam memandu kegiatan ini di
lapangan.
3
II. SEKOLAH LAPANG SEBAGAI METODE PENYULUHAN
2.2. Prinsip-Prinsip
4
5. Metode belajar praktis dengan satu periode dan terjangkau
masyarakat setempat;
6. Menggunakan metode belajar Pendidikan Orang Dewasa
(andragogi), tidak ada “guru”, yang ada “fasilitator” sebagai
pendamping yang membantu melancarkan proses belajar;
7. Pembahasan topik-topik tematik yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi masyarakat.
5
Secara garis besar, siklus belajar dalam metode SL ialah:
1. Mengalami/Melakukan,
Peserta SL mencoba mengamati kegiatan yang merupakan
aktivitas mereka sehari-harinya
2. Mengungkapkan
Peserta SL menggambarkan kondisi yang ada.
3. Menganalisa
Peserta berdiskusi bersama tentang topik yang dibahas dan
mencoba menganalisanya.
4. Menyimpulkan
Peserta memutuskan tindakan yang perlu dilakukan dari hasil
pembahasan.
5. Menerapkan
Peserta melakukan dan menerapkan ilmu yang diperoleh di
lahan belajar dan lahan sendiri.
6
III. SEKOLAH LAPANG
PENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN
7
No Topik Materi Pembelajaran
4. Penataan Lahan a. Perencanaan Penataan Lahan secara
partisipatif :penataan vegetasi, sekat
bakar, lubang serasah, jalur evakuasi
b. Tahap-tahap Penataan Lahan
c. Pembuatan kesepakatan/aturan
penataan lahan terkait penataan
lahan dalam rangka pencegahan
kebakaran hutan dan lahan
5. Deteksi Dini, Pelaporan a. Deteksi dini kebakaran hutan dan
Dan Pemadaman Dini lahan
Kebakaran Hutan Dan b. Uji tingkat bahaya kebakaran hutan
Lahan c. Mekanisme pelaporan pencegahan
kebakaran hutan dan lahan
d. Pengenalan peralatan sederhana
pemadam kebakaran dan cara
penggunaannya
e. Pemadaman dini kebakaran hutan
dan lahan
6. Teknik Pembukaan Lahan a. Tujuan dan Manfaat PLTB
Tanpa Bakar b. Penyiapan dan Pengolahan
c. Pemanfaatan Gulma
7. Teknik Konservasi Tanah a. Teknik KTA metode Vegetatif
Dan Air (Penanaman tanaman kayu-kayuan);
b. Teknik KTA metode Agronomi
c. Teknik KTA metode Sipil Teknis
(Pembuatan Dam Penahan
8. Pengolahan Limbah a. Pembuatan dan manfaat kompos;
Organik Menjadi Kompos b. Pembuatan dan manfaat cuka kayu.
9. Pelatihan Usaha Produktif a. Teknik budidaya lebah madu
Masyarakat b. Teknik budidaya jamur
c. Pengolahan aren
d. Kerajinan bambu
(*Disesuaikan dengan kebutuhan)
8
No Topik Materi Pembelajaran
10. Monitoring, Evaluasi Dan a. Monitoring dan evaluasi Pencegahan
Pelaporan Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan
Karhutla b. Laporan Dan Publikasi Sederhana
9
Pada setiap awal pertemuan SL selalu diupayakan kegiatan
evaluasi atau presentasi kegiatan hasil kerja/praktek kelompok
terkait materi pembelajaran sebelumnya. Kelompok lain dan
semua peserta diminta aktif mengidentifkasi faktor yang
menyebabkan kegagalan atau keberhasilan praktek yang
telah dilakukan oleh kelompok serta saran tindak lanjutnya.
Fasilitator dan peserta bersama-sama membuat kesimpulan
hasil evaluasi terkait topik evaluasi.
(b) Praktek
Kegiatan praktek hasil pembelajaran dilakukan secara bersama-
sama di kelompok kecil maupun perorangan. Kelompok kecil
ditentukan oleh Fasilitator/Pendamping dan Ketua KTH/
Kader SL. Kegiatan pembelajaran akan lebih baik bila praktek
di kelompok kecil ditindaklanjuti dengan praktek secara
perorangan di lahan/tempat tinggal masing-masing. Sebagai
contoh: setelah semua peserta SL mendapatkan pembelajaran
bersama praktek pembuatan kompos, maka setiap kelompok
kecil mempraktekkan pembuatan kompos di lokasi salah satu
anggota kelompok kecil. Hasil dan perkembangan kegiatan
praktek pembuatan kompos tersebut dipantau oleh anggota
kelompok kecil, dan hasilnya dipresentasikan pada pertemua
SL berikutnya.
10
10
Magang di kelompok atau tempat kegiatan/usaha produktif
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan atau ketrampilan
peserta dalam kegiatan atau usaha produktif dalam rangka
pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Magang biasanya
dilakukan secara intensif selama beberapa hari (sesuai
ketrampilan yang akan ditingkatkan) dan hanya melibatkan
beberapa peserta SL yang memiliki kemauan tinggi untuk
memperdalam ketrampilan dimaksud.
3.4. Pelaku SL
1. Peserta
Peserta SL adalah masyarakat di lokasi rawan kebakaran hutan,
yang terkait dengan upaya pencegahan kebakaran hutan dan
lahan. Keterlibatan kaum perempuan perlu diperhatikan untuk
memberi ruang keseimbangan antara laki-laki dan perempuan.
Diupayakan jumlah peserta SL perempuan minimal 20% dari
jumlah peserta. Jumlah peserta dibatasi 25-30 orang untuk
menghasilkan proses belajar yang baik.
11
11
2. Kader SL
Kader SL adalah ketua KTH atau pengurus yang memilliki jiwa
kepemimpinan, semangat gotong royong/kebersamaan dan
kepedulian tinggi dan pengalaman dalam upaya pencegahan
kebakaran hutan dan lahan. Sebelum menjadi Kader SL harus
mengikuti Pelatihan/Training of Trainer (ToT) Sekolah Lapang
Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan. Pelatihan ToT
dimaksudkan untuk membangun kapasitas Kader SL dalam
mengelola SL, mengembangkan kapasitas dalam membangun
jaringan kerja dengan para pihak serta meningkatkan
pemahaman mengenai pencegahan kebakaran hutan dan
lahan.
3. Pendamping/Fasilitator
Pendamping/fasilitator adalah penyuluh kehutanan atau pihak
lain yang ditugaskan untuk mendampingi kegiatan SL di lokasi
tertentu. Pendamping bertugas untuk mendampingi Kader
SL dan peserta agar proses pembelajaran SL dapat berjalan
dengan baik. Agar proses pembelajaran berjalan efektif
dan efisien, Pendamping SL harus mengikuti Pelatihan/ToT
Sekolah Lapang Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan.
4. Narasumber
Untuk meningkatkan pemahaan peserta, dalam beberapa
kesempatan pertemuan kelompok dapat mengundang
narasumber yang ahli di bidangnya, sesuai dengan topik
pembelajaran SL. Oleh karena itu Pendamping dan Kader
SL perlu aktif melakukan komunikasi untuk merintis jejering
kerja dengan berbagai pihak.
3.5. Tahapan SL
1. Persiapan
Pada tahap persiapan ini dilakukan (a) Pemilihan lokasi; (b)
Sosialisasi/Pertemuan dengan berbagai pihak terkait; (c)
Pelatihan Pendamping dan Kader SL (Training of Trainer); (d)
Penetapan Peserta;
12
12
2. Perencanaan
Dilakukan identifikasi kebutuhan dan permasalahan berkaitan
dengan pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Berdasarkan
hasil identifikasi tersebut, peserta didampingi Kader SL
menetapkan bersama materi dan kurikulum SL;
3. Pelaksanaan SL
Pelaksanaan SL sangat tergantung dari komitmen bersama
fasilitator, Kader SL dan kesiapan belajar dari seluruh peserta.
Pembelajaran dalam pertemuan kelompok penting ditindaklanjuti
dengan pembelajaran dalam kelompok kecil. Kelompok kecil
berfungsi sebagai media pendalaman materi yang didapatkan
dalam pertemuan kelompok. Insiatif dan kreativitas fasilitator
dan Kader SL akan menciptakan pembelajaran SL dinamis,
menarik dan bermanfaat bagi seluruh peserta SL, bahkan
menjadi aktivitas yang dinantikan setiap minggu.
4. Pengembangan SL
Program SL biasanya terbatas, untuk keberlanjutan dan
pengembangannya menjadi kelembagaan yang mandiri dan
dinamis perlu: (1) Penguatan kelembagaan tingkat desa
(BUMDES dll); dan (2) Penguatan Jejaring Kerja/Kemitraan.
3.6. Keluaran/Output
1. Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan petani dalam
melakukan kegiatan pencegahan kebakaran hutan dan lahan
serta usaha produktif bidang kehutanan;
2. Meningkatnya kesadaran petani dalam menjaga kelestarian
lingkungan;
3. Terbangunnya pola pikir petani tentang pelestarian lingkungan
melalui proses pembelajaran sekolah lapang;
4. Terbangunnya kemandirian masyarakat tani dalam pengelolaan
sumberdaya alam/hutan secara berkelanjutan;
5. Meningkatnya kebersamaaan dalam menjaga dan melestarikan
lingkungan.
13
13
3.7. Manfaat
1. Berkurangnya kejadian kebakaran hutan dan lahan melalui
upaya-upaya pencegahan seperti pembukaan lahan tanpa
bakar dan peningkatan usaha produktif petani sekitar hutan
yang tidak berbasis lahan;
2. Berkurangnya dampak kebakaran hutan dan lahan yang
lebih luas melalui upaya pemadaman dini kebakaran hutan
dengan mengenal cara dan peralatan sederhana serta system
pelaporan dini kebakaran.
14
14
IV. TOPIK DAN MATERI SEKOLAH LAPANG
4.1. Topik I
15
15
Langkah-langkah: 1. Penyuluh pendamping mengajari peserta
menyanyikan lagu/yel SALAM ES-EL
(PEMBUKA DAN SELAMAT JUMPA)
2. Penyuluh memperkenalkan diri dan
menjelaskan tujuan kegiatan secara
singkat kemudian memutarkan film
tentang Bahaya Kebakaran Hutan.
Sajikan juga data-data terkait kebakaran
di wilayah SL.
3. Tanyakan pada peserta apa yang bisa dan
sudah mereka perbuat untuk pencegahan
kebakaran hutan? Minta kesediaan 2-3
orang menceritakan apa yang sudah
mereka alami, serta upaya pencegahan
yang bisa dan sudah dilakukan terkait
kebakaran hutan dan lahan.
4. Penyuluh menjelaskan lebih detail tentang
metode SL dan pentingnya pencegahan
Kebakaran Hutan dan Lahan;
5. Penyuluh menawarkan kesediaan dan
konsekuensi mengikuti SL kepada
peserta. Penyuluh mencatat peserta SL;
6. Penyuluh membagi peserta ke dalam 4-5
kelompok (paling banyak 1 kelompok 5
orang), dilanjutkan dengan permainan
PERKENALAN (dapat dipilih dari bab
PERMAINAN). Masing-masing kelompok
memilih ketua. Berikan waktu untuk
istirahat dan peserta saling mengenal
satu dengan lainnya;
7. Penyuluh dan Peserta bersama-sama
membuat dan menyepakati kontrak
belajar. Misalnya waktu, tempat dan
lainnya terkait dengan kelancaran
prosese belajar. Kontrak belajar dituliskan
16
16
di kertas karton, dan ditempelkan di
ruangan pertemuan agar dapat dibaca
oleh semua peserta setiap saat;
Contoh Kontrak Belajar
1. jam Belajar 08.00 – 15.00
2. Istirahat 12.00-13.00
3. Bila berhalangan hadir harus melapor
pada Ketua Kelas
4. Bila terlambat hadir akan dapat
“hukuman” menyanyi...dst
9. Di ruang terbuka, peserta mengidentifikasi
kebutuhan belajar: Peserta mengisi
ballot box / form isian (pre test) dan
tentang kebakaran hutan dan lahan.
Penyuluh bersama Peserta membuat
resume hasil identfikasi dan pre-test
(Catatan: Penyuluh jangan sekali-kali
mencela hasil pre-test, karena akan
menyinggung peserta dan menurunkan
semangat belajarnya);
Contoh Pre test:
a. Apa yang dimaksud dengan deteksi
dini kebakaran hutan dan lahan
b. Sebutkan sifat api
c. Sebutkan sumber-sumber api
d. Kepada siapa kita melaporkan bila
terjadi kebakaran di wilayah saudara?
10. Penyuluh dan peserta bersama-sama
menyepakati kebutuhan belajar dan
jadwal SL (untuk 10-12 kali pertemuan);
11. Penyuluh menutup pertemuan dan
mengingatkan jadwal pertemuan
berkutnya.
Bahan bacaan : Etika Pendamping
Prinsip belajar orang dewasa
17
17
Lagu2:
SALAM “ES-EL” (PEMBUKA/PENUTUP)
Di sinilah, di sini kita bertemu lagi (tepuk tangan 2x)
Di SL lah, di SL kita bertemu lagi
Salam, (tepuk tangan 2x),
salam, (tepuk tangan 2x)
Salam, salam, salam HEEY...(angkat tangan)
(Tepuk tangan 3x) KAMI BISAAA (sambil kepal dan angkat tangan
kanan)
(Hentakan kaki 3x) KAMI MAJUU (sambil kepal dan angkat tangan
kanan)
EEEESSS EEEELLLL...... LUUUUAAAAR BIASAAAA!!
(ditutup dengan tepuk tangan dan hentakan kaki yang panjang, atau
gerakan kreasi lainnya)
SELAMAT JUMPA
Selamat jumpa, selamat jumpa, selamat jumpa kawanku
Apa kabar, apa kabar, apa kabar kawanku
Senangnya....(tepuk tangan 3x), senangnya (tepuk tangan 3)
Dung dung ecek ecek 2x (sambil pinggul digoyang)
Ole...ole...ole....ole....ole... 2x (tangan kanan diangkat, badan
berputar)
18
18
4.2. Topik II
19
19
Tempat : Teori : Sekretariat KTH
Praktek : Demplot Pencegahan Karhutla
Langkah-langkah : Pendamping melakukan pemutaran film
hutan/ kebakaran hutan untuk disimak oleh
para peserta. Setelah film selesai peserta
diminta untuk menyampaikan kesimpulan isi
film tersebut.
1. Peserta dibagi ke dalam 2-3 kelompok
kecil. Pendamping membagikan koran
tentang berita kebakaran. Peserta
membuat kliping faktor pemicu
kebakaran hutan dan dampaknya dari
koran yang sudah dibagikan. Diskusikan
bersama kelompok selama 15-20 menit.
Masing-masing perwakilan kelompok
kecil menceritakan hasil kliping tersebut;
2. Pendamping menyimpulkan hasil cerita
kliping dari masing-masing kelompok
dan menjelaskan materi tentang:
- Pengertian, Konsep Kebakaran,
Perilaku api
- Faktor-faktor penyebab karhutla
- Peraturan dan sanksi hukum karhutla
- Atribut-atribut karhutla
- Pengalaman dalam pecegahan Keba-
karan Hutan dan lahan
3. Sambil menjelaskan materi pertama,
pendamping menyiapkan alat peraga
munculnya api (segitiga api). Lilin yang
dinyalakan ditutup dengan toples kaca.
Peserta diminta untuk mengamati apa
yang akan terjadi pada lilin tersebut.
4. Pendamping menyiapkan 2 kotak berisi
jerami. Satu kotak jerami di taruh
puntung roko bersap dan kotak jerami
lain disulut korek api. Peserta diminta
untuk mengamati apa yang terjadi di
kedua kotak jerami tersebut.
20
20
5. Peserta dalam kelompok kecil
mendiskusikan kesimpulan hasil setiap
peragaan tersebut. Perwakilan kelompok
menyampaikannya di depan forum
kepada seluruh peerta SL.
6. Pendamping mempersilahkan peserta
untuk berbagi pengalaman mengenai
kejadian kebakaran hutan dan lahan di
sekitar tempat tinggalnya. Isi sharing
pengalaman: penyebab kebakaran,
awal munculnya api, bagaimana
cara menangani kebakaran dan
memadamkannya.
Bahan bacaan :
KONSEP KEBAKARAN
A. Pengertian
21
21
2. Fase penguapan gas
Setelah suhu semakin meningkat, beberapa gas baik yang
mudah menyala maupun yang tidak menyala keluar. Pada
saat ini munculah lidah api.
3. Fase pengabuan
Fase terakhir yang ditinggalkan setelah lidah api adalah
terjadinya perubahan fisik dari kayu menjadi abu.
B. Perpindahan Panas
1. Konduksi
• Pemindahan panas melalui molekul-molekul dalam
bahan bakaran
• Mempunyai pengaruh terkecil jika dibandingkan dengan
radiasi dan konveksi karena kayu adalah penghantar
panas yang jelek
2. Radiasi
• Panas dipindahkan melalui udara dari suatu bahan
bakaran ke bahan bakaran terdekat
• Selanjutnya mengikuti 3 fase pembakaran
• Sangat penting dalam pembuatan ilaran api
3. Konveksi
• Panas dipindahkan oleh pergerakan udara panas dan
asap yang timbul dan memanaskan bahan bakar di
atasnya.
22
22
C. Segitiga Api
1 2
Reaksi berantai
panas
24
17
24
E. Segiempat GALAAG
3. Kebakaran liar
Kebakaran liar dapat terjadi akibat keberlanjutan pembakaran
tak terkendali. Apabila lahan yang dibakar merupakan lahan
mineral maka waktu bakar akan relatif lebih cepat dibandingkan
dengan lahan gambut. Dampak yang ditimbulkan juga tidak
separah di lahan gambut seperti terjadinya akumulasi asap
selama berbulan- bulan.
Penyebab lain dari kebakaran liar dpat terjadi karena unsur
ketidaksengajaan seperti kebakaran akibat sisa memasak/
tungku api, pembuatan arang, pengasapan ikan, sisa obor
pencari madu, pencari ikan dalam hutan, api unggun pendaki
gunung dan sebagainya.
Pada kedua kejadian tersebut api tidak dapat diarahkan, api
akan berjalan sesuai dengan jenis bahan bakaran, topografi
dan angin serta kedalaman gambut.
26
26
PERILAKU API
A. Pengertian
27
27
pemanasan juga mengurangi kelembaban bahan bakar
dan hanya diperlukan sedikit panas untuk membakar
bahan bakar. Sekali bahan bakar tersebut terbakar,
maka bahan bakar yang mengalami pra pemanasan
akan terbakar lebih cepat.
Permukaan tanah juga akan mengalami pra pemanasan
oleh matahari. Suhu permukaan tanah mempengaruhi
pergerakan aliran udara. Begitu panas matahari
menghangatkan permukaan tanah, maka udara yang
berdekatan dengan permukaan tanah akan menjadi
panas dan udara di permukaan tanah naik ke atas. Hal
ini menyebabkan pergerakan aliran udara menaiki lereng
dan lembah.
b. Angin
Angin memicu pembakaran dan penjalaran api melalui:
1) Peningkatan suplai oksigen
2) Pengaruh arah penjalaran api
3) Pengeringan bahan bakar
4) Mengubah menjadi bara api (api loncat)
5) Menggerakkan udara yang dipanaskan ke bahan
bakar di sekitarnya
Angin akan mempengaruhi laju maupun arah kebakaran
hutan. Hal ini terjadi karena angin akan mensuplai
oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran lebih
intensif. Angin dapat membelokkan arah kebakaran
untuk mendekatkan bahan bakar yang belum terbakar
dan memindahkan panas ke arah depan yang bisa
memberikan pra pemanasan terhadap bahan bakar yang
ada di depannya. Angin membawa bara api jauh dari
sumbernya, hal ini yang akan menyebabkan munculnya
bara api baru.
Angin pada umumnya bertiup ke atas lereng pada siang
hari sehingga udara panas bergerak ke atas. Pada
malam hari angin pada umumnya bergerak ke lembah,
sehingga udara dingin turun ke lembah. Angin malam
28
28
pada umumnya tidak sekuat angin siang. Arah angin
dari lembah dan lereng harus diingat-ingat karena hal
ini penting untuk perencanaan pemadaman kebakaran
hutan.
Kadang-kadang angin gunung dan angin lembah
tersebut terkalahkan oleh angin musim yang lebih kuat.
Angin musim tersebut biasanya bertiup pada menjelang
siang hari sampe sore hari. Indikator kecepatan angin
dapat dilihat melalui arah asap.
c. Kelembaban Relatif
Kelembaban dalam bentuk uap air selalu hadir di
udara. Ukuran kelembaban di udara adalah kelembaban
relatif yang dinyatakan dalam % (persen). Ini adalah
jumlah kelembaban yang ada di dalam ukuran tertentu
dibandingkan dengan jumlah maksimum kelembaban
yang dikandung oleh udara tersebut pada ukuran dan
temperatur yang sama. Begitu udara terpanaskan oleh
matahari, kelembaban relatif menurun dan begitu udara
menjadi dingin maka kelembaban relatif bertambah.
Kelembaban relatif akan mempengaruhi kelembaban
bahan bakar dan keberadaan air pada bahan bakar.
Udara biasanya menjadi lebih kering pada siang hari di
bandingkan malam hari, karena biasanya suhu udara
siang hari lebih panas. Begitu juga terhadap bahan
bakar akan lebih kering pada siang hari. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa kebakaran akan lebih hebat pada
siang hari. Oleh karena setiap waktu udara bisa menjadi
lebih panas dan lebih sejuk maka perilaku api setiap
waktu juga akan berubah.
d. Curah Hujan
1) Kadar air bahan bakar dipengaruhi oleh jumlah
dan lamanya curah hujan
2) Bahan bakar harus dapat menyerap dan melepaskan
air dengan mudah
3) Curah hujan yang tinggi dalam waktu yang pendek
tidak meningkatkan kelembaban bahan bakar,
29
29
sebaliknya curah hujan rendah dalam waktu yang
panjang bahan bakar dapat menyerap lebih banyak
air.
2. Topografi
Dimanapun lokasi kebakaran terjadi (curam atau datar),
maka keadaan lapangan merupakan faktor yang penting yang
menentukan laju dan arah menjalarnya api. Topografi adalah
keadaan lapangan atau konfigurasi permukaan tanah.
Topografi biasanya dibagi menjadi 3 bagian yaitu lereng,
bentang alam dan aspek.
a. Lereng/ Kemiringan
Keterjalan lereng akan mempengaruhi laju arah
menjalarnya api. Umumnya api menjalar lebih cepat ke
arah puncak dibandingkan ke arah lembah. Semakin
curam lereng, maka semakin cepat api menjalar. Hal ini
dikarenakan:
1) Pada lereng yang naik, nyala api lebih dekat
dengan bahan bakar, sehingga bahan bakar akan
cepat kering dan memudahkan terbakar dari pada
tanah datar.
2) Aliran angin biasanya mengarah ke pucak, sehingga
menyebabkan terdorongnya panas dan lidah api ke
bahan bakar baru diatasnya.
3) Udara yang terpanasi secara konveksi dan naik
sepanjang lereng menyebabkan bertambahnya
kecepatan yang pada akhirnya mempercepat laju
penjalaran api.
4) Bara api mungkin akan menggelinding ke bawah
dan menimpa bahan bakar baru sehingga
mempercepat penjalaran serta menyulut sumber
api baru.
b. Bentang Alam
Bentang alam akan berpengaruh terhadap pola angin
setempat, sedangkan pola angin berpengaruh nyata
30
30
terhadap arah dan kecepatan penjalaran kebakaran.
Bentang alam dapat merupakan penghalang dan
merubah aliran udara yang pada akhirnya menyebabkan
turbulensi atau pusaran angin yang terbentuk di daerah
belakang daerah penghalang tersebut.
Pergerakan angin dapat lebih berbahaya di daerah yang
curam atau lereng berbentuk V. Di tempat ini dapat
menimbulkan pengaruh seperti cerobong asap, angin
mengalir ke atas dengan kuat seperti asap yang keluar
dari cerobong. Kebakaran hutan di tempat seperti ini
menjalar dengan kecepatan yang sangat tinggi dan
sangat berbahaya.
c. Aspek
Aspek adalah arah menghadapnya lereng terhadap
penyinaran matahari. Biasanya lereng yang pertama kali
mendapatkan penyinaran matahari akan mempengaruhi
cuaca setempat seperti suhu menjadi tinggi, kelembaban
rendah dan juga arah angin.
Di Indonesia, pada 20 Maret – 20 September matahari
berada di belahan bumi utara. Pada periode tersebut
lereng yang menghadap ke utara akan mendapatkan
radiasi matahari paling besar dan lereng yang menghadap
ke selatan akan lebih sedikit menerima cahaya matahari.
Aspek bagian barat dan timur menerima radiasi langsung
lebih banyak, sehingga tanah dan vegetasi menjadi lebih
kering. Kondisi ini mendukung tersedianya bahan bakar
yang potensial untuk terbakar. Semakin tinggi intensitas
matahari pada suatu daerah, maka angin lereng akan
terjadi lebih awal dan lebih kuat.
Pada lereng yang menghadap matahari maka akan
terjadi:
• Temperatur yang lebih tinggi
• Angin yang lebih kuat
• Kelembaban yang lebih rendah
• Kandungan air bahan bakar lebih rendah
31
31
Semua kondisi tersebut menyebabkan bahan bakar lebih
mudah tersulut dan laju penjalaran api menjadi lebih
cepat. Dengan demikian, angin mempunyai kontribusi
yang cukup besar terhadap perilaku api dan topografi
berpengaruh terhadap pola pergerakan udara.
3. Bahan Bakar
a. Kadar Air/Kelembaban Bahan Bakar
Kelembaban bahan bakar merupakan faktor utama yang
mempengaruhi kemudahan bahan bakar terbakar dan
laju pembakarannya. Semakin lembab bahan bakar
semakin banyak panas yang diperlukan untuk dapat
membakar secara sempurna. Kelembaban tersebuut
harus diuapkan terlebih dahulu sebelum bahan bakar
tersebut mencapai titik bakarnya. Oleh karena itu bahan
bakar dengan kelembaban rendah akan terbakar lebih
mudah dan api akan menjalar di dalam bahan bakar
tersebut lebih cepat jika dibandingkan dengan apabila
bahan bakar lembab.
Apabila kelembaban bahan bakar tersebut rendah dapat
diketahui bahwa api akan menjalar dengan cepat dan
diperkirakan api akan meloncat dengan intensitas yang
tinggi. Bahan bakar yang masih hidup mempunyai
kelembaban yang lebih tinggi dari yang telah mati.
Jumlah kelembaban di udara juga dapat menggambarkan
perkiraan kelembaban bahan bakar. Api loncat terutama
terjadi pada bahan bakar yang telah mati dengan
kelembaban rendah. Jika ditemukan banyak api loncat
dalam suatu kejadian kebakaran maka dapat dipastikan
kondisinya sudah berbahaya.
b. Ukuran-halus-sedang-berat
Kemudahan penyalaan dan laju pembakaran dipengaruhi
oleh faktor lain yaitu ukuran bahan bakar. Bahan bakar
ringan akan menyala lebih cepat begitu juga dengan
32
32
penjalarannya. Dengan demikian bahan bakar ringan
akan lebih cepat habis dibandingkan dengan bahan
bakar berat. Bahan bakar berat membutuhkan waktu
lama untuk terbakar dan penjalaran api lebih lambat
namun mempunyai intensitas api yang besar.
c. Susunan-kesinambungan bahan bakar-vertikal-
horizontal
Kesinambungan bahan bakar menurut ruang horizontal
adalah hubungan bahan bakar yang satu dengan
yang lainnya di permukaan tanah. Keadaan ini akan
mempermudah pemindahan panas dari satu bahan
bakar ke bahan bakar lainnya. Bila bahan bakar tersebut
dipisah-pisahkan oleh adanya penghalang seperti
sungai, parit, tanah kosong, jurang maka penjalaran api
akan terhambat.
Metode pemadaman kebakaran hutan yang umum
dipakai adalah memisahkan ketersinambungan bahan
bakar tersebut dengan cara memisahkan bahan bakar
yang belum terbakar dari bahan bakar yang telah
terbakar. Inilah yang disebut aliran api. Kesinambungan
menurut ruang vertikal adalah hubungan bahan bakar
satu dengan lainnya secara vertikal. Apabila suatu
kawasan banyak dijumpai hal ini, maka jika terjadi
kebakaran api akan cepat merambat seperti proses
konveksi panas yang akan memanaskan dan membakar
bahan bakar yang ada diatasnya.
d. Volume (ton/ha)-mempengaruhi intensitas kebakaran
Berapa banyak bahan bakar terbakar atau akan terbakar
juga penting diketahui. Jumlah bahan bakar biasanya
berhubungan dengan volume atau kuantitasnya.
Semakin banyak bahan bakar terbakar, semakin tinggi
intensitas kebakaran yang terjadi.
e. Kandungan Resin Bahan Bakar-mempengaruhi
kecepatan penyalaan
Bahan bakar yang mengandung getah resin seperti
33
33
d. Volume (ton/ha)-mempengaruhi intensitas kebakaran
Berapa banyak bahan bakar terbakar atau akan terbakar juga penting diketahui.
Jumlah bahan bakar biasanya berhubungan dengan volume atau kuantitasnya.
Semakin banyak bahan bakar terbakar, semakin tinggi intensitas kebakaran yang
terjadi.
pinus
e. Kandungan Resin Bahan atau damar akan kecepatan
Bakar-mempengaruhi mempercepat proses penyalaan
penyalaan
Bahan bakar yang dan keawetangetah
mengandung untukresin
menyala.
seperti pinus atau damar akan
mempercepat proses penyalaan dan keawetan untuk menyala.
4. Waktu
4. Waktu Setelah jam 10.00 pagi, penyinaran matahari mulai meningkat
Setelah jam 10.00>> pagi, penyinaran
temperatur matahari>>
meningkat mulai meningkatudara
kelembaban >> temperatur
turun >>
meningkat >> kelembaban
kecepatan angin mulai meningkat >> kadar airmeningkat
udara turun >> kecepatan angin mulai >>
bahan bakar
kadar air bahan bakar
turun.turun.
InilahInilah
yangyang disebut
disebut dengan
dengan periodekritis
periode kritispada
padamasa
masa
terjadinya kebakaran hutan. kebakaran hutan.
terjadinya
Periode
kritis
23
(2) Lapisan gambut sedalam 50 cm pada areal seluas
1m2 menghasilkan 165.000 kcal panas dalam
pembakaran. Volume gambut seperti ini sangat
cukup untuk menyebabkan terjadinya kebakaran
bahkan dengan kondisi kelembaban sampai
dengan 500%;
(3) Pada saat terik matahari, kandungan air gambut
akan menurun sampai dengan 40-50% yaitu pada
tingkat dimana gambut dapat berubah menjadi
debu sehingga akan mudah terbakar. Oleh karena
itu, pada pembakaran yang disertai dengan angin
dapat menyebabkan penyebaran api yang sangat
cepat.
b. Watak kebakaran gambut
(1) Kebakaran gambut diklasifikasikan sebagai
kebakaran bawah yang diartikan sebagai kebakaran
pada sub lapisan berbahan bakar organik;
(2) Api membakar di bawah permukaan dengan cara
menyebarkan kebakaran tanpa adanya nyala api,
sedikit asap dan pada umumnya disebabkan karena
adanya kebakaran permukaan. Hal ini tergantung
pada kandungan air pada lapisan organik;
(3) Pada pembakaran lebih lanjut, api akan menembus
lapisan gambut, membakar habis dengan cara
membentuk terowongan (corong) dan kemudian
menyebar secara horizontal;
(4) Karena lapisan tanah yang menopang akar pohon
telah terbakar, pohon akan goyah dan kemudian
tajuk pohon biasanya akan jatuh di atas areal yang
terbakar;
(5) Kebakaran gambut mempunyai kecenderungan
untuk melakukan penetrasi sendiri secara konstan.
Ketika penetrasi pada lapisan gambut di bawahnya
35
35
terjadi, api sewaktu-waktu dapat menyebar
puluhan bahkan ratusan meter dari asal api,
muncul ke permukaan dibeberapa tempat.
c. Penggolongan kebakaran gambut
Berdasarkan kedalaman kebakaran, kebakaran gambut
dapat digolongkan menjadi 3 kelas, yaitu:
(1) lemah (kedalaman 25 cm)
(2) sedang (kedalaman 25-50 cm)
(3) kuat (kedalaman lebih dari 50 cm)
Berdasarkan pola penyebarannya digolongkan menjadi
2 yaitu:
(1) berbentuk lorong, karena didominasi gambut
mentah
(2) berbentuk sumur karena didominasi gambut
matang
36
36
KETIKA TERJADI KEBAKARAN GAMBUT, HENDAKNYA:
1. CEK WATER LEVEL (TINGKAT AIR), KONDISI INI MENGINDIKASIKAN
SEBERAPA DALAM API DAPAT MENEMBUS KEDALAMAN GAMBUT
2. CEK JENIS GAMBUT, MENTAH ATAU MATANG DENGAN CARA
MEREMAS DAN MENCELUPKAN KE AIR. GAMBUT MATANG BIASANYA
SEDIKIT MENYISAKAN BAHAN ORGANIK. PENGAMATAN KEDUA INI
UNTUK MENGETAHUI POLA PENYEBARAN API BERLORONG ATAU
MEMBENTUK SUMUR.
2. Kebakaran Permukaan
KETIKA TERJADI KEBAKARAN GAMBUT, HENDAKNYA:
1. CEK WATER LEVEL (TINGKAT AIR), KONDISI INI
Kebakaran permukaan yaitu kebakaran yang terjadi di atas
MENGINDIKASIKAN SEBERAPA DLAM API DAPAT
MENEMBUS KEDALAMAN GAMBUT
permukaan 2. CEKtanah dan MENTAH
JENIS GAMBUT, biasanya membakar
ATAU MATANG DENGAN rerumputan,
CARA MEREMAS DAN MENCELUPKAN KE AIR. GAMBUT
alang-alang,MATANG semak belukar hingga hutan sekunder. Di
BIASANYA SEDIKIT MENYISAKAN BAHAN
Indonesia, ORGANIK.
kasus PENGAMATAN
kebakaran yang
KEDUA sering terjadi biasanya
INI UNTUK
MENGETAHUI POLA PENYEBARAN API BERLORONG
diawali dengan jenis kebakaran ini. Pengaruh cuaca akan
ATAU MEMBENTUK SUMUR.
2. berpengaruh
Kebakaran Permukaan langsung terhadap pengeringan bahan bakar
di permukaan
Kebakaran permukaan yaitu sehingga
kebakaran yangbahan
terjadi dibakar permukaan
atas permukaan ini yang
tanah dan
biasanya membakar rerumputan, alang-alang, semak belukar hingga hutan sekunder.
pertama kali menyala apabila ada sumber panas. Selanjutnya
Di Indonesia, kasus kebakaran yang sering terjadi biasanya diawali dengan jenis
reaksi
kebakaran berantai
ini. Pengaruh cuacadan
akanterjadilah
berpengaruh kebakaran
langsung terhadappermukaan.
pengeringan Jenis
kebakaran ini selanjutnya dapat berubah menjadi kebakaran
bahan bakar di permukaan sehingga bahan bakar permukaan ini yang pertama kali
menyala apabila ada sumber panas. Selanjutnya reaksi berantai dan terjadilah
tajuk
kebakaran atau kebakaran
permukaan. bawah
Jenis kebakaran bergantung
ini selanjutnya dapat cuaca,
berubah ketersediaan
menjadi
bahan
kebakaran bakar
tajuk atau dan topografi
kebakaran lahan.
bawah bergantung cuaca, ketersediaan bahan bakar
dan topografi lahan.
7
5
6
8
2 3
1
37
37
25
Tabel 1. Sifat dan Bagian Kebakaran pada Kebakaran Permukaan
No Nama Sifat
1 Api utama Seluruh gambaran api, sebaiknya diketahui
bentuk penjalarannya untuk memudahkan
penyerangan
2 Ekor api Awal api, paling lambat penjalarannya
3 Pulau api tempat yang belum terbakar di tengah-
tengah, berbahaya untuk berlindung
4 Sayap kanan api Penjalaran api sedang, relatif mudah
5 Sayap kiri api dikontrol dan aman
6 Teluk api Tempat yang belum terbakar, sangat
berbahaya untuk pembuatan ilaran atau
berlindung
7 Jari-jari api Bagian depan yang karena sifat bahan
bakaran, topografi dan cuaca, api lebih
cepat menjalar ke arah depan dari bagian
lainnya. Apabila tidak terkendali dapat
meluas dan menciptakan api utama baru.
8 Kepala api Bagian depan dari kebakaran, sangat cepat
menjalar, berbahaya
9 Api loncatan Api terbang, jauh dari api utama. Sangat
berbahaya karena dapat menjadi api utama
baru. Segera cari dan padamkan.
Arah angin Menunjukkan arah angin bertiup.
3. Kebakaran Tajuk
Berikut ini petunjuk untuk menduga kebakaran tajuk:
a. Kondisi bahan bakar yang berkesinambungan secara
vertikal melimpah di hutan
b. Kerapatan tajuk:
- Lebih dari 250 pohon/ha
- Penutupan lebih dari 77%
- Jarak antar tajuk kurang dari 5 meter
c. Intensitas api di permukaan
d. Angin pada tingkat tajuk
e. Kadar air bahan bakar
38
38
f. Kelerengan
Kebakaran tajuk akan berlangsung lama jika kebakaran
terjadi pada lereng yang terjal dengan kondisi angin
yang cukup sehingga api akan mudah menghantarkan
panasnya dari tajuk ke tajuk.
39
39
ATRIBUT DAN SIMBOL KEBAKARAN HUTAN
A. Manggala Agni
Sesuai dengan pasal 47 dalam Undang- Undang No. 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan, yang dimaksud dengan perlindungan
hutan dan kawasan dan kawasan hutan merupakan usaha untuk:
• Mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan
dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia,
ternak, KEBAKARAN, daya-daya alam, hama serta penyakit;
dan
• Mempertahankan dan menjaga hak-hak Negara, masyarakat
dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan,
investasi serta perangkat yang berhubungan dengan
pengelolaan hutan.
Berdasarkan undang-undang di atas, di mana perlindungan
hutan salah satunya adalah membatasi dan mencegah kerusakan
hutan akibat kebakaran serta kejadian kebakaran hutan setiap
tahunnya merupakan ancaman yang harus segera diselesaikan,
maka Departemen Kehutanan pada Tahun 2003 telah membentuk
Manggala Agni.
Manggala Agni adalah Brigade Pengendalian Kebakaran
Hutan Indonesia yang dibentuk dalam rangka melaksanakan
tugas pengendalian kebakaran hutan yang kegiatannya meliputi
pencegahan, pemadaman dan penanganan pasca-kebakaran
hutan.
Manggala Agni berasal dari kata manggala yang berarti
panglima dan agni yang berarti api. Manggala Agni mengandung
pengertian bahwa sebagai panglima api, Manggala Agni mampu
mengendalikan api. Kata kunci “mengendalikan” mengandung arti
bahwa Manggala Agni melakukan langkah-langkah manajemen
yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan, tidak hanya pemadaman, tetapi juga pencegahan
dan penanganan pasca-kebakaran hutan.
40
40
Dalam perkembangannya, Manggala Agni juga melakukan
kegiatan pencarian dan penyelamatan (SAR) seperti yang telah
dilakukan pada Operasi Penanganan Bencana Gempa Bumi dan
Tsunami di Nangroe Aceh Darussalam pada awal 2005. Dalam
operasi, Manggala Agni berasal dari Sumut, Riau dan jambi selama
40 hari (1 Januari s/d 10 Februari 2005) melakukan antara lain:
• Evakuasi lebih dari 2000 jenazah korban tsunami;
• Pembersihan fasilitas perkantoran dan rumah sakit;
• Membantu evakuasi amunisi POLRI
• Menyampaikan sumbangan dari Kem. Lingkungan Hidup dan
Kehutanan
• Membantu Pengobatan korban baik dari jajaran kehutanan
maupun masyarakat umum.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor: 45 Tahun 2004
tentang Perlindungan Hutan, kegiatan pengendalian kebakaran
hutan terdiri dari:
• Pencegahan
• Pemadaman
• Penanganan Pasca Kebakaran Hutan
Pengendalian kebakaran hutan pada dasarnya adalah suatu
rangkaian kegiatan yang dimulai dari pencegahan, yaitu upaya
untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan, pemadaman yaitu
kegiatan untuk mematikan kebakaran hutan dan penanganan
paska kebakaran yaitu upaya untuk identifikasi, mengevaluasi,
rehabilitasi dan memantau lokasi kebakaran lahan dan hutan.
Untuk melaksanakan kegiatan tersebut diperlukaan
kelembagaan yang jelas. Kegiatan pencegahan lebih diutamakan
karena kegiatan ini dilakukan sebelum terjadinya kebakaran sekecil
apapun kegiatannya.
1. Kelembagaan. Lembaga pengendalian kebakaran hutan
yang dibentuk berupa wadah struktural, operasional dan
fungsional koordinatif. Kegiatan kelembagaan meliputi hal-
41
41
hal yang menjadikan lembaga daerah operasi Manggala
Agni dalam keadaan siap untuk melaksanakan pengendalian
kebakaran hutan. Kegiatan tersebut meliputi antara lain :
administrasi, pembinaan personil, pemeliharaan peralatan
serta pengembangan kegiatan pengendalian kebakaran hutan.
2. Pencegahan. Kegiatan pencegahan adalah upaya yang
meliputi segala hal untuk mencegah terjadinya kebakaran
hutan secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatannya
antara lain koordinasi dengan para pihak, penyuluhan,
kampanye, sistem informasi peringatan dini dan sebagainya.
3. Pemadaman. Kegiatan pemadaman kebakaran hutan meliputi
upaya operasional dilapangan baik dalam rangka persiapan
pemadaman maupun kegiatan langsung pada setiap kebakaran
hutan. Kegiatannya antara lain : Patroli, pemadaman dini,
pemadaman mandiri, pemadaman gabungan.
4. Penanganan pasca kebakaran, Kegiatan penanganan pasca
kebakaran hutan meliputi kegiatan yang berkaitan dengan
membantu penegakan hukum serta dalam rangka rehabilitasi
hutan dan lahan bekas kebakaran. Kegiatannya meliputi
antara lain pengumpulan bahan keterangan, identifikasi dan
evaluasi serta pemantauan kebakaran hutan dan lahan
42
42
1. Segi empat bujur sangkar melambangkan dua hal pokok
yaitu: Empat faktor terjadinya api yaitu bahan bakar, oksigen,
panas dan manusia. Kedudukan keempat faktor tersebut
tidak digambarkan secara jelas dan berurutan di dalam segi
empat tersebut untuk menunjukkan bahwa keempat faktor
mempunyai pengaruh sama besar untuk terjadinya api.
Bidang segi empat melambangkan perisai sebagai ungkapan
harapan bahwa BRIGDALKAR menjadi perisai inti atau
kekuatan terdepan terhadap ancaman kebakaran hutan.
2. Si Pongi adalah maskot nasional pengendalian kebakaran hutan
yang telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kehutanan
No 365/Kpts-ll/1996. Maskot tersebut mengambil gambar
Orang Utan yang memakai topi lapangan “Jagawana”.
“PONGI” diambil dari nama internasional Orang Utan yaitu
Pongo pygmaeus yang termasuk famili Pongoideaeu.
Adapun dasar pemilihan maskot diantaranya adalah:
o Orang Utan adalah jenis satwa liar yang dilindungi dan
termasuk kategori appendix I, penyebarannya terbatas
di Sumatera dan Kalimantan, dan sudah cukup popular
bagi masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia.
o Satwa ini hidupnya sangat bergantung pada hutan hujan
tropis dan makanan utamanya adalah buah-buahan dan
dedaunan serta membuat sarang di atas pohon.
o Jenis hewan ini dikenal cukup cerdik dibandingkan
dengan primata lainnya. Habitatnya di Kalimantan Timur
pernah rusak berat akibat kebakaran hutan pada tahun
1982/1983, yaitu kurang lebih 3,6 juta Hektar selama 6
bulan.
o Telah menjadi isu internasional bahwa keberadaan
Orang Utan harus diselamatkan dari gangguan yang
salah satunya adalah akibat kebakaran.
3. Api di dalam bingkai menggambarkan bahwa selama api masih
dalam kendali ia aman dan bermanfaat bagi umat manusia dan
makhluk hidup lainnya. Oleh sebab itu BRIGDALKAR sebagai
kekuatan terdepan bersama seluruh komponen masyarakat
harus berupaya agar api selalu dalam pengendalian.
43
43
4. Tulisan MANGGALA AGNI di luar bawah segi empat
dengan panjang tulisan sama dengan lebar sisi segi empat
mengisyaratkan bahwa:
o BRIGDALKAR menyangga beban dan tanggung jawab
pengelolaan kebakaran hutan
o BRIGDALKAR berada di luar empat faktor penyebab
kebakaran, tetapi begitu dekat untuk menjadi pengarah
dan pengawas agar keempat factor tersebut selalu
dalam kendali
o BRIGDALKAR selalu bekerja sesuai batas-batas di dalam
aturan dan harus memahami persis keempat factor
tersebut diatas, tetapi tetap terbuka bagi masukan-
masukan dari luar.
o Warna hijau melambangkan air sebagai pemadam,
hijaunya hutan yang tetap di jaga dan dipertahankan,
keteduhan jiwa dan suasana yang selalu diciptakan oleh
BRIGDALKAR
44
44
Perlindungan Hutan Dan Konservasi Alam Nomor : P. 2/Iv-Set/2014
Tentang Pembentukan Dan Pembinaan Masyarakat Peduli Api.
45
45
4.3. Topik III
46
46
Langkah kerja : A. Diskusi Materi
1. Penyuluh pendamping memberikan
penjelasan tentang tujuan pertemuan
hari itu : pokok bahasan, mekanisme
pembelajaran/praktek, target setelah
selesai pembelajaran dll
2. Penyuluh pendamping mempersilahkan
2 – 3 orang peserta untuk menyampaikan
pendapat/ pengetahuaan/
pengalamannya dalam mengidentifikasi
potensi kebakaran hutan dan lahan
serta bagaimana memetakannya secara
partisipatif
• Apa saja yang pernah dilakukan
• Dimana dilakukannya
• Kapan melakukannya
• Siapa saja yang ikut terlibat
• Bagaimana cara melakukannya
• Bagaimana memetakan hasil
identifikasi secara partisipatif
3. Penyuluh pendamping membahas dan
mendiskusikan hasil curah pendapat
tersebut dan menambahkan uraian
mengenai identifikasi potensi kebakaran
hutan dan lahan (Pengertian Identifikasi
potensi, teknik2 identifikasi , pelaksanaan
identifikasi dan pemetaan partisipatif)
4. Penyuluh mendamping menyimpulkan
hasil diskusi tentang identifikasi potensi
kebakaran hutan dan lahan
5. Penyuluh pendamping menjelaskan dan
mendampingi praktek sesuai materi yang
sedang dibahas
6. Bila diperlukan penyuluh pendamping
dapat menyelipkan permainan-
47
47
permainan terkait dengan materi yang
dibahas pada pertemuan
7. Penyuluh pendamping membuat simpulan
dan mendokumentasikan segala aspirasi,
saran dan masukan peserta pertemuan
serta hambatan di lapangan.
8. Penyuluh pendamping bersama-sama
dengan peserta pertemuan menyepakati
waktu dan tempat pertemuan selanjutnya
sebagai tindak lanjut pertemuan ini.
48
48
• Identifikasi sumberdaya manusia :
peladang berpindah, pengetahuan
tentang kebakaran hutan dan
lahan, kepedulian tentang karhutla,
keikutsertaan terhadap pencegahan
karhutla, kearifan lokal dalam
pencegahan karhutla, dll
4. Masing-masing kelompok diminta
menganalisa hasil identifikasi potensi dan
merumuskannya ke dalam tindakan-tindakan
yang diperlukan
5. Masing-masing kelompok diminta untuk
membuat sketsa/peta sederhana mengenai
potensi kebakaran hutan dan lahan
berdasarkan hasil identifikasi
6. Perwakilan tiap-tiap kelompok menyampaikan
hasil identifikasi dan pemetaannya kepada
seluruh peserta untuk didiskusikan dan
mendapat masukan dari para peserta
7. Penyuluh pendamping membuat simpulan
dan menutup pertemuan.
Bahan bacaan :
IDENTIFIKASI POTENSI
Pengertian
Identifikasi potensi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengenali
kondisi suatu wilayah secara menyeluruh. Identifikasi potensi kebakaran
hutan dan lahan. dimaksudkan untuk mengetahui kondisi apapun yang
ada dalam wilayah tersebut dalam kaitannya dengan kebakaran hutan dan
lahan. Potensi dimaksud mencakup potensi kebakaran hutan dan lahan
itu sendiri, potensi sumberdaya manusia maupun potensi sumberdaya
alam, serta identifikasi permasalahan dan kebutuhan. Identifikasi potensi
49
49
ini diperlukan sebagai bahan untuk menentukan strategi, kegiatan dan
langkah yang perlu diambil dalam pencegahan kebakaran hutan.
50
50
Sedangkan sikap masyarakat terhadap kebakaran hutan dan lahan dapat
didekati melalui penggalian informasi tentang :
• Kepedulian/awareness terhadap kebakaran hutan dan lahan
• Keikutsertaan terhadap pencegahan kebakaran hutan dan lahan
• Ide-ide/pemikiran terhadap pencegahan kebakaran hutan dan
lahan
• Apakah pernah atau masih tergabung dalam kelompok-kelompok
masyarakat peduli api
• Dll
Ketrampilan masyarakat terhadap kebakaran hutan dan lahan :
• Apa yang pernah dilakukan dalam pencegahan kebakaran hutan
dan lahan
• Bagaimana melakukan pencegahan kebakaran hutan dan lahan
• Bagaimana membuat jalur hijau, sekat bakar, dll
51
51
Identifikasi masalah diperlukan untuk menemukan pokok permasalahan
sebenarnya yang harus diselesaikan. Setelah ditemukannya permasalahan
yang sebenarnya baru dapat dilakukan identifikasi kebutuhan langkah-
langkah yang harus dilakukan guna memecahkan permasalahan tersebut.
Dalam identifikasi masalah kebakaran hutan dan lahan, harus dapat
menjawab hal-hal:
• Apa permasalahan kebakaran yang sebenarnya
• Apa akar permasalahan kebakaran yang potensial
• Apa penyebab masalah-masalah tersebut
• Apa masalah yang paling penting
• Apa kemungkinan penyelesaian masalah-masalah terebut
• Apa penyelesaian yang Terbaik
Dari identifikasi permasalahan dapat diidentifikasi kebutuhan guna
menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut. Identifikasi
kebutuhan diharapkan dapat menjawab :
• Tindakan-tindakan apa saja yang harus diambil
• Apa saja yang dibutuhkan agar tindakan tersebut dapat dilakukan:
sarana, dana, personil dll
52
52
• Penyebab kebakaran
• Sumber/mata air, sungai, danau
• Kondisi masyarakat
Pengamatan
Pengamatan merupakan kegiatan langsung yang dilakukan untuk
mengetahui suatu kondisi, proses atau obyek yang diamati sesuai
dengan yang diharapkan atau tidak. Cara pengamatan yang paling efektif
adalah melengkapinya dengan pedoman pengamatan menggunakan
format atau blanko pengamatan. Format yang disusun berisi item-item
tentang kebakaran hutan dan lahan. Pengamat tinggal membubuhkan
tanda check (v) atau mengisi pada kolom yang dikehendaki pada format
tersebut.
Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok merupakan pertemuan kelompok yang diselenggarakan
dimana semua peserta diundang untuk mengemukakan pendapat
mereka terkait permasalahan yang sedang dibicarakan., dalam hal ini
masalah-masalah terkait dengan kebakaran hutan dan lahan. Pertemuan
untuk diskusi ini perlu dirancang dan dipersiapkan dengan matang
sehingga akan diperoleh banyak informasi penting yang akan diolah dan
dirumuskan bersama dalam diskusi tersebut.
Salah satu materi penting yang harus disiapkan dengan baik adalah
daftar pertanyaan yang menjadi dasar untuk diskusi kelompok. Sebagai
contoh :
• Seberapa banyak terjadai kebakaran hutan dan lahan
• Dimana lokasinya
• Apa penyebabnya
• Kerugian apa yang ditimbulkannya
• Bagaimana kita akan mengatasinya
• Siapa yang akan terlibat
• Apa saja yang diperlukan untuk melakukannya, Dst
Pendekatan Informan Kunci
Pendekatan informan kunci dilakukan untuk memperoleh informasi
dari pemimpin, tokoh masyarakat atau pengambil keputusan guna
mengidentifikasi kebutuhan dan minat utama masyarakat. Seseorang
53
53
dapat menjadi informan kunci bila memiliki pengetahuan yang luas
tentang seluk beluk komunitas serta kegiatannya. Dalkam hal ini
informan kunci sebaiknya adalah tokoh masyarakat yang memahami
kebakaran hutan dan lahan di wilayah tersebut. Informan kunci ini bisa
jadi telah mengalami kebakaran hutan dan lahan yang pernah terjadi,
berpartisipasi dalam pencegahan atau penanggulangannya dan mengerti
kebutuhan masyarakat dalam pencegahan kebakaran hutan dan lahan.
54
54
2. Pemetaan (Sketsa Desa )
Merupakan teknik PRA untuk memfasilitasi diskusi mengenai
keadaan wilayah beserta lingkungannya. Melalui teknik ini dapat
diungkapkan keadaan desa dan lingkungannya sendiri seperti lokasi
sumber daya dan batas-batas wilayahnya, lokasi rawan kebakaran,
lokasi sumber/mata air, keadaan jenis sumberdaya yang ada di
desa baik masalah maupun potensinya.
3. Pembuatan Bagan Peringkat
Merupakan teknik PRA untuk mengkaji sejumlah topic dengan
member nilai pada masing-masing aspek kajian berdasarkan
sejumlah kriteria pembanding yang merupakan hasil kesepakatan
masyarakat yang sesuai dengan keadaan setempat.
Aspek-aspek yang dipertimbangkan dalam penilaian mencakup :
• Manfaat pilihan
• Ketersediaan potensi untuk pengembangan (pelaksanaan
pilihan)
• Hambatan yang untuk pengembangan (dalam melaksanakan
pilihan)
Teknik ini berguna untuk mendorong dan merangsang pemikiran
masyarakat dalam menentukan pilihan berdasarkan keadaan
setempat.
55
55
didiskusikan bersama antara masyarakat dan para pemangku kepentingan
untuk mendapatkan masukan-masukan.
Persiapan Identifikasi
Mengumpulkan data
Pengumpulan data potensi kebakaran hutan dan lahan serta potensi
lainnya seperti lokasi sumber/mata air, danau, sungai dan lokasi-
lokasi penampungan air dilakukan sesuai dengan teknik identifikasi
yang telah disepakati dan instrumen yang disusun. Pengambilan data
dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan responden secara aktif.
Pengambilan data secara partisipatif bertujuan agar diperoleh gambaran
kondisi kebakaan hutan dan lahan serta potensi untuk mengatasinya
dan kegiatan prioritas yang akan dilaksanakan dari hasil analisis data
yang diperoleh.
Mengolah data
56
56
MENGANALISIS HASIL IDENTIFIKASI POTENSI
57
57
Contoh tabel analisis permasalahan dan tindakan yang diperlukan
Tindakan yang
Aspek Permasalahan Penyebab
diperlukan
Kebakaran • Terjadinya • Penyiapan • Penyuluhan
hutan dan kebakaran lahan lahan dengan tentang
lahan menjelang musim pembakaran penyiapan lahan
tanam • ................ tanpa membakar
• ..................... • .....................
Sumberdaya
.......................... .......................... .......................
alam
Sumberdaya
.......................... .......................... ........................
manusia
Sumberdaya
.......................... .......................... ..........................
pendukung
PEMETAAN PARTISIPATIF
58
58
di atas peta harus melalui kesepakatan dengan warga/anggota kelompok.
Dalam kaitannya dengan kebakaran hutan dan lahan, pemetaan
terutama dimaksudkan untuk mengetahui lokasi-lokasi rawan kebakaran
serta potensi sumberdaya yang dimiliki guna mengatasinya. Dengan
demikian, peta yang dibuat terutama adalah peta tematik kebakaran
hutan dan lahan.
59
59
menggunakan informasi yang diterima dari sinyal tersebut untuk
menghitung atau menentukan lokasi yang pasti dari tempat GPS
tersebut diaktifkan di permukaan bumi. Jika kita menghidupkan
GPS di suatu tempat, maka satelit akan mengirim sinyal (data) yang
merupakan titik koordinat tempat kita berada. Saat ini, kebanyakan
telepon genggam telah memiliki aplikasi GPS ini di dalamnya.
Peta
Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi pada suatu bidang
datar yang dibuat secara kartografis menurut proyeksi dan skala tertentu
dengan menyajikan unsur-unsur alam dan buatan serta informasi lain
yang diinginkan. Secara sederhana, peta adalah gambaran suatu wilayah
yang di dalamnya memuat berbagai informasi tentang wilayah tersebut.
Beberapa jenis peta di antaranya adalah:
1. Peta dasar, yang menyajikan data dan informasi keruangan
berbagai unsur rupa bumi. Peta dasar ini digunakan sebagai acuan
dalam pemetaan partisipatif untuk menggambarkan lokasi dengan
berbagai topik atau tema.
2. Peta tematik, merupakan peta yang menyajikan data dan
informasi tema tertentu yang kerangkanya menggunakan peta
dasar. Contohnya adalah peta tata guna lahan, peta lokasi rawan
kebakaran, peta pemanfaatan lahan dsb.
3. Peta topografi, peta yang menunjukkan posisi suatu tempat yang
dibuat dengan aturan baku oleh Badan Informasi Geospasial. Di
dalamnya terkandung informasi tentang ketinggian dan kemiringan
suatu tempat, tanda-tanda alam, dan batas-batas wilayah
administratif.
60
60
Teknis Pemetaan Partisipatif
61
61
dimensi maupun tiga dimensi. Idealnya penggambaran
dilakukan di atas kertas millimeter blok untuk dapat
memasukkan satuan ukuran panjang dan lebar serta arahnya
dengan menggunakan skala atau perbandingan.Hasil
penggambaran ini akan menjadi peta sketsa, dalam hal ini
berupa sketsa lokasi rawan kebakaran atau rencana kegiatan
pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan
• Klarifikasi gambar : klarifikasi kembali perlu dilakukan atas
gambar yang telah dibuat. Klarifikasi dilakukan kepada semua
pihak untuk mendapatkan keyakinan bahwa informasi yang
ada di dalam gambar sudah sesuai atau mendekati keadaan
aslinya.
• Revisi peta : revisi peta dilakukan apabila dari hasil klarifikasi
diperoleh hasil yang tidak sesuai dengan demikian perlu
dilakukan perbaikan-perbaikan
• Pengesahan peta : apabila sudah tidak ada lagi perbaikan
yang perlu dilakukan, langkah terakhir adalah pengesahan
peta oleh ketua kelompok dan pengurus kelompok setempat.
62
62
4.4. Topik IV
63
63
pendapat/ pengetahuan/ penga-
lamannya dalam melakukan penataan
lahan berdasarkan hasil identifikasi
potensi
• Apa saja yang pernah dilakukan
• Dimana dilakukannya
• Kapan melakukannya
• Siapa saja yang ikut terlibat
• Bagaimana cara melakukannya
• Bagaimana memetakan penataan
lahan
3. Penyuluh pendamping membahas dan
mendiskusikan hasil curah pendapat
tersebut dan menambahkan uraian
mengenai penataan lahan dan
pemetaannya
4. Penyuluh mendamping menyimpulkan
hasil diskusi tentang identifikasi potensi
kebakaran hutan dan lahan
5. Penyuluh pendamping menjelaskan dan
mendampingi praktek sesuai materi yang
sedang dibahas
6. Bila diperlukan penyuluh pendamping
dapat menyelipkan permainan-
permainan terkait dengan materi yang
dibahas pada pertemuan
7. Penyuluh pendamping membuat
kesimpulan dan mendokumentasikan
segala aspirasi, saran dan masukan
peserta pertemuan serta hambatan di
lapangan.
8. Penyuluh pendamping bersama-sama
dengan peserta pertemuan menyepakati
waktu dan tempat pertemuan selanjutnya
sebagai tindak lanjut pertemuan ini.
64
64
A. Praktek/Simulasi Identifikasi Potensi
1. Penyuluh pendamping mempersilahkan
peserta untuk berkelompok sesuai
dengan pengelompokan yang telah
dilakukan pada pertemuan awal sekolah
lapang
2. Peserta bersama penyuluh pendamping
melakukan review terhadap hasil
identifikasi potensi yang telah dilakukan.
3. Praktek penataan lahan sesuai hasil
identifikasi potensi dengan membuat/
merencanakan penataan vegetasi, sekat
bakar, lubang serasah, jalur evakuasi;
4. Peserta di masing-masing kelompok
menyusun kesepakatan/aturan desa
mengenai penataan lahan dalam rangka
pencegahan kebakaran hutan dan lahan.
5. Masing-masing kelompok mempresen-
tasikan rancangan aturan desa kepada
seluruh peserta
6. Penyuluh pendamping bersama seluruh
peserta membuat rancangan aturan desa
berdasarkan kesepakatan bersama dan
menutup pertemuan.
Bahan bacaan :
PENATAAN LAHAN
65
65
Peta Rencana Kelola Lahan adalah kelanjutan dari Peta Desa/
Peta Kelompok yang merupakan kumpulan informasi rencana
penggunaan lahan yang akan diusahakan/dikerjakan, disepakati
bersama dan dituangkan secara kartografis.
Latar belakang rencana penataan lahan adalah:
1. Faktor kondisi alam seperti: Kemarau panjang, konversi hutan
dan lahan gambut
2. Perilaku masyarakat yang membakar saat pembukaan lahan
3. Permasalahan penggunaan lahan yang tidak terencana,
konflik batas lahan dan konflik lainnya.
66
66
Tujuan dibuatnya perencanaan tata guna lahan
1. Merancang pengelolaan lahan kelompok secara berkelanjutan
dengan memperhatikan aspek kesesuaian lahan, manfaat
sosial ekonomi dan berlandaskan hukum.
2. Memberi kesempatan kepada anggota untuk kembali
memikirkan dan merencanakan pemanfaatan lahannya.
Tahapan pelaksanaan rencana penataan lahan:
1. Wawancara/diskusi Tata Kelola Lahan
a. Gunakan Peta Desa/Peta Kelompok sebagai dasar dalam
beberapa kegiatan PRA, yaitu wawancara dan FGD Tata
Ruang. PRA difokuskan untuk menyusun perencanaan
pembangunan dalam bentuk peta tata kelola lahan atau
tata ruang.
b. FGD Tata kelola lahan
• Undang peserta FGD antara lain: anggota
Kelompok Tani, Tokoh masyarakat (undangan
dapat disampaikan saat wawancara)
• FGD dapat dilakukan di sekretariat atau rumah
warga, tempat ibadah, kebun dll, tergantung
kesepakatan
• Siapkan peta kelompok, Daftar Hadir dan Daftar
Pertanyaan
• Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan:
kertas manila, A4, spidol, ballpoin, pensil, selotip
• Pembagian tugas: Narasumber (Peserta FGD);
Fasilitator/Notulen/ Motivator/Pemerhati dalam
proses (Tim Pendamping)
c. Topik Diskusi FGD Tata kelola lahan
• Keberadaan dan pengelolaan sumberdaya alam di
desa
• Perubahan-perubahan dalam status pemilikan,
penguasaaan, pemanfaatan lahan
• Tanggapan masyarakat atas berbagai masukan
• Masalah-masalah yang dihadapi dan berbagai
pengalaman masyarakat dalam mengatasi
permasalahan tersebut
67
67
• Kapan pertama kali membuka lahan
• Waktu dilakukan pembukaan lahan (hujan/kemarau)
• Bagaimana cara membuka lahan (bakar,manual,mekanis)
• Kapan terjadi kebakaran hutan dan lahan
68
68
• Peningkatan kapasitas masyarakat baik dari aspek
moral, manajerial, maupun teknis kegiatan usaha
• Pelaksanaan usaha masyarakat/kelompok
• Pengembangan lembaga keuangan mikro yang
berkelanjutan
• Pengarahan tata guna lahan dan rencana
pembukaan lahan tanpa bakar
• Pengurangan bahan mudah terbakar, misal melalui
pola integrasi ternak, SISKA, home industri Konsep
Peta Tata Kelola Lahan yang telah disepakati perlu
disahkan ketua kelompok
i. Konsep Peta Tata Kelola Lahan yang telah disepakati
perlu disahkan oleh Ketua Kelompok.
69
69
B. Penyusunan Aturan Kelompok Tentang Tata Kelola Lahan
Peraturan kelompok tentang tata kelola lahan merupakan
salah satu hal terpenting dalam upaya pencegahan kebakaran.
Banyak masyarakat tidak tahu dan tidak paham tentang peraturan
perundang-undangan terkait kebakaran baik berbentuk Undang-
undang, Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Daerah. Untuk
itu, dibutuhkan sebuah aturan kelompok yang jelas dan tertulis
tentang pencegahan kebakaran hutan dan lahan, serta mengikat.
Peraturan tersebut tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundangan yang ada di atasnya.
70
70
4. Penyusunan draft aturan kelompok
Pendampingan dapat dilakukan dalam penyusunan kata-kata,
struktur dan substansi yang ada dalam aturan kelompok.
Perhatikan semua pendapat, saran dan masukan dari
Tim Penyusun aturan kelompok. Pendamping membantu
merumuskan dalam bentuk kata-kata yang mereka pahami.
Kemudian sampaikan kembali kepada mereka, apakah yang
dimaksud sesuai dengan apa yang ditulis. Lakukan cek silang
kepada semua anggota Tim, hingga terja kesepakatan isi dari
aturan kelompok
Isi Aturan kelompok:
1) Cara-cara membuka lahan
2) Larangan pembukaan lahan dengan cara membakar
Contoh Aturan Desa :
a) Setiap orang adapat membuka lahan dan pekarangan
pada lokasi baru sesuai dengan hukum yang berlaku
dengan memperhatikan Rencana Tata Ruang Desa
b) Setiap orang dapat membuka lahan dan pekarangan
pada lahan yang pernah digarap sebelumnya, dibuktikan
dengan surat penguasan tanah atau hak-hak lainnya
yang diakui oleh masyarakat setempat
c) Pembukaan lahan dan pekarangan dilakukan dengan
cara PLTB (Pembukaan Lahan Tanpa Bakar). PLTB
dapat dilakukan dengan beberapa cara:
• Pembukaan lahan dengan melakukan penebangan
atau pembabatan belukar atau pohon-pohon kecil
secara manual dan hasilnya dimasukkan dalam alat
Blower (mesin pencacah) untuk dijadikan sebagai
pupuk organik
• Pembukaan lahan dengan sistem penumbangan
menggunakan sistem pancang dan tanam
(menggunakan alat beko). Pembukaan lahan
dengan cara ini disebut juga dengan sistem
pancang tanam
• Bertahap dalam membuka lahan baik secara
pribadi maupun bersama-sama dengan sistem
gotong royong/arisan
71
71
d) Setiap pemilik dan pengelola lahan yang memiliki lahan
0-2 ha, apabila melakukan pembukaan lahan memiliki
ijin tertulis dari kepala desa. Dalam pembukaan lahan
0-2 ha wajib melakukan penumpukan gulma sisa
pembukaan lahan dengan sistem lajur dan tidak boleh
dibakar.
e) Lahan gambut yang memiliki kedalaman >3 m tidak
boleh diusahakan atau dikelola karena tidak ekonomis
dan termasuk kawasan lindung gambut
f) Penerapan sanksi
72
72
4.5. Topik V
73
Metode : Diskusi kelompok
- Simulasi
- Pengamatan lingkungan sekitar
Bahan & Alat : Informasi pantauan hotspot dari sipongi dan
masyarakat
Daun, serasah
Korek api
Peralatan sederhana pemadan kebakaran
hutan
ATK
Tempat : Disesuaikan dengan kebutuhan
Waktu : 2 x 120 Menit
Langkah-Langkah Kerja : Pertemuan Pertama
1. Pendamping melakukan perkenalan
kepada peserta
2. Pendamping mengajak peserta bernyanyi
lagu Deteksi Dini Kebakaran Hutan dan
Lahan
3. Pendamping menjelaskan agenda
kegiatan SL:
Kegiatan pertama:
a. Mendeteksi dini kebakaran hutan
menggunakan uji daun tunggal dan
uji remas serasah
b. Sistem pelaporan
Kegiatan kedua:
a. Pengenalan peralatan sederhana
pemadam kebakaran hutan dan
lahan serta cara penggunaanya
b. Simulasi pemadaman dini.
4. Pendamping menjelaskan secara singkat
tentang :
a. Tanda-tanda bahaya kebakaran
hutan:
- lumut kering
74
74
- perubahan temperatur/suhu
- hewan turun gunung
- musim kemarau
- adanya perambahan hutan
meningkat
- rumput kering, pohon layu
- bulan kering
b. Metoda/cara mendeteksi dini
kebakaran hutan dan lahan
c. Cara untuk mengetahui tingkat
bahaya kebakaran hutan dengan uji
daun tunggal dan uji remas serasah.
d. Masyarakat/MPA melakukan
koordinasi untuk patroli terjadwal
e. Mekanisme pelaporan jika ada tanda-
tanda bahaya kebakaran hutan
f. Peralatan sederhana pemadam
kebakaran hutan dan lahan serta
cara penggunaanya.
g. Cara pemadaman dini kebakaran
hutan dan lahan
5. Pelaksanaan kegiatan pertama
a. Pendamping membagi peserta SL ke
dalam beberapa kelompok.
b. Pendamping mengajak peserta SL
secara berkelompok untuk praktek
mendeteksi dini kebakaran hutan
dan lahan dengan cara membaca
informasi hotspot melalui informasi
masyarakat.
c. Pendamping meminta masing-
masing kelompok untuk menjelaskan
cara membaca informasi hotspot.
d. Pendamping membagi peserta SL ke
dalam beberapa kelompok.
75
75
e. Pendamping mengajak peserta SL
secara berkelompok untuk praktek
uji daun tunggal dan uji remas
serasah.
f. Pendamping membagikan daun,
serasah dan korek api pada peserta.
g. Pendamping memberi tugas masing-
masing kelompok untuk melakukan
uji daun tunggal dan uji remas
serasah.
h. Pendamping meminta masing-
masing kelompok untuk
menyampaikan kesimpulan.
6. Pelaksanaan kegiatan kedua
a. Pendamping mengajak peserta
bernyanyi lagu Deteksi Dini
Kebakaran Hutan dan Lahan
b. Pendamping menjelaskan agenda
kegiatan SL
c. Pendamping menjelaskan secara
singkat tentang:
• Mekanisme pelaporan jika ada
tanda-tanda bahaya kebakaran
hutan.
• Jenis peralatan sederhana
pemadam kebakaran hutan dan
lahan serta cara penggunaannya.
• Cara pemadaman dini kebakaran
hutan dan lahan.
d. Pendamping membagi peserta SL ke
dalam beberapa kelompok.
e. Pendamping mengajak peserta
SL secara berkelompok untuk
melakukan pengenalan alat-alat
sederhana pemadam kebakaran
hutan dan lahan serta cara
penggunaannya.
76
76
f. Pendamping membagikan beberapa
contoh alat sederhana pemadam
kebakaran hutan dan lahan.
g. Pendamping memberi tugas masing-
masing kelompok untuk melakukan
praktek menggunakan peralatan
sederhana pemadaman kebakaran
hutan yang telah dibagikan .
h. Pendamping meminta masing-masing
kelompok untuk mendemonstrasikan
kepada peserta yang lain.
i. Pendamping mengajak peserta SL
untuk melakukan simulasi deteksi
dini, cara pelaporan serta pemadaman
dini kebakaran hutan dan lahan.
j. Pendamping melakukan pembagian
peran kepada peserta SL sebagai
berikut :
• Informan data titik hotspot
• Informan sebagai anggota
masyarakat di lokasi rawan
kebakaran hutan dan lahan
• Kepala Desa, Manggala Agni dan
MPA
k. Pendamping menjelaskan tugas
masing-masing pemeran sebagai
berikut :
• Informan data titik hotspot dan
informan dari unsur masyarakat
melaporkan kepada Kepala
Desa/ Manggala Agni/MPA
bahwa terlihat adanya tanda-
tanda bahaya kebakaran.
• Kepala Desa/Manggala Agni/
MPA menerima laporan dan
menindaklanjuti dengan mela-
kukan patroli.
77
77
• Dari hasil patroli ternyata benar
terlihat ada api kecil di hutan.
• Kepala desa/Manggala Agni/
MPA menggerakkan masyarakat
untuk melakukan pemadaman
dini dengan menggunakan
sarpras yang ada.
l. Pendamping meminta masing-
masing kelompok untuk menjelaskan
kepada peserta yang lain tentang
yang telah disimulasikan.
BAHAN BACAAN
Lagu Deteksi Dini Kebakaran Hutan dan Lahan
“Bila Ada Bahaya Karhutla
Kita Semua Harus Waspada
Ayo Segra Lakukan Patroli
Padamkan Dini
Bila Terjadi
Yes!! Yes !!”
78
78
79
79
PERINGATAN DINI
A. Pendahuluan
80
80
Alur Pikir Tujuan Peringatan Dini Kebakaran Hutan
81
Alur Pelaporan dini dari masyarakat
Alur Pelaporan dini dari masyarakat
82
a.2. Sistem Peringkat Bahaya Kebakaran
Sistem peringkat bahaya kebakaran adalah sebuah sistem
peringatan dini yang menduga tingkat bahaya kebakaran dan
penyebarannya dengan mengintegrasikan antara faktor cuaca
dan faktor bahan bakar dalam melakukan prediksi terhadap :
Kemudahan terpicunya kebakaran.
Kecepatan penyebaran api.
Kesukaan pengendalian kebakaran.
Dampak kebakaran.
BASAH :
Apabila daun dapat terbakar pada posisi ke
bawah maka menunjukan indikasi bahwa kadar
air daun tinggi. Secara umum kondisi lapangan
mempunyai peringkat bahaya kebakaran rendah.
SEDANG :
Apabila daun terbakar pada posisi miring ke
bawah, maka menunjukan indikasi bahwa kadar
air daun sedang. Secara umum kondisi lapangan
mempunyai peringkat bahaya kebakaran sedang.
83
83
TINGGI :
Apabila daun terbakar pada posisi miring
ke atas, maka menunjukan indikasi bahwa
kadar air rendah, sehingga lebih mudah
terbakar walaupun miring ke atas. Seacara
umum lapangan mempunyai peringkat bahaya
kebakaran tinggi.
EKSTRIM :
Apabila daun terbakar pada posisi ke atas, maka
menunjukan indikasi bahwa kadar air daun
sangat rendah sehingga mudah terbakar. Secara
umum kondisi lapangan mempunyai peringkat
bahaya kebakaran sangat tinggi.
Hanya patah saja Serasah basah, kadar air tinggi, kondisi ini akan
berpengaruh terhadap proses penyalahan.
Hancur tetapi kepingannya Serasah dengan tingkat kebasahan sedang,
agak kasar kondisi ini akan memberikan proses penyalaan
yang agak lama.
Hancur dengan kepingan Serasah kering, kadar air rendah, apabila
kecil diremas akan hancur, kondisi ini mempercepat
proses penyalaan api.
Hancur menjadi agak halus Serasah sangat kering, kadar air sangat rendah,
apabila diremas akan hancur. Kondisi ini akan
sangat mudah terbakar.
84
84
Hanya patah saja Serasah basah, kadar air tinggi, kondisi ini akan
berpengaruh terhadap proses penyalahan.
Hancur tetapi Serasah dengan tingkat kebasahan sedang, kondisi ini akan
kepingannya agak kasar memberikan proses penyalaan yang agak lama.
Hancur dengan kepingan Serasah kering, kadar air rendah, apabila diremas akan
kecil hancur, kondisi ini mempercepat proses penyalaan api.
Hancur menjadi agak Serasah sangat kering, kadar air sangat rendah, apabila
halus diremas akan hancur. Kondisi ini akan sangat mudah
D. Sistem Peringkat Bahaya
terbakar. Kebakaran
Kode Kadar
Kadar
Kode Air Humus
Air Humus (KKAH) (KKAH)
KKAHKKAH menunjukan
menunjukan angkaperingkat
angka peringkat rata-rata
rata-rata kadar
kadar airair
dalamdalam lapisan
Kode Kadar Air Humus (KKAH)
lapisan humus/ranting/kayu-kayu
humus/ranting/kayu-kayu kecil pada kecil pada kedalaman
kedalaman 5-10 5-10 menunjukan
cm.
KKAHcm.menunjukan
menunjukan angka peringkat
pemakaian bahanrata-rata kadar air dalam lapisan
bakar permukaan.
pemakaian bahan bakar permukaan.
humus/ranting/kayu-kayu kecil pada kedalaman 5-10 cm. menunjukan
pemakaian bahan bakar permukaan.
86 60
60
86
a.3. Laporan Masyarakat
a. Patrol pencegahan hotspot dilapangan, dan membuat
laporan harian kegiatan patroli.
a.3. Laporanb.Masyarakat
Kampanye dan penyuluhan’
a. Patrolc. pencegahan
Program hotspot
Pembukaan Lahan Tanpa
dilapangan, Bakar (PLTB)
dan membuat laporanuntuk
harian kegiatan
patroli. MPA.
d.
b. Kampanye Apel
dan siaga
penyuluhan‘
e. Penyiapan SDM dan Sarpras dalkarhutla.
c. Program Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) untuk MPA.
f. Kerjasama dan koordinasi dengan berbagai pihak.
d. Apel siaga
e. Penyiapan SDM dan Sarpras dalkarhutla.
f. PERALATAN
Kerjasama PENGENDALIAN
dan koordinasi KEBAKARAN
dengan berbagai pihak. HUTAN
B. Dua
B. Kapak Kapak Dua
Fungsi Fungsi
(Pulaski (Pulaski Axe)
Axe)
Kapakdua
Kapak dua fungsi
fungsi merupakan
merupakan kombinasi
kombinasi antaradan
antara kapak kapak dan Jenis ini
penggaruk.
berbentuk kapak di satu sisi dan 87memiliki ujung yang pipih dan tidak lancip yang
berfungsi sebagai penggaruk tanah. Dapat digumakan untuk membuat parit ilaran.
87
akar-akar pohon yang keras.
B. Kapakpenggaruk.
Dua Fungsi Jenis iniAxe)
(Pulaski berbentuk kapak di satu sisi dan memiliki
ujung
Kapakyang pipih merupakan
dua fungsi dan tidak kombinasi
lancip yang berfungsi
antara sebagai
kapak dan penggaruk. Jenis ini
penggaruk
berbentuk kapak tanah. Dapat
di satu sisi dan digumakan untuk
memiliki ujung yangmembuat
pipih danparit
tidak lancip yang
ilaran.
berfungsi sebagai penggaruk tanah. Dapat digumakan untuk membuat parit ilaran.
C.C.GaruGaru
TajamTajam (Rake)
(Rake)
C. GaruGaru
Tajam Tajam
(Rake) digunakan untuk menyapu bara api, biasa
Garu Tajam digunakan untuk menyapu bara api, biasa digunakan untuk
Garu Tajam
digunakan untuk digunakan
memisahkanuntukbara
menyapu bara pembuatanan
api dalam api, biasa digunakan untuk
memisahkan bara api dalam pembuatanan ilaran api.
memisahkan bara api dalam pembuatanan ilaran api.
ilaran api.
Alat ini terdiri dari gagang panjang dengan kepala penyaou yang tajam
Alat
Alat ini ini terdiri
terdiri daridari gagang
gagang panjangdengan
panjang dengankepala
kepalapenyaou
penyaou yang tajam
61
bergerigi dengan bentuk segitiga.
yangdengan
bergerigi tajam bentuk
bergerigi dengan bentuk segitiga.
segitiga.
D.D.GaruGaru
Cangkul (Mc. Leod
Cangkul (Mc. Tools/Mc. Leod Rake)
Leod Tools/Mc. Leod Rake)
D. Garu Cangkul (Mc. Leod Tools/Mc. Leod Rake)
GaruGaru Cangkul
Cangkul merupakankombinasi
merupakan kombinasi antara
antara garu
garudan
dancangkul dengan pegangan
cangkul
Garu Cangkul merupakan kombinasi antara garu dan cangkul dengan pegangan
dengan
kayu/ besi. pegangan kayu/ besi.
kayu/ besi.
AlatAlat
kombinasi iniinidiciptakan
kombinasi diciptakanpada
pada tahun 1905 oleh
tahun 1905 olehMalcolm
MalcolmMcLeod, ranger
Alat kombinasi ini diciptakan pada tahun 1905 oleh Malcolm McLeod, ranger
McLeod,
Dinas ranger
Kehutanan AS diDinas
SierraKehutanan AS di Sierra National Forest.
National Forest.
Dinas Kehutanan AS di Sierra National Forest.
AlatAlat
ini ini
dirancang
dirancanguntuk
untuk menyapu garisapi
menyapu garis api dengan
dengan gigigigi
dan dan
memotong ranting-
Alat
memotongini dirancang untuk menyapu
ranting-ranting dan garis
tanah api dengan
dengan gigi dan
cangkul memotong
tepi ranting-
ranting dan tanah dengan cangkul tepi tajam, menghilangkan tanggul dari tapak,
ranting dan tanah dengan cangkul tepi tajam, menghilangkan tanggul dari tapak,
memadatkan atau membuat tapak menjadi kompak, dan dapat membentuk backslope
memadatkan atau membuat tapak menjadi kompak, dan dapat membentuk backslope
88 digunakan memadatkan mulsa dank e dalam tanah.
tapak tersebut. Alat ini juga dapat
tapak tersebut. Alat ini juga dapat digunakan memadatkan mulsa dank e dalam tanah.
Karena bentuknya, garu cangkul agak susah diangkut dan disimpan. Cara
Karena bentuknya, garu cangkul agak susah diangkut dan disimpan. Cara
membawanya, bagian yang tajam bergerigi diarahkan ke tanah dan dibungkus dengan
88 bergerigi
membawanya, bagian yang tajam diarahkan ke tanah dan dibungkus dengan
selubung.
selubung.
E. Sekop (Shovel)
E. Sekop (Shovel)
Alat ini terbuat dari sebuah lempengan besi dengan ujung meruncing dan
Alat ini terbuat dari sebuah lempengan besi dengan ujung meruncing dan
tajam, menghilangkan tanggul dari tapak, memadatkan atau
membuat tapak menjadi kompak, dan dapat membentuk
backslope tapak tersebut. Alat ini juga dapat digunakan
memadatkan mulsa dank e dalam tanah.
Karena bentuknya, garu cangkul agak susah diangkut dan
disimpan. Cara membawanya, bagian yang tajam bergerigi
diarahkan ke tanah dan dibungkus dengan selubung.
E. Sekop (Shovel)
Alat ini terbuat dari sebuah lempengan besi dengan ujung
meruncing dan bergagang panjang. Alat ini dirancang agar
dapat digunakan untuk memecahkan bongkahan tanggul
pohon dan menggali tanah untuk parit ilaran dalam skala
yang lebih besar.
89
89
Cara penggunaannya adalah dengan memukulkan gepyok ke tanah lalu diseret
menambahkan lebih banyak oksigen kea pi.
sepanjang tepi apu untuk memadamkan api. Jika digunakan terlalu keras dapat
Karena ukurannya yang kecil flapper yang sangat tidak layak untuk digunakan
menambahkan lebih banyak oksigen kea pi.
terhadap kebakaran hutan yang berkobar atau bidang pembakaran besar. Desain alat
Karena ukurannya yang kecil flapper yang sangat tidak layak untuk digunakan
itu membuatnya hanya cocok untuk api kecil dalam wilayah terbatas. Untuk
terhadap kebakaran hutan yang berkobar atau bidang pembakaran besar. Desain alat
memadamkan kebakaran yang lebih besar sangat dianjurkan digunakan bersamaan
itu membuatnya hanya cocok untuk api kecil dalam wilayah terbatas. Untuk
dengan penyemprotan air dari selang.
memadamkan kebakaran yang lebih besar sangat dianjurkan digunakan bersamaan
dengan penyemprotan air dari selang.
G.G.Pengait
Pengait
Semak Semak (Bush Hook)
(Bush Hook)
Pengait
Pengait semakdigunakan
semak digunakan untuk
untuk membersihkan tumbuhanbawah, serasah,
membersihkan tumbuhan
G. Pengait Semak (Bush
bawah, serasah, Hook)
menjarakan semak dan menjangkau semak-
menjarakan semak dan menjangkau semak-semak yang jauh. Pembersihan ini
Pengait
semak yang semak digunakan untuk membersihkan tumbuhan bawah, serasah,
dimaksudkan untuk jauh. Pembersihan
memudahkan operaso ini dimaksudkan
pemadaman untuk
dan agar semak-semak yang
menjarakan semak dan menjangkau semak-semak yang jauh. Pembersihan ini
cepatmemudahkan
terbakar tidak operasi pemadaman
menjadi bahan dan agar
bakar tambahan yangsemak-semak
dapat memperbesar api.
yang cepat terbakar tidak menjadi bahan bakar
dimaksudkan untuk memudahkan operaso pemadaman dantambahan
agar semak-semak yang
cepatyang dapat
terbakar memperbesar
tidak menjadi bahanapi.
bakar tambahan yang dapat memperbesar api.
90
b. Pompa Pemadam
b.1 Pompa Induk
b.2 pompa Jinjing
b.3 pompa Apung
Personal Use
91
91
Tindakan yang harus dilakukan adalah melakukan pemadaman dari
belakang lalu bergerak ke depan melalui sayap/sisi api didalam
areal yang sudah terbakar dan menuju ke depan sesegera mungkin.
Penyerangan langsung dari depan dimungkinkan apabila api telah
mencapai puncak bukit. Kebakaran harus dikendalikan sebelum api
turum atau loncat ke sisi bukit atau lainnya.
• Bakar Habis
Bakar habis adalah pembakaran hutan bakar di dalam lokasi
kebakaran yang terisolasi (membentuk pulau) dan belum terbakar.
Kondisi ini akan memacu api kembali sehingga bahan bakar yang
masih tersisia akan dibakar habis.
• Bakar Mantap
Bakar mantap adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi
bahan bakar yang belum terbakar antara garis control dan sisi-sisi
api utama. Kegiatan ini juga disebut dengan bakar pemantapan
aliran api, sehingga aliran api semakin lebar yang nantinya
diharapkan akan menghentikan kebakaran.
• Bakar Balas
Bakar balas dilakukan dengan melakukan pembakaran dari arah
yang berlawanan dengan muka api. Sehingga kebakaran nantinya
akan padam dengan sendirinya di pertemuan antara lidah papi
kebakaran hutan dengan pembakaran yang dilakukan oleh petugas
pemadam.
• Pemadaman dengan menggunakan Air
Pemadaman dengan menggunakan air yang dipompa dengan
mesin pompa dilakukan apabila di lokasi tersedia air yang cukup
untuk melakukan pemadaman.
92
92
kegiatan pemadaman. Patroli bara api merupakan kegiatan bagian
dari mop up yang mencakup patrol sepanjang aliran api atau sisi
api.
Cara melakukan mop up antara lain adalah sebagai berikut :
a. Mendeteksi asap (Asap merupakan indikasi api)
b. Cold Trail (Meraba menggunakan tangan untuk merasakan
panas, perlu kehati-hatian tingkat tinggi karena bisa tanpa
sengaja menyentuh bahan yang masih terbakar)
c. Peralatan elektronik (menggunakan kamera thermal/Thermal
Scanner)
d. Membalik-balik bahan bakar
A. Definisi
Langkah-langkah untuk menyediakan data dan info dari lokasi
kebakaran dan sekitarnya sebagai dasar dalam menentukan strategi
dan taktik pemadam yang efektif dan efisien.
B. B. Prinsip
Prinsip
Datangi lokasi kebakaran, kelilingi secepat dan seaman mungkin atau lihat/awasi dari
Datangi lokasi kebakaran, kelilingi secepat dan seaman mungkin
tempat yang tinggi sehingga semua areal kebakaran terlihat dengan jelas. Tetapi jangan
atau lihat/awasi dari tempat yang tinggi sehingga semua areal
coba-coba melintasi kepala api jika kepala api bergerak cepat. Jika demikian
kebakaran
kondisinya terlihat dengan jelas.
nilailah kebskaran Tetapi yang
dari tempat jangan coba-coba
tinggi atau darimelintasi
sayap api saja.
kepala api jika kepala api bergerak cepat. Jika demikian kondisinya
C. nilailah kebakaran
Pelaksanaan Size Updari tempat yang tinggi atau dari sayap api saja.
6 hal penting dalam Pelaksanaan Size-Up
1. Mengenai Kebakaran Hutan93
93
Datangi lokasi kebakaran, kelilingi secepat dan seaman mungkin atau lihat/awasi da
tempat yang tinggi sehingga semua areal kebakaran terlihat dengan jelas. Tetapi janga
coba-coba melintasi kepala api jika kepala api bergerak cepat. Jika demikia
kondisinya nilailah kebskaran dari tempat yang tinggi atau dari sayap api saja.
C. Pelaksanaan Size Up
C. Pelaksanaan Size Up
6 hal penting dalam Pelaksanaan Size-Up
6 hal penting dalam Pelaksanaan Size-Up
1. Mengenai Kebakaran Hutan
1. Mengenai Kebakaran Hutan
2.2. Keselamatan
KeselamatanHarta,
Harta, Benda
Benda & Jiwa
& Jiwa
Perhatikan : 94
95
95
b. Kenali betul klasifikasi bahan bakar
c. Taksir luasan kebakaran & perkembangannya
d. Hitung kecepatan pembuatan aliran api
e. Buat usulan prioritas langkah damkar.
6. Rencana dan Pelaksanaan Pengendalian Kebakaran
E. Kesimpulan
Anda akan menemui banyak permasalahan. Anda dihapkan pada
permasalahan untuk segera diputuskan :
Dua Permasalahan Pokok
1. Pekerjaan terbaik apa yang harus dikerjakan pertama kali
2. Dimana lokasi yang paling efektif pertama kali ditangani
Setelah size up dilakukan secara cepat terhadap kondisi
kebakran, sekeliling kebakran, dan situasi dimana api akan
menjalar, maka segera menemukan titik awal dimulainya
penyerangan.
96
96
4.6. Topik VI
97
97
tiang yang dapat dijadikan sasaran untuk
praktek menebas.
Peserta di masing-masing kelompok dimana
untuk memulai menebas dengan didampingi
oleh pemandu. Pemandu harus memberikan
contoh bagaimana cara menebas yang baik,
cepat dengan mempertimbangkan aspek
keamanan petani. Pemandu juga dapat
menyampaikan bagaimana cara membuka
jalur yang mendaki maupun jalur yang
meurun kearah jurang.
Setelah praktek penebasan selesai, masing-
masing kelompok diminta untuk membuat
rorak (lubang) dengan ukuran yang
disesuaikan vegetasi disekitar (ukuran rorak
umumnya panjang 60 cm x lebar 40 cm x
dalam 50 cm). jumlah rorak yang dibuat
disesuaikan dengan hasil tebasan dengan
mempertimbangkan jarak antar rorak.
Setelah rorak dipersiapkan, peserta diminta
untuk mengisi hasil tebasan yang menumpuk
disekitar kedalam rorak yang tersedia. Jika
disekitar lahan terdapat lahan yang miring,
bahan tebasan dapat ipersiapkan untuk
membuat guludan menjadi teras gulud.
Hasil tebasan yang diisi kedalam rorak
dapat ditimbun kembali dengan tanah atau
dibiarkan terbuka untuk dimanfaatkan
sebagai pupuk organik maupun kompos.
Pada prinsipnya praktek PLTB ini adalah
membuka lahan tanpa membakar yaitu
dengan cara menebas dan menghilangkan
sisa-sisa tebasan dari permukaan tanah
98
98
karena akan berpotensi sebagai bahan bakar
ketika terjadi kebakaran hutan dan lahan.
Setelah melaksanakan serangkaian praktek,
masing-masing kelompok diminta untuk
berdiskusi sejenak dan menentukan
siapa yang akan menyampaikan hasil
pengamatannya selama praktek di depan
seluruh peserta. Pada sesi ini seluruh peserta
dan pemandu diminta untuk berkumpul
di satu titik/tempat yang dapat digunakan
untuk tempat beristirahat.
Masing-masing perwakilan kelompok
diminta untuk menyampaikan/mempresen-
tasikan hasil pengalaman praktek dan
pengamatannya di lapangan. Apa yang
dilakukan, bagaimana manfaatnya,
bagaimana kesulitan dan sebagainya
disampaikan kepada peserta lain sebagai
bahan diskusi. Selanjutnya pemandu
membuka diskusi dan menyimpulkan hasil
diksusi. Selama diskusi berjalan, pemandu
juga dapat sekaligus menyampaikan materi
yang telah dikuasainya untuk disampaikan
kepada peserta.
Sebelum menutup pertemuan, pemandu
meminta peserta untuk mempraktekan
kegiatan PLTB dilahan kerjanya masing-
masing dan pada pertemuan berikutnya
peserta akan membuka pertemuan dengan
mempresentasikan hasil praktek di lahannya
masing-masing.
Bahan bacaan :
99
99
DESKIRIPSI SINGKAT
100
100
limbah ini selain dapat meminimalkan resiko bahaya kebakaran lahan
juga memberikan hasil yang lebih bernilai guna dan memiliki nilai
ekonomi, seperti : kompos, arang, dan brike arang, aneka kerajinan
tangan, furnitur atau palet, tanaman hias, dll.
Penyebab Kebakaran
Dalam banyak kasus, kebakaran hutan juga berawal dari
kesengajaan manusia melakukan pembakaran hutan dan lahan yang
akan dipergunakan untuk hutan tanaman industri (HTI), perkebunan,
ladang, penggembala/pemburu yang ingin merangsang tumbuhnya
rumput, pengusir lebah dari sarangnya oleh peternak lebah/pengumpul
101
101
madu dan para perambah hutan. Pembakaran juga dilakukan pada lahan
pertanian/perkebunan untuk membersihkan daun kering tanaman, sisa-
sisa panen serta limbah tanaman pada calon lokasi lahan perkebunan/
pertanian dalam kegiatan persiapan lahan. Karena kebakaran biasanya
dilakukan pada musim kemarau dan kurang diawasi sehingga api mudah
merambat ke kawasan hutan dan lahan sekitar yang menyebabkan
kerugian baik ekologis maupun ekonomis. Selain ulah manusia, kebakaran
hutan dan lahan, dapat pula terjadi pada musim hujan yang disebabkan
karena kejadian alam yaitu halilintar/petir menyambar pohon yang
bertajuk dalam keadaan basah (pohon pinus) sehingga menimbulkan
kebakaran tajuk yang hebat pada hutan pinus.
102
102
Menghindari Meningkatnya Gas Rumah Kaca (GRK) Khususnya
CO2
Gas rumah kaca (GRK) adalah gas yang memiliki sifat seperti rumah
kaca yaitu meneruskan radiasi gelombang pendek atau cahaya matahari
tetapi menyerap dan memantulkan radiasi gelombang panjang yang
dipancarkan bumi yang bersifat panas sehingga meningkatkan suhu
atmosfir bumi. Secara teoritis gas rumah kaca (GRK) di atmosfir bumi
sangat penting, karena gas tersebut membuat iklim bumi menjadi hangat
dan stabil. Tanpa GRK di atmosfir, suhu permukaan bumi diperkirakan
mencapai -18 derajat Celcius. Tapi bila GRK di atmosfir bumi berlebihan,
maka akan berdampak buruk, karena panas yang dipantulkan kembali
ke muka bumi akan lebih banyak sehingga suhu bumi makin panas. GRK
yang perlu mendapat perhatian adalah:
1) Karbon dioksida (CO2). Karbon dioksida sangat diperlukan tanaman
untuk keperluan fotosintesis guna pembentukan karbohidrat. Namun
dalam kondisi berlebihan, CO2 ikut berperan dalam peningkatan
efek rumah kaca. Menurut perhitungan, CO2 mempunyai pengaruh
paling besar terhadap pemanasan global dibandingkan dengan
GRK lainnya. Sekitar 50% pemanasan global disebabkan oleh CO2
dan sisanya oleh GRK yang lain.
2) Emisi CO2 terbesar berasal dari penebangan dan pembakaran
hutan, terutama dari negara-negara sedang berkembang di sekitar
khatulistiwa. Sebagian dari CO2 akibat penggundulan hutan
diikat oleh vegetasi hutan yang tumbuh kembali atau dari hutan
yang masih tersisa. Selebihnya CO2 diemisikan ke atmosfir dan
berkontribusi terhadap pemanasan global. Karbon dioksida adalah
salah satu GRK yang konsentrasinya di atmosfir mendapat prioritas
untuk diturunkan. Ketika revolusi industri baru dimulai, konsentrasi
CO2 di atmosfir hanya 290 ppmv (part per million volume), dan
saat ini konsentrasinya telah meningkat yang disebabkan karena
tidak seimbangnya antara besarnya sumber emisi (source) dan
daya rosotnya. Dengan membuka lahan tanpa bakar, berarti kita
menghindari meningkatnya jumlah emisi CO2 merupakan salah
satu emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.
103
103
Membuka Lahan Tanpa Bakar
Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 pasal 26 tentang
Perkebunan, juga telah diamanatkan bahwa “setiap pelaku usaha
perkebunan dilarang membuka dan/atau mengolah lahan dengan cara
pembakaran yang mengakibatkan terjadinya pencemaran dan kerusakan
fungsi lingkungan”. Pekerjaan dan alat yang dipergunakan serta teknis
pelaksanaan dalam pembukaan lahan tergantung pada kerapatan
vegetasi dan cara yang digunakan.
Untuk membuka lahan tanpa bakar pada areal hutan/semak belukar,
hampir sama dengan cara pembukaan lahan tanpa bakar pada areal
peremajaan kelapa sawit. Pekerjaan dan alat yang dipergunakan serta
teknis pelaksanaannya tergantung pada kerapatan vegetasi dan cara
yang digunakan. Ada tiga cara membuka lahan pada areal belukar yaitu
cara manual, mekanis dan kombinasi antara manual-mekanis-khemis.
Cara manual, yaitu kegiatan pembukaan lahan dengan tahapan sebagai
berikut:
1) Membabat rintisan yaitu memotong dan membabat vegetasi
dengan menggunakan parang;
2) Menebang dan merencek (mencincang) batang kayu yang besar
dengan menggunakan parang, kapak atau gergaji;
3) Membuat pancang jalur, yaitu jalur tanam yang dibuat menurut
jarak antar barisan tanaman, yang dimaksudkan untuk
memudahkan pembersihan jalur tanam;
4) Membersihkan jalur tanam, yaitu membersihkan hasil rencekan
yang ditempatkan di antara jalur tanaman dengan jarak 1 meter
di kiri-kanan pancang, sehingga didapatkan jalur yang bersih dari
potongan kayu-kayuan.
Cara mekanis, cara ini dilakukan untuk areal yang memiliki topografi
datar dan berombak. Cara penebangan umumnya dilakukan dengan
traktor dengan tahapan sebagai berikut:
1) Membabat rintisan, yaitu membabat semak dan kayu yang
mempunyai ketinggian 40 cm;
2) Menebang, yaitu menebang pohon yang besar maupun yang kecil
dengan menggunakan traktor. Penebangan sebaiknya dengan
104
104
diikuti penumbangan pohon berikut akarnya. Pohon ditebang ke
arah luar agar tidak menghalangi jalannya traktor;
3) Merencek, dilakukan dengan memotong dan mencincang
(merencek) cabang dan ranting pohon yang telah ditebang;
4) Membuat pancang jalur yang dibuat menurut arah antar barisan
tanaman yang dimaksudkan untuk memudahkan pembersihan
jalur tanam;
5) Membersihkan jalur tanam, dengan membuang hasil rencekan
batang/pohon dan ditempatkan pada lahan di antara jalur
tanaman dengan jarak 1 meter di kiri-kanan pancang.
105
105
b. EM4, molase/gula dan air, kemudian dilarutkan;
c. campuran 1 diaduk dengan campuran 2 kemudian ditutup
pakai plastik;
d. Setelah tiga hari diaduk supaya prosesnya sempurna,
kemudian ditutup kembali;
e. Setelah warnanya merata kecoklatan dan gembur, kemudian
diangin-anginkan. Setelah dingin/suhunya normal, maka
kompos siap dipakai atau dikemas dalam kantong plastik
untuk dipergunakan, disimpan atau dijual.
106
106
Guna mendukung tugas penyuluh dalam mendampingi petani/KTH
untuk memperoleh informasi yang akurat, kelembagaan penyuluhan agar
berkoordinasi dengan pihak terkait dalam memberikan pembekalan dan
fasilitasi kepada para penyuluh Kehutanan setempat dengan melakukan
kegiatan sebagai berikut:
1) Mencari informasi tentang manfaat buka lahan tanpa bakar;
2) Melakukan pemetaan dan inventarisasi daerah rawan kebakaran
baik yang disebabkan oleh ulah/kelalaian manusia maupun iklim/
cuaca;
3) Melakukan pemetaan terhadap faktor agronomis di wilayah
kerjanya;
4) Melakukan pemetaan dan inventarisasi terhadap wilayah rawan
kebakaran hutan/lahan di wilayah kerjanya;
5) Melakukan pembinaan/bimbingan teknis dan penyuluhan mengenai
bagaimana mencegah dan kebakaran hutan/lahan agar tidak
merusak bio-fisik, lingkungan serta merugikan sosial ekonomi
masyarakat di sekitarnya dan pembangunan nasional umumnya.
107
107
4.7. Topik VII
108
108
membuat dan menerapkan penanaman
tanaman kayu-kayuan, pengaturan pola
tanam, penanaman mengikuti kontur,
dan pembuatan Dam Penahan.
2. Pendamping memberikan pemahaman
tersebut melalui gambar, poster, slide,
film.
3. Peserta dibagi kedalam 3 kelompok
(Kelompok Vegetatif, Kelompok
Agronomi dan Kelompok Sipil Teknis),
kemudian peserta diajak kelapangan
untuk melakukan praktek.
a. Kelompok Vegetatif melakukan
praktek/simulasi tentang : Penyiapan
lahan, meliputi : Pembersihan lahan
dan pengolahan lahan; Praktek/
simulasi teknik pengangkutan bibit
yang benar; Praktek/simulasi tentang
teknik penanaman, meliputi : Mengatur
arah larikan, memasang ajir, distribusi
bibit, pembuatan lubang tanam, dan
pelaksanaan penanaman.
b. Kelompok Agronomi melakukan
praktek/simulasi pola tanam beserta
denahnya berdasarkan pengalaman
yang selama ini dilakukan dilahan usaha
taninya.
Gambar-gambar pola tanam beserta
denahnya tersebut dikumpulkan dan
selanjutnya yang sama atau mirip
dikelompokkan sehingga akan didapatkan
berbagai macam pola tanam.
Lakukan tinjauan lapangan untuk
mengamati keadaan lahan serta
wawancara dengan pemilik lahan
109
109
(Sepakati waktunya). Setelah selesai
peninjauan ketua dibantu anggota
kelompok berdiskusi dan membuat
laporan hasil pengamatan.
Kelompok Agronomi juga melakukan
praktek atau simulasi tentang penanaman
mengikuti kontur.
Peserta menentukan garis kontur.
Garis kontur dapat ditentukan dengan
mempergunakan alat pengukur yang
disebut Bingkai A. Sebelum kita
menanam dilarikan, terlebih dahulu kita
harus menggali parit disepanjang garis
kontur. Tanah yang digali dari parit ini kita
pergunakan untuk membuat pematang
langsung dibagian bawah parit.
Pada awal musim hujan, kita membuat
larikan terasering dengan menanam
benih di atas pematang. Paritnya berguna
untuk menampung air hujan supaya
menyerap dan berguna bagi tanaman.
c. Kelompok Sipil teknis, peserta
menentukan lokasi yang memenuhi
syarat Dam Penahan, kemudian peserta
melakukan perencaan dengan mengukur
panjang badan bendung, tinggi badan
bendung, bahan dan alat yang diperlukan.
Peserta melakukan diskusi/simulasi
untuk proses pelaksanaannya. Setelah
pembuatan Dam Penahan selesai,
para peserta melakukan diskusi untuk
mengevaluasi hasil kegiatannya.
4. Pendamping membagikan kertas, spidol,
lakban, kemudian masing-masing
kelompok mendiskusikan bersama
110
110
anggota kelompok selama 15-20 menit.
Masing-masing perwakilan kelompok
untuk menceritakan hasil diskusi
tersebut;
5. Pendamping memfasilitasi diskusi
kelompok hasil paparan masing-
masing kelompok. Semua peserta boleh
menyampaikan tanggapan, masukan dan
saran.
6. Pendamping bersama Ketua Kelompok
menyimpulkan hasil paparan kelompok
Vegetatif, Agronomi, Sipil Teknis dan
menjelaskan tentang pentingnya
Konservasi Tanah dan Air; Teknik
Konservasi Tanah dan Air; membuat
dan menerapkan penanaman tanaman
kayu-kayuan, pengaturan pola tanam,
penanaman mengikuti kontur, dan
pembuatan Dam Penahan dalam
rangka pencegahan kebakaran
hutan dan lahan.
Bahan Bacaan
111
111
1. Teknik KTA metode Vegetatif:
a. Penanaman tanaman kayu-kayuan;
b. Penanaman tanaman perdu;
c. Penanaman Rumput-rumputan;
d. Penanaman tanaman penutup tanah lainnya (Tanaman
merambat yang ditanam khusus untuk Konservasi Tanah
dan Air, antara lain: Callopogonium muconoides, Centrocema
pubescens, Mukuna, Crotalaria juncea, Arachis pintoi, dan
Peurarea javanica).
112
112
e. Pembuatan sumur resapan;
f. Pembuatan Dam pengendali;
g. Pembuatan Dam penahan;
h. Pembuatan saluran buntu atau rorak;
i. Pembuatan saluran Pembuangan Air (SPA);
j. Pembuatan bangunan terjunan air;
k. Pembuatan beronjong.
4. Penanaman :
79
Sebelum pelaksanaan penanaman dilakukan melalui tahapan:
a. Persiapan lahan:
Pembersihan lapangan dari tumbuhan pengganggu,
seperti alang-alang, semak belukar, dll;
Pemasangan ajir sejajar garis kontur;
Pembuatan lubang tanam dengan ukuran 30 x 30 x 20
cm.
b. Penanaman:
Bibit sebelum diangkut kelapangan dibiarkan dahulu 2-3
hari pada kotak angkutan;
113
113
Pengangkutan bibit seaman mungkin;
Penanaman dilakukan pada musim hujan;
Polybag dibuka, bibit masukan ke lubang tanam, lalu
tutup dengan tanah dan dipadatkan.
c. Pemeliharaan:
Pemeliharaan dilakukan agar tanaman muda mampu
tumbuh menjadi tegakan akhir dengan kerapatan dan
tingkat pertumbuhan yang diharapkan.
d. Penyiangan dan pendangiran:
o Penyiangan dan pendangiran dilakukan minimal 4 kali
setahun. Pada tahap pertama dan kedua sebaiknya
dilakukan penyiangan total dan pada tahun ketiga cukup
secara jalur;
o Pendangiran dilakukan disekitar tanaman pokok dengan
jari-jari sekitar 0,5 meter;
o Pada tahun ke empat dilakukan penyiangan (jalur),
pembebasan dan pemangkasan (low pruning).
e. Penyulaman:
Penyulaman pertama dilakukan setelah tanaman
berumur lebih dari satu bulan;
Pada tahun kedua, apabila persentase tumbuh tanaman
kurang dari 80 %;
Penyulaman dilakukan selama hujan masih cukup.
f. Pemupukan:
Pemupukan NPK sangat menolong pertumbuhan tanaman,
dengan dosis yang tepat.
g. Penjarangan:
Tujuan penjarangan untuk memberikan ruang tumbuh
yang baik bagi tegakan.
Penjarangan dilakukan terhadap pohon yang terserang
hama dan penyakit, batang pokok bengkok, menggarpu,
bercabang banyak, dll.
h. Pemberantasan dan pengendalian kebakaran:
Dapat dilakukan dengan pengamatan sedini mungkin;
Mencegah serangan hama dan penyakit;
114
114
Melakukan pemberantasan Hama/penyakit yang ramah
lingkungan.
Sep Okt Nop Des Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept
Padi Gogo Kacang Tanah Tanaman
lainnya
115
Menghasilkan tanaman penguat teras, pakan ternak dan
mulsa.
Secara berangsur dapat membentuk teras bangku jika
dikehendaki.
Pembuatan Dam penahan adalah bendungan kecil yang
lolos air dengan konstruksi bronjong batu, anyaman ranting
atau trucuk bambu/kayu yang dibuat pada alur jurang dengan
tinggi maksimum 4 meter.
116
116
3. Organisasi pelaksana:
Sebagai pelaksana pembuatan Dam penahan adalah kelompok
masyarakat di dampingi oleh Penyuluh kehutanan dibawah
koordinasi Instansi Pelaksana Penyuluhan Kehutanan Kab/Kota.
4. Tahapan dan Jadwal Kegiatan:
Tahapan dalam pelaksanaan pembuatan Dam Penahan disesuaikan
dengan jadwal pelaksanaan yang tertuang dalam rancangan.
5. Hasil kegiatan:
Dam Penahan yang telah dibangun sesuai rancangan dan setelah
selesai masa pemeliharaannya diserahkan kepada aparat desa
setempat dengan Berita Acara Penyerahan.
6. Pemeliharaan:
Pemeliharaan meliputi perbaikan/penyulaman kawat bronjong,
anyaman trucuk bambu/kayu yang putus atau rusak dan pengisian
kembali atau kedalam bronjong kawat serta penguatan dinding
tanah disekitar Dam Penahan.
117
117
4.8. Topik VIII
118
118
4. Pendamping memberi kesempatan
diskusi dengan peserta berkaitan dengan
cara membuat kompos.
5. Pendamping bersama-sama peserta
melakukan praktek pembuatan kompos.
6. Pendamping melakukan evaluasi
terhadap materi yang telah disampaikan.
Bahan Bacaan :
119
119
3) Siapkan setengah gelas larutan gula atau 100 ml (bisa dibuat dari
gula pasir dan air biasa), menyesuaikan banyaknya bahan sampah
organik yang ada.
4) Siapkan 10 ml larutan EM4, jika anda ragu takarannya bisa dilihat cara
penggunaannya yang tercantum dalam botol atau menyesuaikan
banyaknya bahan yang akan dibuat.
5) Bahan sampah organik yang sudah dicampur dengan kotoran
kambing, kemudian disiram dengan larutan gula dan larutan EM4,
lalu campurkan hingga merata sampai bahan menjadi basah atau
lembab. Jika perlu percikkan air secukupnya agar semua bahan
menjadi cukup basah.
6) Bahan pupuk kompos yang sudah selesai dicampur, kemudian
dimasukan ke dalam wadah, bisa menggunakan bak penampungan,
karung, atau plastik besar. Lama proses fermentasi dari bahan
hingga pupuk siap digunakan sekitar 2 – 3 bulan, karena itu untuk
mempercepat prosesnya setiap 2 minggu sekali bahan-bahan
tersebut dibolak-balik dan percikkan air secukupnya untuk menjaga
agar tetap basah.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan berkelanjutan,
sebaiknya pembuatan pupuk kompos dilakukan secara periodik.
Sehingga pemanfaatannya bisa digunakan secara berkelanjutan dan
sampah organik tidak perlu dibuang, karena kita telah bisa mengambil
manfaatnya dengan mengolahnya menjadi pupuk kompos.
120
120
4.9. Topik IX
121
121
Langkah-Langkah Kerja : 1. Penyuluh mengajukan pertanyaan
tentang upaya masyarakat untuk
mencegah kebakaran hutan dan lahan
dengan cara usaha produktif;
2. Penyuluh bertanya dan meminta
kesediaan peserta untuk menceritakan
pengalaman/yang diketahui tentang
usaha produktif yang pernah dilakukan
terkait materi yang dipilih (usaha lebah
madu/jamur tiram/pengolahan aren/
kerajinan bambu);
3. Apabila di lokasi tersebut jenis-jenis
usaha yang ditawarkan tidak ada maka
pendamping mengarahkan peserta untuk
memilih usaha sesuai dengan kondisi
masyarakat setempat;
4. Penyuluh menjelaskan secara singkat
tentang materi yang dipilih, mengapa
dibudidayakan dan penyebarannya di
Indonesia;
5. Penyuluh memutarkan film tentang
kesuksesan masyarakat dalam melakukan
usaha terkait materi yang dipilih;
6. Penyuluh mengajak peserta untuk
menganalisis kelebihan dan kekurangan
dari usaha tersebut;
7. Penyuluh mengajak peserta
mendiskusikan dan menyimpulkan hasil
analisa;
8. Peserta melakukan semua tahapan
budidaya/pengolahan materi yang dipilih
di tempat praktek;
9. Penyuluh meminta peserta untuk
mempraktekan materi yang sudah
diterima di lokasi usaha masing-masing
sesuai dengan kebutuhan;
10. Pada pertemuan berikutnya peserta
menyampaikan hasil praktek yang telah
dilakukan di lokasinya masing-masing
(keberhasilan dan kegagalan).
122
122
Bahan Bacaan
Salah satu upaya dalam pencegahan kebakaran hutan dan
lahan adalah dengan adanya partisipasi masyarakat dalam upaya
pencegahan tersebut. Partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan
bantuan penyuluh sebagai pendamping masyarakat. Kegiatan partisipasi
masyarakat berupa penyuluhan serta pelatihan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat sehingga diperoleh manfaat bagi kehidupan
sosial ekonomi masyarakat. Upaya tersebut dilaksanakan agar masyarakat
tidak melakukan tindakan merusak hutan apalagi membakar hutan.
123
123
a. Ketersediaan pakan, produksi madu yang dihasilkan
oleh lebah dipengaruhi oleh :
1) Jenis dan jumlah pakan, semakin tinggi potensi
pakan maka semakin tinggi pula produksi madu
yang dihasilkan;
2) Jarak antara stup lebah dengan sumber pakan,
dalam mencari pakan lebah mempunyai daya
jelajah maksimal 6 km, jarak yang paling ideal
antara stup madu dan sumber pakan maksimal 2
km, semakin jauh jarak antara stup lebah dengan
sumber pakan maka semakin sedikit pula produksi
madu yang dihasilkan.
3) Kesesuaian jumlah pakan dengan jumlah koloni
lebah, produksi madu tidak akan meningkat
meskipun jumlah koloni lebah bertambah apabila
tidak dibarengi dengan penambahan sumber
pakan.
Jenis tumbuhan sumber pakan yang ideal untuk budidaya
lebah madu adalah tumbuhan yang menghasilkan pollen
dan nektar yang berkualitas/bernilai gizi tinggi dan
disukai oleh lebah; serta tumbuhan yang menghasilkan
pollen dan nektar secara terus menerus.
124
124
No Jenis Tanaman Jenis Pakan
10. Wijen Pollen & Nektar
11. Jambu Mete Pollen
12. Lengkeng Pollen & Nektar
13. Kedondong Pollen & Nektar
14. Durian Pollen & Nektar
15. Jambu Biji Pollen & Nektar
16. Salak Pollen
17. Apel Pollen & Nektar
18. Delima Pollen
19. Kesemek Pollen & Nektar
20. Apokat Pollen
21. Blimbing Pollen & Nektar
22. Macadamia Pollen
23. Mangga Nektar
24. Rambutan Nektar
25. Kaliandra Nektar
26. Jagung Pollen
27. Putri Malu Pollen
28. Wedusan Pollen
29. Akasia Nektar
30. Sengon Nektar
31. Sonokeling Nektar
125
125
B. Peralatan
1. Pembuatan Kotak/Stup Lebah
Bahan kotak/stup yang baik dari kayu yang sudah kering
dan tidak berbau menyengat, hal ini menghindari pindahnya
koloni lebah karena tidak betah dan pengaruh dari kayu
tersebut. Intinya menggunakan kayu apa saja yang penting
tidak berbau yang menyengat dan mengganggu koloni lebah.
Gambar 1. Kotak/Stup
Perlengkapan Petugas
Perlengkapan yang dibutuhkan 126
oleh petugas dalam pelaksanaan budidaya lebah madu
adalah sebagai berikut :
1) Pengasap (smoker), digunakan untuk menjinakan lebah pada waktu pemeliharaan atau
pemanenen.
126
2) Penutup muka (masker), berfungsi untuk melindungi muka dari sengatan lebah.
3) Pengungkit (Hive Tool), membantu mengangkat sisiran yang melekat pada kotak
lebah. Pakaian lapangan, warna pakain lapangan di anjurkan berwarna putih untuk
menghindari serangan lebah.
Perlengkapan Petugas
Perlengkapan yang dibutuhkan oleh petugas dalam pelaksanaan
budidaya lebah madu adalah sebagai berikut :
1) Pengasap (smoker), digunakan untuk menjinakan lebah pada
waktu pemeliharaan atau pemanenen.
2) Penutup muka (masker), berfungsi untuk melindungi muka
dari sengatan lebah.
3) Pengungkit (Hive Tool), membantu mengangkat sisiran yang
melekat pada kotak lebah. Pakaian lapangan, warna pakain
lapangan di anjurkan berwarna putih untuk menghindari
serangan lebah.
4) Sarung tangan, berfungsi untuk melindungi tangan dari
sengatan lebah.
5) Sikat Lebah (bee brush), membantu untuk menghalau lebah
dari sisiran.
127
127
7) Apabila koloni lebah sudah tenang makan pintu pada kotak
ratu lebah dapat dibuka.
8) Stup lebah dapat di pindahkan ke tempat lain apabila sarang
lebah sudah melekat pada sisiran sarang dan tali rapia terlepas
sendiri digihit oleh lebah pekerja.
9) Sebaiknya stup lebah madu ditempatkan mengarah pada
matahari terbit
D. Pemeliharaan
Tindakan yang perlu diambil dalam kegiatan pemeliharaan stup
dan koloni lebah adalah:
1) Pemeriksaan bagian dalam dan luar stup lebah, pemeriksaan
kondisi koloni diperlukan untuk mengetahui kondisi dan
perkembangan koloni, sehingga dengan mengetahui kondisi
koloni dapat diketahui pula tindakan-tindakan yang perlu
diambil agar koloni dapat berkembang dengan baik. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan bagian dalam
koloni lebah adalah : Kondisi lebah baik lebah pekerja, ratu
lebah maupun lebah pejantan, anakan lebah (telur, larva dan
pupa), serta kondisi sisiran sarang. Sedangkan hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pemeriksaan bagian luar adalah:
a. Kegiatan lebah pekerja dalam mencari pakan hal ini
diperlukan untuk mengetahui ketersediaan sumber
pakan apakah ketersediaannya masih memadai atau
tidak;
b. Kesibukan lebah berdasarkan intensitas suara;
c. Kegiatan lebah perampok
d. Kondisi bangkai di luar kotak;
e. serta kondisi lilin lebah dan kotoran yang berada di
bagian bawah dan bagian atas kotak lebah, apabila
terdapat kotoran maka kotoran tersebut harus segera
dibersihkan.
Agar kondisi lebah dan tindakan penanganan segera diketahui
disarankan pemeriksaan ini dilakukan secara rutin setiap 2
minggu sekali.
128
128
2) Penambahan sisiran baru, penambahan sisiran baru perlu
dilakukan apabila bingkai yang tersedia sudah penuh,
sebaiknya penambahan sisiran dilakukan pada bagian tengah
bingkai terpasang tetapi apabila kondisi koloni lebah sedang
lemah sebaiknya penambahan bingkai dilakukan pada bagian
tepi bingkai terpasang. Setelah 3 hari, posisi bingkai yang
baru di pasang harus dibalikan agar pembuatan sarangnya
merata.
3) Penggabungan Koloni, dilakukan untuk mempertahankan
kondisi koloni yang lemah, hal ini sering terjadi jika kondisi
cuaca sedang tidak baik terutama pada saat intensitas hujan
cukup tinggi.
4) Pemecahan Koloni, bertujuan untuk memperbanyak jumlah
koloni dengan bertambahnya koloni maka produksi produk yang
dihasilkan oleh lebah akan semakin meningkat. Pemecahan
koloni ini perlu dilakukan seiring dengan terbentuknya ratu
lebah baru, karena apabila sudah terbentuk ratu lebah baru
maka ratu lebah yang lama akan memisahkan diri dengan
diikuti sebagian dari anggota koloni.
Selain hal tersebut di atas, kondisi yang perlu diperhatikan dalam
kegiatan pemeliharaan lebah adalah :
1) Masa Paceklik, yaitu kondisi dimana tanaman sumber pakan
sedang tidak berbunga (tidak tersedianya pakan lebah secara
alami), untuk itu perlu penanganan melalui penambahan
sumber pakan buatan/stimulant.
2) Perampokan, keadaan dimana terjadinya pengambilan
madu oleh anggota koloni lebah lain yang disebabkan oleh
kurangnya ketersediaan pakan.
3) Tersesat, keadaan dimana lebah tidak menemukan koloninya,
hal ini biasanya terjadi ketika ada angin kencang atau hujan
secara tiba-tiba.
4) Hijrah (absconding), yaitu kondisi dimana semua anggota
lebah meninggalkan sarangnya, hal ini biasa terjadi disebabkan
oleh penggunaan insektisida yang intensif disekitar lokasi
budidaya; tidak mencukupinya sumber pakan; gangguan
hama penyakit dan perubahan kondisi lingkungan.
129
129
E. Pengelolaan Pasca Panen
1. Koloni Lebah Siap Panen
Produk yang dihasilkan oleh lebah madu diantaranya madu
sebagai produk utama, serbuk sar (bee pollen), Royal Jelly,
lem (propolis), lilin lebah dan racun lebah (bee vonem).
Secara umum ciri-ciri koloni lebah madu yang siap dilakukan
pemanenan adalah sebagai berikut :
a. Pada kaki lebah pekerja terdapat cairan madu yang
berwarna kuning.
b. Ukuran lebah lebih besar dibandingkan dengan ukuran
biasanya.
c. Tumbuhan yang ada disekitar stup lebah bunganya
sedang mekar.
d. Kotak koloni lebah lebih berat apabila dibandingkan
dengan waktu penempatan awal.
2. Peralatan Pemanenan
Peralatan yang harus dipersiapkan dalam kegiatan pemanenan
madu diantaranya Pisau pengupas madu, Kain kasa, Pencepit
Kayu, Saringan Madu, Ekstraktor, Ember , dan Botol kemasan
3. Tata Cara Pemanenan
Pemanenan madu dari Kotak Eram, hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pemanenan madu dari kotak eram adalah
sebagai berikut :
i. Madu yang berasal dari kotak eram dapat dipanen
apabila sisiran yang berisi madu telah tertutup oleh lili.
ii. Apabila sisiran belum menggunakan pondasi sarang,
maka terlebih dahulu dilakukan pemotongan sebatas
sisiran yang berisi madu.
iii. Pisau yang digunakan untuk mengupas sisiran madu
terlebih dahulu harus direndam dalam air panas.
iv. Sisiran yang berisi anakan harus dimasukan kembalikan
kedalam sarang
v. Pengambilan madu yang berasal dari sisiran yang
belum menggunakan pondasi dilakukan dengan diperas
130
130
menggunakan kain kasa dan penjepit kayu, sedangkan
apabila sudah menggunakan pondasi sarang pemanenan
dapat dilakukan dengan menggunakan ekstraktor madu.
vi. Sisa lilin yang berasal dari hasil pemanenan madu jangan
dibuang sembarangan karena dapat dimanfaatkan
kembali.
vii. Sisiran yang mengandung madu jangan dipanen
semuanya, sebaiknya di sisakan satu buah sisiran.
viii. Untuk menghindari pencemaran pada madu, maka
madu yang telah dipanen harus segera dimasukan
kedalam wadah, tutup dengan rapat dan simpan pada
tempat yang kering dan tidak berbau.
131
131
Tabel 1.Tabel
Manfaat
1. jamur Bagijamur
Manfaat pengobatan
Bagi dan penyembuhan.
pengobatan dan penyembuhan.
Syarat
Syaratlingkungan yang dibutuhkan
lingkungan pertumbuhan
yang dibutuhkan dan perkembangan
pertumbuhan jamur tiram antara lain:
dan perkembangan
jamur
1. Air tiram antara lain:
1. Air
Kandungan air dalam substrak berkisar 60-65%
• Kandungan air dalam substrak berkisar 60-65%
• Apabila kondisi kondisi
Apabila kering maka pertumbuhan
kering akan terganggu akan
maka pertumbuhan atau berhenti begitu pula
terganggu
atauapabila
sebaliknya berhenti
kadarbegitu pulatinggi
air terlalu sebaliknya apabila
maka miselium akankadar air terlalu
membusuk dan mati
tinggi maka miselium akan membusuk dan mati
Penyemprotan air dalam ruangan dapat dilakukan untuk mengatur suhu dan
• Penyemprotan air dalam ruangan dapat dilakukan untuk
kelembaban.
mengatur suhu dan kelembaban.
2. Suhu
2. Suhu
Suhu inkubasi
• Suhu inkubasi atau saat atau
jamur saat
tiram jamur tirammiselium
membentuk membentuk miselium
dipertahankan antara 60-
dipertahankan antara 60-70%
70%
132
Suhu pada pembentukan tubuh buah berkisar antara 16 – 22 º C
3. Kelembaban
132
Kelembaban udara selama masa pertumbuhan miselium dipertahankan antara 60-70%
Kelembaban udara pada pertumbuhan tubuh buah dipertahankan antara 80-90%
4. Cahaya
Pertumbuhan jamur sangat peka terhadap cahaya matahari secara langsung
• Suhu pada pembentukan tubuh buah berkisar antara 16 –
22º C
3. Kelembaban
• Kelembaban udara selama masa pertumbuhan miselium
dipertahankan antara 60-70%
• Kelembaban udara pada pertumbuhan tubuh buah
dipertahankan antara 80-90%
4. Cahaya
• Pertumbuhan jamur sangat peka terhadap cahaya matahari
secara langsung
• Cahaya tidak langsung (cahaya pantul biasa ± 50-15000 lux)
bermanfaat dalam perangsangan awal terbentuknya tubuh
buah.
• Pada pertumbuhan miselium tidak diperlukan cahaya
• Intensitas cahaya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
Namun sekitar 200 lux (10%)
5. Aerasi
Dua komponen penting dalam udara yang berpengaruh pada
pertumbuhan jamur yaitu oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2).
Oksigen merupakan unsur penting dalam respirasi sel. Sumber
energi dalam sel dioksida menjadi karbondioksida. Konsentrasi
karbondioksida (CO2) yang terelalu banyak dalam kumbung
menyebabkan pertumbuhan jamur tidak normal. Di dalam kumbung
a lain: jamur konsentrasi CO2 tidak boleh lebih dari 0,02%.
133
133
0-70%
%
Teknik Budidaya Jamur Tiram
1. Pembuatan Kubung
Kubung adalah bangunan tempat menyimpan bag log sebagai
media tumbuhnya jamur tiram yang terbuat dari bilik bambu atau
tembok permanen. Didalamnya tersusun rak-rak tempat media
tumbuh/log jamur tiram. Ukuran kubung bervariasi tergantung
dari luas lahan yang dimiliki. Tujuannya untuk menyimpan bag
log sesuai dengan persyaratan tumbuh yang dikehendaki jamur
tersebut. Bag log adalah kantong plastik transparan berisi campuran
mediajamur. Rak dalam kubung disusun sedemikian rupa sehingga
memudahkan dalam pemeliharan dan sirkulasi udara terjaga.
Umumnya jarak antara rak ± 75 cm. Jarak didalam rak 60 cm (4
– 5 bag log), lebar rak 50 cm, tinggi rak maksimal 3 m, panjang
disesuaikan dengan kondisi ruangan. Bag log dapat disusun secara
vertikal cocok untuk daerah lebih kering. Sedangkan penyusunan
secara horizontal untuk daerah dengan kelembaban tinggi. Antara
rak pertama berjarak 20 cm. Bahan-bahan yang diperlukan untuk
membuat kubung berupa tiang kaso/bambu, rak-rak, bilik untuk
dinding dan atap berupa genteng, asbes atau rumbia. Jumlah dan
tinggi rak tergantung pada tinggi ruang pemeliharaan dan jumlah
baglog yang akan dipelihara.
134
134
3. Pembuatan Media Tanam
Pengayakan
Pengayakan adalah kegiatan memisahkan atau menyaring serbuk
kayu gergaji yang besar dan kecil/halus sehingga didapatkan
serbuk kayu gergaji yang halus dan seragam. Tujuannya untuk
mendapatkan media tanam yang memiliki kepadatan tertentu
tanpa merusak kantong plastik ( bag log) dan mendapatkan tingkat
pertumbuhan miselia yang merata.
Pencampuran
Pencampuran serbuk kayu gergaji dengan dedak, kapur dan
gips sesuai takaran untuk mendapatkan komposisi media yang
merata. Tujuannya menyediakan sumber hara/nutrisi yang cukup
bagi pertumbuhan dan perkemangan jamur tiram sampai siap
dipanen. Media untuk pertumbuhan jamur tiram sebaiknya dibuat
menyerupai kondisi tempat tumbuhn jamur tiram di alam. Contoh
Prosedur pelaksanaanya antara lain ;
o Serbuk gergaji 100 kg sebagai media tanam
o Dedak 15 kg sebagai sumber makanan tambahan bagi
pertumbuhan jamur
o Kapur 2kg dan gips 1 kg untuk mendapatkan pH 6-7 media
tanam sehingga memperlancar proses pertumbuhan jamur
o Serbuk gergaji yg sudah diayak dicampur dengan bekatul,
kapur dan gips.
Campuran bahan diaduk merata dan ditambahkan air bersih hingga
mencapai kadar air 60-65%, dapat ditandai bila dikepal hanya
mengeluarkan satu tetes air dan bila dibuka gumpalan serbuk
kayu tidak serta merta pecah. Bahan yang telah dicampur bisa
dikomposkan 1 hari, 3 hari, 7 hari atau langsung dikantongi.
Pemeraman
Kegiatan menimbun campuran serbuk gergaji kemudia menutupnya
secara rapat dengan menggunakan plastik selama 1 malam.
Tujuannya menguraikan senyawa-senyawa kompleks dengan
bantuan mikroba agar diperoleh senyawa-senyawa kompleks
135
135
dengan bantuan mikroba agar diperoleh senyawa-senyawa yang
lebih sederhana, sehingga lebih mudah dicerna oleh jamur dan
memungkinkan pertumbuhan jamur yang lebih baik.
Pendinginan
Proses pendinginan merupakan suatu upaya menurunkan suhu
media tanam setelah disterilkan agar bibit yang akan dimasukkan
ke dalam bag log tidak mati. Pendinginan dilakukan 8 – 12 jam
sebelum dinokulasi. Temperatur yang diinginkan adalah 30 - 35°C.
Prosedur pelaksanaannya antara lain :
136
136
• Keluarkan bag log dari drum yang sudah disterilisasikan
• Diamkan dialam ruangan sebelum dilakukan inokulasi
(pemberian bibit)
• Pendinginan dilakukan hingga temperatur mencapai 30 -35°C
Inkubasi
Inkubasi adalah menyimpan atau menempatkaqn media tanam
yang telah diinokulasi pada kondisi ruang tertentu agar miselia
jamur tumbuh. Tujuanya adalah untuk mendapatkan pertumbuhan
miselia.
• Suhu ruang pertumbuhan miselia jamur antara 28–30 ºC utk
mempercepat pertumbuhan miselium
• Media baglog yg telah dinokulasi dipindahkan dalam ruang
inkubasi
• Inkubasi dilakukan hingga seluruh permukaan media tumbuh
dalam baglog berwarna putih merata setelah 20-30 hari.
137
137
Inkubasi dilakukan hingga seluruh permukaan media tumbuh dalam baglog
•
berwarna Tutup kubung
putih merata serapat
setelah 20-30mungkin
hari. sehingga cahaya matahari
minimal,
Tutup kubung kendalikan
serapat mungkinsuhu ruangcahaya
sehingga kubungmatahari
mencapai 25 – 33oC.
minimal, kendalikan
suhu ruang kubung mencapai 25 – 33oC.
Pemindahan ke Tempat Budidaya
• Baglog yang telah putih ditumbuhi miselium dipindahkan ke
Pemindahan ke Tempat Budidaya
kumbung budidaya
Baglog yang telah putih ditumbuhi miselium dipindahkan ke kumbung budidaya
• Baglog yang miseliumnya sudah putih dan ada penebalan
Baglog yang miseliumnya sudah putih dan ada penebalan dibuka cincin bambunya
dibuka cincin bambunya agar jamur bisa tumbuh.
agar jamur bisa tumbuh.
Gambar Pemindahan
Gambar Pemindahankeketempat
tempatbudidaya
budidaya
Perawatan Perawatan
Baglog • Baglog
yang telah yangcincin
dibuka telahdirawat
dibukadengan
cincin melakukan
dirawat dengan melakukan
penyiraman secara kabut
penyiraman
untuk mempercepat secara pinhead
pertumbuhan kabut untuk
jamur mempercepat pertumbuhan
pinheadharus
Hal yang terpenting jamurdiperhatikan dalam kumbung adalah menjaga suhu dan
Hal yang
• yang
kelembaban terpenting
dibutuhkan jamurharus diperhatikan dalam kumbung adalah
menjaga suhu dan kelembaban
Apabila kelembaban kurang, pinhead mati danyang
jika dibutuhkan jamur
terlkalu lembab jamur menjadi
basah • Apabila kelembaban kurang, pinhead mati dan jika terlkalu
lembab jamur menjadi basah
Pemanenan
Pemanenan
Ciri-ciri jamur tiram yang sudah siap dipanen adalah:
o TudungCiri-ciri jamur tiram yang sudah siap dipanen adalah:
belum keriting
o Warna belumo Tudung
pudar belum keriting
o Warna belum pudar
o Spora belum dilepaskan
o Spora belum dilepaskan
o Tekstur masih kokoh dan lentur
o Tekstur masih kokoh dan lentur
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan adalah:
o Panen dilakukan dengan mencabut 138
o Tanpa menyisakan bagian jamur
o Bersih dan tidak berceceran
138
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan adalah:
o Panen dilakukan dengan mencabut
o Tanpa menyisakan bagian jamur
o Bersih dan tidak berceceran
Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan cara penyemprotan atau
pengkabutan dengan menggunakan air bersih yang ditujukan pada
ruang kubung dan media tumbuh jamur, tujuan untuk menjaga
kelembaban kubung.
PENGOLAHAN AREN
Pengolahan Nira Aren
1. Gula cetak
Bahan dasar untuk pengolahan gula cetak aren adalah nira yang
masih segar, rasa manis, tidak berwarna dengan pH 6-7 dan total
asam 0,1%. Mutu gula cetak yang dihasilkan ditentukan oleh
bahan baku, yaitu nira. Apabila pH < 6, nira tidak diolah menjadi
gula tetapi diolah menjadi cuka atau alkohol. Untuk mendapatkan
nira yang memenuhi syarat sebagai bahan baku pembuatan
gula, wadah penampung nira di pohon dicuci dengan nira yang
mendidih. Nira yang ditampung dengan wadah ini memiliki pH 6,2-
7,0 dan kadar sukrosa 11-14,9%. Gula cetak diperoleh dengan cara
menguapkan air nira dan dicetak dalam berbagai bentuk, antara
lain ukuran setengah tempurung kelapa, ukuran balok, ataupun
bentuk lempengan.
Gula yang dihasilkan digunakan sebagai pemanis, penyedap dan
pemberi warna pada berbagai jenis makanan. Cara pengolahan
gula cetak, yaitu:
a. nira disaring, dituangkan kedalam wajan yang telah berisi nira
hasil sadapan sore hari sebelumnya yang telah dipanaskan
lebih dahulu, kemudian dimasak di atas tungku.
b. Dalam proses pemanasan nira akan berbuih putih dan
meluap, untuk mencegah agar buih tidak tumpah dilakukan
pengadukan.
139
139
c. Pemanasan dihentikan pada saat larutan nira menjadi kental
dan berwarna coklat kemerahan. Untuk mengetahui waktu
penghentian pemanasan, larutan nira panas diteteskan
ke dalam air. Apabila tetesan larutan ini mengental maka
pemanasan dihentikan.
d. Wajan diangkat dari tungku, larutan diaduk kemudian
dimasukkan ke dalam cetakan. Cetakan yang biasa digunakan
adalah tempurung kelapa, dan bambu ukuran kecil yang telah
dipotong dengan ukuran panjang 8-10 cm.
e. Setelah kering, gula dikeluarkan dari cetakan dan dikemas
menggunakan daun pisang kering atau plastik. Agar gula
tidak berwarna coklat tua, ditambahkan Natrium bisulfit
sebanyak 0,02%. Penggunaan kayu bakar dalam pengolahan
gula cetak berkisar 0,25 m3 untuk pemasakan nira sebanyak
100 liter nira, dan menghasilkan gula sekitar 10-12 kg.
2. Gula semut
Gula semut adalah gula merah berbentuk serbuk, beraroma khas,
dan berwarna kuning kecokelatan. Proses pengolahan gula semut
sama dengan pengolahan gula cetak, yaitu:
a. pemanasan nira hingga menjadi kental, setelah diperoleh nira
kental dilanjutkan dengan pendinginan dan pengkristalan.
b. Pengkristalan dilakukan dengan cara pengadukan
menggunakan garpu kayu. Pengadukan dilakukan secara
perlahan-lahan, dan makin lama makin cepat hingga terbentuk
serbuk gula (gula semut).
c. Pengeringan gula semut. Pengeringan dilakukan dengan dua
cara, yaitu (1) pengeringan dengan sinar matahari selama 3-4
jam dan (2) pengeringan dengan oven pada suhu 45°C-50°C
selama 1,5-2,0 jam (70% produk dikeringkan dengan oven
dan 30% dengan sinar matahari).
d. Untuk keseragaman ukuran butiran, dilakukan pengayakan
I menggunakan ayakan stainless steel ukuran 18-20 mesh.
Butiran gula yang tidak lolos ayakan akan dikeringkan ulang
dan dilanjutkan dengan penghalusan butiran. Penghalusan
ukuran butiran dengan grinder mekanis, diikuti dengan
pengayakan II.
140
140
e. Gula semut kering dikemas dalam kantong plastik dengan
ukuran berat bervariasi, yaitu 250 g, 500 g dan 1000 g (1kg).
Produk dikemas dalam karung propilien dua lapis berat-nya
50 kg/karung.
GambarGambar
pembuatan pembuatan kolang-kaling
kolang-kaling
i. Buah aren yang akan diolah menjadi kolang kaling,
141
ii. Perebusan buah aren,
iii. Buah aren yang telah direbus,
iv. Pengambilan kolang-kaling dari buah aren yang telah direbus,
141
v. Proses pemipihan kolang-kaling,
vi. Kolang-kaling yang belum diolah, dan
vii. Kolang-kaling yang telah diolah lanjut menjadi produk bernilai ekonomi.
i. Buah aren yang akan diolah menjadi kolang kaling,
ii. Perebusan buah aren,
iii. Buah aren yang telah direbus,
iv. Pengambilan kolang-kaling dari buah aren yang telah
direbus,
v. Proses pemipihan kolang-kaling,
vi. Kolang-kaling yang belum diolah, dan
vii. Kolang-kaling yang telah diolah lanjut menjadi produk
bernilai ekonomi.
b. Buah aren direbus.
Pada tahap ini prosesnya adalah:
1) Tandan buah dimasukkan ke dalam drum berisi air,
kemudian direbus hingga buah menjadi lunak.
2) Drum diangkat dari tungku kemudian air perebus buah
aren dibuang. Tandan aren rebus dikeluarkan dari drum
kemudian buah dibelah secara manual satu per satu.
3) Pengambilan kolang-kaling harus hati-hati agar tidak
ada yang cacat. Kolang-kaling direndam dalam larutan
kapur selama 2-3 hari.
4) Kolang-kaling dicuci dengan air beberapa kali, hingga air
cucian jernih. Kolang kaling siap dijual/dikonsumsi atau
diolah lebih lanjut menjadi produk bernilai ekonomi lebih
tinggi. Kolang-kaling memiliki kadar air yang sangat
tinggi, dalam 100 gram kolang kaling mengandung
93,36% air, 0,69 g protein, 4 gram karbohidrat, 1 gram
kadar abu dan 0,95 serat kasar.
4. Ijuk
Ijuk dihasilkan dari pohon aren yang telah berumur lebih dari
5 tahun hingga dengan tandan-tandan bunganya keluar. Ijuk
sebenarnya merupakan bagian pelepah daun yang menyelubungi
batang. Pohon yang masih muda produksi ijuknya kecil. Demikian
pula, pohon yang mulai berbunga kualitas dan hasil ijuknya tidak
baik.Pengambilan dilakukan dengan memotong pangkal pelepah-
pelapah daun, kemudian ijuk yang bentuknya berupa lempengan
anyaman diambil dari dengan menggunakan parang. Lempengan
142
142
anyaman ijuk yang telah diambil dari pohon, masih mengandung
lidi. Lidi-lidi tersebut dipisahkan dari serat-serat ijuk dengan
menggunakan tangan. Untuk membersihkan serat ijuk dari berbagai
kotoran dan ukuran serat ijuk yang besar, digunakan sisir kawat.
Ijuk yang sudah dibersihkan dapat dipergunakan untuk membuat
tali, sapu, atap, serat untuk ekspor, dan lain-lain
KERAJINAN BAMBU
Lampu hias
Salah satu kerajinan tangan dari bambu yakni pembuatan lampu hias,
berikut cara pembuatannya.
Bahan :
Bambu berdiameter 10 cm
Kabel secukupnya
Lampu 5watt
Cat atau pelitur
Cat poxy clear
Semen
Langkah kerja :
Siapkan bambu yang cukup kering, dengan diameter 10cm,
kemudian potong bambu tersebut dengan panjang ukuran lebih
1,5 meter.
Untuk menghaluskan permukaan bambunya, amplas seluruh
permukaanya dan tambahkan cat atau plitur agar permukaan
bambu tersebut menjadi halus dan mengkilap, tunggu sampai cat
flitur nya benar-benar kering.
Selanjutnya, pilih salah satu ruas yang akan dijadikan dudukan
lampu hias, pastikan ruas dudukan tetap utuh sedangkan ruas
lainnya digergaji sebagian.
Bila ruas atas bambu sudah digergaji, lakukan proses pengamplasan
supaya permukaanya menjadi lebih rapi dan bersih dari serbuk
bambu.
Tambahkan lubang dibagian tengah bambu untuk kabel.
Untuk membuat dudukan, gunakan semen dan dicetak
menggunakan ember kecil dengan ketebalan semen antara 7-10
cm.
143
143
Tambahkan ukiran-ukiran supaya menambah kecantikan lampu
hiasnya, setelah semuanya jadi lakukan pengecatan ulang
menggunakan cat poxy clear agar bambu semakin mengkilap.
Dan yang terakhir lengkapi dengan kabel dan lampu
Kerajinan lampu hiasnya pun siap dipasarkan
Vas Bunga
Vas bunga merupakan kerajinan tangan dari berbahan bambu yang unik
dan cantik.
144
144
Alat dan bahan :
Bambu yang sudah kering
Piloks
Gunting
Kertas gosok
selotif bening
Silet
Langkah kerja :
Siapkan semua alat dan bahan
Potonglah bambu miring diatasnya
Gosoklah bambu menggunakan kertas gosok sampai bambu
berwarna cream
Setelah itu balutlah bambu yang sudah di gosok dengan selotif
bening sampai keseluruhan bambu tertutupi.
Gambar motif yang diinginkan
Ukirlah motif yang telah digambar tadi menggunakan silet, sehingga
bagian yang ingin dicat terlepas dari bambu.
Catlah menggunakan cat filoks sesuai dengan warna yang
diinginkan.
Diamkan hingga beberapa menit sampai catnya benar-benar kering.
Lepaslah selotif yang masih tertinggal dibagian bambunya.
Asbak bambu
Alat dan bahan:
• Bambu bekas
• Papan bekas
• Lem serba guna
• Lem kayu
• Amplas
• Plitur/pernis
• Gergaji
• Pisau/cutter
• Gunting
145
145
Langkah-langkah pembuatan:
1. Buatlah kerangka
Iris papan dengan lebar 2,5 cm, lalu potong dengan panjang 12
cm, potong miring tiap-tiap ujungnya, buat 8 potongan supaya
menjadi 2 bentuk kotak. Lalu tempelkan bagian-bagiannya dengan
memakai lem kayu atau lem korea.
146
146
4.10. Topik X
147
147
pelatihan. Rangkuman hasil pelatihan
merupakan ‘inti’ dari pelatihan tersebut.
Sesi ini ini sangat penting bagi peserta
untuk menunjukkan tingkat pemahaman
mengenai metode dan evaluasi. Semua
peserta diberikan kesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya secara
terbuka. (Bahan: Flip chart dan Spidol)
2. Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
Waktu: 1 jam.
Sampaikan kepada setiap peserta untuk
menuliskan rencana tindak lanjut yang
akan lakukan setelah selesai mengikuti
pelatihan ini. Pengaturan tempat duduk
diserahkan sepenuhnya kepada peserta
agar peserta memperoleh keleluasaan
saat menuliskan rencana ini. Fasilitator
mengumpulkan seluruh rencana tindak
lanjut ini untuk didokumentasikan pada
laporan pelatihan. Penyusunan rencana
tindak lanjut adalah penting bagi peserta
untuk mencoba kemungkinan penerapan
pengetahuan dan keterampilan yang
diperolehnya selama pelatihan. (Bahan:
Kertas dan alat tulis)
3. Feed back & Training Evaluation
(respon atau tanggapan)
Waktu: 1 jam
Pengaturan tempat duduk diatur
membentuk lingkaran. Setiap peserta
memberikan ‘feed-back’ terhadap
pelatihan. Kemauan peserta untuk
memberikan ‘feed-back’ terhadap
pelatihan adalah penting artinya,
148
148
terutama untuk langkah perbaikan
pelatihan selanjutnya. Kesempatan ini
juga bermanfaat bagi peserta untuk
menyampaikan seluruh ‘unek-uneknya’
selama mengikuti pelatihan. Sampaikan
kepada peserta untuk memberikan
penilaian terhadap pelatihan yang telah
berlangsung. Pertanyaan yang umum
pada evaluasi ini adalah:
a. Bagaimana komentar umum
terhadap pelatihan? Terutama
tentang materi, fasilitator, metoda
pelatihan, dan logistik.
b. Bagian mana yang paling sulit
dimengerti?
c. Bagian mana yang paling menarik?
Hal-hal apa yang menurut anda
bermanfaat bagi pelaksanaan tugas
anda?
d. Saran anda terhadap pelatihan?
Pendamping dapat menggunakan
format Evaluasi Pelatihan yang
sudah disiapkan sebelumnya. Atau
dapat pula menyusun bahan evaluasi
ini bersama-sama dengan peserta.
Pilihan terakhir lebih baik dilakukan
sehingga kita tahu persis hal-hal
apa yang menurut peserta paling
penting untuk dievaluasi. Fasilitator
mengumpulkan seluruh hasil evaluasi
ini, untuk didokumentasikan pada
laporan pelatihan. (Bahan: Kertas
dan alat tulis)
149
149
Bahan Bacaan :
I. Monitoring
Kegiatan monitoring bertujuan untuk memantau suatu kegiatan
penelitian dan pengembangan dalam pencapaian sasaran. Kegiatan
monitoring meliputi mekanisme monitoring, fokus monitoring,
acuan monitoring, jadwal monitoring
Sebelum menguraikan satu persatu tentang kegiatan monitoring,
maka terlebih dahulu akan dijelaskan apa sebetulnya monitoring
dan evaluasi itu?, lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut;
Monitoring adalah pengumpulan dan analisis informasi secara
sistematis untuk melihat kemajuan dari suatu project
• Monitoring bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas dari sebuah project atau organisasi.
• Monitoring berdasarkan target dan kegiatan yang telah
direncanakan selama proses pekerjaaan berlangsung.
• Monitoring dapat membantu pekerjaan tercatat dalam jalurnya,
dan managemen mudah mengetahui suatu kesalahan dalam
pekerjaan.
• Monitoring memungkinkan anda untuk menentukan sumber
mana yang tersedia dengan cukup baik dan dapat digunakan,
dan juga kapasitas yang mencukupi dan sesuai, sehingga
anda dapat melakukan apa yang telah anda rencanakan.
Answers WHAT, WHO, WHEN, HOW MUCH
Monitoring mencakup……;
• Menenetukan indikator dari efficiency, effectiveness dan
impact;
• Merencanakan sistem untuk mengumpulkan informasi yang
berhubungan dengan indikator;
• Mengumpulkan dan mencatat informasi;
• Menganalisa informasi;
• Menggunakan informasi untuk menginformasikan day-to-day
managemen
Monitoring adalah suatu fungsi internal dalam suatu projet atau
organisasi
150
150
Siapa yang seharusnya terlibat?
• Setiap orang yang terlibat dalam organisasi atau program
• Petugas administrasi rapat bertanggung jawab mempersiapkan
distribusikan absensi
• Petugas lapangan menulis laporan kunjungan tentang
lapangan
• Petugas pencatatat bertanggung jawab untuk mencatat
semua pengeluaran dan pemasukkan
Mekanisme Monitoring
Pelaksanaan monitoring dapat dilakukan dengan berbagai cara,
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Untuk monitoring
di tingkat lapangan dapat dilakukan dengan cara diskusi langsung
secara intensif bersama para stakeholder yang terlibat dalam
kegiatan, atau dengan presentasi setiap kegiatan oleh penerima
manfaat pada waktu yang disepakati.
Sedangkan untuk monitoring yang dilakukan oleh Tim pelaksana
program akan dilakukan dengan cara presentasi dan dilanjutkan
dengan kunjungan ke lapangan.
Fokus Monitoring
Dalam pelaksanaannya monitoring di tingkat lokal maupun tingkat
managemen pusat akan di fokuskan pada :
• INPUT : Pendanaan, SDM, Peralatan
• PROSES : Metoda, Waktu Pelaksanaan, Ketepatan pelayanan
pemberdayaan masyarakat, perencanaan kerja.
• OUTPUT : Lapangan usaha, success story, Networking
Acuan Monitoring
Dalam pelaksanaan monitoring mengacu pada :
1. Kegiatan
2. Rencana Kinerja Masa Program
3. Penetapan Kinerja
4. Term of Reference (TOR) / Kerangka Acuan Kerja / Logframe
5. Laporan Kemajuan Kegiatan
6. Hasil monitoring pendamping program
7. Self Assesment
151
151
Waktu Pelaksanaan Monitoring
Pelaksanaan monitoring di tingkat managemen lokal dilakukan
secara intensif setiap minggu, sedangkan untuk tingkat
managemen pusat dilakukan dalam setiap pelaksanaan kegiatan
yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Evaluasi
Evaluasi merupakan rangkuman hasil pengukuran capaian kinerja
selama tahun berjalan, yang berkontribusi terhadap capaian
outcome yang ditetapkan dalam Rencana Strategi (Renstra).
Capaian kinerja output dan outcome diukur dengan menggunakan
berbagai indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam Renstra
tersebut. Keseluruhan capaian kinerja merupakan ukuran
keberhasilan managemen program dalam pelaksanaan tugas dan
fungsinya.
Evaluasi kinerja dimaksudkan untuk menelaah apakah capaian
kinerja output serta capaian kinerja outcome kumulatif sesuai
dengan yang direncanakan. Evaluasi capaian kinerja dilakukan
antara lain dengan analisis membandingkan antara apa yang
direncanakan dengan apa yang dihasilkan, disertai dengan tingkat
capaian dalam ukuran kuantitatif yang tertera dalam penetapan
indikator yang terdiri dari indikator input dan indikator output.
Evaluasi adalah perbandingan dari actual project dengan
perencanaan strategi yang telah disepakati
• Evaluasi dapat memperlihatkan penjabaran yang
dilakukan, dan apa yang telah diselesaikan dan bagaimana
menyelesaikannya
• Evaluasi dapat secara formative dapat dilakukan selama
project atau organisasi berlangsung, dengan menitikberatkan
pada peningkatan strategi atau cara dengan mengetahui
fungsi sebuah project atau organisasi.
• Evaluasi dapat juga secara summative penggambaran
pembelajaran dari sebuah project yang lengkap atau
organisasi yang sudah lama tidak berfungsi.
Answers WHAT HAPPENED, WHY, and WAS IT WORTH IT
152
152
Evaluasi mencakup ;
• Memperlihatkan pada program atau acuan organisasi–
apa perbedaan yang ingin dibuat? Apa dampak yang ingin
dihasilkan?
• Memperlihatkan dan mengkaji kemajuan program atau
organisasi yang ingin didapatkan sebagai target/ dampak.
• Memperlihatkan startegi program/ organisasi Sudahkah
memiliki strategi? Seberapa efektif strategi tersebut? Apakah
stategi tersebut berguna? Jika tidak, mengapa tidak?
• Memperlihatkan bagaimana hal tersebut bekerja. Adakah
menggunakan sumber yang efisien? Bagaimana keberlanjutan
kerja program atau organisasi? Bagaimana pelaksanaan untuk
berbagai stakeholder dana cara kerja organisasi mereka
Dalam evaluasi. kita dapat melihat efisiensi, efektifitas dan juga
dampak.
Monitoring dan evaluasi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan,
namun bukan berarti sama. Apa perbedaan diantara keduanya?
Mengapa harus melakukan monitoring dan evaluasi?, berikut akan
diuraikan;
153
153
• Impact—memperlihatkan bagaimana anda dapat membuat
suatu pembedaan untuk mengatasi kondisi permasalahan
yang telah diusahakan, dengan kata lain, apakah strategi
anda bermanfaat?
154
Alat-alat yang biasa digunakan:
• Studi Kasus
• Observasi
• Diary/ catatan harian
• Mencatat and menganalisa peristiwa penting (disebut ‘Analisis
kejadian penting”)
• Pertanyaan berstruktur/ kuesioner
• Interview/ wawancara satu per satu
• Diskusi kelompok
• Survey sample
• Sistem review data statistik yang mendukung
Kriteria penilaian
a. Indikator Input
Indikator input terdiri dari dana, sumber daya manusia dan sarana/
prasarana yang dipergunakan dalam menjalankan kegiatan.
Evaluasi/penilaian atas capaian kinerja input dilakukan dengan
melihat realisasi dana yang terserap, ketersediaan sumber daya
manusia yang terlibat dan ketersediaan sarana/prasarana.
Pada pelaksanaan ini, dengan adanya sumber dana yang memadai,
adanya SDM dengan kualifikasi yag sesuai serta ditunjang dengan
sarana dan prasarana yang tersedia, diharapkan suatu kegiatan
akan dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang diperkirakan.
Oleh karena itu pada evaluasi indikator input ini memiliki bobot
yang cukup besar.
b. Indikator Proses
Indikator Proses ini terdiri dari :
1. Metoda : Kesesuaian penggunaan metode /
proses/langkah kegiatan dalam
mencapai tujuan/sasaran
2. Waktu pelaksanaan : Kesesuaian waktu pelaksanaan dari
rencana
3. Keterpaduan : Keterkaitan dan keterpaduan rencana
kerja dengan pelaksanaan
4. Kalender Harian : Pencatatan setiap rencana kegiatan
(chek list)
155
155
Pada evaluasi indikator proses ini pelaksanaan kegiatan akan
dapat dilaksanakan dengan baik apabila metode penyampaian
yang digunakan adalah benar, dan memiliki keterpaduan dengan
rencana kerja, sehingga waktu pelaksanaan akan sesuai dengan
jadwal yang direncanakan, serta kegiatan yang dilakukan dan data
yang diperoleh tercatat di dalam Kalender harian.
c. Indikator Ouput
Evaluasi/Penilaian atas capaian kinerja output dilakukan dengan
melihat output dari kegiatan yang tercantum dalam Indikator
Kinerja
Indikator output ini teridiri dari :
• Adanya barang yang digunakan dalam setiap praktek kegiatan
• Terselenggaranya setiap kegiatan yang sudah direncanakan
Laporan keberhasilan oleh setiap pendamping
• Networking : jaringan yang dirintis, misal dengan Pemda,
UMKM, Industri, dan stakeholders lain
Pada evaluasi indikator output tercapai, dengan asumsi bahwa
kegiatan sedang dilaksanakan dengan baik menggunakan metode
kegiatan yang benar, berdasarkan rencana kerja yang tepat, sesuai
dengan jadwal yang direncanakan, dan tercatat di dalam kalender
harian. Sehingga pada tahap ini potensi output dapat terlihat
walaupun belum terealisasi.
Penilaian kegiatan
Penilaian didasarkan atas total hasil penilaian berbobot terhadap kriteria-
kriteria yang dinilai pada setiap kategori. Pembobotan diberikan sesuai
dengan nilai penting kriteria di dalam masing-masing kategori. Besaran
penilaian adalah:
– A = Baik sekali (>= 800)
– B = Baik (700-799)
– C = Cukup (600-699)
– D = Kurang (<= 600)
156
156
a. Kriteria Penilaian Pelaksanaan Kegiatan Terbaik
Dalam menentukan pelaksanaan kegiatan terbaik didasarkan pada
beberapa aspek yaitu :
1) Aspek “Kegiatan pemberdayaan yang (innovative)”
2) Aspek “manfaat secara berarti bagi peningkatan kesejahteraan”
3) Aspek “Loyalitas dalam mendampingi pelaksanaan program”
4) Aspek ” kesesuaian dengan perencanaan”,
b. Ketentuan Penilaian
Penilaian di atas didasarkan atas total hasil penilaian berbobot
terhadap kriteria-kriteria yang dinilai pada setiap kategori (seperti
terlihat pada tabel di bawah).
Pembuatan Laporan
Yaitu penyusunan laporan yang dilakukan Tim Monev atas laporan-
laporan dari petugas monitoring, kemudian di evaluasi dengan format
scoring dan disampaikan dalam format bagan presentasi. Jadi laporan
yang disampaikan selain dalam bentuk naratif juga presentasi skoring
kemudian diserahkan kepada managemen proyek ditingkat pusat.
157
157
Laporan pengamatan dapat disajikan dengan mengemukakan sistematika
tertentu. Sistematika penyajian laporan juga disebut bagian-bagian atau
unsur-unsur laporan. Sistematika penyajian laporan sebagai berikut :
a. Judul
b. Nama atau Jenis Kegiatan
c. Latar Belakang
d. Tujuan Pengamatan
e. Waktu dan tempat pengamatan
f. Metode
g. Hasil Pengamatan
h. Kesimpulan
158
158
DAFTAR PUSTAKA
159
159
Kementerian Kehutanan. 2013. Buku Panduan Pencegahan Kebakaran
Hutan dan Lahan Berbasis Desa di Areal Gambut. Buku 2
Pendamping Desa. Seri-D Pelaksanaan Pencegahan Kebakaran
Melalui Tata Kelola Lahan. Direktorat Pengendalian Kebakaran
Hutan-Program of Community Development of Fires Control
in Peatland Area, Japan International Coorporation Agency
(JICA). Jakarta
160
160