Anda di halaman 1dari 13

Daftar Isi

Daftar Isi.................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 2
B. Identifikasi Masalah......................................................................................... 4
1. Bagaimana penegakan hukum lingkungan yang terjadi pada kasus
kebakaran hutan di Provinsi Riau? ..................................................................... 4
C. Pembahasan ..................................................................................................... 4
1. Kebakaran Hutan di Indonesia ..................................................................... 4
2. Penegakan Hukum Lingkungan pada Kebakaran Hutan ............................. 6
D. Kesimpulan .....................................................................................................11
E. Saran .............................................................................................................. 12
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 13

1
A. Latar Belakang
Hutan tidak hanya menjadi tempat bagi keanekaragaman hayati, melainkan juga
berfungsi sebagai penjaga lingkungan dan penyeimbang ekosistem. Hutan memiliki
peran signifikan dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. Dalam sebuah
daerah, penurunan drastis pada aspek hutan dapat secara otomatis mengakibatkan
dampak negatif yang merugikan kehidupan, terutama masyarakat sekitarnya.
Contohnya, penurunan hutan dapat menyebabkan kekeringan saat musim kemarau
dan banjir saat musim hujan. Oleh karena itu, eksistensi hutan bukan hanya
memberikan harapan bagi flora dan fauna, tetapi juga bagi manusia.
Pemanfaatan dan kelestarian hutan bukan hanya tanggung jawab bersama
makhluk hidup, tetapi juga merupakan kewajiban untuk menjaga keutuhan hutan
dan lingkungan sekitarnya. Manusia, sebagai pemegang peran utama dalam konteks
ini, memiliki tanggung jawab untuk menjaga keserasian antara manusia dengan
lingkungan, menciptakan suasana yang harmonis. Lingkungan, sebagai organ hidup
fundamental, memberikan transplantasi bagi makhluk hidup lainnya saat
berinteraksi.
Hak setiap individu untuk hidup dalam lingkungan yang baik dan sehat harus
dihargai, namun demikian, setiap individu juga berkewajiban untuk menghormati
hak orang lain untuk menikmati lingkungan yang sama. Kesadaran akan pentingnya
menjaga keutuhan lingkungan diperlukan agar suasana harmonis dapat terus
tercipta. Terlebih lagi, ekosistem lingkungan secara perlahan tergerus oleh
kebutuhan makhluk hidup, tanpa memperhatikan stabilitasnya1.
Pengelolaan hutan menjadi krusial dalam upaya mencegah konflik kepentingan
dan memastikan keberlanjutan keanekaragaman hayati serta fungsi-fungsi ekologis.
Oleh karena itu, pengelolaan hutan bukan hanya untuk memahami pemanfaatan dan
penggunaan kawasan hutan, tetapi juga untuk melestarikan keberagaman hayati,
sumber daya alam, dan fungsi ekologis demi menjaga keseimbangan lingkungan
secara keseluruhan.

1
Adhitya Widya Kartika, “Eksistensi Keadilan dalam Konstitusi Terhadap Hutan dan
Lingkungan.” Veritas Et Justitia. Vol. 4 No. 1 (2018) 180.

2
Masalah utama yang dihadapi dalam konteks penegakan hukum kelestarian
hutan di Indonesia adalah tingginya tingkat kerusakan hutan yang disebabkan oleh
berbagai aktivitas, termasuk penebangan liar, pembakaran hutan, dan aktivitas
merugikan lainnya. Kerusakan hutan ini telah mencapai skala yang
mengkhawatirkan dan memiliki dampak serius terhadap keberlanjutan ekosistem
hutan.
Salah satu kendala utama adalah minimnya efektivitas penegakan hukum dalam
mencegah dan menanggulangi aktivitas yang merusak hutan. Meskipun telah ada
peraturan dan kebijakan yang menetapkan landasan hukum untuk melindungi
hutan, implementasinya sering kali terkendala oleh berbagai faktor. Faktor-faktor
ini termasuk minimnya jumlah petugas keamanan hutan, kurangnya sarana
pengamanan yang memadai, dan rendahnya keadaan ekonomi yang mendorong
masyarakat untuk terlibat dalam aktivitas ilegal2.
Selain itu, terdapat juga masalah dalam pemahaman dan kesadaran masyarakat
terhadap pentingnya menjaga kelestarian hutan. Tindakan preventif dalam bentuk
penyuluhan dan sosialisasi seringkali tidak optimal, sehingga masyarakat kurang
memahami dampak negatif dari aktivitas yang merugikan hutan. Hal ini
menyulitkan upaya pencegahan sejak dini.
Masalah lainnya adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan ekonomi
dan keberlanjutan hutan. Ketergantungan masyarakat pada hutan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari seringkali menyebabkan konflik antara kepentingan
ekonomi dan kelestarian alam. Oleh karena itu, penegakan hukum perlu
mempertimbangkan pendekatan yang lebih holistik untuk memperhitungkan
kebutuhan masyarakat sambil tetap menjaga keberlanjutan hutan.
Secara keseluruhan, masalah utama dalam penegakan hukum kelestarian hutan
melibatkan aspek minimnya sarana dan jumlah petugas, rendahnya kesadaran
masyarakat, serta ketidakseimbangan antara kebutuhan ekonomi dan pelestarian

2
Lutfi, A. A. A. dan Abdillah, A. R., “Penegakan Hukum Terhadap Perlindungan Hutan Oleh
Polisi Kehutanan.” Jurnal Litigasi Amsir, (2023) 143-149.

3
alam. Penanganan masalah ini memerlukan strategi yang komprehensif dan
kolaboratif melibatkan pemerintah, masyarakat, dan pihak-pihak terkait lainnya.3

B. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana penegakan hukum lingkungan yang terjadi pada kasus
kebakaran hutan di Provinsi Riau?

C. Pembahasan
1. Kebakaran Hutan di Indonesia
Kebakaran hutan di Provinsi Riau, terutama sejak 1997/1998, telah menjadi
kejadian umum dan bukan hal baru bagi masyarakat setempat. Kondisi ini dianggap
biasa karena kebakaran terjadi setiap tahun. Beberapa faktor yang menyebabkan
kebakaran hutan antara lain penebangan hutan besar-besaran, ilegal logging, dan
belum sinkronnya peraturan. Selain itu, lemahnya kapasitas instansi pemerintah
juga berkontribusi pada mudahnya konflik sosial dan akses terbuka terhadap
kawasan hutan.
Beberapa perusahaan, seperti PT Dewa Sawit Sari Persada, telah ditetapkan
sebagai tersangka terkait kebakaran hutan. Polda Riau telah menetapkan sejumlah
tersangka, dan data hingga September 2019 mencatat luas lahan terbakar mencapai
857.756 hektar. Dampak kebakaran hutan melibatkan berbagai aspek, termasuk
kerugian aspek keuangan, kesehatan, sosial, ekologi, dan reputasi. Kabut asap yang
dihasilkan telah menyebabkan masalah kesehatan, terutama Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA), yang merugikan sekitar satu juta orang.
Kebakaran hutan juga memberikan dampak serius pada lingkungan hidup,
merugikan keanekaragaman hayati, mengakibatkan hilangnya habitat, dan merusak
ekosistem penting. Selain itu, ekonomi Indonesia terdampak karena hilangnya
sumber devisa dari produk hutan. Seluruh dampak tersebut memberikan gambaran
bahwa kebakaran hutan di Indonesia bukan hanya masalah lokal tetapi juga

3
Lutfi, A. A. A. dan Abdillah, A. R., “Penegakan Hukum Terhadap Perlindungan Hutan Oleh
Polisi Kehutanan.” Jurnal Litigasi Amsir, (2023) 143-149.

4
berdampak global. Dalam kaitan ini, upaya untuk mengatasi kebakaran hutan perlu
ditingkatkan melalui kerjasama antar negara dan langkah-langkah preventif yang
lebih efektif.
Selain dampak yang telah disebutkan, kebakaran hutan di Indonesia juga
memberikan kontribusi signifikan terhadap emisi gas rumah kaca. Karbon dioksida
(CO2), metana (CH4), dan nitrogen dioksida (NO2) dilepaskan ke atmosfer selama
proses pembakaran, berkontribusi pada pemanasan global dan perubahan iklim.
Upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim menjadi semakin mendesak,
dan pencegahan kebakaran hutan menjadi bagian integral dari strategi tersebut 4.
Penting untuk mencatat bahwa masyarakat lokal, terutama kelompok petani dan
masyarakat adat, juga menderita dampak sosial ekonomi yang serius akibat
kebakaran hutan. Hilangnya mata pencaharian, terutama dalam sektor pertanian dan
perkebunan, menjadi tantangan nyata. Oleh karena itu, upaya penanggulangan
kebakaran hutan tidak hanya seharusnya bersifat responsif tetapi juga melibatkan
pendekatan partisipatif dengan melibatkan masyarakat setempat dalam
perencanaan dan implementasi solusi.
Selanjutnya, keberlanjutan hutan dan pengelolaan sumber daya alam perlu
diperkuat untuk mencegah terulangnya kebakaran hutan di masa mendatang.
Penguatan peraturan, penegakan hukum yang ketat, dan penerapan praktik-praktik
pertanian dan kehutanan berkelanjutan menjadi kunci dalam menghadapi tantangan
ini.
Kerjasama antarnegara, terutama di tingkat regional, juga merupakan elemen
kunci dalam penanganan kebakaran hutan di Indonesia. Negara-negara tetangga
dan pihak-pihak terkait internasional harus bekerja sama dalam pertukaran
informasi, teknologi, dan sumber daya untuk meningkatkan kapasitas pencegahan
dan penanggulangan bencana ini.
Sebagai tambahan, penting untuk menyadari bahwa kebakaran hutan tidak
hanya mengancam lingkungan hidup dan ekonomi, tetapi juga aspek kesehatan
masyarakat. Penyakit pernapasan dan kesehatan kulit sering kali meningkat selama

4
Miswar Pasai, “Dampak kebakaran hutan dan penegakan hukum.” Jurnal pahlawan, Vol.3 No.1
(2020) 36-46.

5
periode kebakaran hutan. Oleh karena itu, pemantauan kesehatan masyarakat dan
upaya penanganan medis perlu menjadi bagian dari respons terhadap kebakaran
hutan.
2. Penegakan Hukum Lingkungan pada Kebakaran Hutan
Ketika membahas kebakaran hutan di Indonesia dalam konteks hukum
lingkungan, beberapa aspek peraturan dan perundang-undangan perlu diperhatikan.
Di Indonesia, terdapat kerangka hukum yang mengatur perlindungan lingkungan,
termasuk upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan. Beberapa
peraturan dan undang-undang yang relevan mencakup:
a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup:
Undang-Undang ini merupakan kerangka hukum utama yang mengatur
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia. Melalui undang-
undang ini, pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dapat diintegrasikan
dalam upaya perlindungan lingkungan secara menyeluruh. Namun saat ini Undang-
undang tersebut telah diubah dengan UU No.11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja
b. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan:
Sebagian besar kebakaran hutan di Indonesia terkait dengan sektor
perkebunan. Undang-undang ini mengatur berbagai aspek perkebunan, dan
beberapa pasalnya dapat digunakan untuk menegakkan praktik perkebunan yang
berkelanjutan dan mencegah kebakaran hutan. Peraturan perundangan ini telah
diubah dengan UU No.11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja
c. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Kehutanan:
Peraturan ini membahas pengelolaan kawasan hutan, termasuk tindakan
preventif untuk mencegah kebakaran hutan. Pengaturan ini penting untuk menjaga
keberlanjutan hutan dan mengurangi risiko kebakaran.
Permasalahan kebakaran hutan yang hingga saat ini masih sulit
diselesaikan, terlihat semakin meningkat setiap tahunnya dengan dampak yang
nyata. Kebakaran hutan dapat merusak struktur tanah sehingga sulit untuk
dipulihkan. Kurangnya pengelolaan lingkungan hidup juga belum menciptakan

6
keserasian dan keseimbangan yang mendukung pembangunan berkelanjutan.
Upaya konservasi, rehabilitasi, dan penghematan dengan teknologi yang ada masih
dianggap kurang, berdampak pada kurangnya kemakmuran masyarakat.
Dalam konteks ini, penegakan hukum menjadi krusial untuk mengatasi
permasalahan lingkungan hidup, terutama kasus kebakaran hutan. Penegakan
hukum ini tidak hanya melibatkan regulasi yang ada, tetapi juga dukungan
pemerintah dan aparat dalam memberikan perlindungan terhadap lingkungan
hidup. Hukum menjadi wadah untuk mengatur hak dan kewajiban warga negara
sebagai subyek hukum agar dapat berperan secara positif tanpa merugikan orang
lain.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup menjadi landasan hukum yang penting. Undang-
Undang ini menciptakan pedoman untuk penegakan hukum yang lebih serius,
dengan fokus pada perencanaan dan pengendalian kebakaran hutan. Pasal-pasal
dalam undang-undang ini secara tegas mengatur hukuman baik dalam bentuk denda
maupun pidana bagi pelaku kejahatan lingkungan.
Dalam konteks kebakaran hutan di Palangkaraya dan Riau, pelaku
kebakaran dapat dipidana sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan
Hidup. Pasal-pasal dalam undang-undang ini menegaskan bahwa setiap orang yang
merugikan orang lain dan merusak lingkungan hidup dapat dipidana dengan
hukuman penjara dan/atau denda yang signifikan.
Namun, tantangan utama dalam penegakan hukum lingkungan hidup adalah
lemahnya penegakan yang dapat memastikan pelaksanaan undang-undang secara
optimal. Peran aparat penegak hukum dan pemerintah sangat diperlukan untuk
memberikan sanksi yang tegas dan mengawasi pelaksanaan peraturan dengan ketat.
Hukuman yang memberatkan dapat menjadi dorongan bagi masyarakat dan
perusahaan untuk lebih berhati-hati dalam aktivitas mereka sehingga dapat
mengurangi kasus kebakaran hutan di masa depan.
Dalam keseluruhan, penegakan hukum lingkungan hidup terhadap
kebakaran hutan di Indonesia menjadi kunci untuk melindungi sumber daya alam

7
yang semakin terancam. Hukuman yang tegas dan efektif, dukungan pemerintah,
serta kesadaran masyarakat tentang pentingnya kelestarian lingkungan menjadi
faktor penting dalam mencapai tujuan perlindungan lingkungan hidup yang
berkelanjutan.
Dalam konteks penegakan hukum terhadap kebakaran hutan di Indonesia,
terdapat kerangka hukum yang mencakup berbagai peraturan dan undang-undang.
Penegakan hukum ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup,
khususnya kerusakan akibat kebakaran hutan.
a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2001
Tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan
Hidup:
Peraturan ini membahas pengendalian kerusakan dan pencemaran
lingkungan hidup, termasuk dalam konteks kebakaran hutan. Pasal-pasal dalam
peraturan ini menyediakan dasar hukum untuk menindak pelaku kebakaran hutan
dan memberikan sanksi.
b. Pasal 98 dan 99 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009:
Pasal-pasal ini secara khusus mengatur sanksi pidana terhadap pelanggaran
lingkungan hidup, termasuk yang berkaitan dengan kebakaran hutan. Pidana
tersebut melibatkan hukuman penjara dan denda yang signifikan.
c. Penegakan Hukum Terhadap Korporasi:
Dalam beberapa kasus kebakaran hutan, terutama yang melibatkan
perusahaan atau korporasi, aspek penegakan hukum terhadap entitas bisnis juga
menjadi fokus. Pasal-pasal di undang-undang tersebut dapat diterapkan untuk
perusahaan yang terbukti terlibat dalam kegiatan yang merugikan lingkungan.
d. Pengendalian Karhutla (Kebakaran Hutan dan Lahan):
Pemerintah Indonesia memiliki kebijakan dan program pengendalian
Karhutla sebagai bagian dari upaya untuk mencegah dan menangani kebakaran
hutan. Ini melibatkan koordinasi antar instansi, termasuk aparat penegak hukum.
Proses penegakan hukum pada kasus kebakaran hutan melibatkan
penyelidikan, pengumpulan bukti, dan pemberian sanksi sesuai dengan ketentuan

8
hukum yang berlaku. Hukuman pidana dan denda dapat diberikan kepada individu
atau perusahaan yang terbukti melakukan pelanggaran.
Namun, dalam praktiknya, tantangan terbesar dalam penegakan hukum
lingkungan hidup di Indonesia adalah implementasi yang konsisten dan efektif.
Diperlukan koordinasi yang baik antar lembaga, pemantauan yang ketat, serta
keterlibatan masyarakat dan sektor swasta untuk mencapai tujuan perlindungan
lingkungan hidup yang berkelanjutan 5.
Mengenai implementasi penegakan hukum lingkungan pada kebakaran
hutan di Indonesia menyoroti berbagai aspek yang terkait dengan dampak, upaya
penanggulangan, serta peran peraturan dan undang-undang. Kebakaran hutan,
khususnya di Provinsi Riau, menjadi perhatian utama seiring dengan frekuensi
kejadian yang meningkat setiap tahun.
Dalam konteks penegakan hukum lingkungan, beberapa perusahaan, seperti
PT Dewa Sawit Sari Persada, telah diidentifikasi sebagai tersangka terkait
kebakaran hutan. Penegakan hukum dilakukan oleh Polda Riau, dan data hingga
September 2019 mencatat luas lahan terbakar mencapai 857.756 hektar.
Dampaknya melibatkan kerugian finansial, kesehatan, sosial, ekologi, dan reputasi,
dengan kabut asap menyebabkan masalah kesehatan, terutama Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA), yang merugikan sekitar satu juta orang.
Selain itu, kebakaran hutan berkontribusi signifikan terhadap emisi gas
rumah kaca, memperparah pemanasan global dan perubahan iklim. Oleh karena itu,
penegakan hukum lingkungan tidak hanya penting untuk menangani dampak lokal
tetapi juga sebagai bagian dari upaya global dalam mitigasi dan adaptasi terhadap
perubahan iklim.
Penegakan hukum melibatkan beberapa peraturan dan undang-undang,
seperti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang

5
Anika Ni’Matun Nisa, “Penegakan hukum terhadap permasalahan lingkungan hidup untuk
mewujudkan pembangunan berkelanjutan (studi kasus kebakaran hutan di Indonesia).” Jurnal
Bina Mulia Hukum,Vol. 4 No.2, (2020) 294-312.

9
Perkebunan, Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021 tentang Pengelolaan
Kawasan Hutan.
Namun, tantangan utama dalam penegakan hukum lingkungan hidup adalah
implementasi yang konsisten dan efektif. Koordinasi antar lembaga, pemantauan
yang ketat, dan partisipasi masyarakat menjadi krusial. Upaya pencegahan
kebakaran hutan juga harus melibatkan pendekatan partisipatif dengan melibatkan
masyarakat lokal, terutama kelompok petani dan masyarakat adat, dalam
perencanaan dan implementasi solusi.

10
D. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan ini menunjukkan bahwa kebakaran hutan di
Indonesia, terutama di Provinsi Riau, memiliki dampak yang merugikan pada
berbagai aspek, termasuk finansial, kesehatan, sosial, ekologi, dan reputasi. Upaya
penegakan hukum lingkungan terhadap kebakaran hutan melibatkan sejumlah
peraturan dan undang-undang yang mencakup aspek perlindungan lingkungan
hidup. Meskipun telah ada langkah-langkah penegakan hukum, seperti penetapan
tersangka perusahaan dan penerapan sanksi pidana dan denda, tantangan utama
tetap pada implementasi yang konsisten dan efektif.
Penting untuk memperkuat kerjasama antarlembaga dan melibatkan masyarakat
lokal dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan. Selain itu,
keberlanjutan hutan dan pengelolaan sumber daya alam perlu diperkuat dengan
penerapan praktik-praktik pertanian dan kehutanan berkelanjutan. Kerjasama
antarnegara, terutama di tingkat regional, juga menjadi krusial dalam menghadapi
tantangan kebakaran hutan, mengingat dampaknya tidak hanya bersifat lokal tetapi
juga global.
Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat, penguatan peraturan, penegakan
hukum yang tegas, serta implementasi praktik-praktik berkelanjutan, diharapkan
dapat mengurangi risiko dan dampak kebakaran hutan di masa mendatang. Hanya
melalui pendekatan holistik dan kolaboratif, Indonesia dapat mengatasi
permasalahan serius ini dan melindungi lingkungan hidup untuk generasi yang akan
datang.

11
E. Saran
Dalam keseluruhan, penegakan hukum lingkungan hidup terhadap kebakaran
hutan di Indonesia menjadi kunci untuk melindungi sumber daya alam yang
semakin terancam. Diperlukan hukuman yang tegas dan efektif, dukungan
pemerintah, serta kesadaran masyarakat tentang pentingnya kelestarian lingkungan.
Hanya dengan langkah-langkah ini, permasalahan lingkungan, khususnya
kebakaran hutan, dapat diatasi demi mencapai tujuan perlindungan lingkungan
hidup yang berkelanjutan.
Kerjasama antarnegara, terutama di tingkat regional, juga menjadi elemen kunci
dalam penanganan kebakaran hutan di Indonesia. Negara-negara tetangga dan
pihak-pihak terkait internasional perlu bekerja sama dalam pertukaran informasi,
teknologi, dan sumber daya untuk meningkatkan kapasitas pencegahan dan
penanggulangan bencana ini.
Keberlanjutan hutan dan pengelolaan sumber daya alam perlu diperkuat untuk
mencegah terulangnya kebakaran hutan di masa mendatang. Penguatan peraturan,
penegakan hukum yang ketat, dan penerapan praktik-praktik pertanian dan
kehutanan berkelanjutan menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ini.

12
Daftar Pustaka
Peraturan Peundang-Undangan
Pemerintah Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan. Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009, No. 5059. Sekretariat
Negara. Jakarta.
Pemerintah Indonesia. 2014. Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun
2014 tentang Perkebunan. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014, No. 5613. Sekretariat Negara. Jakarta.

Peraturan Pemerintah
Pemerintah Indonesia. 2021. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 23
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan. Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 No.425. Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia No. 6573. Sekretariat Negara. Jakarta.
Pemerintah Indonesia. 2001. Peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 4 Tahun
2001 tentang Pengendalian Kerusakan Dan Atau Pencemaran Lingkungan
Hidup. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001, No. 10. Tambahan
Lembaran Negara No. 4076. Sekretariat Negara. Jakarta
Jurnal

Kartika, A. W. “Eksistensi Keadilan dalam Konstitusi Terhadap Hutan dan


Lingkungan.” Veritas Et Justitia. Vol.4 No.1 (2018) 180.

Lutfi, A. A. A., & Abdillah, A. R. “Penegakan Hukum Terhadap Perlindungan


Hutan Oleh Polisi Kehutanan.” Jurnal Litigasi Amsir, (2023) 143-149.

Nisa, A. N. M. “Penegakan hukum terhadap permasalahan lingkungan hidup untuk


mewujudkan pembangunan berkelanjutan (studi kasus kebakaran hutan di
Indonesia)”. Jurnal Bina Mulia Hukum, Vol.4 No.2 (2020). 294-312.

Pasai, M. “Dampak kebakaran hutan dan penegakan hukum.” Jurnal pahlawan,


Vol.3 No.1, (2020) 36-46.

13

Anda mungkin juga menyukai