Anda di halaman 1dari 3

Kebakaran Hutan di Riau

Kebakaran hutan adalah bencana alam yang mengakibatkan terbakarnya


kawasan / lahan baik dalam luasan yang besar maupun kecil. Kebakaran dapat terjadi
karena tindakan yang disengaja ataupun tidak disengaja. Bencana ini biasanya terjadi
ketika musim kemarau. Bencana ini semakin lama sudah makin mengganggu, baik
ditinjau dari sudut pandang sosial maupun ekonomi. Dampak yang dirasakan dari
kebakaran hutan ini tidak hanya dirasakan di Indonesia, Namun juga di Negara tetangga
seperti Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand selatan. Namun,
pengetahuan dan wawasan masyarakat tentang pentingnya penyebab, dampak, proses,
pencegahan, dan penanggulangan dinilai masih kurang bahkan kurangnya ada rasa
kepedulian.Berdasarkan data dirjen perlindungan hutan dan konservasi alam selama
tahun 2002 kebakaran hutan dan lahan di Riau mencapai 2.211,85 ha. Di Provinsi Riau
sendiri banyak sebagian besar wilayahnya yang ditumbuhi oleh gambut. Selama dua
decade ini, eksploitasi sumber daya hutan dilakukan dengan besar besaran sehingga
mengubah tata guna lahan menjadi kawasan perkebunan dan juga transmigrasi.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk lebih mengetahui tentang aspek penyebab,
dampak dan kerugian, serta peraturan yang diperlukan untuk mengatur hutan dan lahan.
Penyebab kebakaran hutan dapat ditimbulkan oleh aspek ekonomi, sosial dan
budaya. Adanya praktik pembukaan lahan yang tidak tepat berupa metode land clearing
yaitu dengan cara membakar lahan yang akan dibuka. Masyarakat di daerah Riau
banyak yang membuka lahan dengan cara membakar dikarenakan besarnya biaya
pembukaan lahan tanpa bakar. Hal tersebut menjadi salah satu kegiatan yang sering
dilakukan. Namun, dampak yang ditimbulkan dari metode ini tidak sebanding dengan
hasilnya. Faktor ekonomi menjadi latar belakang dilakukannya metode ini. Sedangkan
pada aspek social budaya, keterbatasan pendidikan yang dimiliki oleh warga merupakan
salah satu penyebab kebakaran. Kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat
tentang dampak negative yang bisa menghambat kesuburan tumbuhan dan dampak
lainnya. Masyarakat juga kurang memiliki pandangan jangka panjang tentang
pengelolaan lingkungan, salah satunya dalam kegiatan perkebunan dan juga pertanian.
Akibat rendahnya pengetahuan penduduk tersebut, masyarakat membuka lahan tanpa
memperlihatkan kharakteristik dari lahan yang dibakar terutama pada lahan gambut.
Sehingga, pada saat kegiatan pembukaan lahan dengan cara membakar dapat
mengakibatkan kebakaran hutan yang tidak terkendali. Lemahnya hukum yang berlaku
juga menyebabkan kebakaran ini masih sering terjadi di provinsi Riau. Pemerintah
kurang tegas dalam memberi sanksi pelaku pembakaran hutan termasuk perusahaan
swasta yang juga diduga terlibat dalam kasus ini.
Efek paparan asap menimbulkan dampak yang buruk terhadap manusia dan
lingkungan. Selain jangka pendek, efek yang ditimbulkan oleh paparan asap juga
berbahaya bagi jangka panjang. Bagi kesehatan manusia, menghirup asap kebakaran
hutan dapat mengakibatkan peningkatan hipereaktivitas saluran pada jangka panjang.
Karena, pada asap kebakaran hutan terdapat zat karsinogen yaitu polisiklik aromatic
hidrokarbon (PAH). Namun, sampai saat ini belum ada data yang menyimpulkan
tentang penyakit kanker yang muncul akibat paparan asap kebakaran hutan. Selain itu,
adanya zat karbon monoksida akan mengakibatkan gejala yang menetap berupa sakit
kepala, mual, depresi, gangguan neurologis, hingga dapat memicu penyakit jantung
koroner. Selain efek buruk bagi manusia, paparan asap dari kalhutra juga berdampak
buruk bagi lingkungan pada jangka panjang. Seperti, menurunnya kualitas udara di
wilayah sekitar bencana asap merupakan hal yang pasti terjadi. Selain itu, terganggunya
habitat pada satwa satwa yang hidup di hutan mengakibatkan banyaknya kematian
satwa satwa. Seperti pada habitat orangutan dan hewan lain yang hampir punah. Kondisi
tersebut membutuhkan waktu yang lama untuk mengalami pemulihan. Asap dari
kalhutra juga menjadi sumber utama emisi gas rumah kaca secara global.
Adapun berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 41 tahun 2007,
klasifikasi penggunaan lahan dibagi menjadi 2 kelompok besar, antara lain:

1. Kawasan Lindung, daerah yang ditetapkan dan memiliki fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup, termasuk di dalamnya yaitu sumber daya alam dan
sumber daya buatan. Kawasan lindung tersebut yaitu, kawasan suaka alam, kawasan
pelestarian alam (Hutan Lindung), kawasan rawan bencana, kawasan perlindungan
setempat dan kawasan perlindungan lainnya.
2. Kawasan Budidaya, merupakan daerah yang ditetapkan dan fungsi utamanya yaitu
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi serta potensi sumber daya alam, sumber daya
buatan dan juga sumber daya manusia. Yang termasuk ke dalam kawasan budidaya
yaitu, kawasan hutan produksi, kawasan pertanian, kawasan pertambangan dan kawasan
budidaya lainnya.

Untuk membuat Penataan Ruang, pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah tentang


Penatagunaan Tanah yaitu pada Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor 24
Tahun1992. Peraturan tentang hutan dan lahan juga telah tercantum pada Undang-
undang Peraturan yang disahkan tahun 2007 dalam bentuk Peraturan Daerah Provinsi
Riau tentang Pedoman Pengendalian Kebakaran Hutan, Lahan, dan Lingkungan
Hidup. Peraturan tersebut membolehkan pembakaran lahan untuk pertanian,
perkebunan, dan perladangan. Syarat pembakaran diatur melalui Pasal 3 Ayat 4
ketentuan mengenai perizinan pembakaran lahan diatur peraturan tingkat desa dan
kabupaten terkait hak ulayat.

Kebakaran hutan merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia
yang disebabkan karena kesengajaan maupun ketidaksengajaan. Kebakaran lahan yang
berada di daerah Riau diakibatkan oleh beberapa aspek seperti aspek ekonomi, social
dan budaya. Faktor ekonomi meliputi pendapatan keluaraga dan factor social buday
meliputi tingkat pendidikan, respon pendidikan dan juga lemahnya hukum. Paparan
asap yang dihasilkan menimbulkan efek jangka panjang bagi manusia dan lingkungan.
Bagi manusia, paparan asap bisa mengganggu kesehatan manusia. Sedangkan bagi
lingkungan, dapat mengganggu habitat habitat hewan yang ada di kawasan hutan
tersebut.
Dalam menangani bencana kebakaran ini diharapkan pemerintah provinsi Riau
lebih tegas dengan diberlakukannya hukum hukum tentang pembakaran hutan secara
liar serta sanksi sanksi tegas yang diberikan. Kebijakan dalam penanganan kebakaran
hutan dan lahan sebaiknya lebih difokuskan kepada tindakan pencegahan daripada
penanganan. Setiap kawasan / daerah yang ada di provinsi Riau juga agar lebih siap
untuk mencegah dan menanggulangi permasalahan kebakaran hutan dan lahan agar
masalah ini tidak menimbulkan suatu keadaan yang berdampak parah bagi lingkungan
maupun manusia.

Anda mungkin juga menyukai