Anda di halaman 1dari 13

Pencemaran Udara Wilayah

Riau dan Kaitannya dengan


Budaya Setempat
Latar Belakang Kasus Kerusakan
Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi terkaya di Indonesia dengan
sumber daya alam yang melimpah. Akan tetapi kekayaan sumber daya alam
tersebut tidak diimbangi dengan meminimalisir kerusakan lingkungan yang
terjadi. Seperti kasus yang terjadi di Riau pada tahun 2019, yang mana
Pemerintah Provinsi Riau menetapkan status darurat pencemaran udara
karena kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sehingga kualitas udara di
Riau semakin memburuk oleh kabut asap yang pekat. Sementara itu Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Riau mencatat, untuk periode 1 Januari
hingga 6 Oktober 2019, luas lahan yang terbakar di Riau sudah mencapai
9.120,5 hektare. Lahan yang terbakar berada di areal open akses, lahan
kelola masyarakat, lahan konsesi perusahaan dan kawasan konservasi.
Menurut Republika.co.id, Pemerintah Provinsi Riau menetapkan status
darurat pencemaran udara karena kebakaran hutan dan lahan
(karhutla). Status itu ditetapkan karena kualitas udara di Riau
memburuk dalam beberapa hari terakhir karena kabut asap yang pekat.

Sumber : Riau Darurat Pencemaran Udara


https://www.republika.co.id/berita/pyb7wf415/riau-darurat-pencemaran-udar
a
Sumber : perkim.id
Penjelasan Kasus
Penyebab utama pencemaran udara di wilayah Riau dapat terjadi
karena faktor alam. Selain dikarenakan faktor alam, kebakaran
hutan juga dapat terjadi karena faktor manusia. Mereka membakar
hutan untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit dan lainnya.
Alasan utama pembukaan lahan dengan cara dibakar adalah
karena cara tersebut lebih mudah, membutuhkan biaya yang lebih
murah, dan dianggap dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Padahal, membakar lahan justru bisa menimbulkan dampak
negatif terhadap lahan gambut. Di wilayah Riau sendiri, menurut
data Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Riau, kegiatan
konvensi hutan menjadi perkebunan monokultur skala besar
seperti perkebunan kelapa sawit sehingga hutan kehilangan
fungsi dan menjadi salah satu penyebab yang memperparah
kerusakan.
Dampak Kerusakan
1. Pencemaran udara
Hasil pembakaran hutan (secara disengaja) jauh lebih berbahaya
dibanding hutan yang terbakar secara alami, karena terdapat zat-zat kimia di
dalamnya seperti karbon monoksida (CO) dan Aldehid.

2. Kerusakan tanah
Karena ulah oknum-oknum yang bersangkutan yang mengeringkan
tanah gambut dan membakarnya. Hal ini membuat tanah di hutan menjadi
kering dan vegetasi penyubur tanah pun hangus. Apabila tanah menjadi
kering maka tanah akan sukar untuk ditanami.
Dampak Kerusakan
3. Deforestasi
Deforestasi adalah kondisi luas hutan yang mengalami penurunan yang
disebabkan oleh konvensi lahan untuk infrastruktur, permukiman, pertanian,
pertambangan, dan perkebunan (Addinul Yakin, 2017). Kerusakan
berdampak pada hilangnya wilayah hijau yang dapat menghasilkan oksigen
dan sumber daya alam.

4. Ancaman Erosi dan longsor


Bencana ekologis lainya seperti erosi dan tanah longsor dapat terjadi
akibat berkurangnya pohon karena alih fungsi lahan ditambah penimbunan
anak-anak sungai yang dilakukan oleh industri perkebunan menjadikan
kondisi tanah mudah bergerak yang seringkali menyebabkan erosi dan
banjir.
Dampak Kerusakan
5. Hilangnya habitat asli hewan
Penurunan jumlah pohon dalam kawasan hutan dan perburuan gelap
yang kian marak, sedikitnya ada 70 spesies yang berada diseluruh hutan
Provinsi Riau terancam punah.

6. Timbulnya Infeksi Saluran Pernapasan Akut


Fakta bahwa asap yang dihasilkan kebakaran hutan dan lahan juga
dapat menimbulkan kondisi yang berbahaya bagi kesehatan. Kabut asap
yang berasal dari kebakaran hutan dapat menyebabkan iritasi pada selaput
lendir di hidung, mulut, dan tenggorokan yang menyebabkan reaksi alergi
dan peradangan.
Kondisi Lingkungan dan Budaya
Masyarakat Setempat Terkait Kerusakan
Kondisi tanah di Riau yang didominasi dengan ekosistem gambut yang ada
di Riau menjadi potensi utama kebakaran menjadi semakin parah. Lahan
gambut diubah fungsinya menjadi areal perkebunan, dengan kondisi kering.
Sifat lahan gambut jika terbakar sulit dipadamkan.

Riau merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang masih mempraktikkan


membuka lahan dengan cara membakar hutan dengan aturan adat setempat.
Di dalamnya mengatur tata cara membakar secara bergiliran yaitu
ditentukan keluarga mana yang lebih dahulu menebang dan membakar, jika
yakin api telah padam maka dilanjutkan ke keluarga selanjutnya. Apabila
ada yang melanggar maka dikenai sanksi pidana adat oleh dewan adat.
Upaya Masyarakat Mengatasi
Kerusakan
1. Penyuluhan masyarakat yang tinggal dekat dengan daerah hutan untuk
tetap menjaga lingkungan dan kesadaran mereka pada pentingnya
menjaga hutan dari kebakaran.
2. Pembuatan sekat kanal (canal blocking), berdasarkan pemantuan dari
pakar lingkungan dari UNRI, sekat kanal memberikan hasil seperti
gambut tetap basah, menyediakan air yang cukup, kadar salinitas air
berkurang, dan mencegah kebakaran hutan.
3. Upaya lainnya adalah pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan sebagai
zona penyangga sehingga menciptakan ekowisata di kawasan taman
nasional hutan lindung dan konservasi serta mengembangkan tanaman
endemik seperti nanas dan lain-lain.
Potensi Budaya Yang Bisa Dijadikan
Solusi Permasalahan
Dalam hal pemeiliharaan hutan tanah adat, pimpinan adat Melayu telah membuat
semacam tata ruang untuk masyarakat adat.

● Rimba Simpanan, yaitu hutan belantara yang sengaja di biarkan lestari, tidak boleh
siapa saja menjadikannya tanah produksi seperi dijadikan kebun

● Orang Melayu percaya hutan dipersiapkan sebagai tempat makhluk halus dan
benda-benda nilai mistis. Ekosistem hutan harus dijaga dan tidak dimanfaatkan
secara sembarangan, bencana atau kutukan akan dating apabila melanggar aturan
yang telah ada

● Analogi atau mitos bahwa tiap makhluk hidup berupa binatang liar dan burung
dikawal oleh makhluk halus bernama sikodi, sejenis makhluk hidup yang tinggal
hutan belantara. Dari pandangan tradisional tersebut, tidak ada yang berani
semena-mena apalagi merusak hutan yang didalamnya terdapat flora dan fauna

Daftar Pustaka
Petaka Api dan Asap Tahunan di Riau.
https://www.ekuatorial.com/2019/10/petaka-api-dan-asap-tahunan-di-riau/

● BAB II PEMICU KERUSAKAN LINGKUNGAN DI RIAU


http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/29753/F.%20BAB%20II.pdf?sequence=6&isAllow
ed=y
● Dampak Serta Kerugian yang Diakibatkan Pembakaran Hutan
https://bpbd.bandaacehkota.go.id/2019/09/17/dampak-serta-kerugian-yang-diakibatkan-pembakaran-hut
an/
● https://sumatra.bisnis.com/read/20210203/533/1351847/ini-langkah-riau-antisipasi-karhutla-di-2021
● Handayani, Y. Membangunan Perikanan Tangkap Berkelanjutan: Pembukaan Lahan dengan Cara
Membakar di Riau dalam Perspektif Undang-Undang Cipta Kerja. Semarang, 2 Desember 2020 Penerbit:
Sekolah Pascasarjana UNDIP, 9.
https://mil.pasca.undip.ac.id/wp-content/uploads/2021/11/2.-Yuli-Handayani-9-14.pdf
● Aritona, G. (2019). KAPABILITAS PEMERINTAH DAERAH PROVINSI RIAU HAMBATAN dan TANTANGAN
PENGEDALIAN KEBAKARAN HUTAN dan LAHAN.
https://media.neliti.com/media/publications/102045-none-e121f192.pdf
● Thamrin, H. (2014). Revitalisasi kearifan lokal Melayu dalam menjaga harmonisasi lingkungan
hidup. TOLERANSI: Media Ilmiah Komunikasi Umat Beragama, 6(1), 90-106.
https://media.neliti.com/media/publications/40330-ID-revitalisasi-kearifan-lokal-melayu-dalam-menjaga-
harmonisasi-lingkungan-hidup.pdf
Anggota Kelompok dan Kontribusi
21513060 Nur Yafta Hilna Ali (Mencari materi poin latar belakang kasus)
20513230 Nurhayati (Mencari materi poin penjelasan detail kasus)
21513177 Nurussyifa Afrilia Hidayat (Menyusun slide presentasi + materi)
21513144 Putrie Avrilia Wijanarko (Mencari materi poin kondisi masyarakat
dan budaya setempat terkait kerusakan)
21513157 Regina Dewi Kusumawati (Mencari materi poin upaya mengatasi
kerusakan)
21513147 Revina Muthia (Mencari materi poin potensi budaya setempat
sebagai solusi mengatasi kerusakan)
21513041 Rizky Futya Sangadji

Anda mungkin juga menyukai