Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN

ANALISIS STUDI KASUS DI SEKTOR INDUSTRI AGRO

Disusun Oleh :
Alya Azzahra Akhbar 21513027
Raina Salsabilla Rahmawati 21513057
Reza Mella Sari 21513078
Rifcha Ayu Dian Puspitasari 21513095
Regina Dewi Kusumawati 21513157
Rohmah Nur Laili 21513190

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
2022
A. Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya dunia ini, kemajuan dibidang industri
juga mengalami kemajuan. Salah satunya yaitu pada sektor industri agro.
Industri agro ini mampu memproduksi makanan, minuman, maupun
industri agro seperti karet. Dengan banyaknya industri agro yang didirikan
belum tentu semua industri sudah menjalankan higiene industrinya,
dibeberapa industri masih mengabaikan hal tersebut sehingga akan timbul
kecelakaan kerja maupun munculnya penyakit di tempat tersebut yang
akan dialami langsung oleh para pekerjaanya. Maka dari itu sebagai
pimpinan sebuah perindustrian harus mampu menegakkan higiene industri
dan juga memberitahukan pada bawahannya agar selalu menjalankan
higiene industri sehingga tidak ada lagi kecelakaan kerja ataupun
timbulnya penyakit.

B. Tujuan
1. Identifikasi dan analisis bahaya di tempat kerja
2. Mengendalikan bahaya di tempat kerja
3. Membuat program dan promosi Higiene Industri di tempat kerja

C. Hasil dan Pembahasan


1. Kondisi Industri
Kampung Krajan yang terletak di kelurahan Mojosongo,
kecamatan Jebres, Surakarta merupakan kampung yang tergolong
daerah padat penduduk akan tetapi dengan perekonomian yang
menengah kebawah. Kampung ini terletak di pinggiran sungai yang
juga sekaligus dijadikan pemukiman bagi penduduk setempat dan juga
beberapa perindustrian yang salah satunya yaitu pabrik tahu.
Minimnya ilmu pengetahuan disebagian penduduk mengakibatkan
timbulnya penyakit karena banyaknya penduduk yang kurang sadar
akan kebersihan. Hal tersebut berlanjut pada buruknya sanitasi pada
pabrik tahu sehingga mudahnya mikroorganisme untuk mencemari.
a. Proses produksi bahan mentah

Kedelai

Penyortiran

Pencucian 1

Air untuk perendam (3:1) Perendaman

Pencucian 2

pentirisan

Air Hangat Penumbukan

Pemasakan

Penyaringan Ampas tahu

Pengendapan Batu tahu atau asam cuka

Pencetakan

Tahu

b. Proses produksi bahan jadi


2. Potensi Bahaya
Pada sanitasi lingkungan memiliki potensi berbahaya fisik
seperti contoh dengan kondisi lantai yang setiap produksi tahu selalu
membutuhkan air yang mengakibatkan lantai menjadi basah. Hal yang
terjadi seperti karyawan tergelincir, dan dapat pengeroposan kuku.
Selain factor fisik yang timbul, juga ada factor biologi yang mungkin
timbul. Dengan keadaan seperti yang disebutkan diatas, ada
kelembapan yang muncul di pabrik. Dimana, tempat yang lembab
dapat memicu tumbuhnya jamur dan bahkan bakteri lain yang akan
muncul. Hal ini tentu mengganggu baik bagi pekerja dan juga bagi
hasil produksinya nanti. Lingkungan pabrik yang tidak baik dapat
menyebabkan produk tahu yang dihasilkan mudah mengalami
pencemaran mikroorganisme yang berbahaya. Apabila keadaan terus
berlanjut dapat berpotensi untuk menderita food borne disease.
Selain itu juga terdapat factor kimiawi yang dimana jika saluran
limbah tidak lancar maka dapat menimbulkan bau busuk, menjadi
sarang kecoa dan akan menjadi tempat mikroorganisme yang buruk
sehingga menyebabkan pencemaran pada tahu. Bau yang timbul akan
memunculkan senyawa-senyawa yang berbahaya pula.
Selain dari ketiga factor tadi, baik fisik, biologi, ataupun
kimiawinya. Ada factor bahaya lain yang mungkin timbul dari pabrik,
seperti bahaya ergonomic, dan faktor psikologi.
Faktor egronomi seperti, suhu lingkungan kerja yang panas dapat
menyebabkan heat stress, yaitu reaksi fisik dan fisiologis pekerja
terhadap suhu yang berada diluar kenyamanan bekerja yang terjadi
ketika tubuh sudah tidak mampu menseimbangkan suhu tubuh normal.
Cara mengangkat dan mengangkut bahan baku maupun produk yang
dihasilkan dengan cara yang salah dapat menjadi salah satu factor
bahaya karena menyebabkan cidera pada tulang punggung. Hal
tersebut terjadi karena di pabrik tahu terdapat beberapa bahaya
potensial yaitu suhu lingkungan kerja yang panas, tata letak alat
produksi tidak terstruktur serta paparan zat kimia yang menyebabkan
iritasi kulit (Faishol dkk., 2013).
Yang terakhir, yang menjadi factor bahaya psikologi. Ketika
pekerja pabrik bekerja dengan kondisi tempat kerja yang tidak baik
atau banyak tekanan yang diterima. Hal ini akan berakibat pada
psikologi para pekerjanya. Para pekerja akan terganggu psikologinya,
misalnya mereka jadi merasa Lelah secara psikologi sehingga mereka
akan lepas tanggung jawab pekerjaan mereka.
3. Pengendalian Faktor Bahaya Sesuai Konsep ESRAA
Faktor Bahaya Pengendalian
Fisik Pekerja harus menggunakan APD
yang telah ditetapkan, pemilik
pabrik harus memberikan APD
yang sesuai, pemilik pabrik harus
memperhatikan kualitas APD dan
pekerja dalam penggunaan APD
Biologi Rajin membersihkan tempat yang
sering digunakan, melakukan kerja
secara higienis, memasang alat
penyerap kelembapan
Kimiawi Rajin membersihkan tempat-
tempat pembuangan,
memperhatikan kualitas bahan,
menggunakan APD yang sesuai
untuk mengurangi bahaya
senyawa
Egronomi Pekerja diberi waktu istirahat atau
setidaknya peregangan atau kerja
dibagi sesuai shift, pabrik
memberi peralatan yang terbaik,
dan pemilik pabrik lebih
memperhatikan alat yang
digunakan selama proses produksi
Psikologi Atasan memberi keringanan
kepada pekerja agar tidak memberi
beban berlebih terlebih kepada
satu orang saja. Pekerja harus
professional terhadap sesame
pekerja

4. Program Promosi Higiene Industri


Pemilik usaha tahu perlu memiliki program untuk para karyawan
dengan menguasai sarana dan prasarana Kesehatan dan keselamatan
kerja selain itu juga mengikuti pembinaan dan pemantauan lingkungan
pabrik. Dengan cara mengikuti kegiatan sosialisasi pemberitahuan
keselamatan dan Kesehatan kerja, atau dengan penyebaran poster serta
menyebar luaskan pamphlet yang berisi program tersebut.
D. Kesimpulan
Dari keseluruhan pekerja yang ada hanya terdapat 36% yang
menjalankan personal higienenya dengan baik, dan 64% lainnya belum
melakukan personal higiene dengan baik. Sanitasi yang kurang baik
mengakibatkan penurunan kualitas pada hasil produksi tahu, sehingga tahu
tidak bisa bertahan lama dengan max konsumsi selama 3 hari saja.
Berbagai macam penyakit dapat timbul karena kurangnya sanitasi maupun
higiene industri pada pabrik tersebut. Kurangnya SDM mengakibatkan
kurangnya program – program yang mengacu pada pentingnya higiene
industri, sehingga banyak pekerja atau masyarakat yang tidak tahu akan
pentingnya Higiene Industri ini.

E. Daftar Pustaka
[1]. Sudaryantiningsih, C., & Pambudi, Y. S. (2021). Kondisi Personal
Hygiene dan Sanitasi Pabrik Tahu di Sentra Industri Tahu Kampung
Krajan Mojosongo Surakarta dan Pengaruhnya Terhadap Hygienitas Tahu
yang Diproduksi. JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA, 2(11),
30-39.
[2]. Anonymous. (2013). Cara Pembuatan Tahu. Diakses pada (30
desember 2022). Sumber: https://infotahu.wordpress.com/2013/11/21/48/
F. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai