Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KUNJUNGAN PROMOSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

PADA INDUSTRI BAKPIA PATHOK 25

Azham Umar Abidin, S.K.M.,M.P.H

Anggota Kelompok :

Feby Novita Loka (15513046)


Taufik Hidayah (15513080)
Nedhia Febrianti (15513105)
Muhammad Fikri BSA (15513109)
Muhammad Arrafi Hardi (15513198)

TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Home industry atau industri rumahan adalah rumah usaha produk barang atau
juga perusahaan kecil. Pada umumnya, pelaku kegiatan ekonomi yang berbasis di
rumah ini adalah keluarga itu sendiri ataupun salah satu dari anggota keluarga yang
berdomisili di tempat tinggalnya itu dengan mengajak beberapa orang di sekitarnya
sebagai karyawannya. Meskipun dalam skala yang tidak terlalu besar, namun kegiatan
ekonomi ini secara tidak langsung membuka lapangan pekerjaan untuk sanak saudara
ataupun tetangga di kampung halamannya. Pada umumnya sifat pekerjaan home
industri hanya berdasarkan perintah dan perolehan upah. Hubungan yang ada hanya
sebatas majikan dan buruh (tenaga kerja), dengan minimnya perlindungan K3.
Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan Kerja, biasa disingkat K3 adalah suatu
upaya guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif
dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat – tempat kerja untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban bersama dibidang keselamatan, kesehatan, dan
keamanan kerja dalam rangka melancarkan usaha berproduksi. Pada umumnya
penerapan K3 di sector home industry masih kurang diterapkan dengan baik
dibandingan dengan perusahaan-perusahaan formal. Dalam laporan ini mencoba
mengamati kegiatan K3 di sector home industri dengan mengamati kondisi tempat
kerja, alat pelindung diri, dan kecelakaan apa saja yang dapat terjadi di kegiatan sector
home industri.

1.2 Tujuan
1.Untuk mengetahui tindakan tidak aman yang dilakukan pekerja pada saat bekerja di
home industry tersebut?
2.Untuk mengetahui permasalahan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang terdapat
dalam home industry tersebut?
3.Untuk mengetahui pengendalian dan perlindungan yang akan diterapkan dan dilakukan
dalam home industry tersebut?
1.3 Rumusan Masalah
1.Bagaimana tindakan tidak aman yang dilakukan pekerja pada saat bekerja di home
industry tersebut?
2.Apa saja permasalahan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang terdapat
dalam home industry tersebut?
3.Bagaimana pengendalian dan perlindungan yang akan diterapkan dan dilakukan
dalam home industry tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Home Indsutri


Perusahan home industri makanan bakpia pathok 25 yang dikunjungi yang berlokasi di
Jalan AIP II KS Tubun Blok NG I No. 504, Kadipaten, Kraton, Kota Yogyakarta,
Daerah Istimewa Yogyakarta Usaha ini memiliki jumlah pekerja kurang lebih sebanyak
100 orang. Home industri milik Bapak Arlen Sanjaya ini berdiri sejak tahun 1948 di
rumah sendiri dengan membuat kue bakpia pathok dan di patenkan pada tahun 1980-
an. Perusahaan Bakpia Pathok “25” mempunyai 5 toko cabang yaitu 2 toko cabang di
jalan AIP KS. Tubun dan 1 toko cabang di jalan Bhayangkara,serta 2 toko dijalan
Laksada Adisucipto. Proses pembuatan bakpia dipusatkan di pabrik ini untuk kemudian
di kirimkan ke toko-toko cabang.

2.2 Proses Produksi


1. Pencampuran (mixing)
Pencampuran atau mixing bertujuan agar semua bahan tercampur sampai terbentuk
adonan. Bahan-bahan langsung di masukkan ke dalam mixer (alat pengaduk) yaitu berupa
tepung , gula, garam, minyak dan air. Pencampuran dilakukan lebih kurang 15 menit dan
diakhiri dengan perubahan warna adonan menjadi putih. Pengeluaran adonan kulit dari
mixer dilakukan dengan tangan.
2. Pembentukan adonan.
Adonan yang sudah dicampur dibagi menjadi beberapa bagian, pembagiaan dilakukan
dengan cara memotong adonan menggunakan pisau , menjadi 4 bagian. Adonan bakpia
dipotong kecil-kecil, kemudian adonan dibentuk secara manual dengan tangan.para
pekerja duduk di meja panjang sambal membentuk adonan menggunakan tangan.
Pembentukan adalah proses pembentukan adonan yang bertujuan untuk memberi
bentuk pada adonan sesuai dengan jenis produk yang dihasilkan.
3. Pemanggangan atau pengovenan
Pada proses ini bakpia di oven dengan menggunakan suhu yang tinggi yaitu sekitar
135°C. pengovenan dilakukan selama lebih kurang 15 menit dengan cara membolak-balik
bakpia 3 kali yang bertujuan agar bakpia matangnya merata.
4. Pengemasan (packaging)
Pengemasan dilakukana secara manual tanpa menggunakan mesin. Pengemasan ini
bertujuan agar tidak ada debu atau mikroba yang masuk kedalam bakpia, serta untuk
menghindari pengerasan pada kulit bakpia.

2.2 Analisis Potensi Bahaya


A. Pencampuran (mixing)
Pada proses mixing bahaya yang dapat ditimbulkan adalah tersangkutnya baju pekerja ke alat
mixing, hal ini dapat diakibatkan oleh human error, oleh sebab itu pada proses ini para pekerja
dituntun untuk selalu focus.
B. Pembentukan adonan
Pada proses pembentukan adonan potensi bahaya yang dapat ditimbulkan adalah tangan
teriris pisau saat proses pembagian adonan bakpia menjadi beberapa bagian.
C. Pemanggangan atau pengovenan
Pada proses pengovenan potensi bahaya yang ditimbulkan dapat berupa tangan mengalami
luka bakar, akibat terkena alat pengovenan, hal ini dapat disebabkan karena para pekerja
disana tidak menggunakan baju berlengan panjang dan sarung tangan.
D. Pengemasan
Pada proses ini para pekerja mengemas bakpia secara manual, para pekerja duduk lesehan di
lantai sambil mengemas bakpia, kegiatan ini.

E. Penilaian Lingkungan kerja


Tabel Kondisi Lingkungan Kerja
No Pernyataan Kondisi
1 Penerangan Cukup
2 Ventilasi Kurang
3 Pemajanan 8 jam
4 Bahan Kimia di Tempat Kerja :
a. gas/uap cukup
b. cairan/ larutan cukup
c. padat cukup
d. lain-lain -
5 Kebersihan tempat kerja Buruk/kurang
6 Penataan dan penempatan bahan/peralatan Buruk
7 Posisi kerja ergonomic Buruk
8 Penyediaan sarana kesehatan lingkungan/jamban Tidak ada
9 Hubungan dengan pemilik industri Baik
10 Hubungan antar sesame rekan kerja Baik

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kondisi lingkungan kerja di Industri makanan
bakpia pathok 25 masih kurang baik, hal ini disebabkan karena industri ini termasuk industri
menengah dan bergantung pada kondisi lingkungan alami. Untuk penerangan dan ventilasi
hanya mengandalkan kondisi ruang yang terbuka, untuk kebersihan masih sangat kurang
karena banyaknya bahan baku yang diletakkan secara tidak teratur. Tidak adanya posisi kerja
ergonomi di Industri ini dikarenakan kurangnya pengetahuan pemilik industri akan ergonomi,
hal ini dapat menimbulkan gangguan penyakit akibat kerja.

F. Upaya Pengendalian
Dalam upaya pegendalian dapat dilakukan dengan hirarki pegendalian k3
1. Eliminasi
Tujuan dari eliminasi ini adalah Menghilangkan bahaya dilakukan pada saat
desain, tujuannya adalah untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia
dalam menjalankan suatu sistem karena adanya kekurangan pada desain. Hal yang
dapat dilakukan adalah :
a. membersihkan Hasil adonan bakpia yang masih berserakan di lantai yang dapat
menyebabkan terjadinya jatuh akibat terinjak nya bahan adonan dan
pengendaliannya dengan cara menyapu dan pembersihan ruangan secara
berkala.
2. Substitusi
Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti bahan, proses, operasi ataupun
peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya. Hal yang dapat
dilakukan adalah :
a. Memberikan tempat duduk yang bersandaran serta ber busa
b. Mengganti alat yang sudah tak layak pakai serta perawatan dan pemeriksaan
alat yang berkala.

3. Rekayasa engineering
Pengendalian ini dilakukan bertujuan untuk memisahkan bahaya dengan
pekerjaserta untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia. Hal yang dapat
dilakukan adalah :
a. Dalam proses penggergajian dibuatkan tempat tersediri
b. Dalam proses pengovenan dibuatkan blower atau cerobong asap
c. Memisahkan antara tempat barang jadi dengan proses pembuatan.
d. Merapihkan tempat kerja.
e. Membuat ventilasi pada tempat kerja.
f. Memberikan penerangan yang cukup
4. Administratif
Kontrol administratif ditujukan pengandalian dari sisi orang yang akan
melakukan pekerjaan, dengan dikendalikan metode kerja diharapkan orang akan
mematuhi, memiliki kemampuan dan keahlian cukup untuk menyelesaikan
pekerjaan secara aman. Hal yang dapat dilakukan adalah :
a. Setiap proses yang dilakukan harus memiliki SOP
b. Dilakukan jadwal pembersihan tempat kerja atau pemeliharaan
c. Dan juga membuat shift kerja.
d. Membuat jadwal istirahat yang cukup untuk para pekerja serta makanan
yang bergizi.
5. APD (alat pelindung diri)
Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri merupakan merupakan hal yang
paling tidak efektif dalam pengendalian bahaya,dan APD hanya berfungsi untuk
mengurangi seriko dari dampak bahaya. Apd yang harus digunakan adalah :
a. Masker, untuk menutupi hidung dan mulut agar terhindar dari bahaya debu yang
dapat terhirup kedalam paru – paru
b. Sarung tangan, untuk menutupi tangan agar steril pada saat pemegangan bahan
adonan
c. Memakai sepatu tertutup, agar arang ataupun bahan yang berat tidak melukai
kaki khusus nya
d. Penutup kepala agar rambut yang ada tidak jatuh kedalam adonan

G. Dokumentasi
BAB III
KESIMPULAN

1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kunjungan yang telah dilakukan pada Home industri
khususnya pada industri makanan bakpia pathok 25 dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
a) Kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi terhadap beberapa potensial
bahaya bagi Keselamatan Kerja. Seperti : kebisingan, pencahayaan, debu, potensi,
ergonomic, dan kondisi dari lingkungan kerja buruk.
b) Pada penggunaan alat pelindung diri, para pekerja tidak menggunakan jenis APD
apapun. Padahal, banyak sekali potensi bahaya yang dapat terjadi pada mereka.
c) Pencegahan/pengendalian Kecelakaan kerja di tempat ini yaitu dapat menggunakan
hirarki pengendalian K3.
DAFTAR PUSTAKA

Suma’mur. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Gunung Agung.

Anda mungkin juga menyukai