Anda di halaman 1dari 7

UJIAN TENGAH SEMESTER TAKE HOME BAB I

MATA KULIAH TEORI ADMINISTRASI PUBLIK PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu Negara tropis yang memiliki wilayah hutan terluas di
dunia setelah Brazil dan Zaire. Hal ini merupakan suatu kebanggaan bagi bangsa Indonesia,
karena dilihat dari manfaatnya sebagai paru-paru dunia, pengatur aliran air, pencegah erosi dan
banjir serta dapat menjaga kesuburan tanah. Selain itu, hutan dapat memberikan manfaat
“KEBIJAKAN PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DI INDONESIA”
ekonomis sebagai penyumbang devisa bagi kelangsungan pembangunan di Indonesia. Karena
itu pemanfaatan hutan dan perlindungannya telah diatur dalam UUD 45, Undang - Undang
Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, PERPU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan
Atas UU Nomor 41 tentang Kehutanan, Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2014 tentang
Penetapan PERPU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU Nomor 41 tentang
Kehutanan Menjadi Undang – Undang, Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan, Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Indonesia memiliki hamparan hutan yang luas. Dengan luas hutan Indonesia sebesar 99,6
juta hektar atau 52,3% luas wilayah Indonesia (data : Buku Statistik Kehutanan Indonesia
Kemenhut 2011 yang dipublikasi pada bulan Juli 2012), hutan Indonesia menjadi salah satu
paru-paru dunia yang sangat penting peranannya bagi kehidupan isi bumi. Selain dari luasan,
hutan Indonesia juga menyimpan kekayaan alam hayati. Berbagai flora dan fauna endemik hadir
di hutan Indonesia menjadi kekayaan Indonesia dan dunia. Oleh karena memiliki wilayah hutan
yang luas, maka Indonesia didapuk menjadi jantung dunia melalui salah satu program WWF
Nama : Syaiful Mujab
yaitu Heart of Borneo Initiatives.
NPM : 1554002029
Namun hijaunya alam Indonesia kian hari kian menyusut akibat pemanfaatan hutan tak
Jurusan : Manajemen Perusahaan Publik
terkendali. Laju deforestasi hutan Indonesia mencapai 610.375,92 Ha per tahun (2011) dan
Dosen : Dr. Asropi, M.Si
tercatat sebagai tiga terbesar di dunia. Hutan yang seharusnya dijaga dan dimanfaatkan secara
optimal dengan memperhatikan aspek kelestarian kini telah mengalami degradasi dan
deforestasi yang cukup mencenangkan bagi dunia Internasional, faktanya Indonesia
mendapatkan rekor dunia guiness yang dirilis oleh Greenpeace sebagai negara yang
mempunyai tingkat laju deforestasi tahunan tercepat di dunia, Sebanyak 72 persen dari hutan
asli Indonesia telah musnah dengan 1.8 juta hektar hutan dirusakan per tahun antara tahun 2000
PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK hingga 2005, sebuah tingkat kerusakan hutan sebesar 2% setiap tahunnya. Faktor terbesar
SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI – LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA penyebab deforestasi di Indonesia adalalah kerusakan akibat kebakaran hutan yang terjadi
JAKARTA disetiap tahun.

2015

1
Masalah kebakaran hutan telah menjadi isu nasional yang patut mendapat perhatian BAB II
serius dari pemerintah. Kejadian ini terjadi setiap tahun secara berulang, khususnya di di Pulau PEMBAHASAN
Kalimantan. Perlu dipahami bahwa, instansi pemerintah dan masyarakat, termasuk petani,
perusahaan-perusahaan perkebunan dan HTI, merupakan mata rantai yang tidak terputus yang I. Hutan dan Manfaatnya
terkait langsung dengan kebakaran hutan ini. Dampak kebakaran hutan yang paling menonjol
adalah terjadinya kabut asap yang merugikan kesehatan masyarakat dan terganggunya sistem Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan
transportasi sungai, darat, laut, dan udara serta mempengaruhi sendi-sendi perekonomian tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di
lainnya. dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan,
Hal ini dikarenakan pengelolaan dan pemanfaatan hutan selama ini tidak memperhatikan modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek
manfaat yang akan diperoleh dari keberadaan hutan tersebut, sehingga kelestarian lingkungan biosfer Bumi yang paling penting. Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh
hidup menjadi terganggu. Penyebab utama kerusakan hutan adalah kebakaran hutan. dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di
Kebakaran hutan terjadi karena manusia yang menggunakan api dalam upaya pembukaan dataran rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar.
hutan untuk Hutan Tanaman Industri (HTI), perkebunan, dan pertanian. Pembukaan hutan Di dalam Pasal 1 Undang-Undang No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, mendefinisikan
dengan cara ini lebih murah dibandingkan dengan cara – cara lain. Selain itu, kebakaran hutan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati
didukung oleh pemanasan global, kemarau ekstrim yang seringkali dikaitkan dengan pengaruh yang didominasi jenis pepohonan dalam persekutuan dengan lingkungannya, yang satu dengan
iklim yang memberikan kondisi ideal untuk terjadinya kebakaran hutan. lain tidak dapat dipisahkan. Hutan merupakan suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan dan hewan
Persepsi dan pendapat masyarakat yang berkembang tentang peristiwa kebakaran yang yang hidup dalam lapisan dan permukaan tanah, yang terletak pada suatu kawasan dan
sering terjadi belakangan ini adalah bahwa kebakaran tersebut terjadinya di dalam hutan membentuk suatu ekosistem yang berada dalam keadaan keseimbangan dinamis.
semata, padahal sesungguhnya peristiwa tersebut dapat saja terjadi di luar kawasan hutan. Sebagai suatu ekosistem, hutan tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu,
Seharusnya kebakaran hutan dan lahan dipandang sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui
dipisahkan dalam sistem pengendaliannya. Kebakaran hutan di Indonesia pada saat ini dapat budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat
dipandang sebagai peristiwa bencana regional dan global. Hal ini disebabkan karena dampak berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup
dari kebakaran hutan sudah menjalar ke negara-negara tetangga dan gas-gas hasil pembakaran berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya
yang diemisikan ke atmosfer (seperti CO2) berpotensi menimbulkan pemanasan global. pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu
Kebakaran hutan di Indonesia tidak hanya terjadi di lahan kering tetapi juga di lahan basah kawasan yang sangat penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta
seperti lahan/hutan gambut seperti halnya di Kalimantan tengah, terutama pada musim tanaman.
kemarau, dimana lahan basah tersebut mengalami kekeringan. Pembukaan lahan gambut Sudah berabad - abad, hutan telah dijadikan sebagai lahan untuk mencari nafkah hidup.
berskala besar dengan membuat saluran/parit telah menambah resiko terjadinya kebakaran di Sejak itu pula telah ada kearifan lokal manusia untuk melindungi dan melestarikan hutan dan
saat musim kemarau. Pembuatan saluran/parit telah menyebabkan hilangnya air tanah dalam lingkungannya sehingga hutan tetap menjadi primadona penopang kehidupan mereka. Hutan
gambut sehingga gambut mengalami kekeringan yang berlebihan di musim kemarau dan mudah diketahui memiliki manfaat yang langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan manusia.
terbakar. Terjadinya gejala kering tak balik (irreversible drying) dan gambut berubah sifat seperti Fungsi hutan sebagai ekosistem berkaitan dengan proses – proses alamiah sebagai berikut :
arang menyebabkan gambut tidak mampu lagi menyerap hara dan menahan air. • Hidrologis, artinya hutan merupakan gudang penyimpanan air dan tempat menyerapnya
air hujan maupun embun yang pada akhirnya akan mengalirkannya ke sungai-sungai
yang memiliki mata air di tengah-tengah hutan secara teratur menurut irama alam. Hutan
juga berperan untuk melindungi tanah dari erosi dan daur unsur haranya.

2 3
• Iklim, artinya komponen ekosistern alam yang terdiri dari unsur-unsur hujan (air), sinar II. Pembangunan Berkelanjutan Kaitannya Dengan Kebijakan Pengelolaan Lingkungan
matahari (suhu), angin dan kelembaban yang sangat mempengaruhi kehidupan yang ada Menyediakan lingkungan yang sehat dan hutan yang asri merupakan salah satu tugas
di permukaan bumi, terutama iklim makro maupun mikro. pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan rakyat. Untuk melindungi kelestarian
• Kesuburan tanah, artinya tanah hutan merupakan pembentuk humus utama dan lingkungan, termasuk wilayah hutan, telah diterbitkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
penyimpan unsur-unsur mineral bagi tumbuhan lain. Kesuburan tanah sangat ditentukan tentang Perlindungan dan Pengelolaan Hidup, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
oleh faktor-faktor seperti jenis batu induk yang membentuknya, kondisi selama dalam Kehutanan, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
proses pembentukan, tekstur dan struktur tanah yang meliputi kelembaban, suhu dan air Perusakan Hutan.
tanah, topografi wilayah, vegetasi dan jasad jasad hidup. Faktor-faktor inilah yang kelak Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) merupakan pendekatan proses
menyebabkan terbentuknya bermacam-macam formasi hutan dan vegetasi hutan. “soda-ecological,” artinya suatu proses pembangunan yang bercirikan pemenuhan kebutuhan
• Keanekaragaman genetik, artinya hutan memiliki kekayaan dari berbagai jenis flora dan umat manusia seraya memperhatikan dan memelihara kualitas lingkungan hidup. Paradigma
fauna. Apabila hutan tidak diperhatikan dalam pemanfaatan dan kelangsungannya, pembangunan berkelanjutan muncul pertama kali pada tahun 1980 ketika the Union for the
tidaklah mustahil akan terjadi erosi genetik. Hal ini terjadi karena hutan semakin Conservation of Nature, menerbitkan strategi pelestarian dunia dengan judul “The World
berkurang habitatnya. Conservation Strategy”. Dalam laporan itulah untuk pertama kalinya tampil istilah “sustainable
• Sumber daya alam, artinya hutan mampu memberikan sumbangan hasil alam yang development”. Selanjutnya, konsep tersebut menjadi istilah yang dipakai di seluruh dunia,
cukup besar bagi devisa negara, terutama di bidang inciustri. Selain itu hutan juga terutama setelah diterbitkannya laporan dari the World Commission on Environment and
memberikan fungsi kepada masyarakat sekitar hutan sebagai pemenuhan kebutuhan Development (UN, 1987), yang dibentuk oleh PBB. Menurut komisi ini yang dikenal juga sebagai
sehari-hari. Selain kayu juga dihasilkan bahan lain seperti damar, kopal, gondorukem, Komisi Brundtland, pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai “Development that meets
terpentin, kayu putih dan rotan serta tanaman obat-obatan. the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own

• Wilayah wisata alam, artinya hutan mampu berfungsi sebagai sumber inspirasi, nilai needs.”

estetika, etika dan sebagainya. Keadaan dikatakan tidak berkelanjutan manakala “natural capital”, atau sumber daya
alam yang ada, dimanfaatkan atau bahkan dirusak dengan kecepatan yang sangat besar

Sedangkan menurut UU No 41 Tahun 1999 di dalam Pasal 3, Penyelenggaraan dibandingkan dengan kecepatan pemulihannya. Kerusakan karena keserakahan manusia tidak

kehutanan bertujuan untuk kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan dengan: hanya dirasakan oleh masyarakat setempat, tetapi akan mengancam kehidupan umat manusia

• menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional; secara global, dan yang lebih fatal lagi adalah dampaknya bagi kehidupan manusia di masa

• mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi lindung, dan yang akan datang.

fungsi produksi untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi, yang Pola pembangunan seperti ini jelas tidak bisa berlanjut. Kalaupun ada pertumbuhan atau

seimbang dan lestari; peningkatan kesejahteraan yang dihasilkannya, tidak optimal dan tidak berkelanjutan. Bahkan
yang terjadi bukan kemajuan tetapi kemunduran dalam taraf hidup dan peradaban manakala
• meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai;
daya dukung alam telah sungguh-sungguh menjadi defisit dan dunia telah tidak dapat lagi
• meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas dan keberdayaan
menunjang kehidupan dan kebutuhan manusia. Dengan demikian, pola pembangunan serupa itu
masyarakat secara partisipatif, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan sehingga
tidak adil, karena hanya dinikmati sesaat oleh generasi sekarang tetapi menimbulkan bencana
mampu menciptakan ketahanan sosial dan ekonomi serta ketahanan terhadap akibat
bagi generasi mendatang.
perubahan eksternal; dan
• menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan.
Pembangunan yang sesuai dengan kondisi sosial budaya dan sosial ekonomi masyarakat
sekitarnya akan memberi manfaat yang maksimal bagi masyarakat, dan dengan demikian

4 5
masyarakat akan mampu memeliharanya. Pola pembangunan yang sesuai dengan kondisi
ekologis akan mengikuti kecenderungan siklus alamiah dan akan mendapat hambatan minimum Di dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Kehutanan diatur tentang
secara alamiah, sehingga mudah dan murah memeliharanya serta dapat meningkatkan pengawasan dan sanksi administratif sebagai berikut :
kemampuan ekosistem untuk mengadopsinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan. 1. Di dalam Pasal 59 s.d. Pasal 65 diatur tentang pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah
Pengalaman memberikan pelajaran bahwa sesungguhnya ekosistem itu mampu memelihara Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam melaksanakan pengawasan, pemerintah dan
dirinya sendiri asal tidak dirusak oleh manusia pemerintah daerah berwenang melakukan pemantauan, meminta keterangan, dan
melakukan pemeriksaan atas pelaksanaan pengurusan hutan.
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 memuat tentang pengawasan pengelolaan 2. Di dalam pasal 80 diatur Ganti Rugi dan Sanksi Administratif sebagai berikut :
dan perlindungan lingkungan hidup dan sanksi administratif atas pelanggarannya: a. Kewajiban ganti rugi sesuai dengan kerusakan atau akibat yang ditimbulkan kepada
1. Dalam Pasal 71 s.d. Pasal 75 diatur tentang kewajiban pengawasan yang harus dilakukan negara, untuk biaya rehabilitasi, pemulihan kondisi hutan atau tindakan lain yang
oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya perhadap diperlukan. Kewajiban ganti rugi tidak mengurangi hukum pidana.
ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atas ketentuan yang ditetapkan dalam b. Sanksi administratif diberikan apabila terjadi pelanggaran di luar ketentuan hukum pidana.
peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
2. Dalam Pasal 76 s.d. Pasal 83 diatur tentang Sanksi Administratif yang wajib diberikan oleh III. Kebakaran Hutan
pejabat pengawas kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atas ketentuan yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan Kebakaran hutan merupakan suatu faktor lingkungan dari api yang memberikan
lingkungan hidup. Sanksi administratif terdiri atas : pengaruh terhadap hutan, menimbulkan dampak negatif maupun positif. kebakaran hutan yang
• Teguran tertulis terjadi adalah akibat ulah manusia maupun faktor alam. Penyebab kebakaran hutan yang
• Paksaaan pemerintah terbanyak karena tindakan dan kelalaian manusia. Ada yang menyebutkan hampir 90%
• Pembekuan ijin kebakaran hutan disebabkan oleh manusia sedangkan hanya 10% yang disebabkan oleh alam.
• Pencabutan ijin Pengertian dan definisi lain yang diberikan untuk Kebakaran Hutan adalah suatu
Penegakan hukum di bidang lingkungan dapat dikategorikan dalam 3 kelompok : keadaan dimana hutan dilanda api sehingga berakibat timbulnya kerugian ekosistem dan

• Penegakan hukum Lingkungan dalam kaitannya dengan Hukum Administrasi / Tata terancamnya kelestarian lingkungan. Upaya pencegahan Kebakaran Hutan merupakan suatu

Usaha Negara. usaha Perlindungan Hutan agar kebakaran hutan yang berdampak negatif tidak meluas.

• Penegakan Hukum Lingkungan dalam kaitannya dengan Hukum Perdata. Menurut Kamus Kehutanan Departemen Kehutanan Republik Indonesia, Kebakaran Hutan (Wild

• Penegakan Hukum Lingkungan dalam kaitannya dengan Hukum Pidana Fire Free Burning, Forest Fire) didefinisikan sebagai :
a) Kebakaran yang tidak disebabkan oleh unsur kesengajaan yang mengakibatkan kerugian.

Upaya penegakan sanksi administrasi oleh pemerintah secara ketata dan konsisten sesuai Kebakaran terjadi karena faktor-faktor :

dengankewenangan yang ada akan berdampak bagi penegakan hukum, dalam rangka menjaga • alam (misalnya musim kemarau yang terlalu lama)

kelestarianfungsi lingkungan hidup. Sehubungan dengan hal ini, maka penegakan sanksi • manusia (misalnya karena kelalaian manusia membuat api di tengah-tengah hutan di

administrasi merupakan garda terdepan dalan penegakan hukum lingkungan (primum musim kemarau atau di hutan-hutan yang mudah terbakar.

remedium). Jika sanksi administrasi dinilai tidak efektif, berulan dipergunakan sarana sanksi b) Bentuk Kerusakan Hutan yang disebabkan oleh api di dalam areal hutan negara.

pidana sebagai senjata pamungkas (ultimum remedium.)


Istilah Kebakaran hutan di dalam Ensiklopedia Kehutanan Indonesia disebut juga Api
Hutan. Selanjutnya dijelaskan bahwa Kebakaran Hutan atau Api Hutan adalah Api Liar yang

6 7
terjadi di dalam hutan, yang membakar sebagian atau seluruh komponen hutan. Dikenal ada 3 Tabel
macam kebakaran hutan, Jenis-jenis kebakaran hutan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut Rekapitulasi Luas Kebakaran Hutan di Indonesia
:
NO. PROVINSI 2010 2011 2012 2013 2014 2015
a) Kebakaran Permukaan yaitu kebakaran yang terjadi pada lantai hutan dan membakar
seresah, kayu-kayu kering dan tanaman bawah. Sifat api permukaan cepat merambat, 1. Riau 26.000 74.500 1.060.000 1.077.500 6.301.100 2.025.420
nyalanya besar dan panas, namun cepat padam. Dalam kenyataannya semua tipe
kebakaran berasal dari api permukaan. 2. Jambi 2.500 89.000 11.250 199.100 3.470.605 92.500

b) Kebakaran Tajuk yaitu kebakaran yang membakar seluruh tajuk tanaman pokok terutama
3. Sumsel 84.500 - 484.150 8.504.860 101.570
pada jenis-jenis hutan yang daunnya mudah terbakar. Apabila tajuk hutan cukup rapat, maka
api yang terjadi cepat merambat dari satu tajuk ke tajuk yang lain. Hal ini tidak terjadi apabila 4. Kalbar 577.400 22.700 3556.100 900.200
tajuk-tajuk pohon penyusun tidak saling bersentuhan.
5. Kalteng 22.000 55.150 3.100 4.022.852 655.780
c) Api Tanah adalah api yang membakar lapisan organik yang dibawah lantai hutan. Oleh
karena sedikit udara dan bahan organik ini, kebakaran yang terjadi tidak ditandai dengan *) sumber : sipongi.menlhk.go.id
adanya nyala api. Penyebaran api juga sangat lambat, bahan api tertahan dalam waktu yang
lama pada suatu tempat. IV. Kebijakan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan

Kebakaran-kebakaran yang sering terjadi digeneralisasi sebagai kebakaran hutan, Secara teoritis sedikitnya ada tiga fungsi utama yang harus dijalankan oleh pemerintah
padahal sebagian besar kebakaran tersebut adalah pembakaran yang sengaja dilakukan tanpa memandang tingkatannya, yaitu fungsi pelayan masyarakat (public service function),
maupun akibat kelalaian, baik oleh peladang berpindah ataupun oleh pelaku binis kehutanan fungsi pembangunan (development function) dan fungsi perlindungan (protection function).
atau perkebunan, sedangkan sisanya adalah karena alam. Di areal HTI, dapat dikatakan bahwa Kaitanya dengan bencana kebakaran hutan pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan
99% penyebab kebakaran hutan di Indonesia adalah berasal dari ulah manusia, entah itu perlindungan dan memberikan rasa aman kepada masyarakat dari dampak paparan kabut asap
sengaja dibakar atau karena api lompat yang terjadi akibat kelalaian pada saat penyiapan lahan. kebakaran hutan.
Bahan bakar dan api merupakan faktor penting untuk mempersiapkan lahan pertanian dan Dalam penanganan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan, pemerintah sudah
perkebunan. Pembakaran selain dianggap mudah dan murah juga menghasilkan bahan mineral mempunyai perangkat regulasi, antara lain :
yang siap diserap oleh tumbuhan. Banyaknya jumlah bahan bakar yang dibakar di atas lahan a. Undang – Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
akhirnya akan menyebabkan asap tebal dan kerusakan lingkungan yang luas. Untuk itu, agar b. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
dampak lingkungan yang ditimbulkannya kecil, maka penggunaan api dan bahan bakar pada Lingkungan Hidup
penyiapan lahan haruslah diatur secara cermat dan hati-hati. Untuk menyelesaikan masalah ini c. Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan
maka diperlukan penegakan atura hukum dengan tegas. d. Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan.
Di Tahun 2015 ini kebakaran hutan dan lahan sudah berlarut – larut dan menimbulkan
dampak bagi terutama lingkungan dan ekonomi nasional. Kebakaran hutan seolah menjadi Pengelolaan atas kebakaran hutan dan lahan meliputi upaya pencegahan dan
kasus rutin yang terjadi setiap tahun dengan waktu dan tempat yang relatif sama. pengendalian. Kedua upaya itu harus dilakukan secara sistematis, serba-cakup
(comprehensive), dan terpadu, dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan
(stakeholder). Tindakan pencegahan merupakan komponen terpenting dari seluruh sistem

8 9
penanggulangan bencana termasuk kebakaran. Bila pencegahan dilaksanakan dengan baik,
seluruh bencana kebakaran dapat diminimalkan atau bahkan dihindarkan. Pencegahan Apabila kebakaran telah terjadi, upaya yang dapat dilakukan adalah pengendalian terhadap
kebakaran diarahkan untuk meminimalkan atau menghilangkan sumber api di lapangan. Upaya kebakaran hutan dan lahan. Kegiatan pengendalian kebakaran meliputi kegiatan mitigasi,
ini pada dasarnya harus dimulai sejak awal proses pembangunan sebuah wilayah, yaitu sejak kesiagaan, pemadaman api dan penanganan pasca kebakaran.
penetapan fungsi wilayah, perencanaan tata guna hutan/lahan, pemberian ijin bagi kegiatan, 1. Mitigasi
hingga pemantauan dan evaluasi. Kegiatan mitigasi bertujuan untuk mengurangi dampak kebakaran seperti pada kesehatan
dan sektor transportasi yang disebabkan oleh asap. Beberapa kegiatan mitigasi yang dapat
Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya api di dilakukan antara lain: (1) menyediakan peralatan kesehatan terutama di daerah rawan
antaranya: kebakaran, (2) menyediakan dan mengaktifkan semua alat pengukur debu di daerah rawan
kebakaran, (3) memperingatkan pihak-pihak yang terkait tentang bahaya kebakaran dan
1. Penatagunaan lahan sesuai dengan peruntukan dan fungsinya masing-masing, dengan
asap, (4) mengembangkan waduk-waduk air di daerah rawan kebakaran, dan (5) membuat
mempertimbangkan kelayakannya secara ekologis di samping secara ekonomis.
parit-parit api untuk mencegah meluasnya kebakaran beserta dampaknya
2. Pengembangan sistem budidaya pertanian dan perkebunan, serta sistem produksi kayu
2. Kesiagaan
yang tidak rentan terhadap kebakaran, seperti pembukaan dan persiapan lahan tanpa bakar
Kesiagaan dalam pengendalian kebakaran bertujuan agar perangkat penanggulangan
(zero burning-based land clearing), atau dengan pembakaran yang terkendali (controlled
kebakaran dan dampaknya berada dalam keadaan siap digerakkan. Hal yang paling penting
burning-based land clearing).
dalam tahap ini adalah membangun partisipasi masyarakat di kawasan rawan kebakaran,
3. Pengembangan sistem kepemilikan lahan secara jelas dan tepat sasaran. Kegiatan ini
dan ketaatan para pengusaha terhadap ketentuan penanggulangan kebakaran.
dimaksudkan untuk menghindari pengelolaan lahan yang tidak tepat sesuai dengen
3. Pemadaman api
peruntukan dan fungsinya.
Pada tahap ini usaha lokal untuk memadamkan api menjadi sangat penting karena upaya di
4. Pencegahan perubahan ekologi secara besar-besaran diantaranya dengan membuat dan
tingkat lebih tinggi memerlukan persiapan lebih lama sehingga dikhawatirkan api sudah
mengembangkan pedoman pemanfaatan hutan dan lahan gambut secara bijaksana (wise
menyebar lebih luas. Pemadaman api di kawasan bergambut jauh lebih sulit daripada di
use of peatland), dan memulihkan hutan dan lahan gambut yang telah rusak.
kawasan yang tidak bergambut
5. Pengembangan program penyadaran masyarakat terutama yang terkait dengan tindakan
4. Penanganan Pasca Kebakaran
pencegahan dan pengendalian kebakaran. Program ini diharapkan dapat mendorong
Setelah kebakaran dipadamkan, upaya pasca kebakaran yang dapat dilakukan antara lain :
dikembangkannya strategi pencegahan dan pengendalian kebakaran berbasis masyarakat
• Identifikasi areal bekas terbakar penyebab kebakaran, luas kebakaran, tipe vegetasi
(community-based fire management).
yang terbakar, pengaruh terhadap lingkungan dan ekosistem dan informasi untuk
6. Pengembangan sistem penegakan hukum. Hal ini mencakup penyelidikan terhadap
mendukung proses penegakan hukum.
penyebab kebakaran serta mengajukan pihak-pihak yang diduga menyebabkan kebakaran
• Monitoring dan Pemeriksaan Lokasi Terbakar
ke pengadilan.
• Penegakan hukum (Ditjen Gakkum KLHK, Polri dan Kejaksaan)
7. Pengembangan sistem informasi kebakaran yang berorientasi kepada penyelesaian
masalah. Hal ini mencakup pengembangan sistem pemeringkatan bahaya kebakaran (Fire
Semua upaya dalam pencegahan dan pengananan kebakaran hutan dan lahan tentunya
Danger Rating System) dengan memadukan data iklim (curah hujan dan kelembaban
membutuhkan biaya yang dibebankan pada anggaran negara. Seharusnya pemerintah
udara), data hidrologis (kedalaman muka ir tanah dan kadar lengas tanah), dan data bahan
mengalokasikan anggaran yang cukup untuk kegiatan dan upaya pencegahan dan
yang dapat memicu timbulnya api. Kegiatan ini akan memberikan gambaran secara
penganganan kebakaran hutan dan lahan ini. Selain itu harus penegakan hukum juga harus
kartografik terhadap kerawanan kebakaran.
dilakukan dengan tegas, supaya peristiwa kebakaran hutan tidak terulang di tahun berikutnya.

10 11
BAB III DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN

I. UMUM
Bambang H. Saharjo, Dr.,Ir.,M.Agr., 2006,Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan yang
1. Kebakaran hutan merupakan ancaman tersendiri bagi Negara yang bersangkutan maupun
Lestari; Perlukah Dilakukan? : Bogor
bagi mansyrakat dunia secara umum karena hutan memegang peranan yang penting bagi
Takdir Rahmadi, 2011, Hukum Lingkungan di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta
keseimbangan hidup di bumi.
Kementerian Kehutanan, 2012,Buku Statistik Kehutanan Indononesia, Jakarta
2. Di Indonesia, 99% kejadian kebakaran hutan disebabkan oleh aktivitas manusia baik
Undang – Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
sengaja maupun tidak sengaja. Hanya 1% diantaranya yang terjadi secara alamiah.
Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
3. Kebakaran hutan berdampak besar bagi kehidupan manusia, baik dampak langsung,
Hidup
dampak ekologis, dampak ekonomi, dampak kesehatan, dan dampak sosial. Sebagian
Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan
besar dampak tersebut bersifat merugikan baik kepada warga yang terpapar asap, maupun
Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan
tidak terpapa oleh asap.
Hutan.
Ir. Raffles B. Panjaitan, M.Sc, Bahan Paparan FGD Pengendalian dan Pencegahan Kebakaran
II. REKOMENDASI
Hutan & Lahan Di Provinsi Riau, Pekanbaru, 2 September 2015
1. Perlu adanya penyatuan peraturan secara komprehensif antara Pemerintah Pusat,
Bahan Rapat Koordinasi Penanganan Karhutla Riau, September 2015, Kementerian Koordinator
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota terkait upaya pengendalian kebakaran
Bidang Perekonomian
hutan dan lahan.
Website : sipongi.menlhk.go.id
2. Diperlukan pola pembangunan berkelanjutan yang tidak hanya fokus pada pertumbuhan,
namun juga memperhatikan aspek – aspek kelestarian lingkungan.
3. Perlu ada law enforcement secara tegas dan konsekuen terhadap para pelaku dan pihak
yang menyebabkan terjadinya kebakaran, termasuk pencegahan timbulnya biaya transaksi
(transaction cost) yang dapat menyebabkan semakin leluasanya pihak tertentu melakukan
pembakaran.

12 13

Anda mungkin juga menyukai