Anda di halaman 1dari 9

HUTAN INDONESIA YANG DIKENAL

SEBAGAI PARU – PARU DUNIA KINI

MULAI RUSAK EKOSISTEMNYA

Deni Ardiansyah

Prodi Peternakan

Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia

ABSTRACT

Forests play an important role in human life. Forests have an important role for the
life of all living things. Forests in Indonesia not only consist of natural forests, but there are
also artificial forests. The potential of natural resources contained in the extent of Indonesia's
forests is a capital in national development because of its tangible benefits for the life and
livelihood of the nation, both ecological, economic, and socio-cultural benefits in a balanced
and dynamic manner. Therefore, we should not destroy forests by destroying their
ecosystems, namely through overexploitation of mining, forest fires, land development and so
on. As a result, it can cause air pollution which is not only for our country but other countries
also feel it and also the difficulty of clean water, especially in urban areas due to land
conversion from forest to buildings that can cause pollution. Therefore, the government is
also making efforts to enforce the law and regulate it in the law so that these problems can be
overcome. Then so that our children and grandchildren will be able to see the beauty of the
forest and not become extinct and awake ecosystem.

Keywords : Forests, life, pollution, ecosystem


PENDAHULUAN dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Ketentuan tersebut
Indonesia merupakan negara yang
diperkuat dengan bunyi ketentuan Pasal 23
kaya akan sumber daya alamnya. Salah
UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
satu dari sumber daya alam tersebut adalah
(UU Kehutanan) bahwa pemanfaatan
hutan, Indonesia merupakan negara yang
hutan bertujuan untuk memperoleh
memiliki hutan terbesar perikat 3 di dunia.
manfaat yang optimal bagi kesejahteraan
Berdasarkan Direktorat Jendral Planologi
seluruh masyarakat secara berkeadilan
Kehutanan dan Tata Lingkungan (PKTL)
dengan tetap menjaga kelestariannya
Kementerian Lingkungan Hidup dan
(Rongiyati, 2012).(Studies, 2021)
Kehutanan (KLHK), hasil pemantauan
hutan Indonesia di tahun 2019 Hutan memiliki peran penting bagi
menunjukkan bahwa luas lahan berhutan kehidupan semua makhluk hidup. Hutan di
seluruh daratan Indonesia adalah 94,1 juta Indonesia tidak hanya terdiri atas hutan
hektare atau 50,1 persen dari total daratan. alami, tetapi ada juga hutan buatan yang
(Tropis, 2020). Sehingga pemerintah dimanfaatkan untuk kepentingan industri
berkewajiban untuk menguasai, perkayuan seperti hutan akasia, hutan
melindungi, dan mengelola kawasan hutan sengon dan lain sebagainya. Indonesia
sesuai dengan amanah Undang-Undang dahulu dikenal sebagai paru-paru dunia,
Dasar Negara Repubik Indonesia Tahun tetapi sekarang julukan itu hanya menjadi
1945. As a rule of law, law enforcement kenangan manis yang tidak kembali
must comply with applicable regulations diperjuangan keberlangsungannya baik
and also be based on Pancasila and oleh masyarakat maupun pemerintah
Indonesia Constitution. (Mini; Sofyan; sebagai lembaga berwenang yang
Dimas, 2021). Secara konstitusional, memiliki wewenang menjaga dan
pemanfaatan dan penggunaan kawasan melestarikan kondisi alam (Syarifah et al.,
hutan sebagai bagian dari kegiatan 2020; Aminullah et al., 2020) Manusia
pengelolaan sumber daya alam, ditujukan memerlukan penunjang dalam menjalani
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat kehidupan. Maka dari itu, masyarakat bisa
sebagaimana diatur dalam Pasal 33 ayat memperoleh produk seperti makanan, obat
(3) UUD Tahun 1945 bahwa bumi, air, dan obatan, kayu untuk bangunan dan kayu
kekayaan alam yang terkandung di bakar dan juga menikmati manfaat adanya
dalamnya dikuasai oleh negara dan pengaruh dari hutan yaitu iklim mikro
serta mencegah erosi dan memelihara Langkah lain yang dilakukan
kesuburan tanah, menampung air, pemerintah yaitu agar ekosistem huatan
memberikan udara segar dan berbagai dapat terjaga Peringatan Menhut (Menhut)
manfaat lainnya. (Saputro et al., 2021). ini wajar karena sangat kondisi lingkungan
yang parah sementara Menhut sendiri tidak
Salah satu yang dapat
berdaya menghindari bahaya merusak
menyebabkan rusaknya hutan salah
lingkungan. Hal ini karena UU
satunya adalah pertambanagan. Oleh
Pertambangan sendiri telah memberikan
karena itu, masalah dalam perizinan
izin yang sesuai dengan apa prosedur ada
pemanfaatan hutan lindung areal
di dalamnya. Peraturan umumnya
pertambangan telah menjadi perdebatan
mendukung pengerukan bahkan dalam
berkepanjangan antara pemerintah pusat
keputusasaan mendukung penetapan
dan pemerintah daerah. Tambahan,perang
tujuan tentang manfaat, keadilan,
antar kementerian terjadi karena perbedaan
keseimbangan, dan kepentingan
kepentingan. Padahal, aturan penggunaan
lingkungan; bangsa. Meski demikian,
kawasan hutan lindung sudah jelas.
pertambangan sendiri dirasa sangat
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999
mendukung perusakan seperti yang terjadi
tentang Kehutanan Pasal 38 (1)
di kawasan hutan lainnya di
menyatakan bahwa “Pemanfaatan kawasan
Indonesia.(Handayani et al., 2018)
hutan untuk pembangunan di luar kegiatan
kehutanan hanya dapat dilakukan pada Hukum kehutanan merupakan
kawasan hutan produktif dan hutan masalah yang sangat menarik untuk dikaji
lindung”. Kemudian pada Ayat 4 dan dianalisis karena berkaitan dengan
disebutkan bahwa “Dalam kawasan hutan bagaimana norma, aturan atau perundang-
lindung dilarang untuk ditambang dengan undangan di bidang kehutanan dapat
pola penambangan terbuka”. Jelas bahwa dilakukan dan dilaksanakan. Kehutanan
penambangan terbuka di kawasan hutan yang asalnya adalah anugerah dan titipan
lindung tidak diizinkan. Selain itu, selain Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
melanggar UU Kehutanan, juga salah satu kekayaan yang diatur oleh
mempertimbangkan pentingnya kawasan pemerintah, memberikan kemanfaatan
lindung dan kawasan konservasi sebagai bagi umat manusia dan oleh karena itu
sistem penyangga kehidupan.(Najicha, dalam hal ini ditangani dan dimanfaatkan
2021) sebesar-besarnya untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat secara lestari. dasar.
Hutan sebagai salah satu aspek dalam dengan peraturan pengelolaan kawasan
menunjang kehidupan dan sumber hutan agar tetap lestari. Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan konsep hukum
kesejahteraan rakyat, keberadaannya
yang kedua, yaitu hukum adalah norma-
semakin berkurang, oleh karena itu norma positif di dalam sistem perundang-
keberadaannya harus terus dijaga, undangan hukum nasional, ini berarti
bahwa hukum yang akan diteliti adalah
dipertahankan dan dikelola dengan akhlak
hukum positif yang merupakan konsep
yang mulia, adil, berwibawa, transparan normatif(Soetandyo, 1994 : 21).(Najicha
dan profesional serta bertanggung jawab & Handayani, 2018)
(Abdul dan Muhammad, 2011).(Politic Of ISI
Legislation In Indonesia About
Pembukaan izin pertambangan
Forestry.Pdf, n.d.) yang besar menyebabkan degradasi hutan
dan telah dimulai selama 32 tahun
METODE regenerasi hutan rezim Orde Baru,
menunjukkan secara jelas bagaimana
Dalam Penelitian ini merupakan sektor kehutanan memegang peran penting
penelitian yuridis doktrinal yang bersifat dalam perekonomian Indonesia. Pada masa
diskriptif, dengan pendekatan kualitatif. itu, hutan, serta sumber daya alam lainnya
habis sama sekali karena industri
Metode yang dipakai melalui Pendekatan
pembangunan kehutanan pada masa Orde
peraturanperundangundangan(statuteappro Baru dibangun semata-mata untuk
ach)danpendekatankonseptual(conceptuala mengejar nilai ekonomi, melayani
orientasi ekspor dan untuk memenuhi
pproach) yangberanjakkdari pandangan-
pembayaran utang luar negeri. Jika dirunut
pandangandan doktrin-doktrin yang dengan seksama, ternyata terlalu banyak
berkembang di dalam ilmu pembukaan izin pertambangan
menyebabkan degradasi itu sendiri terjadi
hukum.Pengumpulan data primer melalui
sejak pemerintahan Hindia Belanda
studi pustaka UUD NKRI 1945, UU No. dengan munculnya Kawasan Hutan 1865,
41 Tahun 1999 Tentang kehutanan, UU 1847, 1897, Ordonansi Hutan 1927 dan
No. 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan hingga Undang-Undang Nomor 41 tahun.
1999 tentang Kehutanan, PERPU Nomor 1
Mineral dan Batu Bara, dan UU No. 32
Tahun 2004 tentang Perubahan atas
Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999,
Pengelolaan Lingkungan terakhir berakhir Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2004 tentang Permohonan
Hidup.Pengumpulan data sekunder
Pemerintah Pengganti Undang-Undang
dilakukan terhadap hasil penelitian Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan
terdahulu, dan artikel yang berkaitan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan. Kemudian,
dibarengi dengan munculnya Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang harus mengajukan permohonan perluasan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan IPPKH kepada Menteri Kehutanan. Pasal
Hidup dan Undang-Undang Nomor 24 38 ayat (5) mengatur khusus untuk IPPKH
Tahun 2007 tentang Penanggulangan yang berdampak penting, cakupan luas,
Bencana (Handayani, Sulistiyono, et al., dan bernilai strategis, termasuk
2018).(Studies, 2021) pertambangan, izin yang dikeluarkan oleh
Menteri Kehutanan harus mendapat
persetujuan DPR RI. Perlu dikaji kembali
Potensi sumber daya alam yang sesuai dengan Pasal 19 UU Kehutanan
terkandung pada luasnya hutan Indonesia menyebut bahwa (Undang-Undang Nomor
merupakan sebuah modal dalam 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan Pasal
pembangunan nasional karena manfaatnya 19, 1999):
yang nyata bagi kehidupan dan a. Perubahan peruntukan dan fungsi
penghidupan bangsa, baik manfaat kawasan hutan ditetapkan oleh Pemerintah
ekologi, ekonomi, maupun sosial budaya dengan didasarkan pada hasil penelitian
secara seimbang dan dinamis. Karenanya terpadu.
hutan harus dikelola, dimanfaatkan secara
berkesinambungan dan dilindungi bagi b. Perubahan peruntukan kawasan hutan
kesejahteraan masyarakat Indonesia, baik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
generasi sekarang maupun yang akan berdampak penting dan cakupan yang luas
datang. Seiring dengan potensi yang besar serta bernilai strategis, ditetapkan oleh
tersebut, resiko yang besar pun Pemerintah dengan persetujuan Dewan
melingkupi.(Martines & Najicha, 2020) Perwakilan Rakyat. Prosiding Conference
On Law and Social Studies ISSN: 1978-
„ 1520 Faculty of Law – Universitas PGRI
Ketentuan Pasal 38 ayat (3) UU Madiun July 201x : first_page – end_pag
Kehutanan jelas bahwa untuk izin c. Ketentuan tentang tata cara perubahan
pertambangan yang meliputi kawasan peruntukan kawasan hutan dan perubahan
hutan harus mendapat izin dari Menteri fungsi kawasan hutan sebagaimana
Kehutanan. Izin menteri Kehutanan dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
meliputi pula luas kawasan hutan yang dengan Peraturan Pemerintah.(Studies,
akan dipergunakan untuk pertambangan, 2021)
serta jangka waktu berlakunya izin.
Dengan demikian Menteri Kehutanan Maka apabila DPR RI tidak
menetapkan berapa luas kawasan hutan menetapkan persetujuan atas tambang
yang dizinkan untuk usaha tersebut maka Mentri Kehutan tidak
pertambanganmelalui Izin Pinjam Pakai memiliki hak atau legalitas untuk
Kawasan Hutan (Selanjutnya disebut menerbitkan IPKH atau izin
IPPKH) sekaligus jangka waktu perluasan/perpanjangan tambang tersebut.
berlakunya IPPKH yang bersangkutan. Begitu pula pada Peraturan Presiden
Jika suatu perusahaan pemegang IPPKH Nomor 28 Tahun 2011 tentang
akan memperluas area pertambangan di Penggunaan Kawasan Hutan Lindung
kawasan hutan, maka perusahaan tersebut Untuk Penambangan telah mengatur
prosedural perizinan penambangan pada kebakaran hutan membuat banyak pihak
hutan lindung.(Studies, 2021) yang terganggu, baik tingkat daerah,
nasional dan bahkan tingkat internasional.
Selain akibat pertambangan, hutan Maka dari itu, dampak yang ditimbulkan
rusak ekosistemnya juga dapat diakibatkan dari adanya peristiwa kebakaran hutan
oleh kebakaran hutan di Indonesia salah yang terjadi di Indonesia, khususnya di
satunya adadi Kalimantan barat. Hutan Provinsi Kalimantan Barat yaitu sebagai
adalah salah satu bagian dari lingkungan berikut.
hidup Hutan juga merupakan modal
pembangunan nasional yang memiliki a. Kerugian aspek keuangan/ ekonomi.
manfaat yang nyata bagi kehidupan dan Peristiwa kebakaran hutan di Provinsi
penghidupan bangsa Indonesia, baik Kalimantan Barat menyebabkan berbagai
manfaat ekologi, sosial budaya maupun kerugian untuk masyarakat Indonesia,
ekonomi, secara seimbang dan dinamis mulai dari gangguan kesehatan, sosial,
(Yusuf & Makarao, 2011). Tindakan ekologi, ekonomi dan juga reputasi.
pembakaran hutan termasuk tindakan Kerugian kesehatan adalah yang paling
sengaja dengan melakukan tindakan jelas. Kebakaran hutan menjadi peristiwa
membakar sesuatu yang ditujukan untuk yang rutin terjadi saat musim kemarau
maksud tertentu. Pembakaran hutan terjadi di Indonesia. Iklim tropis yang
dengan penjalaran api yang bebas serta dimiliki Indonesia sangat berpengaruh
mengkonsumsi bahan bakar alam dari bagi kondisi alam terutama hutan dan
hutan seperti serasah, rumput, ranting/ berpotensi merugikan pertumbuhan
cabang pohon mati yang tetap berdiri, log, ekonomi jika tidak segera dihentikan.
tunggak pohon, gulma, semak belukar, Kondisi ekonomi negara Indonesia dinilai
dedaunan dan pohon-pohon (Saharjo, juga ikut merugi karena dengan terjadinya
2013). Selain itu, yang dimaksud dengan kebakaran hutan ini, sumber devisa negara
kebakaran ialah terbakarnya sesuatu dari produk hutan kayu dan non-kayu,
hingga menimbulkan bahaya atau serta ekowisata juga berkurang.
mendatangkan bencana. Kebakaran hutan Kemudian, di mata Internasional,
bisa terjadi sebagai akibat dari tindakan Indonesia juga mengalami kerugian
pembakaran yang tidak bisa dikendalikan reputasi karena menuai protes dari negara
karena prosesnya yang spontan alami, tetangga yang ikut terimbas asap
kelalaian manusia, ataupun tindakan yang kebakaran hutan.
dilakukan dengan sengaja.(Saputro et al.,
2021) b. Kerugian aspek kesehatan. Kerugian di
bidang kesehatan adalah yang paling jelas
Kebakaran hutan yang selalu dapat di amati. Asap dari adanya peristiwa
terjadi di Kalimantan Barat, tidak hanya kebakaran hutan menyebabkan berbagai
merusak lingkungan dan masyarakat penyakit, terutama infeksi saluran
Kalimantan Barat dari berbagai aspek pernapasan akut (ISPA) (Ellyvon, 2019).
kehidupan, tetapi juga membuat negara Selain itu, dengan adanya kualitas udara
tetangga dan dunia internasional yang dinilai buruk juga menjadi tantangan
melakukan protes terhadap Indonesia.
Kerusakan hutan yang disebabkan karena yang berat dan terus memberat bagi
Indonesia.
c. Kerugian aspek sosial dan budaya. memenuhi ganti rugi. Hal tersebut
Menurut WWF-Indonesia, organisasi non tentunya menjadi dasar bahwa Indonesia
pemerintah internasional yang menangani sebagai negara yang berlandaskan
masalah konservasi dan lingkungan, Undang-Undang harus bertanggung jawab
menyatakan bahwa kebakaran hutan di dan memberikan kompensasi kepada
Indonesia sudah seharusnya dinyatakan negara yang dirugikan terkait dengan
darurat, mengingat dampak dari bencana pencemaran udara akibat kebakaran hutan
ini sudah menyebabkan kerugian bagi yang terjadi di wilayah Indonesia.(Arum et
rakyat dan bangsa Indonesia dari berbagai al., 2021)
aspek. Akibat adanya kebakaran hutan,
masyarakat sekitar juga mengalami Selain dari kebakaran hutan yang
dampak kerugian sosial berupa hilangnya mengakibatkan pencemaran udara Namun,
hutan sebagai identitas masyarakat adat. di Indonesia, khususnya kota-kota besar,
ketersediaan air minum yang layak bagi
d. Kerugian kerusakan lingkungan hidup. masyarakat tidak dapat dihindari dari
Di samping adanya kerugian bidang masalah. Ada berbagai penyebab krisis air
kesehatan, sosial dan budaya, ekonomi, bersih di kota-kota besar di Indonesia.
kebakaran hutan dan lahan sudah Faktor-faktor yang menyebabkan turunnya
dipastikan berdampak terhadap kerusakan kualitas air adalah:
lingkungan hidup. Dengan adanya
kerusakan lingkungan hidup, maka hal ini Penggunaan lahan yang tidak membayar
akan berdampak karena nantinya bisa memperhatikan konservasi tanah dan air.
mematikan segala macam yang ada di Alih fungsi hutan dengan pembangunan
lingkungan hidup hutan tersebut, seperti banyak gedung di kota-kota besar tidak
binatang, biota-biota yang diperlukan sesuai dengan rasio yang digunakan lahan
sebagai penyeimbang kehidupan kita, untuk membuka lahan, sehingga
tumbuhan obatan, damar, kayu, buah- mengganggu proses penyerapan air hujan
buahan dan lain sebagainya.(Saputro et al., ke dalam tanah; Kondisi ini
2021) mengakibatkan tingginya rasio perubahan
penggunaan lahan yang harus disikapi
Kemudian berakibat pada dengan hati-hati karena berdampak pada
Kebakaran hutan yang menyebabkan penurunan daya dukung lingkungan yang
pencemaran udara dirasakan beberapa dapat mengganggu keseimbanganuatu
negara khususnya Malaysia dan Singapura. kawasan ekosistem (Alihar, 2018).
Hal ini menjadikan permasalahan pada Menurut (Swyngedouw, 2004),
kebakaran hutan di Riau ini menjadi keberhasilan sebuah kota sangat
masalah internasional karena tergantung pada kemampuannya untuk
menimbulkan pencemaran udara di negara mengatasi permasalahan lingkungan,
tetangga (transboundary pollution) khususnya dalam penyediaan air bersih.
sehingga negara Malaysia dan Singapura Tanpa peran Pemerintah dan Daerah
mengajukan protes terhadap Indonesia. Pemerintah dalam mengelola akses air
bersih, dipastikan nasib kota-kota besar
Komar Kantaatmadja menyatakan bahwa akan berpotensi menimbulkan konflik
perbuatan yang menyebabkan terjadinya
kerugian, menimbulkan kewajiban untuk
sosial akibat untuk mengakses air penting bagi kehidupan semua makhluk
bersih.(Survey et al., 2009) hidup. Hutan di Indonesia tidak hanya
terdiri atas hutan alami, tetapi ada juga
Setelah itu lalu dilakukan hutan buatan. Potensi sumber daya alam
penegakkan hukum, Penegakan hukum yang terkandung pada luasnya hutan
merupakan salah satu upaya yang Indonesia merupakan sebuah modal dalam
bertujuan untuk menjaga dan pembangunan nasional karena manfaatnya
meningkatkan ketertiban dan menajamin yang nyata bagi kehidupan dan
kepastian hukum dalam masyarakat. penghidupan bangsa, baik manfaat
Penegakan hukum ini dilaksanakan dengan ekologi, ekonomi, maupun sosial budaya
menggunakan fungsi, tugas dan wewenang secara seimbang dan dinamis. Oleh karena
Lembaga yang bertugas. Secara luas, yang itu kita tidak seharusnya merusak hutan
dimaksud dengan penegakan hukum engan merusak ekosistemnya yaitu melalui
adalah suatu bentuk dari pelaksanaan nilai pertambangan yang eksploitasinya
dari hasil analisis kaidah-kaidan dan sikap berlebihan, pembakaran hutan,
untuk mernertibkan dalam lingkungan pembangunan lahan dan lain sebagainya.
bermasyarakat, sehingga dalam Akibatnya dapat menimbulkan
pelaksanaanya penegakan hukum tidak pencemaran udara yang tidak hanya bagi
sebatas pelaksanaan peraturan perundang- negara kita saja namun negara lain juga
undangan atau keputusan hakim, selain itu merasakannya dan juga mulai sulitnya air
juga berkaitan dengan bermacam-macam bersih terutama di daerah perkotaan yang
factor yang mempengaruhinya, baik factor diakibatkan alih lahan yang semula hutan
yang mempengaruhinya secara langsung menjadi bangunan bangunan yang dapat
maupun tidak langusng.(Wicaksono & menyebabkan polusi. Oleh sebab itu
Najicha, 2021) pemerintah juga melakukan upaya
Dalam asas ultimum remidium ini penegakkan hokum dan mengaturnya
hanya bisa dilakukan apabila upaya hukum dalam undang undang agar masalah
yang lain seperti sanksi dan denda tidak tersebut dapat diatasi.
memberikan efek jera bahkan pelaku tidak
merasa bersalah terhadap perbuatannya.
Penegakan hukum pidana di bidang DAFTAR PUSTAKA
lingkungan tetap memperhatikan asas
ultimum remidium, namun pelaksanaan Arum, I. S., Ayu, I. G., Rachmi, K., &
asas ultimum remedium ini dilakukan
Najicha, F. U. (2021).
apabila dalam hal sanksi administratif
gagal memberikan efek jera kepada Pertanggungjawaban Indonesia
pelaku.(Wicaksono & Najicha, 2021) Terhadap Pencemaran Udara Akibat
KESIMPULAN Kebakaran Hutan dalam Hukum
Internasional. Justitia Jurnal Hukum,
Berdasarkan pemaparan di atas
bisa ditarik kesimpulan bahwa hutan 1(6), 38–47.
memegang peranan penting dalam
kehidupan manusia. Hutan memiliki peran Handayani, I. G. A. K. R., Sulistiyono, A.,
Leonard, T., Gunardi, A., & Najicha, Forestry.pdf. (n.d.).
F. U. (2018). Environmental
Saputro, J. G. J., Handayani, I. G. A. K.
management strategy in mining
R., & Najicha, F. U. (2021). Jurnal
activities in forest area accordance
Manajemen Bencana ( JMB )
with the based justice in Indonesia.
ANALYSIS OF LAW
Journal of Legal, Ethical and
ENFORCEMENT AND CONTROL
Regulatory Issues, 21(2).
EFFORT. 7(1), 27–36.
Martines, I. A., & Najicha, F. U. (2020). https://doi.org/10.33172/jmb.v7i1.692
Fungsi Perum Perhutani Kesatuan
Studies, S. (2021). Proceeding of
Pemangkuan Hutan (KPH) Surakarta
Conference on Law and Social
dalam Pengendalian Kebakaran
Studies. 28.
Hutan di Kawasan Gunung Lawu.
Jurnal Discretie, 1(3), 210–218. Survey, M. P., Designs, S., & Point, I.
(2009). 力石 真 1 ・藤原 章正 2 ・
Najicha, F. U. (2021). Oil and Natural Gas
張 峻屹 3 1. 196–205.
Management Policy in Realizing
Equal Energy in Indonesia. Journal of Wicaksono, I., & Najicha, F. (2021).
Human Rights, Culture and Legal Penerapan Asas Ultimum Remedium
System, 1(2), 71–79. Dalam Penegakan Hukum Di Bidang
https://doi.org/10.53955/jhcls.v1i2.8 Lingkungan Hidup. Paguruyuang

Najicha, F. U., & Handayani, I. G. A. K. Law Journal, 5(1), 47–56.

R. (2018). Politik Hukum Perundang https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/pa

– Undangan Kehutanan Dalam garuyuang

Pemberian Izin Kegiatan


Pertambangan Di Kawasan Hutan
Ditinjau Dari Strategi Pengelolaan
Lingkungan Hidup Yang
Berkeadilan. Jurnal Hukum Dan
Pembangunan Ekonomi, 5(1), 119–
134.
https://doi.org/10.20961/hpe.v5i1.183
58

Politic Of Legislation In Indonesia About

Anda mungkin juga menyukai