Anda di halaman 1dari 17

Penegakan Hukum Administrasi Negara Terhadap Izin

Pengelolaan Hutan Menurut Undang-Undang No. 41 Tahun 1999


tentang Kehutanan

Krisna Indrawan1, Roy Ricardo2, Yoga Wiranata3

Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidkan (FKIP)


Universitas Muhammadiyah Kotabumi

Abstract

Forests are very important in the life and environmental conservation that
management needs to be improved to realize the role and function optimally. As for
the forest management permit consists of; forest utilization license, permit utilization
of environmental services, permits for harvesting timber and non- timber, each of the
production forests and protected areas and permit utilization of timber and non-
timber forest production. The method used is normative research method is a
procedure of scientific research to find out the truth based on scientific logic of the
normative legal.

Kata kunci, keyword : Forest, Conservation, Legal

Pendahuluan

Menurut Abdul Muis, masalah yang sangat menarik

Hukum Kehutanan adalah untuk dianalisis karena sangat


berkaitan erat dengan Apabila berbicara tentang

penerapan peraturan hukum kehutanan tidak

perundang-undangan tentang terlepas dari permasalahan

hukum kehutanan. Hutan lingkungan hidup, karena

merupakan Karunia dan berbagai persoalan selama ini

amanah dari Tuhan Yang Maha banyak yang tidak

Esa yang mana merupakan terselesaikan. Pengelolaan

harta kekayaan yang diatur sumber daya alam dan

oleh pemerintah guna untuk lingkungan hidup yang

memberikan kemakmuran bagi dilakukan tidak sesuai dapat

rakyat secara menimbulkan adanya krisis

berkesinambungan. Oleh sebab pangan, krisis air, krisis energi,

itu hutan wajib dijaga, dan kerusakan lingkungan.

ditangani, dan digunakan Kerusakan ini merupakan

secara maksimal. Hutan juga indikasi betapa buruknya

merupakan salah satu penentu pengelolaan sumber daya alam

penyangga kehidupan dan dan lingkungan hidup di

sumber kesejahteraan rakyat, Indonesia termasuk di bidang

oleh karena itu eksistensi nya kehutanan. Salah satu contoh

harus dijaga secara terus kerusakan hutan di Indonesia

menerus agar tetap abadi dan adalah kegiatan pertambangan

ditangani dengan budipekerti yang dilakukan dalam berbagai

yang luhur, berwibawa, serta bentuk dan taktik sehingga

bertanggung jawab. sulit untuk di identifikasi atau


dilacak. Pemerintah seharusnya diperhatikan oleh pemerintah

segera mengambil sikap pusat maupun pemerintah

tentang daerah. Sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang Nomor


hal ini, seperti contohnya
41 Tahun 1999 tentang
melakukan reboisasi
Kehutanan, Pasal 1 ayat (1)
(penanaman kembali) hutan-
Kehutanan adalah sistem
hutan yang telah gundul.
pengurusan yang bersangkut
Pemerintah juga harus slalu
paut dengan hutan, kawasan
melakukan sosialisasi di
hutan, dan hasil hutan yang
daerah-daerah mengenai betapa
diselenggarakan secara
pentingnya hutan bagi
terpadu. Pasal 2 ayat (2) Hutan
kehidupan kita. Kesadaran juga
adalah suatu kesatuan
sangat diperlukan dalam hal
ekosistem berupa hamparan
ini, karena tanpa kesadaran dari
lahan berisi sumber daya alam
dalam diri kita, semua itu
hayati yang didominasi
hanya akan menjadi angin lalu.
pepohonan dalam persekutuan
Jadi kita sebagai ciptaan Tuhan
alam lingkungannya, yang satu
harus selalu menjaga dan
dengan yang lainnya tidak
melestarikan sesuatu yang telah
dapat dipisahkan.
diciptakannya.

Selain itu terjadi tumpang


Bahwa kegiatan
tindih antara kementerian
pertambangan liar dapat terjadi
karena memiliki kepentingan
karena adanya masalah
dan tujuan yang berbeda beda.
perizinan yang kurang
Padahal sebagaimana diatur konservasi sebagai sistem

dalam Undang-Undang No. 41 penyangga kehidupan.

Tahun 1999 tentang kehutanan


Berbicara mengenai
Pasal 38 ayat (1) menyatakan
mekanisme perizinan
bahwa penggunaan kawasan
pengelolaan hutan dapat
hutan untuk kepentingan
mempresentasikan praktek
pembangunan di luar kegiatan
usaha pemanfaatan hasil usaha
kehutanan hanya dapat
kayu secara keseluruhan dan
dilakukan di dalam kawasan
menyeluruh, mekanisme
hutan produksi dan kawasan
perizinan yang profesional,
hutan lindung. Kemudian
transparan, dan tanggung
dilanjutkan dalam ayat (4)
gugat, minimal menghasilkan
bahwa pada kawasan hutan
pemilik izin yang tangguh
lindung dilarang melakukan
proporsional, tangguh, serius
penambangan dengan pola
dan berkomitmen terhadap
pertambangan terbuka. Kedua
pengelolaan areal konsesinya,
hal tersebut menjelaskan
sehingga pemanfaatan hasil
bahwa pertambangan terbuka
hutan kayu yang profesional
di kawasan hutan lindung jelas
dapat di praktekkan, namun
tidak diizinkan. Hal ini
praktek perizinan yang
dikarenakan selain melanggar
diskriminatif sarat dengan
undang undang kehutanan juga
praktek korupsi dan kolusi
Akan merusak kawasan
birokrasi, yang menghasilkan
lindung dan kawasan
konglomerasi dan berdampak
pada minimalisasi pemanfaatan perizinan pengelolaan hutan,

hutan dalam jangka pendek. seorang warga negara

diberikan suatu perkenaan


Dalam hal ini jenis dan
untuk melakukan sesuatu
prosedur perizinan lingkungan
aktivitas yang semestinya
masih beraneka ragam, rumit
dilarang. Ini berarti, yang
dan sukar ditelusuri, sehingga
esensial dari perijinan
menjadi hambatan bagi
penebangan hutan adalah
kegiatan dunia industri. Izin
larangan suatu tindakan,
sebagai sarana hukum
kecuali diperkenakan dengan
merupakan suatu persetujuan
izin.
dari penguasa berdasarkan

peraturan perundang- Dengan demikian

undangan. Pemegang izin ketentuan-ketentuan perizinan

dilarang melakukan Tindakan mutlak dicantumkan keluasan

menyimpang dari ketentuan- perkenaan yang dapat diteliti

ketentuan hukum administrasi batas-batasnya bagi setiap

negara tersebut. Dengan kegiatan. Mekanisme perizinan

memberi izin, penguasa pengelolaan hutan memiliki

memperkenankan pemohon tumpuan prosedur Hukum

melakukan tindakan-tindakan Administrasi Negara dalam

spesifik yang sebenarnya penerbitan izin pengelolaan

dilarang. Dengan kata lain izin hutan. Untuk izin pengelolaan

adalah suatu perkenaan dari hutan diberikan secara tertulis

suatu larangan. Melalui dalam bentuk penetapan organ


pemerintahan. Karenanya kaitannya dengan pengelolaan

dalam penerbitan izin hutan? Dan yang kedua apakah

pengelolaan hutan yang keliru penegakan Hukum

atau tidak cermat serta tidak Administrasi Negara yang

memperhitungkan dan dikeluarkan dalam pemberian

mempertimbangkan izin pengelolaan hutan sudah

kepentingan lingkungan akan sesuai dengan pengelolaan

berakibat pada ketergantungan lingkungan hidup yang

keseimbangan ekologis yang berkeadilan? Kemudian tujuan

sulit direhabilitasi. penulisan yang hendak dicapai

dalam penulisan jurnal ini ialah


Maka dari itu penulis akan
pertama untuk mengetahui
menjelaskan dan menjabarkan
penerapan hukum serta
lebih lanjut bagaimana
penegakan Hukum
penegakan Hukum
Administrasi Negara dalam
Administrasi Negara dalam
kaitannya dengan pengelolaan
memberikan izin pengelolaan
hutan. Serta yang kedua untuk
hutan menurut Undang-
mengetahui apakah penegakan
Undang No. 41 Tahun 1999
Hukum Administrasi Negara
tentang kehutanan. Adapun
yang dikeluarkan dalam
rumusan masalah yang akan
pemberian izin pengelolaan
dibahas dalam penulisan jurnal
hutan sudah sesuai dengan
ini yakni pertama bagaimana
pengelolaan lingkungan hidup
penegakan Hukum
yang berkeadilan.
Administrasi Negara dalam
Bahwa penelitian tentang Adapun sumber yang

penegakan Hukum digunakan adalah sumber data

Administrasi Negara dalam primer dan sumber data

memberikan izin pengelolaan sekunder. Sumber data primer

hutan menggunakan jenis terdiri dari Undang-Undang

penelitian hukum normatif, Dasar Negara Republik

yaitu suatu penelitian yang Indonesia Tahun 1945 dan

merupakan proses untuk Undang-Undang No. 41 Tahun

menemukan aturan hukum, 1999 tentang Kehutanan.1

prinsip-prinsip hukum yang Sedangkan pengumpulan data

menjadi permasalahan. Metode sekunder yakni terdiri dari

pendekatan yang digunakan artikel-artikel yang berkaitan

adalah pendekatan konseptual dengan pengaturan Hukum

(conceptual approach) yang Administrasi Negara dalam

berpinjak dari pandangan- menerapkan pengelolaan hutan

pandangan dan doktrin yang agar tetap sesuai dengan

berkembang, serta pendekatan pengelolaan lingkungan hidup

perundang-undangan (statue yang berkeadilan.

approach) dengan menelaah


Metode yang digunakan
berbagai peraturan perundang-
untuk menganalisis data adalah
undangan yang memiliki
analisis kualitatif, yaitu data
keterkaitan dengan topik
yang diperoleh kemudian
penelitian.
disusun secara sistematis dan

1.
selanjutnya dianalisis secara skripsi. Metode kualitatif

kualitatif untuk mencapai dilakukan guna mendapatkan

kejelasan masalah yang akan data yang bersifat deskriptif

dibahas dan hasilnya tersebut berupa data-data yang akan

dituangkan dalam bentuk diteliti.

Hasil dan Pembahasan

Penegakan Hukum Administrasi pengelolaannya di Indonesia.2


Negara dalam Kaitannya dengan
Pengelolaan Hutan Berkaitan dengan peraturan

perundang-undangan yang berada di


Posisi Undang-Undang Dasar
bawah Undang-Undang Dasar 1945,
1945 sebagai hukum dasar
Undang-Undang No. 41 Tahun 1999
memberikan legal consequence
tentang Kehutanan mengatur tentang
bahwa setiap materi peraturan
penyelenggaraan kehutanan, yang
perundang-undangan yang berada di
mana pemerintah menyerahkan
bawahnya tidak boleh bertentangan
sebagian kewenangan kepada
dengan materi-materi yang terdapat
pemerintah daerah.
dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam hal perizinan, yang
Undang-Undang Dasar 1945 yang
berwenang mengeluarkan izin adalah
menentukan garis besar, arah, isi dan
pejabat administratif, kaitannya
bentuk hukum yang akan
adalah dengan tugas pemerintah
diberlakukan di Indonesia, termasuk
dalam hal memberikan pelayanan
arah kebijakan hukum dan politik
umum kepada masyarakat.
hukum kehutanan dan
2
Pemerintahan daerah dalam pencegahan dan pemberantasan

mengurus kewenangannya perusakan hutan; b) pemenuhan

mengeluarkan kebijakan berbentuk kebutuhan sumber daya aparatur

Pemerintah Daerah, keputusan pengamanan hutan; c) insentif bagi

kepala daerah, dan peraturan lainnya. para pihak yang berjasa dalam

Produk hukum daerah ada yang menjaga kelestarian hutan; d) peta

bersifat pengaturan dan ada yang penunjukan kawasan hutan dan/atau

bersifat penetapan. Produk hukum koordinat geografis sebagai dasar

yang bersifat pengaturan yuridis batas kawasan hutan; dan e)

memberikan aturan yang berlaku pemenuhan kebutuhan sarana dan

umum terhadap suatu bidang.3 Salah prasarana pencegahan dan

satu bentuk perwujudan kewenangan pemberantasan perusakan hutan.4

tersebut adalah perizinan. Perizinan Dalam hal ini pemerintah dan

sebagai bentuk ketetapan merupakan pemerintah daerah sesuai dengan

tindakan sepihak dari administrasi kewenangannya yakni menetapkan

negara. sumber kayu alternatif dengan

Pemerintah dan/atau mendorong pengembangan hutan

Pemerintah Daerah berkewajiban tanaman yang produktif dan

melakukan pencegahan perusakan teknologi pengolahan. Upaya

hutan. Dalam rangka pencegahan pencegahan perusakan hutan

perusakan hutan, Pemerintah dilakukan melalui penghilangan

membuat kebijakan berupa: a) kesempatan dengan meningkatkan

koordinasi lintas sektor dalam peran serta masyarakat.

3
4
Untuk mengatasi penebangan dapat benar-benar memberikan

hutan dan sekaligus juga perambahan implikasi yang menyeluruh terhadap

hutan, kiranya pemerintah perlu perbaikan pembangunan nasional.

melakukan restrukturisasi atas Upaya penegakan sanksi

kelembagaan ini sebagaimana yang administrasi oleh pemerintah daerah

diamanatkan dalam program ketiga secara konsisten sesuai dengan

Departemen Kehutanan yaitu: kewenangan yang ada akan

restrukturisasi kelembagaan sektor berdampak bagi penegakan hukum,

kehutanan, dengan cara antara lain dalam rangka menjaga kelestarian

perlu dibentuk unit-unit pengelolaan fungsi lingkungan hidup.

hutan untuk setiap unit kawasan Sehubungan dengan hal ini, maka

hutan di bawah satuan kerja yang penegakan sanksi administrasi

telah ada dengan fasilitas yang merupakan garda terdepan dalam

memadai. Mewujudkan supremasi penegakan hukum lingkungan. Jika

hukum melalui upaya penegakan sanksi administratif dinilai tidak

hukum serta konsisten akan efektif, maka upaya kedua yang

memberikan landasan kuat bagi dapat dilakukan ialah sanksi pidana.

terselenggaranya pembangunan, baik Kegiatan penegakan hukum pidana

dibidang ekonomi, politik, sosial terhadap suatu tindak pidana

budaya, pertahanan keamanan. lingkungan hidup baru dapat dimulai

Namun dalam kenyataan untuk apabila aparat yang berwenang telah

mewujudkan supremasi hukum menjatuhkan sanksi administrasi dan

tersebut masih memerlukan proses telah menindak pelanggar dengan

dan waktu agar supremasi hukum menjatuhkan suatu sanksi


administrasi tesebut, namun ternyata diusahakan peningkatan dampak

tidak mampu menghentikan positif dan mengurangi dampak

pelanggaran yang terjadi, atau antara negatif. Kewenangan pemerintah

perusahaan yang melakukan untuk mengatur merupakan suatu hal

pelanggaran dengan pihak yang telah ditetapkan oleh Undang-

masyarakat yang menjadi korban Undang. Dari sisi Hukum

akibat terjadi pelanggaran, sudah Administrasi Negara, kewenangan

diupayakan penyelesaian sengketa ini di sebut dengan kewenagan

melalui mekanisme alternatif di luar atribusi, yaitu kewenangan yang

pengadilan dalam bentuk melekat pada badan-badan

musyawarah, perdamaian, dan pemerintah yang diperoleh dari

negosiasi, namun upaya yang Undang-Undang. Dengan demikian,

dilakukan menemui jalan buntu, dan badan-badan pemerintah yang

atau litigasi melalui pengadilan berwenang memiliki legitimasi

perdata, namun upaya tersebut juga (kewenangan bertindak dalam

tidak efektif, baru dapat digunakan pengertian politik) untuk

instrumen penegakan hukum pidana menjalankan kewenangan

lingkungan hidup. hukumnya. Karena masalah

Pada dasarnya setiap kegiatan legitimasi adalah persoalan

pembangunan akan menimbulkan kewenangan yaitu kewenangan

perubahan yang bersifat positif menerapkan sanksi seperti

ataupun negatif. Untuk mewujudkan pengawasan dan pemberian sanksi

pembangunan yang berwawasan yang merupakan suatu tugas

lingkungan hidup, maka perlu


pemerintah seperti yang diamanatkan Peraturan Daerah. Untuk mengatasi

oleh Undang-Undang. banyaknya pengelolaan hutan maka

Penegakan Hukum diperlukan pengolaan kawasan hutan

Administrasi Negara yang dapat yang baik seperti larangan menebang

dilakukan pemerintah daerah yaitu pohon di kawasan hutan dan

Pengawasan pengawasan preventif pemanajemenan pengelolaan hutan

dan pengawasan represif. seperti system tembang pilih

Pengawasan preventif dilakukan langsung tanam. Bentuk sanksi

antara lain pembinaan kesadaran administrasi dapat berupa Denda,

hukum aparatur dan masyarakat, Penghentian sementara

peningkatan profesionalisme aparatur usaha/kegiatan dan Pencabutan izin.

pelaksana dan peningkatan peran dan

fungsi pelaporan, sedangkan Penegakan Hukum Administrasi


Negara dalam Pemberian Izin
pengawasan represif meliputi
Pengelolaan Hutan Sesuai dengan
tindakan penertiban terhadap
Pengelolaan Lingkungan Hidup
perbuatan-perbuatan warga yang Berkeadilan
Sebagaimana diatur dalam
masyarakat yang melanggar
Undang-Undang No. 41 Tahun 1999
ketentuan dalam Peraturan Daerah
bahwa salah satu dimensi dari empat
dan peraturan pelaksanaannya
pilar pokok penyelenggaraan
penyerahan penanganan pelanggaran
pengurusan sumber daya hutan
Peraturan Daerah kepada Lembaga
diimplementasikan melalui
Peradilan dan pengenaan sanksi
perencanaan kehutanan, yang
administratif dan hukuman disiplin
dilaksanakan secara transparan,
kepada para pegawai yang melanggar
bertanggung-gugat, partisipatif,
terpadu, serta memperhatikan selaras, serasi, dan seimbang dengan

kekhasan dan aspirasi daerah, fungsi lingkungan hidup. Sebagai

sehingga dapat memberikan konsekuensinya, kebijakan, rencana,

pedoman dan arah dalam tercapainya dan/atau program pembangunan

tujuan penyelenggaraan kehutanan harus dijiwai oleh kewajiban

untuk sebesar-besar kemakmuran melakukan pelestarian lingkungan

rakyat yang berkeadilan dan hidup dan mewujudkan tujuan

berkelanjutan. Penyelenggaraan pembangunan berkelanjutan.

Perencanan hutan dilakukan dengan Kawasan hutan adalah wilayah

empat kegiatan pokok yakni: tertentu, yang ditunjuk dan

a. Inventarisasi hutan; ditetapkan oleh pemerintah untuk

b. Pengukuhan dan dipertahankan keberadaannya

Penatagunaan Kawasan sebagai hutan tetap. Kawasan hutan

Hutan; perlu ditetapkan untuk menjamin

c. Pembentukan wilayah kepastian hukum mengenai status

pengelolaan hutan; dan kawasan hutan, letak batas dan luas

d. Penyusunan rencana suatu wilayah tertentu yang sudah

kehutanan, serta ditunjuk sebagai kawasan hutan

pengendalian penggunaan menjadi kawasan hutan tetap.

kawasan hutan. Sebagai salah satu pilar sistem

penyangga kehidupan, kebijakan

Selain itu, Undang-Undang pengelolaan hutan harus dapat

Nomor 41 Tahun 1999 menuntut memberikan manfaat yang sebesar-

penggunaan sumber daya alam yang besarnya bagi kesejahteraan


masyarakat. Pada dasarnya, hutan Menurut R. Ozaer salah satu

mempunyai dua sisi yang tidak dapat cara pengelolaan hutan ialah dengan

dipisahkan, yakni hutan sebagai cara metode pengelolaan hutan

sumber daya alam dan hutan sebagai secara modern. Dalam hal ini

ekosistem. Hutan sebagai sumber terdapat beberapa akibat atau

daya alam menyimpan potensi konsekuensi yang harus diyakini

pemanfaatan yang digunakan untuk dalam pengelolaan hutan secara

tujuan kepentingan pembangunan modern, yakni sebagai berikut:

nasional, sejalan dengan amanat


a. Bahwa hutan dan masyarakat
Pasal 33 ayat (3) UUD 1945. Dalam
setempat merupakan dua hal
arti bahwa hutan dapat dilindungi,
yang tidak dapat dipisahkan.
dipelihara, dilestarikan dan
Maka dari itu pengelolaan
dimanfaatakan dengan tetap
hutan harus berubah dari
memperhatikan sifat, karakteristik
kepentingan memperoleh
dan keutamaannya, secara optimal
keuntungan finansial ke
demi kepentingan pembangunan
kepentingan dan kebutuhan
nasional.
masyarakat, khususnya yang

bertempat tinggal dikawasan

hutan, dimana masyarakat

menjadi pelaku utama.

b. Dalam hal pengelolaan hutan

secara konvensional, yang

awalnya hanya berorientasi

pada hasil utama yaitu kayu


harus diubah menjadi harus diimplementasikan dalam

pengelolaan hutan yang setiap regulasi dan kebijakan

berorientasi pada sumber daya pengelolaan hutan. Selain itu,

alam yang bersifat multi- penerapan ini juga harus tercermin

produk, baik hasil hutan kayu dalam sikap dan perilaku para pihak

maupun non kayu, jasa yang berkepentingan agar dapat

lingkungan serta manfaat hutan dilaksanakan hingga level terendah.

lain. Dalam Undang-Undang No. 41

Tahun 1999, paradigma pengelolaan

hutan yang berbasis ekosistem dan

masyarakat diimplementasikan
Dalam teori pengelolaan hutan
dalam prinsip pengelolaan hutan
modern yang dikemukakan oleh MR.
yang bertujuan untuk meningkatkan
Koelling dari Department of Forestry
kemampuan untuk mengembangkan
Michigan State University bahwa
kapasitas dan keberdayaan
pemanfaatan hutan yang menjadi
masyarakat secara partisipatif,
bagian dari sistem pengelolaan hutan
berkeadilan, dan berwawasan
harus dapat memberikan jaminan
lingkungan sehingga mampu
bahwa ekosistem hutan dan berbagai
menciptakan ketahanan sosial dan
sumber daya yang terkandung di
ekonomi serta ketahanan terhadap
dalamnya akan dapat memberikan
akibat perubahan eksternal. Prinsip
keuntungan lebih bagi masyarakat
tersebut kemudian diwujudkan
dan bagi keseimbangan alam.
melalui pembinaan dan penyuluhan
Idealnya, pengelolaan hutan yang
kehutanan kepada masyarakat serta
berbasis ekosistem dan masyarakat
optimalisasi peran aktif masyarakat subsidi). Penarikan kembali suatu

dalam pengelolaan hutan. keputusan yang menguntungkan

tidak selalu perlu didasarkan pada

Penutup suatu peraturan perundang-

undangan. Hal ini tidak termasuk


Upaya penegakan Hukum
apabila keputusan tersebut berlaku
Administrasi Negara terkait izin
untuk waktu yang tidak tertentu dan
pengelolaan hutan menurut Undang-
menurut sifanya dapat diakhiri atau
Undang No. 41 Tahun 1999 terdapat
ditarik kembali (izin, subsidi
beberapa sanksi yang sering
berkala).
digunakan pemerintah daerah dalam

penegakan hukum lingkungan,

diantaranya Bestuursdwang.
Referensi

Bestuursdwang (paksaan Buku & Jurnal

pemerintahan) diuraikan sebagai Atika Rahmadanty, I Gusti Ayu


Ketut Rachmi Handayani,
tindakan-tindakan yang nyata dari Fatma Ulfatun Najicha.
Kebijakan Pembangunan
pengusaha guna mengakhiri suatu Kesatuan Pengelolaan Hutan
Di Indonesia: Suatu Terobosan
keadaan yang dilarang oleh suatu Dalam Menciptakan
Pengelolaan Hutan Lestari.
kaidah hukum administrasi atau (bila Al’ Adl : Jurnal Hukum,
Volume 13 Nomor 2, Juli
masih) melakukan apa yang 2021.

seharusnya ditinggalkan oleh para Bachsan Mustafa. Sistem Hukum


Administrasi Negara
warga karena bertentangan dengan Indonesia. Bandung: Citra
Aditya Bakti. 2001
Undang-Undang. Penarikan kembali
Fatma Ulfatun Najicha.
keputusan (ketetapan) yang Konstitusionalitas Pengelolaan
Migas dalam Mewujudkan
menguntungkan (izin pembayaran, Kedaulatan Energi Indonesia.
Pena Justisia: Vol. 19, No. 2, UNS Vol IV No. 2 Juli-
December, 2020. Desember 2017.

Helmi. Hukum Perizinan Septya Hanung Surya Dewi, I Gusti


Lingkungan Hidup. Jakarta: Ayu Ketut Rachmi Handayani,
Penerbit Sinar Grafika. 2012. Fatma Ulfatun Najicha.
Kedudukan dan Perlindungan
Intan Sekar Arum, I Gusti Ayu Ketut Masyarakat Adat dalam
Rachmi Handayani, Fatma Mendiami Hutan Adat. Volume
Ulfatun Najicha. 4 Nomor 1 Desember 2020.
Pertanggungjawaban
Indonesia Terhadap
Pencemaran Udara Akibat
Kebakaran Hutan Dalam
Hukum Internasional. Volume
1 No 6 Bulan April Tahun
2021 ISSN Cetak: 2579-9983,
E-ISSN: 2579 6380.

Najicha, Fatma Ulfatun, dan I Gusti


Ayu Ketut Rachmi Handayani.
Politik Hukum Perundang-
undangan Kehutanan dalam
Pemberian Izin Kegiatan
Pertambangan di Kawasan
Hutan Ditinjau dari Strategi
Pengelolaan Lingkungan
Hidup yang Berkeadilan.
Jurnal Pasca Sarjana Hukum

Anda mungkin juga menyukai