Anda di halaman 1dari 26

MANFAAT SUMBERDAYA HUTAN

(Laporan Praktikum Pengantar Konservasi Sumber Daya Hutan)

Oleh

Mayang Puri Lestari


2314151020
Kelompok 3

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2024
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hutan adalah sejumlah besar pepohonan yang tumbuh pada areal yang relatif
luas, dan lingkungannya tidak ditentukan oleh suhu, kelembapan, cahaya, angin,
dan lain-lain, tetapi selama tumbuh pada areal yang cukup maka tumbuhan dan
pepohonan dapat tumbuh terpengaruh di tempat cukup rapat. Menurut Undang-
Undang Kehutanan Nomor 41 Tahun 1999, yang dimaksud dengan suatu kesatuan
ekosistem berupa suatu kawasan daratan yang mengandung sumber daya alam
hayati yang dalam lingkungan alamnya didominasi oleh pepohonan, dan tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Hutan fungsional merupakan penggolongan
hutan berdasarkan pemanfaatannya. Berdasarkan Undang-Undang Kehutanan No.
41 Tahun 1999, hutan dikelompokkan menjadi tiga jenis berdasarkan fungsinya:
hutan konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi (Armiwal et al., 2019).
Sumber daya hutan adalah segala sesuatu yang dapat diperoleh dari hutan
untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat. Sumber daya hutan
merupakan aset hutan yang bermanfaat bagi kita semua, baik benda mati maupun
makhluk hidup yang berada di dalam hutan. Hutan sebagai bagian dari sumber
daya alam negara mempunyai peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat. Telah menjadi kesepakatan internasional bahwa hutan yang memiliki
fungsi penting bagi kehidupan di seluruh dunia harus dipromosikan dan dilindungi
dari berbagai praktik yang menyebabkan kerusakan ekosistem dunia (Damanik et
al., 2021 ).
Sumber daya hutan mengacu pada semua hasil yang diperoleh dari hutan,
yang nilainya dapat diukur berdasarkan manfaatnya bagi manusia. Manfaatnya
antara lain satwa liar, daerah aliran sungai, produk kayu dan non-kayu seperti
buah-buahan, kacang-kacangan, rotan, karet, damar, madu, rempah-rempah,
jamur, akar-akaran, kayu bakar, dan serat. Komponen non-kayu pada hutan,
semak belukar dan sumber daya tanaman merupakan bagian penting dari pasokan
makanan bagi manusia dan satwa liar. Sumber daya hutan menyediakan berbagai
zat yang memenuhi kebutuhan dasar manusia, seperti makanan, bahan bakar,
tempat tinggal, dan obat-obatan (Rezekiah et al., 2021).

1.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui manfaat sumber daya hutan dalam kehidupan.
2. Menganalisa, mendeskripsikan dan memberikan contoh manfaat sumber daya
hutan.
3. Menyusun dan membuat matriks manfaat sumber daya hutan berdasarkan
kebutuhan manusia.
4. Melakukan interpretasi hasil studi literatur dan matriks ke dalam laporan
ilmiah.
2. METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 27 Februari 2024. Bertempat
di ruang kelas 2.1 Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

2.2. Alat dan Bahan


Pada praktikum ini alat yang digunakan adalah alat tulis dan laptop. Bahan
yang digunakan adalah modul praktikum pengantar sumberdaya hutan dan
beberapa sumber referensi lainnya.

2.3. Metode Praktikum


Metode praktikum yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengeksplorasi dan mengumpulkan referensi dari berbagai sumber.
2. Melakukan kajian dan analisa literatur tentang manfaat sumber daya hutan.
3. Mengumpulkan informasi, menyusun dan membuat matriks manfaat sumber
daya hutan berdasarkan kebutuhan manusia.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil
Hasil yang didapatkan pada praktikum pertama penghantar konservasi
sumberdaya hutan adalah :
a. Matriks Manfaat SDH
KELOMPOK : 3 (Tiga)
LOKASI : Gedung Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung
HARI/TANGGAL : Selasa, 27 Februari 2024

Tabel 1.1 Manfaat Sumberdaya Hutan Bernilai Ekonomi


No. Jenis SDH Deskripsi
1. Satwa Liar
a. Gajah Sumatera Pembangunan pusat konservasi gajah dengan pola
ekowisata bukanlah hal yang baru di lakukan di
Indonesia. Pembangunan kawasan konservasi gajah
di sekitar Danau Toba juga telah memunculkan
berbagai interaksi sosial sesuai dengan
kepentingannya (Situmorang et al., 2019). Dalam
konteks kerja sama antar-instansi pengelola dan
jaringan yang terbentuk selama proyek di Danau
Toba, serta hubungannya dengan instansi-instansi,
badan usaha, dan masyarakat di sekitarnya, dapat
ditemukan interaksi yang beragam. Keberadaan
mereka sebagai stakeholders atau pihak yang
berkepentingan (Mcgrath et al., 2017)
1.1 Tabel Lanjutan
No. Jenis SDH Deskrips
b. Monyet Ekor Monyet ekor panjang memiliki kemampuan yang
Panjang baik dalam berinteraksi dengan manusia. Mereka
bahkan dapat menjadi sumber penghasilan bagi
masyarakat setempat ketika habitat mereka menjadi
tujuan wisata. Eduwisata tentang primata memiliki
peluang yang baik untuk dikembangkan, asalkan
perilaku agresif monyet dapat dikendalikan (Fitria
et al., 2021).
2. Kayu
a. Kayu Gaharu Gaharu telah lama dimanfaatkan sebagai bahan
obat tradisional, salah satunya sebagai obat
penenang. Perkembangan kedokteran modern kini
semakin mengakui manfaat gaharu untuk
kesehatan. Hal ini menyebabkan permintaan gaharu
untuk keperluan farmasi semakin meningkat.
Peningkatan permintaan ini menjadikan intensitas
pemanenan dan perdagangan gaharu ikut
meningkat. Untuk memastikan ketersediaan gaharu
di masa depan, dibutuhkan pengelolaan sumber
daya yang berkelanjutan mengingat gaharu juga
banyak dimanfaatkan di berbagai industry
(Prehaten et al., 2014).
b. Kayu Jati Kegiatan pengembangan kayu jati selain
menghasilkan manfaat ekonomi juga menghasilkan
limbah eksploitasi hutan. Limbah eksploitasi hutan
merupakan bagian pohon yang sebenarnya dapat
dimanfaatkan, namun karena berbagai sebab
terpaksa ditinggalkan di hutan. Limbah eksploitasi
atau pemanenan hutan dapat berupa kayu bulat
yang merupakan bagian dari batang komersial,
potongan pendek, akar, cabang dan ranting
(Nopiana et al., 2016).
1.1 Tabel Lanjutan
No. Jenis SDH Deskripsi
3. Flora (Biofarmaka)
a. Sirih Merah Sirih merah memiliki potensi sebagai obat dengan
senyawa antioksidan dalam daunnya. Sirih merah
mempunyai khasiat yaitu dapat membantu
menurunkan kadar gula darah. Namun, belum ada
konsentrasi daun sirih merah yang tepat untuk efek
tersebut. (listiana et al., 2019).
b. Jarak Pagar Di Indonesia minyak nabati dari tanaman jarak
pagar dapat diolah menjadi bahan bakar pengganti
minyak bumi atau pengganti energi fosil (solar,
minyak tanah, dan minyak bakar). Jarak pagar juga
dapat digunakan menjadi sumber energi (BBM)
alternatif dan menjadi bahan bakar hayati. (Gomes,
2016).
4. Jasa Lingkungan
a. Perdagangan Perdagangan karbon merujuk kepada aktivitas jual
Karbon (Carbon beli sertifikat kredit karbon. Yang menjadi objek
Trading) perdagangan tidak langsung karbon atau gas
polutan di udara, melainkan upaya-upaya yang
dilakukan untuk mengontrol atau mengurangi emisi
gas rumah kaca di atmosfer. Tidak seperti yang bisa
ditafsirkan dari namanya, perdagangan karbon tidak
membahas langsung tentang karbon sebagai polutan
udara, melainkan mengenai tindakan-tindakan yang
dilakukan untuk membatasi pelepasan gas-gas yang
berpotensi meningkatkan efek rumah kaca dan
perubahan iklim (Azizi et al., 2023).
b. Pemanfaatan Aliran Salah satu jasa lingkungan penting yang dihasilkan
Air hutan lindung adalah aliran air. Air dari hutan
tersebut telah dimanfaatkan untuk beberapa
keperluan antara lain pembangkit listrik tenaga
mikro hidro (PLTMH), irigasi sawah, dan
memenuhi kebutuhan air minum bagi rumah
tangga. Di
1.1 Tabel Lanjutan
No.
beberapa wilayah di Indonesia, air dari hutan
lindung bahkan telah dikelola untuk diolah menjadi
air minum dalam kemasan yang diminum
masyarakat setempat. Dengan demikian,
pemanfaatan air hutan lindung tidak hanya terbatas
pada kebutuhan primer saja, tetapi juga telah
diaplikasikan dalam berbagai sektor untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan
(Ekawati et al., 2014).
5. HHBK
a. Repong damar Repong damar memiliki kegunaan dalam
menghasilkan berbagai jenis buah dan sayuran,
termasuk kulak (jamur) damar dan pakis. Namun,
yang paling penting adalah kemampuannya dalam
menghasilkan getah damar yang dapat dipanen
setiap 2-3 minggu. Selain itu, berbagai tanaman lain
yang tumbuh di area repong tersebut, seperti
sayuran, dapat dimanfaatkan sebagai makanan bagi
keluarga dan juga dapat dijual. (Oktarina, 2022).
b. Rotan Rotan adalah salah satu jenis tumbuhan non-kayu
yang banyak digunakan sebagai bahan anyaman,
tali temali, dan juga dapat dimasak dan dijadikan
sayuran. Rotan memiliki potensi yang besar sebagai
bahan perdagangan, baik untuk kebutuhan di dalam
negeri maupun untuk diekspor. (Simanjuntak et al.,
2016).

KELOMPOK : 3 (Tiga)
LOKASI : Gedung Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung
HARI/TANGGAL : Selasa, 27 Februari 2024

Tabel 1.2 Manfaat Sumberdaya Hutan Bernilai Ekologi


No. Jenis SDH Deskripsi
1. Satwa Liar
a. Kelelawar Kelelawar pemakan buah memainkan peran
sangat penting dalam menyebarkan biji-biji
tanaman serta membantu proses penyerbukan
pada berbagai jenis tanaman. Saat mencari
makan buah-buahan di malam hari, kelelawar
akan terbang ke berbagai lokasi hutan dan
menyebarkan sperma serta biji tanaman yang
menempel di tubuh atau bulunya. Hal ini
memungkinkan pertumbuhan tanaman baru di
berbagai tempat yang jauh dari yang semula.
Selain itu, aktivitas mereka dalam mencari dan
memakan buah di malam hari secara tidak
langsung turut membantu proses penyerbukan.
Tak hanya itu, kelelawar juga bermanfaat
dalam mengendalikan populasi hama buah dan
tanaman lainnya yang menjadi mangsa mereka.
Dengan demikian, peran kelelawar pemakan
buah sangat vital bagi pertumbuhan dan
regenerasi hutan karena turut membantu
pertumbuhan tanaman baru melalui penyebaran
biji serta proses penting lainnya. Hal ini pada
akhirnya berpihak pada kelestarian ekosistem
hutan secara keseluruhan (Riyanto et al., 2020).
b. Monyet Ekor Keberadaan monyet ekor panjang memiliki
Panjang arti penting bagi kehidupan di alam. Di habitat
aslinya, monyet ekor panjang dapat
menjalankan peran ekologis sebagai
penyebarkan biji-bijian tanaman buah yang
penting untuk pelestarian jenis tumbuhan
tertentu. Selain itu, monyet ekor panjang juga
berperan sebagai pengatur populasi serangga
dengan cara memangsa serangga tersebut.
Dengan kata lain, monyet ekor panjang
memiliki fungsi vital dalam menjaga
keseimbangan ekosistem lewat perannya
sebagai faktor pengendali populasi tumbuhan
dan serangga di habitat alaminya (Falah et al.,
2022).
2. Strata Tajuk
a. Strata Tajuk A Strata tajuk A memiliki fungsi penting dalam
menopang ekosistem hutan. Sebagai bagian
teratas hutan, tajuk A berperan sebagai
produsen oksigen dan penyerap karbon melalui
proses fotosintesis daun-daun lebarnya. Tajuk
ini juga menyediakan habitat dan sumber
makanan bagi hewan hutan. Selain itu, tajuk A
dapat mengalirkan energi serta membantu
mencegah erosi melalui perakaran kuatnya.
Dengan fungsi-fungsi esensial tersebut, strata
tajuk A sangat berperan dalam menjaga
keseimbangan dan kelangsungan seluruh
ekosistem hutan (Madjowa, 2017).
b. Strata Tajuk B Strata ini bertindak sebagai penyangga bagi
lapisan bawah dengan menghasilkan daun dan
ranting sebagai sumber makanan serta
menyediakan habitat bagi hewan dan serangga
hutan. Strata ini juga menerima energi dari
matahari melalui fotosintesis untuk
pertumbuhan, menyerap CO2, serta
membentuk kanopi melindungi bagian bawah
dari panas. Peran tambahan strata ini adalah
mencegah erosi dengan perakaran pohonnya
sehingga berkontribusi menjaga stabilitas
ekosistem hutan (Herianto, 2017).
3. Strata Perakaran
a. Strata Perakaran Strata akar dangkal (<30cm) sangat bermanfaat
Dangkal bagi hutan. Akarnya mencegah erosi lapisan
atas, menyerap nutrisi dan air permukaan, serta
meningkatkan porositas tanah. Selain itu,
mencegah kerak tanah, menyediakan habitat,
dan turut serta dalam siklus hara. Secara
ringkas, strata ini penting dalam menopang
stabilitas dan kesuburan tanah permukaan
hutan (Fauziah et al., 2018).
b. Strata Perakaran Strata akar dalam (30-100 cm) berperan
Dalam penting untuk hutan karena menyediakan air
dan hara bagi pertumbuhan tanaman. Akarnya
membentuk jaringan pengikat tanah yang kuat
serta meningkatkan daya simpan air dan
kesuburan tanah. Secara keseluruhan, strata ini
mendukung pertumbuhan dan produktivitas
hutan (Soewandita, 2020).
4. Seresah
a. Daun Palem Raja Palem raja (Roystonea regia) yang merupakan
anggota famili Arecaceae mampu
menghasilkan daun kering sebagai sampah
organik. Selama ini pemanfaatan daun kering
hanya sebatas bahan bakar yang dapat
menimbulkan emisi. Padahal sampah daun
tersebut memiliki potensial untuk diolah
menjadi kompos. Beberapa metode pembuatan
kompos antara lain menggunakan keranjang
takakura yang memfermentasi sampahnya,
lubang biopori pengumpul sampah organik,
berkeley mencampur dua bahan kaya selulosa,
dan vermikompos melibatkan cacing tanah
sebagai pengurai (Syahri et al., 2022).
b. Limbah Kayu Pohon Serasah limbah kayu sengon adalah sisa-sisa
Sengon kayu sengon yang berukuran kecil dan tidak
dapat dimanfaatkan lagi setelah proses
pengolahan kayu. Berasal dari serpihan, serat,
dan potongan kayu kecil yang dapat
dimanfaatkan kembali menjadi kertas, energi,
pakan ternak, atau kompos setelah dizatkan
dari limbah industri kayu (Nafis et al., 2021).

KELOMPOK : 3 (Tiga)
LOKASI : Gedung Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung
HARI/TANGGAL : Selasa, 27 Februari 2024

Tabel 1.3 Manfaat Sumberdaya Hutan Bernilai Estetika


No. Jenis SDH Deskripsi
1. Satwa Liar
a. Beo Nias Beo Nias mempunyai suatu ciri khas pada
bagian kepalanya yang dimana pada belakang
kepala terdapat gelambir (jengger ayam)
dengan warna kuning mencolok. Beo Nias
sering kali digunakan sebagai hewan hias atau
hewan peliharaan oleh manusia karena selain
bulunya yang cantik, Beo Nias juga dapat
menirukan perkataan kita (Widianingtyas et al.,
2018).
b. Ular Trimeresurus Ular Trimeresurus toba adalah salah satu jenis
ulat pit viper Sumatera yang dimanfaatkan
untuk esetetika, ular ini memiliki ciri-ciri jenis
ini kepala segitiga berwarna hijau, memiliki
loreal pit, sisik bagian atas kepala kecil dan
saling berimpitan, mata berwarna orange atau
merah bata dengan pupil vertikal, badan
ramping dengan sisik berlunas berwarna hijau,
sepanjang badan bagian samping arah bawah
(ventrolateral). Pada ular trimeresurus terdapat
garis orange pada spesimen jantan dewasa
sedangkan pada betina tidak, ekor berwarna
hijau dan ujung ekor berwarna merah bata
(Reza, 2018).
2. Strata Tajuk
a. Strata Tajuk A Strata tajuk A memberikan kontribusi penting
dalam nilai estetika hutan. Dengan mahkota
hijaunya yang lebat, strata ini mempercantik
pemandangan hutan menjadi ekosistem yang
megah dan patut dilestarikan. Formasi pohon-
pohonnya turut menarik masyarakat untuk
menghargai hutan. Selain itu, strata tajuk A
dimanfaatkan sebagai latar seni dan rekreasi di
alam liar sehingga meningkatkan daya tarik
pariwisata. Ukuran daun besar memberikan
kesan monumental yang mengangkat citra
hutan sebagai ekosistem indah yang layak
dilestarikan. Oleh karena itu, fungsi estetik
strata tajuk A berperan penting dalam
pelestarian ekosistem hutan (Wiranatha et al.,
2021).
b. Strata Tajuk B Strata tajuk B memberikan kontribusi estetika
pada hutan melalui dedaunannya yang kecil
namun memberi kesan warna hijau di atas,
serta tekstur yang berbeda dari strata A. Tajuk-
tajuknya melengkapi kesan keteduhan di
bawah. Bahkan dapat membentuk siluet indah
bersama strata atas. Selain itu digunakan
sebagai latar seni dan meningkatkan daya tarik
pariwisata dengan kesan alami. Sehingga
walaupun pada posisi bawah, nilai estetika
yang dimiliki strata tajuk B tetap turut
mendukung keindahan ekosistem hutan secara
keseluruhan (Wiranatha et al., 2021).

KELOMPOK : 3 (Tiga)
LOKASI : Gedung Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung
HARI/TANGGAL : Selasa, 27 Februari 2024

Tabel 1.4 Manfaat Sumbrdaya Hutan Bernilai Budaya (Religi)


No. Jenis SDH Deskripsi
1. Pohon Berdiameter
a. Pohon Beringin Pohon beringin sangat erat kaitannya dengan
segala sesuatu yang bersifat mistis. Banyak
orang menganggap pohon besar ini sarat akan
makna kekuatan magis dan spiritual. Tak jarang
pula orang beranggapan kalau sekitar pohon
beringin adalah tempat yang "angker". Pohon
ini dipandang memiliki daya gaib tertentu oleh
masyarakat. Lokasinya sering diyakini sebagai
tempat berkumpulnya kekuatan-kekuatan gaib
dan okultis. Rimbunnya pepohonan beringin
seolah mampu menyimpan energi-energi tak
kasat mata menurut kepercayaan yang melekat.
Dengan kata lain, pohon beringin sangat
dikaitkan dengan nuansa mistis dan
supranatural dalam pemahaman Masyarakat
(Utari et al., 2020)
b. Pohon Kemenyan Tanaman kemenyan turut berperan dalam
Tapanuli Utara setiap siklus kehidupan dan ritual masyarakat
setempat. Tanaman ini tidak hanya digunakan
dalam berbagai upacara kebudayaan, tetapi
juga dianggap memiliki khasiat pengobatan.
Masyarakat meyakini bahwa ramuan dari
tanaman kemenyan dapat membantu
pengobatan penyakit yang disebabkan oleh
makhluk halus. Dengan demikian, tanaman ini
menjadi bagian integral dari tradisi kebudayaan
dan kesehatan masyarakat tersebut (Harvina,
2015).
2. Fauna Kharismatik
a. Burung Gagak Di Indonesia, kebanyakan keberadaan burung
Hitam gagak hitam sering dikaitkan dengan sesuatu
yang mistis dan dikaitkan dengan pertanda sial
karena dianggap cocok sebagai tanda
datangnya makhluk astral dan sebagai pertanda
akan adanya kematian. Akhirnya pun banyak
Masyarakat yang akhirnya mempercayai bahwa
mitos burung gagak pembawa pesan kematian
itu benar adanya. Meskipun secara ilmiah jelas
sangat tidak masuk akal (Suryaningputri et al.,
2022).
b. Harimau Sumatra Harimau dianggap seperti nenek bijak yang
memperkuat silaturahmi. Statusnya sama
dengan pemimpin adat. Harimau dijadikan
teladan karena tidak pernah punya raja,
sehingga karakter tegas dan konsistennya
dijadikan contoh pemimpin daripada manusia
yang kurang adil. (Usman et al., 2014).

3.2. Pembahasan
Sumberdaya hutan dapat dimanfaatkan secara ekonomis untuk memenuhi
kebutuhan hidup melalui berbagai produk kayu maupun non-kayu serta pertanian
berbasis hutan. Hal ini memberikan kontribusi ekonomi bagi masyarakat. Contoh
sumberdaya hutan yang dapat menghasilkan nilai ekonomi seperti kayu, buah-
buahan, getah, obat-obatan, termasuk hasil-hasil pertanian berbasis hutan dan
masih banyak lainnya. Pada tabel sumber daya hutan yang dimanfaatkan sebagai
nilai ekonomi seperti gajah sumatera yang berguna untuk ekowisata, kayu gaharu
yang dapat digunakan sebagai bahan industi, sirih merah yang digunakan sebagai
obat penurun kadar gula, pemanfaatan aliran air yang digunakan untuk
pembangkit listrik tenaga mikro hidro, dan rotan yang dapat digunakan sebagai
bahan baku anyaman (Danhas et al., 2021)
Manfaat ekologi dari sumberdaya hutan adalah pemanfaatan sumberdaya
hutan sebagai penopang sistem kehidupan. Sumberdaya hutan berfungsi untuk
meminimalkan risiko gangguan lingkungan seperti longsor tanah, erosi tanah,
penipisan humus, dan sebagainya. Dengan kata lain, sumberdaya hutan seperti
tanah, mineral, dan kehidupan di dalamnya memberikan manfaat ekologi sebagai
penyangga sistem lingkungan. Contoh sumberdaya hutan yang dapat
menghasilkan nilai ekologi seperti tanah, mineral, dan keanekaragaman hayati.
Pada tabel didapatkan hasil sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai nilai
ekologi adalah kelelawar yang berguna untuk membantu proses penyerbukan pada
berbagai jenis tanaman, strata tajuk A yang berguna untuk produsen oksigen dan
penyerap karbon melalui proses fotosintesis, strata perakaran dangkal yang
mempunyai fungsi untuk mencegah erosi, dan daun palem raja yang digunakan
untuk kompos (Siburian et al., 2019).
Manfaat estetika dari sumberdaya hutan adalah manfaat yang berkaitan
dengan keindahan pandangan hutan yang dapat dilihat dan dirasakan. Fungsi nilai
estetika ini adalah dapat memberikan rasa kagum, puas, nikmat, dan kesegaran
bagi yang melihatnya. Dengan kata lain, hutan memberikan manfaat estetika
berupa keindahan visual dan rasa yang dapat dinikmati dan menenangkan orang
yang menyaksikannya. Contoh sumberdaya hutan yang dapat menghasilkan nilai
estetika adalah seperti beo nias yang dapat dapat menirukan perkataan kita dan
tajuk strata B yang dapat digunakan sebagai latar seni dan meningkatkan daya
tarik pariwisata dengan kesan alami (Watopa, 2021).
Manfaat budaya (religi) dari sumber daya hutan adalah pemanfaatan
berbagai unsur hutan yang memiliki makna simbolis dan spiritual bagi masyarakat
penganut animisme dan kepercayaan non-samawi lainnya. Manfaat ini berfokus
pada aspek budaya dan spiritual, berbeda dengan manfaat ekonomi atau ekologi.
Dengan demikian, manfaat budaya (religi) dari sumber daya hutan berperan
penting dalam menjaga kelestarian hutan dan keseimbangan alam. Pada tabel
salah satu contoh sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai nilai budaya
(religi) adalah pohon beringin yang sering diyakini sebagai tempat berkumpulnya
kekuatan-kekuatan gaib dan burung gagak hitam yang dipercayai sebagai
pembawa berita buruk, seperti berita kematian (Pasya, 2017).
4. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil praktikum ini adalah


sebagai berikut :
1. Sumber daya hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia,
sumber daya hutan dapat memberikan manfaat langsung maupun tidak
langsung.
2. Sumber daya hutan dapat menghasilkan nilai barang dan nilai jasa, contoh
sumber daya hutan yang menghasilkan nilai barang adalah kayu dan non
kayu, sedangkan yang menghasilkan nilai jasa seperti keanekaragaman
hayati dan habitat yang dihasilkannya.
3. Manfaat sumber daya hutan berdasarkan kebutuhan manusia dibagi
menjadi 4 yaitu nilai ekonomi, nilai ekologi, nilai estetika, dan nilai
budaya (religi).
4. Kemampuan mahasiswa untuk menganalisis dan menyajikan hasil studi
literatur dan matriks dalam bentuk laporan ilmiah menjadi lebih baik dan
lebih terstruktur.
DAFTAR PUSTAKA

Armiwal., Suhaibah. 2019. Tinjauan yuridis terhadap peranan pemerintah dalam


pelaksanaan rehabilitasi hutan mangrove. Jurnal Sosial Humaniora. 2(2):
17-31.

Azizi, N., Putra, A.K., Sipahutar, B. 2023. Perdagangan karbon: mendorong


mitigasi perubahan iklim diantara mekanisme pasar dan prosedur hukum.
Jurnal Selat. 10(2): 1-8.

Ekawati, S., Nurrochmat, D. R. 2024. Hubungan modal sodiral dengan


pemanfaatan dan kelestarian hutan lindung. Jurnal Analisis Kebijakan
Kehutanan. 11(1): 40-53.

Damanik, S.E., Sahudra, T.M. 2021. Manajemen Wilayah Hutan. K-Media.


Bantul.

Danhas, Y., Muchtar, B. 2021. Ekonomi Lingkungan. Deepublish. Sleman.

Falah, N., Sabri, M. 2022. Spesies Primata di Kawasan Taman Hutan Raya Pocut
Meurah Intan (Tahura PMI) Provinsi Aceh, Indonesia. Prosiding Seminar
Nasional Biotik. 8(1): 69-70.

Fauziah, Y., Safii, W., Firdaus, L. N. Zainun. 2018. Handout pembelajaran ipa
biologi smp berbasis riset morfologi akar tumbuhan lahan gambut pasca
kebakaran. Jurnal Pembelajaran Biologi. 1(1): 1-7.

Fitria, W., Bambang, A.N., Hidayat, J.W. 2021. Strategi penanganan gangguan
monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) berdasarkan persepsi dan
partisipasi masyarakat (studi kasus Desa Jambu, Kecamatan Kledung,
Kabupaten Temanggung). School of Postgraduate Studies. 1(1): 1040-
1049.

Gomes, J. DJ. 2016. Petunjuk Praktis Budidaya Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)
dan Proses Pengelolaan Minyak. Universitas Brawijaya Press. Malang.

Herianto., 2017. Keanekaragaman jenis dan struktur tegakan di areal tegakan


tinggal. Jurnal Ilmiah Pertanian dan Kehutanan. 4(1): 38-46.
Listiana, D., Effendi., Indriati, B. 2019. Efektivitas air rebusan daun sirih merah
terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di
wilayah kerja puskesmas saling 2018. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah Bengkulu. 7(2): 62-70.

Madjowa, N. F. 2017. Fungsi ekologi sebagai penyerap limpasan air hujan pada
taman kota. Jurnal Fraktal. 2(2): 41-50.

McGrath, S. K., Whitty, S. J. 2017. Stakeholder defined. International Journal of


Managing Project in Business. 10(4): 721-748.

Nafis,D., Allaily., Yaman, M.A. 2021. Pengaruh lama permentasi pada


pembuagan kompos dari bahan liter ayam, limbah serbuk kayu pinus dan
eceng gondok terhadap kualitas fisik. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian.
6(3): 70-78.

Nopiana, M., Maulana, A. 2016. Analisis penentuan industri prioritas kabupaten


Blora provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. 3(1): 11-22.

Oktarina, N., Nopianti, H., Himawati, I.K. 2022. Kearifan lokal dalam
pengelolaan repong damar pekon pahmungan kecamatan Pesisir Tengan
kabupaten Pesisir Barat Lampung. Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan
Sosial. 6(1): 73-91.

Pasya, G. 2017. Penegakan Konflik Lingkungan Kasus Pengelolaan Kawasan


Hutan Lindung Bukit Rigis Lampung. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Prehaten, D., Syahbudin, A., Andiyani, R. D. 2014. Pembaruan Silvikultur Untuk


Mendukung Pemulihan Fungsi Hutan Menuju Ekonomi Hijau. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.

Reza, F. 2018. Keanekaragaman ular pit viper berdasarkam ketinggian di


Sumatera Barat. Journal of Tropical Biodiversity amd Biotechnology. 1(3):
49-56.

Rezekiah, A.A., Fithria, A., Rahmadi, A. 2021. Pemanfaatan sumberdaya hutan


oleh suku Dayak meratus Kalimantan Selatan. Jurnal Hutan Tropis. 9(2):
252-259.

Riani. 2018. Perbandingan efektivitas daun jarak + minyak kayu putih dengan
daun jarak tanpa minyak kayu putih terhadap kesembuhan perut kembung
pada bayi 0-2 tahun di wilayah kerja puskemas bangkinang kota tahun
2017/2018. Jurnal Ners. 2(2): 71-81.

Riyanto, D., Wulandari, C., & Darmawan, A. 2020. Landscape characteristics of


Codot Coffee in Kota Agung Utara Forest Management Unit, Lampung.
IOP Conference Series: Earth and Environmental Science. 449(1): 1-11.
Siburian, R., Sudiyono., Nurhidayah, L. 2019. Deforestasi dan Ketahanan Sosial.
Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta.

Simanjuntak, N., Idham, M., Ardian, H. 2016. Pemanfaatan rotan sebagai bahan
kerajinan anyaman di desa sedahan jaya kecamatan sukadana kabupaten
kayong utara. Jurnal Hutan Lestari. 4(3): 344-351.

Situmorang, R. O. P.& Kuswanda, W.2019. Network mapping in the development


of elephant conservation center in North Sumatra, Indonesia.
Biodiversitas. 20(10): 2858–2867.

Soewandita, H. 2020. Model implementasi bioengineering sebagai upaya mitogasi


longsor. Jurnal Alami. 4(3): 71-80.

Suryaningputri, D.A., Azahra, D.W., Nurjanah,S.P., Darmadi. 2022. Mitos-mitos


kehidupan sebagai ciri khas pada Masyarakat jawa khususnya berada di
Desa Manisrejo, Kecamatan Taman, Kota Madiun. Jurnal Review
Pendidikan dan Pengajaran. 5(2): 223-228.

Syahri, L.A. winarsih. 2022. Kualitas kompos daun palem raja (roystonea regia)
dengan metode lubang resapan biopori jumbo. Jurnal lenterabio. 11(1): 1-
7.

Usman, H., Azmi, U., Ahmad, Z., Hasbullah, W. M. D.W. 2014. Mitos harimau
dalam tradisi lisan Masyarakat kerinci di Jambi, Sumatera. Jurnal
Pengajian Melayu. 25(1): 24-44.

Utari, D., Vanya, A., Lisya, D., Distrima, E., Husna, N., Tmelri, R., Selvika.,
Diliarosta, S. 2020. Nature conservation regarding trees in the Padang
area. Science Educational Journal. 3(1): 19-29.

Watopa, Y. 2021. Valuasi Ekonomi Hutan Adat Papasena dan Implikasinya Bagi
Pengelolaan Suaka Margasatwa Mamberamo Foja. Deepublish. Sleman.

Wiranata, I. K., Krisnandika, A. A. K., Dharmadiatmika, I. M. G. 2021. model


desain taman toga pekarangan rumah desa bukian, kecamatan payangan,
kabupaten dianyar. Jurnal Lanskap Indonesia. 13(2): 45-53.

Widianingtyas, K., Purwanto. 2018. Butung identitad provinsi di Indonesia


sebagai dubjrk dalam seni kaca hias bird identity province in Indonesia as
a subject in ornamental glass artwork. Jorunal of Arts Education. 7(1): 43-
53.
LAMPIRAN
Gambar 1. Cek Plagiarisme Pendahuluan

Gambar 2. Cek Plagiarisme Hasil Tabel 1


Gambar 3. Cek Plagiarisme Hasil Tabel 2

Gambar 4. Cek Plagiarisme Hasil Tabel 3


Gambar 5. Cek Plagiarisme Hasil Tabel 4

Gambar 6. Cek Plagiarisme Pembahasan

Anda mungkin juga menyukai