Oleh
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2024
I. PENDAHULUAN
3.1. Hasil
Hasil yang didapatkan pada praktikum pertama penghantar konservasi
sumberdaya hutan adalah :
a. Matriks Manfaat SDH
KELOMPOK : 3 (Tiga)
LOKASI : Gedung Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung
HARI/TANGGAL : Selasa, 27 Februari 2024
KELOMPOK : 3 (Tiga)
LOKASI : Gedung Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung
HARI/TANGGAL : Selasa, 27 Februari 2024
KELOMPOK : 3 (Tiga)
LOKASI : Gedung Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung
HARI/TANGGAL : Selasa, 27 Februari 2024
KELOMPOK : 3 (Tiga)
LOKASI : Gedung Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung
HARI/TANGGAL : Selasa, 27 Februari 2024
3.2. Pembahasan
Sumberdaya hutan dapat dimanfaatkan secara ekonomis untuk memenuhi
kebutuhan hidup melalui berbagai produk kayu maupun non-kayu serta pertanian
berbasis hutan. Hal ini memberikan kontribusi ekonomi bagi masyarakat. Contoh
sumberdaya hutan yang dapat menghasilkan nilai ekonomi seperti kayu, buah-
buahan, getah, obat-obatan, termasuk hasil-hasil pertanian berbasis hutan dan
masih banyak lainnya. Pada tabel sumber daya hutan yang dimanfaatkan sebagai
nilai ekonomi seperti gajah sumatera yang berguna untuk ekowisata, kayu gaharu
yang dapat digunakan sebagai bahan industi, sirih merah yang digunakan sebagai
obat penurun kadar gula, pemanfaatan aliran air yang digunakan untuk
pembangkit listrik tenaga mikro hidro, dan rotan yang dapat digunakan sebagai
bahan baku anyaman (Danhas et al., 2021)
Manfaat ekologi dari sumberdaya hutan adalah pemanfaatan sumberdaya
hutan sebagai penopang sistem kehidupan. Sumberdaya hutan berfungsi untuk
meminimalkan risiko gangguan lingkungan seperti longsor tanah, erosi tanah,
penipisan humus, dan sebagainya. Dengan kata lain, sumberdaya hutan seperti
tanah, mineral, dan kehidupan di dalamnya memberikan manfaat ekologi sebagai
penyangga sistem lingkungan. Contoh sumberdaya hutan yang dapat
menghasilkan nilai ekologi seperti tanah, mineral, dan keanekaragaman hayati.
Pada tabel didapatkan hasil sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai nilai
ekologi adalah kelelawar yang berguna untuk membantu proses penyerbukan pada
berbagai jenis tanaman, strata tajuk A yang berguna untuk produsen oksigen dan
penyerap karbon melalui proses fotosintesis, strata perakaran dangkal yang
mempunyai fungsi untuk mencegah erosi, dan daun palem raja yang digunakan
untuk kompos (Siburian et al., 2019).
Manfaat estetika dari sumberdaya hutan adalah manfaat yang berkaitan
dengan keindahan pandangan hutan yang dapat dilihat dan dirasakan. Fungsi nilai
estetika ini adalah dapat memberikan rasa kagum, puas, nikmat, dan kesegaran
bagi yang melihatnya. Dengan kata lain, hutan memberikan manfaat estetika
berupa keindahan visual dan rasa yang dapat dinikmati dan menenangkan orang
yang menyaksikannya. Contoh sumberdaya hutan yang dapat menghasilkan nilai
estetika adalah seperti beo nias yang dapat dapat menirukan perkataan kita dan
tajuk strata B yang dapat digunakan sebagai latar seni dan meningkatkan daya
tarik pariwisata dengan kesan alami (Watopa, 2021).
Manfaat budaya (religi) dari sumber daya hutan adalah pemanfaatan
berbagai unsur hutan yang memiliki makna simbolis dan spiritual bagi masyarakat
penganut animisme dan kepercayaan non-samawi lainnya. Manfaat ini berfokus
pada aspek budaya dan spiritual, berbeda dengan manfaat ekonomi atau ekologi.
Dengan demikian, manfaat budaya (religi) dari sumber daya hutan berperan
penting dalam menjaga kelestarian hutan dan keseimbangan alam. Pada tabel
salah satu contoh sumberdaya hutan yang dimanfaatkan sebagai nilai budaya
(religi) adalah pohon beringin yang sering diyakini sebagai tempat berkumpulnya
kekuatan-kekuatan gaib dan burung gagak hitam yang dipercayai sebagai
pembawa berita buruk, seperti berita kematian (Pasya, 2017).
4. KESIMPULAN
Falah, N., Sabri, M. 2022. Spesies Primata di Kawasan Taman Hutan Raya Pocut
Meurah Intan (Tahura PMI) Provinsi Aceh, Indonesia. Prosiding Seminar
Nasional Biotik. 8(1): 69-70.
Fauziah, Y., Safii, W., Firdaus, L. N. Zainun. 2018. Handout pembelajaran ipa
biologi smp berbasis riset morfologi akar tumbuhan lahan gambut pasca
kebakaran. Jurnal Pembelajaran Biologi. 1(1): 1-7.
Fitria, W., Bambang, A.N., Hidayat, J.W. 2021. Strategi penanganan gangguan
monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) berdasarkan persepsi dan
partisipasi masyarakat (studi kasus Desa Jambu, Kecamatan Kledung,
Kabupaten Temanggung). School of Postgraduate Studies. 1(1): 1040-
1049.
Gomes, J. DJ. 2016. Petunjuk Praktis Budidaya Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)
dan Proses Pengelolaan Minyak. Universitas Brawijaya Press. Malang.
Madjowa, N. F. 2017. Fungsi ekologi sebagai penyerap limpasan air hujan pada
taman kota. Jurnal Fraktal. 2(2): 41-50.
Oktarina, N., Nopianti, H., Himawati, I.K. 2022. Kearifan lokal dalam
pengelolaan repong damar pekon pahmungan kecamatan Pesisir Tengan
kabupaten Pesisir Barat Lampung. Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan
Sosial. 6(1): 73-91.
Riani. 2018. Perbandingan efektivitas daun jarak + minyak kayu putih dengan
daun jarak tanpa minyak kayu putih terhadap kesembuhan perut kembung
pada bayi 0-2 tahun di wilayah kerja puskemas bangkinang kota tahun
2017/2018. Jurnal Ners. 2(2): 71-81.
Simanjuntak, N., Idham, M., Ardian, H. 2016. Pemanfaatan rotan sebagai bahan
kerajinan anyaman di desa sedahan jaya kecamatan sukadana kabupaten
kayong utara. Jurnal Hutan Lestari. 4(3): 344-351.
Syahri, L.A. winarsih. 2022. Kualitas kompos daun palem raja (roystonea regia)
dengan metode lubang resapan biopori jumbo. Jurnal lenterabio. 11(1): 1-
7.
Usman, H., Azmi, U., Ahmad, Z., Hasbullah, W. M. D.W. 2014. Mitos harimau
dalam tradisi lisan Masyarakat kerinci di Jambi, Sumatera. Jurnal
Pengajian Melayu. 25(1): 24-44.
Utari, D., Vanya, A., Lisya, D., Distrima, E., Husna, N., Tmelri, R., Selvika.,
Diliarosta, S. 2020. Nature conservation regarding trees in the Padang
area. Science Educational Journal. 3(1): 19-29.
Watopa, Y. 2021. Valuasi Ekonomi Hutan Adat Papasena dan Implikasinya Bagi
Pengelolaan Suaka Margasatwa Mamberamo Foja. Deepublish. Sleman.