Anda di halaman 1dari 16

KEARIFAN LOKAL

DAN UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN ALAM

Erna Mena Niman


Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP Santu Paulus Ruteng
Jl. Ahmad Yani, No.10, Ruteng-Flores, 86508
e-mail:ernaniman79@gmail.com

Abstract: Local Genius And Natural Environment Preservation. The quality of the natural environment is
getting worse. The functions decrease resulting from continuous destruction and subsequently give bad impacts for
living being both for now and for the next generation. Humans’ exploitation toward environment leaves the gap
between and among human beings and their environment as well. The given solutions are not able to manage and
even to touch the substance of the problems. On the other hand, it comes up with new problems towardthe
environments existence and sustainability. Therefore, there must be an integrative,sustainable, consistent endeavor
employed by the local society and the ruler. Internalization of local genius and having good ecological manner
might be helpful to attain that endeavor. This article aims at describing the importance of internalisation of local
genius supported by some empirical evidence and observation regarding the attempts to preserve the natural
environment. The conclusion is preserving and valuing local genius through internalization of local genius is
effective toward good natural environment preservation and is regarded as the actualization of right and authority of
the society.

Keywords: local genius, preservation, natural environment

Abstrak: Kearifan Lokal dan Upaya Pelestarian Lingkungan Alam. Kualitas lingkungan alam saat ini semakin
memburuk. Fungsi lingkungan alam yang terus terdegradasi sebagai akibat kerusakan yang berkepanjangan dan
berlangsung terus menerus berdampak buruk terhadap keberlangsungan makhluk hidup termasuk manusia.
Eksploitasi yang dilakukan oleh manusia terhadap lingkungan alam mengakibatkan kesenjangan hubungan antara
manusia itu sendiri dan juga dengan lingkungannya. Solusi rekayasa teknologi yang ditawarkan sama sekali tidak
mampu mengatasi masalah dan belum menyentuh permasalahan kerusakan lingkungan alam. Oleh karena itu, perlu
ada upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan alam yang integratif, berkelanjutan, dan konsisten melalui
budaya lokal oleh masyarakat lokal dan pemerintah. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai
yang terkandung dalam budaya lokal. Internalisasi nilai ekologis yang terkandung dalam kearifan lokal dapat
membantu lahirnya kesadaran manusia dalam pengelolaan lingkungan alam sehingga dapat membentuk sikap
ekologis yang baik. Tulisan ini memaparkan konsep- konsep terkait pentingnya internalisasi nilai-nilai kearifan lokal
yang didukung dengan bukti-bukti empiris dan hasil observasi terkait upaya pelestarian lingkungan alam. Dari
kajian empiris dan hasil observasi disimpulkan bahwa internalisasi nilai-nilai kearifan lokal dapat memberikan
kontribusi positif bagi pelestarian lingkungan alam, melalui perwujudan hak dan kewenangan masyarakat adat
setempat.

Kata kunci: kearifan lokal, pelestarian, dan lingkungan alam

PENDAHULUAN (Kementerian Lingkungan Hidup dan


Hutan memiliki peranan penting yang Kehutanan, 2016). Hutan menjadi media
bukan hanya sebagai penyeimbang iklim global hubungan timbal balik antara manusia dan
tetapi juga sebagai sumber pembangunan makhluk hidup lainnya dengan faktor-faktor
ekonomi dan sumber kehidupan masyarakat alam dari proses ekologi yang mendukung

91
92 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 11, Nomor 1, Januari 2019, hlm. 1-178

keberlangsungan kehidupan (Reksohadiprojo, Sulawesi 191.087,23 Ha (2,10%); (7) Bali dan


2000). Dengan demikian, kehidupan manusia Nusa Tenggara 161.875,07 Ha (11,99%).
pada dasarnya berhubungan erat dengan Tingkat dunia pun menunjukkan tingginya
lingkungan alam karena bergantung pada eksploitasi berupa aktivitas penebangan hutan
ekosistem yang menjamin keberlangsungan berdampak pada kerusakan dan degradasi fungsi
hidupnya. Akan tetapi, saat ini kerusakan hutan global. Global Canopy Programmme
lingkungan alam menjadi isu utama dengan (2013) menjelaskan bahwa 50% kondisi hutan
berbagai kondisi yang mengancam kualitas tropis di dunia sudah ditebang. Misalnya, di
lingkungan hidup. Indonesia penebangan hutan dilakukan untuk
Kementrian Lingkungan Hidup dan memenuhi kebutuhan ekonomi, seperti perluasan
Kehutanan (2016) menegaskan bahwa wilayah lahan pertanian, pemenuhan kebutuhan kayu
Indonesia sekitar 60% adalah hutan. Luas hutan bakar, dan perdagangan.
tropisnya mencapai 134 juta hektar pada tahun Kerusakan hutan juga terjadi di
(2011) dan merupakan hutan tropis terbesar Kabupaten Manggarai. Data KPHL (Kesatuan
ketiga di dunia setelah Brazil dan Zaire. Namun, Pengelolaan Hutan Lindung) Manggarai
kondisinya saat ini cukup memprihatinkan. Luas menyatakan bahwa Manggarai mempunyai luas
hutan tropis semakin menurun dengan tingkat ± 17.735,87 Ha. seluruh kawasan memiliki
kerusakan yang tinggi. Kerusakan hutan di fungsi lindung/hutan lindung dengan rincian
Indonesia mencapai 47 % atau 8.431.969 Ha HL-Blok Inti seluas ± 11.162.12 Ha dan HL-
terjadi pada kawasan hutan lindung, hutan Blok Pemanfaatan seluas 6.573,76 Ha, lahan
konservasi, dan hutan produksi. Sementara itu, dengan kondisi kritis dan agak kritis mencapai
pada kawasan di luar kawasan hutan sebesar 9.897 Ha. Hal ini mengindikasikan telah terjadi
53% atau 9.629.204 Ha (Kementrian kerusakan khususnya hutan kering sekunder
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2016). (KPHL Manggarai, 2017). Kerusakan hutan di
Kerusakan hutan tersebut menyebar di beberapa Manggarai disebabkan oleh faktor alam dan
wilayah di Indonesia dengan tingkat kerusakan aktivitas manusia. Iswandono (2015)
yang berbeda-beda. Forrest Watch Indonesia menjelaskan bahwa salah satu sebab kerusakan
(FWI) (2015) mencatat kerusakan hutan pada hutan di Manggarai adalah kebiasaan
masing-masing kawasan di Indonesia mulai dari masyarakat untuk mengambil kayu di hutan,
tahun 2009-2013, yakni (1) Kalimantan yang dipergunakan untuk bangunan dan kayu
1.541.693,36 Ha (5,48%); (2) Sumatera bakar, baik untuk kepentingan pribadi maupun
1.530.156,03 (12,12%); (3) Papua 592.976,57 untuk komersial. Pemanfaatan hutan untuk
Ha (1,98%); (4) Jawa 326.953,09 Ha (32,64%); kepentingan komersial ini menyebabkan
(5) Maluku 242.567,90 Ha (5,30%); (6) degradasi hutan.
Niman, Kearifan Lokal dan Upaya Pelestarian … 93

Fakta di atas merupakan suatu indikasi lingkungan yang kompleks dan berkepanjangan.
rusaknya lingkungan alam. Seperti yang Hal ini diperparah oleh perkembangan ilmu
dijelaskan di atas, penyebab utama kerusakan pengetahuan dan teknologi yang tidak tepat dan
hutan di atas adalah aktivitas manusia. Aktivitas melanggar etika lingkungan (Rautner,et al, 2013;
manusia yang mementingkan kebutuhan Sumarmi, 2014). Anggapan yang mengatakan
hidupnya tanpa memperhatikan kebutuhan bahwa kerusakan lingkungan hidup akibat
lingkungan lain di sekitarnya. Aktivitas yang perkembangan teknologi dapat diatasi dengan
dimaksud adalah eksploitasi yang berlebihan, merekayasa teknologi baru, ternyata hanya
penebangan liar (illegal loging), perambahan sebuah rekayasa teknis karena substansi
hutan, dan pembakaran hutan tanpa masalahnya adalah perilaku masyarakat yang
memperhatikan kehidupan masyarakat sekitar sama sekali tidak disentuh untuk dicarikan
hutan. Hal ini dipertegas oleh Aryadi (2000) solusi. Dengan kata lain, perilaku manusia dan
yang mengatakan bahwa umumnya tindakan dampak teknologi mengakibatkan kesenjangan
illegal loging dan eksploitasi hutan terjadi hanya interaksi antara manusia dan lingkungan alam.
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa Kondisi lingkungan alam yang terus
memperhatikan kebutuhan pertumbuhan mengalami degradasi sebagai dampak kerusakan
ekonomi masyarakat sekitar hutan. Selanjutnya, secara terus menerus tersebut mengancam
Becker, & K. Ghimire (2003) & F. Berkes & keselamatan manusia seperti adanya bencana
Hunt (2004) menegaskan bahwa aktivitas longsor, banjir, menurunnya debit air, dan lain-
manusia yang tidak memperhatikan konservasi lain. Selain berdampak pada manusia, juga
keragaman hayati akan memiliki dampak negatif berdampak pada lingkungan alam lainnya seperti
pada pembangunan berkelanjutan. berkurangnya keragaman hayati, punahnya
Selain itu, kerusakan lingkungan hutan habitat satwa, hilangnya kesuburan tanah, dan
sering terjadi juga karena manifestasi rusaknya siklus hidrologi serta akan
pengembangan permasalahan sosial dan menimbulkan pemanasan global. Gejala-gejala
lingkungan yang saling terkait. Hal ini alam yang menunjukkan ketidakwajarannya
berlangsung terus menerus dan semakin tersebut merupakan salah satu dampak masalah
meningkat dari tahun ke tahun yang lingkungan, dan hal ini dirasakan oleh seluruh
mengakibatkan kemampuan daya dukung alam umat manusia di bumi, termasuk masyarakat
terhadap kehidupan manusia semakin rendah. Indonesia.
Dengan kata lain, kurangnya kesadaran Berbagai permasalahan di atas, baik di
masyarakat dalam menata pelestarian Indonesia maupun pada belahan negara negara
lingkungan alam diduga sebagai penyebab krisis lainnya, maka dipandang penting adanya
94 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 11, Nomor 1, Januari 2019, hlm. 1-178

kesadaran ekologi dalam masyarakat untuk dapat diartikan sebagai pandangan hidup yang
pengelolaan lingkungan alam, dengan berkembang dalam suatu komunitas sosial dan
mempertimbangkan pemanfaatan hutan secara etnik tertentu yang dibatasi oleh unsur
berkelanjutan agar tetap lestari. Hal ini bisa kedaerahan, geografis, dan pengalaman sejarah
dilakukan dengan menginternalisasikan nilai- yang unik. Oleh karena itu, budaya lokal tidak
nilai ekologi yang melekat dalam kearifan lokal dipandang sebagai dua entitas yang berhadapan,
masyarakat setempat sebagai upaya pengelolaan melainkan sebagai unsur yang membentuk
lingkungan alam agar lingkungan alamnya tetap identitas suatu komunitas budaya.
lestari. Hal ini penting karena salah satu indikasi Berdasarkan konsep antropologi, kearifan
tidak adanya penghormatan untuk lingkungan lokal dikenal sebagai pengetahuan setempat
alam saat ini dikarenakan kurangnya (indigenous atau local knowledge), juga sebagai
pemahaman serta memudarnya nilai-nilai kecerdasan setempat (local genious) yang
kearifan lokal. Nilai-nilai kearifan lokal menjadi dasar identitas kebudayaannya (culture
masyarakat perlu dipahami dan dilestarikan identity) (Rohadi, 1986). Kearifan lokal dapat
sehingga dapat diketahui oleh generasi berupa pengetahuan lokal, keterampilan lokal,
selanjutnya. Salah satu masyarakat lokal yang sumber daya lokal, proses sosial lokal, nilai-nilai
memiliki nilai-nilai ekologi dalam kearifan lokal ataupun norma-norma lokal dan adat istiadat
adalah masyarakat lokal Manggarai. setempat. Berdasarkan konsep tersebut, maka
dapat dipahami bahwa kearifan lokal merupakan
PEMBAHASAN nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata
kehidupan masyarakat lokal yang bijak, penuh
Kearifan Lokal Manggarai
kearifan dan bernilai dan diikuti serta menjadi
Istilah kearifan lokal atau budaya lokal
bagian dari kehidupan masyarakatnya. Dengan
termasuk dalam konsep kebudayaan. Secara
demikian, kearifan lokal yang merupakan cara
etimologis kearifan lokal terdiri dari dua kata,
berpikir dan bertindak dari masyarakat secara
yakni kearifan (wisdom) dan lokal (local). Lokal
lokal dalam bentuk kebiasaan-kebiasaan
artinya setempat dan kearifan sama dengan
tercermin dalam kebiasaan hidup sehari-hari
kebijaksanaan. Dengan demikian, kearifan lokal
yang telah berlangsung lama dalam kehidupan
dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan, nilai-
masyarakat. Nilai dalam konteks kearifan lokal
nilai, dan pandangan-pandangan setempat
merupakan pedoman atau standar berperilaku
(local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan,
dan tidak dapat dipisahkan dalam setiap bentuk
bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh
kegiatan dan perilaku manusia dari generasi ke
anggota masyarakatnya (Koentjaraningrat,
generasi.
2010). Menurut Liliweri (2014), kearifan lokal
Niman, Kearifan Lokal dan Upaya Pelestarian … 95

Sementara itu, dalam perspektif filsafat penyebab degradasi moral, yakni semakin
sosial, kearifan lokal dapat dipahami sebagai memudarnya budaya asli yang memiliki nilai-
aktivitas manusia secara fisik-material, kondisi nilai luhur dan masuknya budaya asing yang
moral, mental, dan spiritual. Hal tersebut tidak sesuai dengan budaya setempat. Selain itu,
dimulai dari proses usaha penertiban diri sebagai kurangnya dukungan dan semangat masyarakat
pribadi dan kesadaran kebersamaan dalam untuk memelihara, melestarikan, dan
kelompok masyarakat sehingga membudaya mempertahankan serta mengembangkan
dalam totalitas kehidupan. Kearifan lokal pada pengetahuan dan teknologi lokal. Terkait dengan
tingkat individual muncul sebagai hasil proses hal ini, upaya pelestarian nilai-nilai luhur
kerja kognitif individu dalam upaya menetapkan kearifan lokal dapat dilakukan dengan
pilihan pada nilai-nilai yang dianggap paling menginternalisasikannya dalam pengelolaan
tepat bagi individu tersebut. Tataran kelompok lingkungan alam agar tetap lestari.
memandang kearifan lokal sebagai upaya Manggarai memiliki berbagai budaya
menemukan nilai-nilai bersama sebagai akibat lokal yang khas dan unik serta kaya akan nilai-
dari pola-pola hubungan (setting) yang telah nilai kearifan yang mengatur sikap dan perilaku
tersusun dalam sebuah lingkungan yang sama. manusia, terutama dalam menjaga relasi yang
Hal ini sejalan dengan salah satu karekteristik harmonis antara manusia dengan sang pencipta,
utama dari kebudayaan, yaitu kebudayaan manusia dengan sesama manusia, dan manusia
merupakan milik bersama dan diperoleh melalui dengan lingkungan alam. Keharmonisan relasi
belajar dan tidak diturunkan secara biologis atau tersebut terlihat dalam beberapa upacara budaya
genetis (Uhi, 2016). dengan berbagai bentuk ritual yang ada di
Kenyataannya saat ini, perkembangan dalamnya.
eksistensi kearifan lokal tersebut sudah mulai Berdasarkan hasil observasi terbatas dari
pudar dan mengalami degradasi warisan nilai- penulis, ditemukan bahwa masyarakat
nilai luhur. Tilaar (2012) menyatakan bahwa Manggarai merupakan masyarakat lokal yang
eksistensi kearifan lokal dirasakan semakin sebagian besar merupakan masyarakat petani
memudar pada berbagai kelompok masyarakat. tradisional. Masyarakat petani yang
Hal ini menunjukkan bahwa degradasi nilai-nilai mengandalkan pemenuhan kebutuhan hidupnya
moral dan sosial budaya sudah terjadi di dari hasil pertanian, masyarakat Manggarai
masyarakat (Ardan, et al., 2015). Penyebab memiliki hubungan yang erat dengan lingkungan
umum degradasi nilai budaya, yakni alamnya. Hubungan tersebut terjalin dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi rangka menjaga relasi yang harmonis antara
(Mungmachon, 2013). Sejalan dengan hal manusia dengan alam sekitarnya. Relasi yang
tersebut, Suastra (2010) menjelaskan bahwa harmonis tersebut diwujudkan dalam upacara-
96 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 11, Nomor 1, Januari 2019, hlm. 1-178

upacara budaya lokal yang memiliki nilai-nilai Pelestarian lingkungan alam


ekologis. Nilai-nilai ekologi dalam budaya lokal menyiratkan adanya suatu pemenuhan
Manggarai terwujud dalam ritual-ritual adat kebutuhan kita saat ini tanpa mengancam dan
seperti roko molas poco, congko lokap dan penti. membahayakan pemenuhan kebutuhan generasi
Ketiga budaya ini memiliki ritual-ritual mendatang. Pemenuhan kebutuhan generasi
bermakna simbolik dan mengandung nilai-nilai mendatang tersirat dalam tujuan pelestarian
ekologis yang merupakan bentuk penyatuan hutan. Melestarikan hutan sebagai bagian dari
yang harmonis dan selaras dengan alam. Hal ini lingkungan alam berarti menyelamatkan semua
senada dengan Iswandono (2015) bahwa komponen kehidupan termasuk manusia itu
konservasi hutan di Manggarai tidak terlepas sendiri. Hal ini terjadi karena adanya hubungan
dari budaya dan kepercayaan lokal masyarakat timbal balik antara lingkungan manusia dengan
setempat. Dengan demikian, pelestarian lingkungan alam yang membentuk perilaku
lingkungan alam di Manggarai tidak terlepas manusia dalam kehidupannya. Ikatan hubungan
dari budaya dan kepercayaan setempat. yang begitu kuat antara manusia dengan alam
sebenarnya menunjukkan bentuk keharmonisan
Internalisasi Kearifan Lokal dalam Upaya perilaku yang selaras dalam mencapai tujuan
Pelestarian Lingkungan Alam pelestarian yang berkesinambungan (Keraf,
Lingkungan merupakan tempat makhluk 2010). Dengan demikian, aktivitas dan perilaku
hidup tinggal, mencari kebutuhan hidupnya, manusia memiliki pengaruh yang sangat besar
serta membentuk karakter termasuk manusia terhadap keberadaan lingkungan alamnya.
yang memilki peranan lebih kompleks dan riil Ketika manusia bertindak semena-mena
dalam pelestarian lingkungan. Undang-undang terhadap lingkungan alam yang menimbulkan
Nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan kerusakan, maka manusia pun mendapat efek
pengelolaan lingkungan hidup menegaskan sebagai reaksi alam akibat tindakan manusia.
bahwa lingkungan hidup merupakan kesatuan Masalah lingkungan alam seperti telah
ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan dipaparkan di atas, tidak dapat dipecahkan
makhluk hidup termasuk manusia dan secara teknis semata, yang lebih penting adalah
perilakunya yang memengaruhi alam itu sendiri. solusi yang dapat mengubah mental serta
Undang-undang tersebut, mengisyaratkan posisi kesadaran manusia dalam pengelolaan
manusia yang strategis dan menjadi sangat lingkungannya agar tetap lestari. Kesadaran
penting dalam keberlangsungan kehidupan manusia dalam mengelola lingkungan alam
manusia dan makhluk lainnya. Dengan kata lain, menjadi hal penting sebab sesungguhnya
tingkah laku manusia sebagai kunci perubahan manusia dan lingkungan alam adalah gambaran
mampu memengaruhi lingkungan alam. hidup sistemis sempurna yang pada dasarnya
Niman, Kearifan Lokal dan Upaya Pelestarian … 97

untuk kepentingan manusia itu sendiri manusia dalam mengusahakan terwujudnya


(Wirawan, 1992). Hal tersebut hendak moral untuk mengendalikan alam agar tetap
menegaskan bahwa manusia perlu mengubah berada pada batas aman dan lestari. Etika
cara pandangnya terhadap alam, memiliki rasa lingkungan juga berbicara tentang relasi antara
empati dengan perilaku yang bertanggungjawab, semua kehidupan alam semesta, yaitu
tidak mementingkan kebutuhan diri sendiri, serta antarmanusia dan antara manusia dengan
menghormati alam dengan cara meningkatkan makhluk lain atau dengan alam secara
etika lingkungan. Alam mempunyai hak untuk keseluruhan. Konteks masyarakat lokal
dihormati, tidak saja hanya karena kehidupan Manggarai, etika lingkungan dalam upaya
manusia bergantung pada alam, tetapi juga pelestarian lingkungan alam sudah ada pada
karena kenyataan ontologis bahwa manusia sistem pertanian tradisional dan ritual budaya
merupakan bagian integral dari alam. Prinsip lokal, disertai dengan berbagai kepercayaan dan
menghormati alam merupakan suatu bentuk tabu serta mitos yang dimaknai sebagai bagian
tanggung jawab moral manusia terhadap alam. dari penghormatan manusia terhadap alam dan
Tanggung jawab tersebut bukan saja secara dapat dimaknai sebagai bentuk pelestarian
individu melainkan juga secara kolektif dalam lingkungan alam. Hal ini berdasarkan kenyataan
masyarakat, khususnya masyarakat adat. Hal ini bahwa masyarakat lokal Manggarai memiliki
biasanya dipertahankan dan dihayati melalui aturan dan larangan-larangan dalam bentuk tabu
tabu-tabu atau mitos-mitos. Tabu dan mitos dan mitos yang diterima dan dihayati oleh
tersebut diapahami sebagai etika lingkungan masyarakat penganutnya sebagai bagian dari
alam secara lokal. kearifan lokal.
Etika lingkungan erat kaitannya dengan Keberadaan kearifan lokal Manggarai
cara kita bersikap dan bertindak terhadap merupakan sesuatu yang penting dan menjadi
lingkungan sekitar. Etika lingkungan sebagai salah satu hal yang harus diperhatikan secara
refleksi tentang apa yang harus dilakukan terkait kolektif dalam kegiatan perlindungan dan
dengan isu lingkungan hidup, termasuk pilihan pengelolaan lingkungan hidup khususnya di
moral dalam memenuhi kebutuhan hidup yang Manggarai. Terkait dengan hal tersebut, kearifan
memberi dampak pada lingkungan. Menurut lokal dengan sistem pelestarian hutan sebagai
Keraf (2002), etika lingkungan dipahami sebagai bagian dari lingkungan alam dapat disinergiskan
refleksi kritis atas norma-norma dan nilai-nilai dalam rangka kebertahanan dan keberlanjutanya.
moral dalam komunitas manusia atau dalam Salah satu cara mensinergiskan hal tersebut
kelompok masyarakat yang berbudaya sama dan adalah dengan menginternalisasikan nilai-nilai
memiliki ekologis yang sama pula, serta kearifan lokal yang ada pada masyarakat
merupakan petunjuk atau arah perilaku praktis setempat dalam mengelola dan melestarikan
98 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 11, Nomor 1, Januari 2019, hlm. 1-178

lingkungan alam yang ada di sekitarnya. dengan melakukan upaya penguasaan secara
Undang-undang No 32 tahun 2009 tentang mendalam melalui pembinaan dan atau
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pengajaran, pembiasaan, dan dilakukan secara
menegaskan bahwa perlindungan dan bertahap atau berjenjang serta memerlukan
pengelolaan lingkungan hidup meliputi waktu yang berkelanjutan.
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, Konteks budaya lokal Manggarai, penulis
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan meyakini bahwa internalisasi dapat dilakukan
hukum. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam dalam berbagai bentuk seperti dimasukan dalam
seluruh kegiatan yang berhubungan dengan mata pelajaran muatan lokal di sekolah, dan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, mata kuliah yang relevan di perguruan tinggi,
antara lain (a) keragaman karakter dan fungsi serta dapat diterapkan dalam strategi
ekologis, (b) sebaran penduduk, (c) sebaran pembelajaran yang kontekstual di tingkat
potensi sumber daya alam, (d) kearifan lokal, (e) sekolah. Selain itu perlu adanya kebijakan tua-
aspirasi masyarakat, dan (f) perubahan iklim. tua adat dan pemerintah setempat bahwa dalam
Secara etimologis internalisasi merupakan setiap upacara budaya perlu melibatkan kaum
suatu proses. Kamus Bahasa Indonesia (2017) muda agar memilki rasa menjadi bagian dari
berisi konsep internalisasi sebagai suatu proses budayanya serta memahami makna budayanya
penghayatan, pendalaman, dan penguasaan sehingga membentuk kebiasaan dan kesadaran
secara mendalam terhadap nilai-nilai sehingga ekologis secara berkelanjutan. Hal ini sejalan
merupakan keyakinan dan kesadaran akan dengan pemikiran Ngare (2014) yang
kebenaran nilai yang diwujudkan dalam sikap, menegaskan bahwa salah satu indikasi
berlangsung melalui binaan, bimbingan, dan lain kemerosotan nilai budaya Manggarai adalah
sebagainya. Bimbingan dan binaan tersebut kurangnya keterlibatan kaum muda dalam
dilakukan secara terencana, sistematis, dan upacara budaya. Keterlibatan kaum muda lebih
terstruktur. Menurut Nasir (2010), internalisasi kepada suatu tindakan toleransi bukan sebagai
merupakan upaya yang harus dilakukan secara suatu tanggung jawab moral dan pelaku ritual
berangsur-angsur dan berjenjang. Sejalan budaya tersebut.
dengan itu, Kalidjernih (2010) menjelaskan Internalisasi kearifan lokal dalam
bahwa internalisasi merupakan suatu proses pengelolaan lingkungan alam masyarakat
dimana individu belajar dan diterima menjadi Manggarai merupakan proses dialektika antara
bagian dan sekaligus mengikat diri ke dalam individu dalam kelompok masyarakat
nilai-nilai dan norma-norma sosial dari perilaku Manggarai yang memiliki budaya yang sama
suatu masyarakat. Dengan demikian, dan dalam lingkungan yang sama. Dialektika
internalisasi merupakan proses penanaman tersebut diharapkan dapat meminimalisisasi
Niman, Kearifan Lokal dan Upaya Pelestarian … 99

kerusakan lingkungan alam di Manggarai kebun warga dan membentuk hutan campuran
dengan tindakan mencegah kerusakan sejak dini atau hutan produksi. Tanaman tahunan tersebut
melalui tindakan lokal sebagai perwujudan nilai- memberikan manfaat ekonomis bagi pemiliknya,
nilai atau norma-norma kearifan lokal yang ada dan tanpa disadari memberikan manfaat
pada masyarakat Manggarai. Kearifan lokal pelestarian lingkungan alam dengan
dengan nilai-nilai budaya yang melekat pada mempertahankan fungsi hutan. Sistem pertanian
masyarakat Manggarai menjadi dasar bagi tradisional tersebut dilakukan berdasarkan
masyarakat Manggarai dalam mengelola pengetahuan masyarakat itu sendiri dengan
lingkungan alamnya, sehingga kesinambungan kesadaran ekologisnya.
dan keselarasan hidup dengan alam akan tetap Kesadaran ekologis ini oleh masyarakat
terjaga dengan baik. Nilai-nilai kearifan lokal Manggarai secara umum tidak terlepas dari
masyarakat Manggarai syarat dengan unsur- kepercayaan-kepercayaan budaya lokal
unsur spiritual, mitos, dan kepercayaannya. Hal masyarakat Manggarai. Adanya Filosofi hutan
ini diperkuat oleh pendapat Rim-Rukeh; dan isi bumi lainnya sebagai puteri bumi hasil
Irerhievwie; Agbozu (2013) bahwa pengetahuan perkawinan langit dan bumi serta hutan sebagai
praktis dalam budaya lokal masyarakat tertentu anak rona dalam sistem kekerabatan Manggarai,
memiliki peran dalam konservasi dan maka hutan layak untuk dihormati.
melindungi hutan serta sumber daya alam Penghormatan terhadap hutan ini tergambar
lainnya. Dengan demikian, dalam kaitannya dalam ritual upacara budaya seperti barong wae
dengan pelestarian lingkungan alam di teku, barong lodok dan barong boa, roko molas
Manggarai, maka internalisasi kearifan lokal poco dan congko lokap. Ritual dan upacara
merupakan suatu proses yang harus dilakukan budaya yang dimaksud memiliki nilai yang
demi tercapainya nilai-nilai ekologis yang harus menjadi dasar pembentukan moral masyarakat
dihayati dan diwujudkan dalam praktek melalui makna-makna simbolik. Moral yang
pengelolaan lingkungan alam secara positif dimaksud adalah berupa larangan dan tabu serta
sehingga berdampak pada lingkungan alam yang mitos yang menyertainya, seperti larangan
lestari sebagaimana yang dicita-citakan bersama. menebang pohon di sekitar sumber mata air.
Berdasarkan hasil observasi terbatas, Masyarakat tradisional Manggarai
penulis menemukan bahwa pada masyarakat percaya bahwa pada sumber mata air memiliki
lokal petani tradisional di Manggarai memiliki roh atau leluhur yang menjaga dan menyediakan
nilai-nilai konservasi melalui sistem pertanian air bagi manusia, kalau ini dilanggar maka
tradisional dengan konsep tanaman tumpang sari dipercayai roh/leluhur akan memberikan
dan memiliki tanaman tahunan yang terdiri dari kemurkaan bagi individu yang bersangkutan dan
tegakan pohon yang tinggi yang terdapat pada warga kampung serta air tersebut akan
100 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 11, Nomor 1, Januari 2019, hlm. 1-178

berkurang bahkan hilang. Adanya larangan, tabu yang sekadar berkunjung, antara lain (a)
dan mitos dalam memanfaatkan lingkungan dilarang masuk hutan larang (leuweung kolot)
alam tersebut menjadi bagian dari bentuk untuk menebang pohon, membuka ladang atau
menjaga pelestarian lingkungan alam secara mengambil hasil hutan lainnya; (b) dilarang
utuh dan komprehensif berbasis kearifan lokal. menebang sembarang semua jenis tanaman
Jadi, nilai nilai lokal masyarkat seperti buah-buahan dan jenis-jenis tertentu; dan
diinternalisasikan dalam konsep pertanian yang masih banyak aturan lainnya. Masyarakat Baduy
bersifat ekologis. Pengalaman pengelolaan masih memegang teguh dan
lingkungan alam berbasis kearifan lokal seperti menginternalisasikan adat istiadat dalam
ini banyak terjadi di beberapa wilayah baik mengelola lingkungannya. Hal ini terlihat dalam
secara nasional maupun internasional. hubungan antaraspek kehidupan masyarakat
Hasil pengamatan ini sejalan dengan Baduy yang terintegrasi dan sinergis dalam
beberapa penelitian yang terkait dengan memelihara lingkungan berkelanjutan.
pengaruh kearifan lokal terhadap upaya Fahrianoor, dkk. (2013) menemukan
pelestarian lingkungan alam. Hasil penelitian bahwa kearifan lokal masyarakat suku Dayak
Wibowo, dkk. (2012) menegaskan bahwa Loksado, Dayak Upau, dan Dayak Warukin
kearifan lokal yang terkandung dalam tradisi mempunyai pola yang sama dalam interaksi dan
kupatan dan sedekah bumi di Desa Colo, dilandaskan pada pemahaman yang sama dalam
Kabupaten Kudus mampu mempertahankan mengelola hutan dan manusia. Alam semesta
keberlanjutan lingkungan alam. Hal ini juga dianggap sebagai manifestasi Datu Alam dan
didukung oleh hasil penelitian Suparmini, Sriadi. Datu Tihawa. Kepercayaan orang Dayak
S, & Dyah R.S.S. (2013) yang mengkaji upaya mencerminkan bahwa kearifan lokal suku Dayak
pelestarian lingkungan masyarakat Baduy bukan hanya pada tataran kebiasaan (folkways),
berbasis kearifan lokal di Banten. Kehidupan tetapi juga ide-ide dan nilai-nilai yang berkaitan
masyarakat Baduy ternyata masih sangat dengan pengelolaan sumber daya alam. Hal ini
tergantung pada alam. Mereka senantiasa terus merupakan suatu bukti bahwa upaya
menjaga kelestarian alam karena kearifan lokal penyelamatan dan pelestarian lingkungan yang
yang dimiliki. Kearifan lokal diwujudkan dalam dilakukan masyarakat sejak lama dengan
pembagian wilayah menjadi tiga zona, yakni berpijak pada nilai nilai kearifan lokal yang
zona Reuma (pemukiman), zona heuma (tegalan dinternalisasikan untuk sebuah kesadaran
dan tanah garapan), serta zona leuweung kolot ekologis.
(hutan tua). Hal ini memungkinkan beberapa Selain itu, di Indonesia ditemukan
pikukuh (aturan) yang harus ditaati oleh beberapa jenis kearifan lokal terkait pengelolaan
masyarakat Baduy, baik yang menetap maupun hutan dan lingkungan (Sartini, 2004), antara lain
Niman, Kearifan Lokal dan Upaya Pelestarian … 101

(a) masyarakat adat Papua yang mempunyai mereka. Kearifan lokal masyarakat Thailand
kepercayaan te aro neweak lako yang berarti masih bertahan karena adanya norma yang
alam adalah aku. Gunung Erstberg & Grasberg mengikat dalam tatanan kehidupan. Selanjutnya,
dipercaya sebagai kepala mama, tanah dianggap Sen (2018) menjelaskan bahwa pengelolaan
sebagai bagian dari kehidupan manusia. Hal ini budaya lokal yang ramah berpotensi melindungi
menggambarkan bahwa masyarakat ini sangat kebun suci masyarakat India di masa depan.
berhati-hati dalam memanfaatkan sumber daya Kebun suci di India pada dasarnya merupakan
alam, (b) masyarakat adat Serawai, Bengkulu, cara tradisional dalam konservasi
terdapat keyakinan Celako kumali. Tata nilai keanekaragaman hayati. Berbagai ritual budaya
tabu dalam berladang dan tradisi tanam tanjak dan perayaan keagamaan yang dilakukan di
merupakan wujud dari kelestarian lingkungan kebun suci bertujuan untuk perlindungan bagi
(c) masyarakat Dayak Kenyah, Kalimantan spesies tanaman yang dapat disebut sebagai
Timur yang mempunyai tradisi “tana ulen” yang rumah harta spesies. Spesies di hutan suci
bararti bahwa kawasan hutan dikuasai dan digunakan sebagai obat untuk pelayanan
menjadi milik masyrakat adat. Pengelolaan kesehatan masyarakat adat pedesaan yang
tanah diatur dan dilindungi oleh aturan adat (d) menetap di sekitarnya.
masyarakat adat Undau Mau, Kalimantan Barat Masyarakat tradisional Manggarai pun
mengembangkan kearifan lokal dalam pola memiliki wujud pelestarian kearifan lokal yang
penataan ruang pemukiman, dengan tercermin dalam kehidupan keseharian mereka.
mengklasifikasikan hutan dan pemanfaatnnya. Banyak larangan, mitos, dan tabu-tabuan sebagai
Sistem ladang dilakukan dalam bentuk rotasi bentuk proteksi lingkungan dari pengaruh luar.
dan menetapkan masa bera serta mengenal tabu Cara hidup tradisional yang sederhana dan
sehingga penggunaan teknologi dibatasi pada penuh toleransi tersebut dalam memproteksi
teknologi pertanian ramah lingkungan (e) lingkungan alamnya ditunjukkan untuk
masyarakat adat Kasepuhan pancer Pangawinan, mempertahankan hidup yang jauh ke depan
kampung Dukuh Jawa Barat yang mengenal untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka saat
upacara tradisional, mitos, tabu sehingga ini dan generasi selanjutnya dalam jangka waktu
pemanfaatan hutan dilakukan dengan hati-hati yang panjang. Pandangan masyarakat Manggarai
dan tidak diperbolehkan eksploitasi kecuali atas dalam melestarikan lingkungan sejalan dengan
izin sesepuh adat. prinsip pembangunan lingkungan secara
Kongprasertamorn (2007) menyatakan berkelanjutan (environmental sustainability),
bahwa internalisasi kearifan lokal Thailand yang mana mereka menganggap bahwa
dalam Pengelolaan lingkungan sangat membantu kerusakan fungsi lingkungan alam akan
dalam mempertahankan kelangsungan hidup mengancam sumber kehidupan mereka. Dengan
102 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 11, Nomor 1, Januari 2019, hlm. 1-178

demikian, nilai-nilai kearifan lokal sangat alam yang kelihatan, maupun alam yang tak
dibutuhkan dan memberi kontribusi positif serta kelihatan.
menjadi salah satu strategi pengelolaan Berkaitan dengan hal di atas, generasi
lingkungan alam agar tetap lestari jika pendahulu sudah mewariskan beragam kearifan
dinternalisasikan dengan baik karena pada lokal yang dipakai sebagai pedoman sikap dan
dasarnya tingkah laku kelompok muncul sebagai perilaku manusia dalam berinteraksi dengan
respon dari kondisi kehidupan lokal terhadap lingkungan alam. Proses interaksi tersebut
lingkungan yang ada (Wirawan, 1992). terjadi secara terus menerus dan dapat
Prinsip etika lingkungan hidup dalam melahirkan pengalaman-pengalaman yang unik
beberapa kearifan lokal di atas tidak hanya dan khas dalam mengelola lingkungan alamnya.
berbicara mengenai perilaku manusia terhadap Pengalaman tersebut dapat terlihat dalam
alam, namun juga mengenai relasi di antara perlakuan masyarakat lokal terhadap benda-
semua kehidupan di alam semesta, yaitu relasi benda, tumbuhan, hewan, dan apapun yang ada
antara manusia dengan manusia yang disekitarnya. Perlakuan ini melibatkan
mempunyai dampak pada alam secara penggunaan akal budi yang dapat menghasilkan
keseluruhan. Kepatuhan pada larangan dan aktivitas budi yang selanjutnya aktivitas budi
mitos serta tabu-tabu menjadi salah satu bagian tersebut akan terakumulasi menjadi pengetahuan
dalam upaya mengelola lingkungan alam agar lokal dalam pengelolaan lingkungan alamnya
tetap lestari. Mitos dan ritual-ritual para leluhur (Ridwan, 2007). Pendapat tersebut diperkuat
dalam kearifan lokal mengenai pelestarian dalam Undang-Undang No 32 Tahun 2009
lingkungan alam, merupakan bentuk etika dan tentang Perlindungan dan Pengelolaan
pengetahuan lokal masyarakat Manggarai yang Lingkungan Hidup, pasal 1 ayat 30 bahwa
ternyata sangat ampuh dalam mengatur kearifan lokal berupa nilai-nilai luhur yang
hubungan dengan lingkungan alam sekitarnya. berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk
Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Keraf melindungi dan mengelola lingkungan hidup
(2002) yang menegaskan bahwa kearifan lokal secara lestari. Selanjutnya ayat 31 menjelaskan
merupakan bentuk pengetahuan, keyakinan, tentang masyarakat adat, yaitu kelompok
pemahaman atau wawasan, serta adat kebiasaan masyarakat yang secara turun temurun
atau etika yang menuntun perilaku manusia bermukim di wilayah geografis tertentu karena
dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. adanya ikatan pada asal usul leluhur, adanya
Semua bentuk kearifan lokal ini dihayati, hubungan yang kuat dengan lingkungan hidup,
dipraktekkan, diajarkan dan diwariskan dari serta adanya sistem nilai yang menentukan
generasi ke generasi sekaligus membentuk pola pranata ekonomi, politik, sosial, dan hukum.
perilaku manusia terhadap sesama manusia, Mencermati Undang-undang di atas, tercermin
Niman, Kearifan Lokal dan Upaya Pelestarian … 103

suatu bentuk pengakuan akan keberadaan nilai- Hubungan perilaku manusia dalam
nilai yang mengakar dalam budaya masyarakat kelompok budaya dengan lingkungan alam
secara lokal dan memberikan kesempatan merupakan hubungan timbal balik dan saling
seluas-luasnya kepada masyarakat lokal dalam memberikan jaminan pada terwujudnya
mengelola lingkungan alamnya berdasarkan pelestarian alam dan konsep kesinambungan
nilai-nilai luhur yang ada pada budaya lokal serta keadilan yang dibangun masyarakat adat
tersebut, dengan tujuan agar lingkungan alam lokal. Hal ini merupakan suatu kekuatan yang
tetap terjaga dan lestari. Dengan demikian, diperoleh dari nilai-nilai yang berkembang
kearifan lokal yang ada pada setiap masyarakat dalam kehidupan spiritual masyarakat adat.
lokal perlu diberdayakan dalam kehidupan Teori human ecology menegaskan bahwa
masyarakat. Warisan budaya lokal bukan terdapat hubungan timbal balik antara
sesuatu yang didiamkan tetapi harus diangkat lingkungan dengan tingkah laku manusia,
dan disosialisasikan kepada masyarakat dimana lingkungan dapat memengaruhi manusia
pemiliknya melalui berbagai cara maupun dan sebaliknya perilaku manusia dapat
kebijakan dari pemangku adat dan pemerintah. memengaruhi lingkungan (Ridwan, 2007).
Sebagaimana telah dijelaskan Masyarakat adat sebagai pelaku dalam
sebelumnya, bahwa kearifan lokal terwujud pelestarian alam, memberikan jaminan
dalam perilaku atau kebiasaan-kebiasaan kesinambungan kehidupan manusia dan alam,
masyarakat yang memiliki pemahaman yang serta menjamin keselarasan manusia dengan
sama mengenai sesuatu. Pemahaman bersama alam. Sikap ini ditunjukkan melalui tindakan
tersebut terbentuk dari sesuatu yang sama dan peraturan yang memberikan kesadaran
dengan berinteraksi dalam lingkungan yang secara batiniah dan kesadaran lahiriah agar
sama pula. Pemahaman yang sama ini terjadi bentuk kepedulian terhadap keselamatan hutan
karena pada dasarnya setiap lingkungan terjaga.
memiliki setting tertentu terutama yang terkait Pelestarian lingkungan berbasis nilai
dengan relasi yang ideal dalam kelompok baik ekologis kearifan lokal dalam konteks kekinian
antara sesama manusia maupun dengan perlu dilakukan secara integratif. Pelestarian
lingkungan alamnya. Relasi ideal ini tercipta lingkungan alam yang integratif tersebut
karena adanya kemampuan beradaptasi dari memiliki unsur-unsur pembangunan kesadaran
manusia terhadap lingkungan alamnya dan manusia seutuhnya. Sebab nilai-nilai yang
kepatuhan terhadap nilai-nilai kearifan lokal terdapat dalam kearifan lokal merupakan nilai-
yang dimiliki sebab seting itu sendiri menjadi nilai yang unggul dalam masyarakat lokal.
roh dari tingkah laku masyarakat dalam Sehingga sangatlah tepat jika sistem pelestarian
lingkungannya (Wirawan.1992). lingkungan alam diambil dari nilai-nilai unggul
104 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 11, Nomor 1, Januari 2019, hlm. 1-178

yang ada dalam masyarakat lokal. Jika lingkungan alam merupakan salah satu cara
pelestarian lingkungan alam berbasis kearifan mempertahankan pelestarian lingkungan alam.
lokal dapat diterapkan sebagai strategi, maka Hal tersebut merupakan bagian dari kehidupan
kearifan lokal memilki peranan penting dalam masyarakat.
membangun kesadaran dan sikap mental dan
moral serta cara pandang manusia terhadap DAFTAR RUJUKAN
kelestarian lingkungan alam. Dengan demikian,
nilai ekologis dalam kearifan lokal memberi Abdulah, I. 2009. Konstruksi dan Reproduksi
Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka
kontribusi pada pelestarian lingkungan alam.
Pelajar.
KESIMPULAN
Ardan, S,A., et al., 2015. Need Assessment to
Development of Biology Texbook for
Beberapa praktik kearifan lokal yang
High School Class X-Based the Local
sudah dijelaskan di atas merupakan warisan Widsom of Timor. International
Education Studies, 8(4), 52-59.
leluhur yang masih dipertahankan hingga saat
ini oleh masyarakat yang menganutnya. Hal ini Aryadi. 2000. Menyelamatkan sisa hutan
Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor
dapat dijadikan sebagai salah satu strategi Indonesia.
perlindungan dan pelestarian lingkungan alam
Becker, C.D & Ghimere, K. 2003. Synergy
yang sudah terbukti dalam upaya between traditional ecological
keberlanjutannya. Pentingnya internalisasi nilai- knowledge and conservation science
supports forest preservation in Ecuador.
nilai ekologi dari kearifan lokal dalam Concervation Ecology. 8(1),1-12.
pengelolaan lingkungan alam merupakan bentuk
Berkes, F & Hunt. I.J.D. 2004. Bioversity,
perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup. traditional management system, and
Nilai-nilai kearifan lokal yang ada pada cultural landscapes: examples
from the boreal forest of Canada.
masyarakat lokal penting untuk dipertahankan International Sosial Science
dan dirawat agar masyarakat memiliki tanggung Journal, 58(8), 35-47.
jawab dalam menjaga dan melestarikan Daryono. 2008. Pengantar Pendidikan
lingkungan alamnya serta menghormati hak-hak Pancasila dan Kewarganegaraan.
Jakarta: PT Rineka Cipta
alam itu sendiri. Internalisasi nilai-nilai ekologi
dalam kearifan lokal menjadi strategi yang tepat Fahrianoor, dkk., 2013. Praktik Kearifan Lokal
Dayak Orang-orang di Konservasi
dalam pengelolaan lingkungan alam karena Hutan di Kalimantan
memberi kontribusi positif dalam Selatan.Jurnal Lahan Basah
Pengelolaan Lingkungan, 1(1), 33-41.
mempertahankan pelestarian lingkungan alam.
Adanya larangan, tabu dan mitos yang ada pada Forest Watch Indonesia. 2015. Potret Keadaan
Hutan Indonesia Periode 2010 2015.
budaya masyarakat lokal dalam mengelola Bogor: Forest Watch Indonesia
Niman, Kearifan Lokal dan Upaya Pelestarian … 105

Global Canopy Programme. 2013. Buku Kecil Manik,K. S. 2009. Pengelolaan Lingkungan
Pendorong Besar Deforestasi, 24 katalis Hidup. Jakarta: Djambatan
untuk mengurangi deforestasi hutan
tropis dari “resiko komoditas hutan”: Mungmachon, 2013. Knowledge and Local
Oxford University. Wisdom: Community Treasure.
International Journal Of Humanities
Herimanto & Winarno. 2011. Ilmu Sosial dan and Social Science. 2(13) 174-181.
Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Nasir, R. 2010. Mencari Tipologi Forma
Iswandono. 2015. Integrating lokal culture into Pendidikan Ideal. Yogyakarta: Pustaka
forest conservation: A case study of the Pelajar
Manggarai tribe in Ruteng mountains,
Indonesia JMHT V ol. 21, (2): 55-64. Rautner, et al., 2013. Buku Kecil Pendorong
Besar Deforestasi: 24 Katalis Untuk
Kalidjernih, Freddy K. 2010. Penulisan Mengurangi Deforestasi Hutan Tropis
Akademik. Edisi Kedua. Bandung: Dari ”Resiko Komoditas Hutan”. Park
Widya Aksara Press. End Street, Oxford, OX1, HU, UK:
Global Cannopy Foundation
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kamus
versi online daring Reksohadiprojo,S.B. 2000. Ekonomi
https://kbbi.web.id/internalisasi Lingkungan, II. ed.Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Ridwan, N. A. 2007. Landasan Keilmuan


2016. Indonesian Biodiversity Strategy Kearifan Lokal. Jurnal Studi Islam dan
and Action Plan 2015-2020. Jakarta: Budaya, 5(1) 27-38.
Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Rim-Rukeh, I. & Agbozu .2013. Traditional
Beliefs and conservartion of Natural
Keraf.2002. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: Resources: Evidences from selected
Buku Kompas communities in Delta State, Nigeria.
International journal of Biodiversity and
Keraf. 2010. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: Conservation, Vol 5.No 7: 426-432
Buku Kompas Rohadi,A. 1986. Kepribadian Budaya Bangsa
(local genious), Jakarta: Pustaka Jaya
KPHL 2017. (Kesatuan Pengelolaan Hutan
Lindung) Manggarai Sartini. 2004. Menggali Kearifan Lokal
Nusantara Sebuah Kajian Filsafat.
Koentjaranigrat. 2010.Pengantar Ilmu Jurnal Filsafat. Vol.37.No.22: 111-120.
Antropologi,.,Jakarta : Rineka Cipta
SEN, Uday K. 2018. Assessing the social,
Kongprasertamorn.K. 2007.Local Wisdom, ecological and economic impact On
Environmental Protection and conservation activities within human-
Community Development: the Clam modified Landscapes: a case study in
Farmers in Tambon bangkhunsai, jhargram district of west Bengal, india.
Phetchaburi province, Thailand. Journal INT J CONSERV SCI Vol 9. No 2: 319-
of Humanities, 10(1), 1-10. 336

Liliweri, A. 2014. Pengantar Studi Kebudayaan. Suastra, I W. 2010. Model Pembelajaran Sains
Bandung: Nusamedia Berbasis Budaya Lokal Untuk
Mengembangkan Potensi Dasar Sains dan
106 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 11, Nomor 1, Januari 2019, hlm.

Nilai Kearifan Lokal di SMP. Jurnal Pendidikan Uhi, Alexander, J. 2016. Filsafat Kebudayaan:
dan Pengajaran. Vol 43.No 1: 8-16 Konstruksi Pemikiran Cornelis Anthonie
Sumarmi. 2014. Geografi Lingkungan berbasis van Peursen dan Catatan Reflektifnya.
Kearifan Lokal..Fakultas Ilmu Sosial Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Univ. Negeri Malang dan Aditya Media
Publishing Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan
Suparmini, S. S. & Dyah R.S.S. 2013. Lingkungan Hidup
Pelestarian Lingkungan Masyarakat
Baduy Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Wibowo, dkk; 2012. Kearifan Lokal dalam
Penelitian Humaniora, Vol.18,No.1,:8- Menjaga Lingkungan hidup (Studi
22 Kasus Masyarakat di Desa Colo
Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus.
Tilaar. 2012. Pendidikan, Kebudayaan dan Journal of Educational Social
Masyarakat Madani Indonesia. Studies.Vol 1 No 1: 25-30
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wirawan, S. 1992. Psikologi Lingkungan.
Jakarta: Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai