Anda di halaman 1dari 5

Peluang Bisnis Bidang Kehutanan Bagi Pengusaha 15

PELUANG BISNIS BIDANG KEHUTANAN BAGI


PENGUSAHA DAERAH PADA OTONOMI DAERAH
DI KALIMANTAN TIMUR

La Sina
(Dosen Fakultas Hukum Universitas Mulawarman)

ABSTRAK

Di era reformasi saat sekarang ini telah melahirkan berbagai keinginan masyarakat di daerah,
keinginan tersebut perlunya otonomi daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri.
Di Kalimantan Timur juga tuntutan tersebut selalu dikumandangkan oleh masyarakat agar
pelaksanaan otonomi dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Kalimantan Timur yang kaya raya akan sumber daya alam, seperti Kehutanan, hal ini akan
memberikan peluang bisnis dibidang Kehutanan khususnya kepada para pengusaha dibidang
Kehutanan.
Dengan luasnya kawasan hutan yang ada di Indonesia akan lebih memberikan peluang bisnis
bagi pengusaha pada otonomi daerah dewasa ini.
Pengusahaan dibidang Kehutanan dapat memberikan manfaat seluas-luasnya bagi masyarakat
di daerah sehingga dengan demikian masyarakat akan mendapatkan perbaikan kehidupan lewat
pengusahaan hutan, selain masyarakat juga Pemerintah Daerah akan mendapat kontribusi dari hasil
pengusahaan hutan 80% dari penerimaan iuran hak pengusahaan hutan dan 60% dari dana reboisasi.

Key words : Bisnis bidang Kehutanan dan Otonomi Daerah

PENDAHULUAN Dewasa ini potensi sumberdaya hutan


di Kalimantan Timur baru sebagian kecil
A. Latar Belakang yang telah dimanfaatkan, sedangkan sebagian
besar jenis flora fauna lainnya belum
Otonomi Dearah yang telah bergulir dimanfaatkan secara optimal. Tingkat
sejak diundangkannya Undang-Undang pemanfaatan pada beberapa kawasan hutan
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan produksi yang dilakukan oleh para pemegang
Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Hasil Pemanfaatan Hutan (HPH) telah begitu
Tahun 1999 tentang Perimbangan Kerja serta intensif dengan tujuan untuk memburu kayu
diberlakukannya secara efektif pada awal (timber extraction), sehingga telah
tahun 2001 dan telah diganti dengan Undang- menyebabkan kerusakan hutan dan degradasi
undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang fungsi hutan.
Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Permasalahan fundamental dalam
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan alokasi pemanfaatan sumberdaya hutan di
Kerja membawa berbagai harapan bagi Kalimantan Timur terdapat ketidakadilan
masyarakat yang selama ini merasa kurang dalam alokasi pemanfaatan dan kurang
mendapat peluang dalam berbagai kegiatan berdayanya perekonomian masyarakat
usaha di Kalimantan Timur. utamanya masyarakat dunia usaha dengan
Daerah bersama masyarakat koperasi dan masyarakat. Akibatnya tidak
mengharapkan perubahan dan perbaikan terjalin hubungan yang serasi dan seimbang
bersamaan dengan diberikannya otonomi antara usaha besar, menengah, kecil, koperasi
untuk mengelola sumberdaya hutan bagi dan masyarakat, sehingga tidak berkembang
pengembangan ekonomi di wilayahnya. suatu sistem ekonomi yang berbasis
Sumberdaya hutan memiliki kehutanan yang tumbuh dan berkembang dari
kedudukan, fungsi dan peran nyata bagi masyarakat sekitar hutan.
kehidupan dan penghidupan masyarakat tidak
hanya bangsa dan rakyat Indonesia akan B. Perumusan Masalah
tetapi juga bagi masyarakat dunia
internasional. Berdasarkan bukti empirik bahwa para
Hutan merupakan salah satu pemegang HPH yang penguasaan areal
sumberdaya alam yang dapat memulihkan konsesinya relatif luas telah melampui
diri selama pemanfaatannya tidak melampui kapasitas manjemen, sehingga kegiatan
daya pulihnya, sehingga manfaat ganda dari pengusahaan hutannya menjadi tidak efektif,
hutan akan terus mengalir selama keberadaan efisien dan mengabaikan prinsip-prinsip
dan fungsinya tetap terjamin. pengelolaan hutan lestari bahkan cenderung

Risalah Hukum, Edisi Nomor 2, Juni 2005 ISSN 0216-969X


Peluang Bisnis Bidang Kehutanan Bagi Pengusaha 16

menelantarakan areal konsesinya setelah pembinaan terhadap pelaksanaan otonomi


melakukan penebangan hutan. daerah.
Selain itu dengan sistem usaha HPH Peran Pemerintah dalam bidang
seperti tersebut, kurang adanya hubungan kehutanan pada era otonomi daerah mutlak
saling ketergantungan dan keselarasan antara diperlukan terutama dalam menjembatani
masyarakat, koperasi, usaha kecil, usaha pihak-pihak yang memiliki kepentingan
menengah dan para pemegang HPH, terhadap manfaat agar tidak menimbulkan
kopreasi, usaha kecil, usaha menengah dan pertentangan kepentingan. Secara garis besar
para pemegang HPH, akibatnya telah bahwa peran Pemerintah adalah untuk
menimbulkan kesenjangan struktural maupun menciptakan iklim yang kondusif dalam
kesenjangan fungsional yang bermuara pemanfaatan hutan, sehingga seluruh lapisan
kepada konflik yang berkepanjangan antara masyarakat baik badan usaha milik
pemegang HPH dan masyarakat di sekitar negara/daerah, swasta, koperasi maupun
hutan. masyarakat mempunyai peluang yang sama
Permasalahan-permasalahan tersebut untuk memanfaatkan potensi sumberdaya
diharapkan akan dapat terselesaikan dengan hutan.
diundangkannya Undang-Undang Nomor 41 Secara umum bahwa tujuan
Tahun 1999 tentang Kehutanan. Secara garis pengelolaan hutan adalah untuk memberikan
besar bahwa dengan Undang-Undang Nomor manfaat optimal dari aspek ekonomi, ekologi
41 tentang Kehutanan Tahun 1999 tersebut, dan sosial budaya. Dalam konteks
terdapat perubahan yang mendasar dalam pengelolaan hutan, hutan harus dipandang
pola pemanfaatan hutan, dimana sistem hak sebagai satu kesatuan ekosistem yang utuh,
pengusahaan hutan sudah tidak digunakan bukan hanya sebagai sumber kayu bagi bahan
lagi. Sebagai gantinya pemanfaatan hutan baku industri.
hanya diberikan dalam bentuk izin Prinsip umum pengelolaan hutan
pemanfaatan hasil hutan (kayu maupun non tersebut dipahami dan diamalkan oleh yang
kayu), izin pemanfaatan kawasan hutan, izin diberi amanah untuk menerbitkan perizinan
pemanfaatan jasa lingkungan, izin pemanfaatan sumberdaya hutan tersebut,
pemungutan hasil hutan (kayu maupun sehingga pemanfaatan sumberdaya hutan
nonkayu). mampu berperan sebagai basis utama bagi
penggerak ekonomi umat.
Pemanfaatan potensi sumberdaya hutan
PEMBAHASAN dari kawasan hutan seluas 120,5 juta
hektar, baru berorientasi kepada produksi
A. Peluang Usaha Dalam Bidang Kehutanan kayu sedangkan terhadap produksi non
1. Keadaan Sumberdaya Hutan kayu seperti rotan, getah, sutera maupun
komoditas lainnya masih belum
Dengan diberlakukannya otonomi dimanfaatkan secara optimal (D.Ruhjadi
daerah maka segala bentuk perizinan yang Prawiraatmaja, 1998).
berkaitan dengan pemanfaatan hutan telah Pada tahun 1998 secara nasional
didelegasikan kepada Daerah. Beberapa kontribusi bidang kehutanan terhadap
Keputusan Menteri Kehutanan yang perekonomian nasional adalah sekitar US $
merupakan peraturan pelaksanaan otonomi 3,39 miliar per tahun dan dapat memberikan
daerah bidang kehutanan, seperti Keputusan sumber penghidupan, baik secara langsung
Menteri Kehutanan No. 05.1/Kpts-II/2000 maupun tidak langsung kepada 30 juta
yang mengatur tentang Pemanfaatan Hutan penduduk sekitar hutan. Pengalaman empirik
Produksi, telah memberikan kewenangan pada masa pemulihan krisis ekonomi,
kepada Bupati untuk menerbitkan ternyata perekonomian yang berbasis
keseluruhan perizinan yang berkaitan dengan kehutanan lebih survive dibandingkan
pemanfaatan hutan produksi. Sedangkan kegiatan perekonomian yang berbasis sektor
apabila kawasan hutan produksi yang lainnya.
dimohon oleh pihak ketiga untuk mendapat Peran lainnya yang disumbangkan dari
perizinan tersebut, berada pada kawasan manfaat tidak langsung dari pengelolaan
hutan produksi yang melintas lebih dari satu hutan lindung pada Daerah Aliran
Kabupaten maka kewenangan perizinannya Sungai yang ditujukan sebagai fungsi
berada pada Gubernur. hidro-orologis, ternyata telah mampu
Peran Pemerintah Pusat/Daerah memberikan dukungan terhadap 70%
terbatas pada lebih peka yang bersifat sektor-sektor pembangunan lainnya.
strategis seperti penetapan dan pengendalian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kualitas kebijakan, pengawasan dan pengelolaan hutan lindung di daerah
aliran sungai Citarum, telah mempu

Risalah Hukum, Edisi Nomor 2, Desember 2005 ISSN 0216-969X


Peluang Bisnis Bidang Kehutanan Bagi Pengusaha 16

menjamin ketersediaan air di Sungai putih, bambu, buah/biji dan nipah.


Citarum sekitar 845 juta metrik per tahun Kelompok masyarakat yang mempunyai
atau setara Rp. 1,9 trilyun per tahun (D. peluang memanfaatkan usaha tersebut
Ruhjadi Prawiraatmadja, 1998). adalah koperasi masyarakat sekitar hutan
Dilihat dari aspek ekonomi, kegiatan dan perorangan.
usaha yang dapat dilakukan oleh masyarakat e. Usaha Pemanfaatan Kawasan Hutan,
pengusaha maupun masyarakat lokal yang yaitu pemanfaatan ruang tumbuh untuk
berkaitan dengan pemanfaatan hutan adalah melakukan budidaya tanaman jamur,
mulai tahapan perencanaan hutan hingga tanaman obat, tanaman hias, tanaman
kepada pemanfaatan pasca panen. Secara pangan, perlebahan dan budidaya
keseluruhan bahwa peluang usaha yang dapat penangkaran satwa dalam kawasan hutan
dimanfaatkan dalam proses pengelolaan produksi dan hutan lindung. Kelompok
hutan dikelompokkan menjadi dua kelompok masyarakat yang dapat memperoleh
besar, yaitu aktifitas paket pemanfaatan hutan peluang usaha adalah perorangan
itu sendiri dan aktifitas usaha dalam tahapan (maksimum 5 hektar) dan koperasi
proses pemanfaatan hutan. masyarakat sekitar hutan (maksimum 50
hektar).
2. Aktifitas Usaha Pemanfaatan Hutan f. Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan,
yaitu pemanfaatan kawasan hutan
Aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan jalan tidak mengektraksi hasil
dengan pemanfaatan hutan antara lain, usaha hutan, yaitu berupa usaha pemanfaatan
pemanfaatan hasil hutan kayu, usaha air, wisata/rekreasi alam, perburuan
pemanfaatan hasil hutan non kayu, usaha satwa liar, olah raga tantangan, usaha
pemanfaatan kawasan hutan dalam bentuk dalam rangka pembinaan fisik dan
budidaya tanaman bawah tegakan hutan, mental, carbon trade dan usaha
usaha pemungutan hasil hutan kayu dan penelitian. Kelompok masyarakat yang
pemungutan hasil hutan non kayu, serta dapat melakukan usaha pemanfaatan jasa
usaha jasa lingkungan seperti ekotourism, lingkungan adalah perorangan, koperasi,
pemanfaatan jasa air, olah raga tantangan dan badan usaha milik negara/daerah dan
lain sebagainya. swasta.
a. Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu, g. Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
dalam usaha pemanfaatan hasil hutan Hutan Tanaman, yaitu suatu kegiatan
kayu di Kalimantan Timur yang usaha didalam kawasan hutan produksi
memperoleh peluang usaha adalah Badan untuk menghasilkan kayu sebagai produk
Usaha milik Daerah, Swasta, Pengusaha utama yang kegiatannya terdiri atas
Kecil, Pengusaha Menengah dan penanaman, pemeliharaan, pengamanan,
Koperasi. pemanenan dan pengolahan serta
b. Pemanfaatan Hasil Hutan Non Kayu, pemasaran hasil hutan tanaman.
yang meliputi usaha pemanfaatan rotan, Kelompok masyarakat yang dapat
sagu, getah-getahan, kulit kayu, kayu mengusahakannya adalah perorangan
putih, bambu, buah/biji dan nipah. Luas (maksimum 1.000 hektar), Koperasi
maksimal yang boleh diusahakan adalah (maksimum 5.000 hektar), BUMN/D
5.000 hektar untuk setiap pemohon dalam (5.000 – 50.000 hektar) dan swasta
satu propinsi atau 20.000 hektar untuk (5.000 – 50.000 hektar).
setiap pemohon dalam wilayah negara h. Usaha Penangkaran Swasta/Tumbuhan
kesatuan Republik Indonesia. Liar dan Usaha Pemanfaatan
c. Usaha Pemungutan Hasil Hutan Kayu, Tumbuhan/Satwa Liar, yaitu kegiatan
yang meliputi usaha pemungutan hasil budidaya satwa/tumbuhan liar di luar
hutan kayu dalam kawasan hutan habitat aslinya dan kegiatan pemanfaatan
produksi yang tidak dibebani hak kepada tumbuhan/satwa liar.
pihak ketiga. Kelompok masyarakat yang i. Usaha Pengusahaan Pariwisata Alam,
dapat memanfaatkan usaha ini adalah yaitu usaha jasa wisata alam pada zona
Koperasi masyarakat sekitar hutan dan pemanfaatan taman nasional.
perorangan. Luas maksimum yang dapat j. Usaha Industri Pemanfaatan Hasil Hutan,
diusahakan adalah 100 hektar dan dalam yaitu kegiatan usaha pemanfaatan kayu
satu Kabupaten maksimum seluas 500 melalui industri pengolahan hasil hutan
hektar. baik berupa kayu maupun non kayu.
d. Pemungutan Hasil Hutan Non Kayu
adalah usaha pemungutan hasil hutan non
kayu antara lain usaha pemanfaatan rotan, 3. Aktifitas Usaha dalam Proses Pengelolaan
sagu, getah-getahan, kulit kayu, kayu Hutan

Risalah Hukum, Edisi Nomor 2, Desember 2005 ISSN 0216-969X


Peluang Bisnis Bidang Kehutanan Bagi Pengusaha 16

Jenis-jenis usaha yang dapat Pemerintah pusat dan pemerintah


dikembangkan dalam tahapan proses daerah agar tetap mendorong para pengusaha
pengelolaan hutan adalah mulai tahapan untuk berkiprah didalam usaha dibidang
perbenihan hingga tahapan pengelolaan hasil kehutanan, karena selain memberikan
hutan. Adapun kegiatan usaha tersebut antara keuntungan bagi pengusaha di daerah juga
lain adalah pengada/penangkar benih memberikan keuntungan terhadap pemerintah
tanaman hutan, pengada pupuk, konsultan daerah.
pelaksana rehabilitasi hutan, konsultan PENUTUP
AMDAL, konsultan penyusunan rencana
pembangunan/pengembangan HTI, konsultan Sumberdaya hutan memiliki kedudukan,
pemetaan dan konsultan pelaksana eksploitasi fungsi dan peran yang cukup penting dalam
hutan maupun kerjasama usaha baik dengan perekonomian lokal, regional, nasional dan
badan usaha swasta maupun badan usaha internasional.
milik negara/daerah. Otonomi bidang kehutanan membawa
Disamping kegiatan usaha tersebut konsekuensi logis munculnya berbagai
terdapat kegiatan-kegiatan lainnya yang kesempatan/peluang berusaha bagi masyarakat
ditujukan untuk menunjang profesionalisme maupun pengusaha daerah dituntut untuk lebih
kegiatan usaha dalam bidang kehutanan, peka dalam memanfaatkan peluang tersebut.
seperti lembaga pendidikan dan pelatihan Otonomi bidang kehutanan diharapkan
kehutanan maupun lembaga penelitian swasta akan menimbulkan iklim usaha yang kondusif
dalam bidang kehutanan. bagi masyarakat maupun pengusaha daerah,
Aktifitas-aktifitas usaha tersebut diatas sehingga akan bermuara kepada peningkatan
adalah peluang-peluang yang bisa pertumbuhan ekonomi yang tumbuh dan
dimanfaatkan oleh pengusaha daerah dalam berkembang dari masyarakat yang berbasis usaha
rangka menunjang pelaksanaan otonomi dalam bidang kehutanan.
daerah bidang kehutanan. Pengusahaan dibidang kehutanan
memberikan peluang bisnis bagi pengusaha
kehutanan dan terhadap pemerintah daerah akan
B. Keuntungan Pemerintah Daerah Propinsi mendapat dana bagi hasil yang bersumber dari
Kalimantan Timur terhadap Pengusahaan iuran usaha dibidang kehutanan.
Hutan

Dalam Pasal 160 (3) Undang-undang


Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, selain pengusaha daerah
mendapatkan peluang bisnis bidang
kehutanan tetapi juga bagi pemerintah daerah
akan mendapatkan dana bagi hasil yang akan
mendapatkan dana bagi hasil yang bersumber
dari sumberdaya alam seperti penerimaan
kehutanan yang berasal dari Iuran Hak
Penguasaan Hutan (IHPH), Propinsi Sumber
Daya Hutan (PSDH) dan dana reboisasi yang
dihasilkan dari wilayah daerah yang
bersangkutan.
Dana bagi hasil yang bersumber dari
sumber daya alam yang berasal dari
kehutanan akan diatur sebagai berikut :
1. Penerimaan kehutanan yang berasal dari
penerimaan Iuran Hak Penguasaan
Hutan (IHPH) dan Propinsi Sumberdaya
Hutan (PSDH) yang dihasilkan dari
wilayah daerah yang bersangkutan
dibagi dengan imbangan 20% (dua puluh
persen) untuk pemerintah dan 80%
(delapan puluh persen) untuk daerah.
2. Penerimaan kehutanan yang berasal dari
dana reboisasi dibagi dengan imbangan
sebesar 60% (enam puluh persen) untuk
pemerintah dan 40% (empat puluh
persen) untuk daerah.

Risalah Hukum, Edisi Nomor 2, Desember 2005 ISSN 0216-969X


Peluang Bisnis Bidang Kehutanan Bagi Pengusaha 16

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur
Amrah Muslimin,1999. Ikhtiar
Perkembangan Otonomi Daerah,
Penerbit Jembatan, Jakarta., hal 8 –
9.

Abdullah Rozali. 1999. Pelaksanaan Otonomi


Luas dan Isi Federalisme sebagai
Suatu Alternatif.

Ruhjadi Prawiraaruradja. 2003. Peluang


Bisnis bagi Pengusaha Kehutanan di
Daerah.

B. Perundang-undangan.
RI. 2001. Undang-undang Nomor 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan.
RI. 2005. Undang-undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah.
RI. 2005. Undang-undang Nomor 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan
Keuangan Negara.

Risalah Hukum, Edisi Nomor 2, Desember 2005 ISSN 0216-969X

Anda mungkin juga menyukai