Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hutan Dulamayo merupakan salah satu hutan serbaguna (Multipe Use Forestry) yang
sesuai dengan pengertiannya adalah praktek kehutanan yang mempunyai dua tau lebih tujuan
pengelolaan, meliputi produksi, jasa atau keuntungan lainnya. Dalam penerapan dan
pelaksanaannya bisa menyertakan tanaman pertanian atau kegiatan peternakan. Walaupun
demikian hutan serbaguna tetap merupakan kehutanan (dalam arti penekanananya pada aspek
pohon, hasil hutan dan lahan hutan), dan bukan merupakan bentuk pemanfaatan lahan terpadu
sebagaiman agroforestry yang secara terencana diarahkan pada pengkombinasian kehutanan dan
pertanian untuk mencapai beberapa tujuan yang terkait dengan degradasi lingkungan serta
problema masyarakat di pedesaan
Seacara geografis Hutan Pendidikan Gunung Damar Dulamayo terletak antara 00 0.41-
000.43 LU dan 1220.54- 1230.04 BT, masih dalam wilayah Kecamatan Telaga Kabupaten
Gorontalo. Desa Dulamayo Selatan dan Desa Dulamayo Utara adalah Desa yang berbatasan
langsung dengan Hutan Pendidikan Gunung Damar Dulamayo yang disahkan oleh Menteri
kehutanan RI pada bulan Oktober 2004.
Topografi dikawasan Hutan Pendidikan Gunung Damar Dulamayo ini bervariasi dari
datar hingga pegunungan dengan ketinggian rata-rata 900 dpl, tetapi pada umumnya memeiliki
topografi yang berbukit-bukit dan jarak antara satu dusun dengan dusun yang lain agak sulit
dijangkau karena medan apalagi pada saat musim hujan.
Jenis tanah yang berada pada lokasi Hutan Dulamayo ini adalah ordo inceptisol. Tanah
ini terbentuk pada daerah yang mempunyai curah hujan sedang sampai tinggi. Kandungan liat
pada tanah jenis ini sangat tinggi hal ini terlihat jika saat pada musim kemarau tanahnya seperti
retak sedangkan saat musim hujan terjadi genangan.
Iklim di Hutan Dulamayo curah hujan tahunan menunjukan rata-rata 1.345 mm/tahun,
curah hujan tertinggi pada bulan maret. Daerah ini mempunyai 11 bulan basah (>100 mm) dan 1
bulan kering (,60 mm) sehingga termasuk tipe iklim A (Schmid dan Ferguson).
Penduduk Desa Dulamayo Selatan berjumlah 2.035 jiwa dan Desa Dulamayo Utara
berjumlah 1.665 jiwa,sehingga rata-rata jumlah anggota dalam satu keluarga adalah 3-4 orang
dengan kepadatan penduduk berjarak 20 jiwa/km. Tingkat kepadatan penduduk masih sangat
rendah, ini berarti wilayah tersebut perbandingan antar penduduk terhadap luasan wilayahnya
secara kuantitatif masih relatif keil atau dapat dikatakan bahwa ketersediaan lahan rata-rata untuk
setiap penduduk masih cukup tersedia luas. Ini mengindikasikan bahwa jumlah penduduk yang
tinggal disetiap dusun masih sangat jarang dan masyarakat sangat menggantungkan hidupnya
dari hutan dan perkebunan.
Aksebilitas menuju desa ini relatif lancar, sarana dan prasarana yang digunakan oleh
masyarakat adalah kenderaan beroda dua dan beroda empat,namun kebanyakan masyarakat
setempat menggunakan kenderaan beroda dua karena kondisi jalan yang menanjak. Waktu
tempuh dari kota ke desa 1 jam 30 menit dan dari kabupaten ke desa 60 menit.
Masyarakat Desa Dulamayo merupakan masyarakat yang tinggal didalam dan disekitar
hutan mendapat akses legal untuk mengelola hutan negara dimana mereka hidup dan
bersosialisasi. Hutan negara yang dapat dikelola oleh masyarakat Dulamayo. Pemberian akses
ini dituangkan dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.49/Menhut-II/2008, tentang Hutan
Desa,yang ditetapkan pada tanggal 28 Agustus 2008. Adapun kawasan hutan yang dapat
ditetapkan sebagai areal kerja hutan desa adalah hutan lindung dan hutan produksi yang belum
dibebani hak pengelolaan atau ijin pemanfaatan, dan berada dalam wilayah administrasi desa
yang bersangkutan. Penetapan areal kerja hutan desa dilakukan oleh Menteri Kehutanan
berdasarkan usulan bupati/walikota (Pusat Informasi Kehutanan,2008).
Untuk dapat menegelola hutan desa dulamayo ini , Kepala Desa membentuk Lembaga
Desa yang nantinya bertugas mengelola hutan Dulamayo yang secar fungsional berada dalam
Organisasi desa. Yang perlu dipahami adalah hak pengelolaan hutan desa ini bukan merupakan
kepemilikan atas kawasan hutan,karena itu dilarang memindahtangankan, serta mengubah status
dan fungsi kawasan hutan. Intinya Hak pengelolaan Hutan Desa Dulamayo dilarang untuk
kepentingan di luar rencana pengelolaan hutan, dan harus dikelola berdasarkan kaidah-kaidah
pengelolaan hutan lestari.
Lembaga Desa yang akan mengelola hutan ini mengajukan permohonan hak
pengelolaan kepada Gubernur melalui bupati/walikota. Apabila disetujui,hak pengelolaan hutan
ini diberikan untuk jangka waktu paling lama 35 tahun,dan dapat diperpanjang setelah dilakukan
evaluasi yang dilakukan paling lama setiap lima tahun sekali. Dengan mendapat hak
pengelolaan hutan,masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan berpotensi sangat besar
dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Hal ini dimungkinkan karena pemegang hak
pengelolaan hutan desa berhak memanfaatkan kawasan,jasa lingkungan,pemungutan hasil hutan
kayu dan bukan kayu. Namun untuk di hutan lindung tidak diijinkan memanfaatkan dan
memungut hasil hutan kayu.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud
Masyarakat yang disekitar kawasan hutan dulamayo mereka telah memiliki hak penuh
untuk melakukan berbagai kegiatan usaha karena mereka merupakan penduduk asli yang telah
menetap di sekitar kawasan hutan tersebut dan memiliki surat sertfikat Hak atas Pemilikan
Tanah. Sehingganya mereka Untuk memenuhi kebutuhan hidup, kesempatan yang diberikan
kepada mereka biasanya dengan melakukan usaha tani seperti penanaman jenis tanaman
semusim maupun tahunan disekitar areal hutan. Jenis komoditi yang dikembangkan oleh
masyarakat dulamayo sangat bervariasi dari berbagai tanaman pangan dan palawija ( jagung dan
sayur-mayur), tanaman kehutanan (cengkeh,vanili,dan kemiri),tanaman obat-obatan
( Jahe,temulawak,kunyit), tanaman buah-buahan (langsat, durian, coklat), dan tanaman penghasil
lainnya yang tidak kalah penting seperti tanaman perkebunan. tetapi yang memiliki nilai yang
tertinggi yaitu jagung karena jagung merupakan sumber bahan makanan sekunder dan untuk
yang ke enam jenis ini merupakan sebagai sumber penghasil uang tunai utama bagi masyarakat.
Jenis ini selain dikomersilkan ada juga yang disubsitenkan (dipakai sendiri).
Tujuan
Pada kawasan Hutan Pendidikan Gunung Damar Dulamayo,hasil pertanian yang
diperoleh masyarakat sekitar untuk menutupi kebutuhan hidupnya tidaklah cukup.Oleh karena
itu, disamping bertani mereka juga melakukan pemanfaatan sumberdaya hutan ( seperti
pengambilan kayu illegal ),yang memberikan dampak negatif dilingkungan sekitarnya yaitu
terjadinya degradasi lingkungan seperti banjir serta musim kemarau yang berkepanjangan. Dan
pemanfatan lahan secara sosial masyarakat di Desa Dulamayo Selatan dan Desa Dulamayo Utara
bukanlah masyarakat yang terisolasi, namun tingginya kebutuhan ekonomi yang sangat
dirasakan oleh masyarakat menyebabkan mereka melakukan pemanfaatan sumberdaya hutan
yang seringkali bersifat negatif sehingga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan
alam sekitarnya.
Masyarakat yang menggantungkan hidupnya secara langsung atau tidak langsung dari
hutan ( dan Lahan hutan )jumlahnya tergolong tidak kecil. Bentuk usaha tani hutan yang
dilakukan sebagian masyarakat sekitar hutan saat ini adalah pembukaan lahan untuk penanaman
tanaman perkebunan dan pertanian. Intinya mereka melakukan semuanya untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PERMASALAHAN
Terdapat lima isu strategis yang perlu diperhatikan dalam implementasi Rencana
Makro Pemberdayaan Masyarakat di Dalam dan Sekitar Hutan sebagai respon dari kondisi
umum masyarakat didalam dan disekitar hutan sebagaimana diuraikan sebagai berikut
Pertama, isu kebijakan
Kedua, isu sosial ekonomi
Ketiga,isu kelembagaan
Keempat, isu sumber daya manusia
Kelima,isu sumber daya hutan
1. Isu Kebijakan
Terdapat empat isu kebijakan yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat di dalam
dan disekitar hutan,yaitu: terbatasnya pengaturan akses masyarakat terhadap sumber daya hutan,
tingginya ketergantungan masyarakat terhadap program pemerintah dan pihak lainnya,
pemberdayaan masyarakat tidak tepat sasaran, dan kebijakan pemberdayaan masyarakat di dalam
dan sekitar hutan yang tidak konsisten.
a. Isu Kebijakan I
Konsekuensi dari terbatasnya pengaturan akses masyarakat terhadap sumber daya hutan
adalah kurangnya rasa kepemilikan masyarakat terhadap sumber daya hutan,terbatasnya akses
masyarakat dalam memperoleh pendapatan,ketidakpastian pengelolaan hutan oleh masyarakat,
rendahnya pemanfaatan potensi sumber daya hutan oleh masyarakat, rendahnya posisi tawar
masyarakat, dan meningkatnya gangguan terhadap sumber daya hutan.
b. Isu kebijakan 2
Permasalahan lain dalam lingkup kebijakan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan
adalah tingginya ketergantungan masyarakat terhadap program pemerintah dan pihak lainnya.
Hal ini berujung pada rendahnya inisiatif dan inovasi masyarakat dalam pengelolaan hutan
sehingga masyarakat menjadi pasif dan tidak mandiri. Selain itu, tingginya ketergantungan
masyarakat terhadap program pemerintah dan pihak lainnya juga berakibat pada lemahnya
aspirasi masyarakat terhadap pengelolaan hutan.
c. Isu Kebijakan 3
Isu kebijakan penting lainnya adalah program pemberdayaan masyarakat yang tidak
tepat sasaran. Program pemberdayaan yang tidak tepat sasaran ini mengakibatkan pemborosan
dana , waktu, dan tenaga. Selain itu pengembangan potensi masyarakat menjadi tidak optimal
dan masyarakat semakin tidak berdaya dalam pemanfaatan sumber daya hutan. Akibatnya
masyarakat sekitar hutan tetap miskin dan muncul kecemburuan sosial di antara anggota
masyaraat, yang bermuara pada semakin tidak harmonisnya hubungan masyarakat dan sumber
daya hutan.
d. Isu Kebijakan 4
Selain program pemberdayaan masyarakat yang tidak tepat sasaran kebijakan
pemberdayaan masyarakat di dalam dan disekitar hutan yang tidak konsisten juga merupakan
masalah yang harus segera ditangani secara sungguh-sungguh. Kebijakan yang tidak
mengakibatkan kerusakan sumber daya hutan yang semakin hebat, upaya pengembangan
ekonomi masyarakat. Selain itu kebijakan yang tidak konsisten juga membingungkan
masyarakat dan menurunkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah yang berakibat pada
tidak tercapainya tujuan pemberdayaan masyarakat. Hal ini berarti program pemberdayaan
masyarakat tidak efisien dan berpotensi memicu konflik diantara pihak.
2. Isu Sosial Ekonomi
Selain berkaitan dengan isu kebijakan, pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar
hutan berkaitan erat dengan isu sosial ekonomi. Berdasarkan analisis kondisi saat ini, ada tiga
permasalahan sosial ekonomi yang harus diselesaikan dalam pemberdayaan masyarakat sektor
kehutanan,yaitu: rendahnya pendapatan,kurangnya lapangan kerja, rendahnya kesehatan,
tingginya jumlah penduduk miskin, rendahnya jejaring informasi,dan terbatasnya modal
ekonomi masyarakat.
a. Isu Sosial Ekonomi I
Konsekuensi dari rendahnya pendapatan masyarakat adalah sumber daya hutan
cenderung semakin rusak, masyarakat semakin sulit mengembangkan potensi diri, standar
minimal kebutuhan masyarakat sulit terpenuhi, dan pada akhirnya masyarakat kurang dapat
berpastisipasi dalam program pembangunan.terpenuhi, dan pada akhirnya masyarakat kurang
dapat berpastisipasi dalam program pembangunan.
b. Isu Sosial Ekonomi 2
Kurangnya lapangan kerja yang tersedia menyebabkan masyarakat semakin tergantung
pada sumber daya hutan dan masyarakat cenderung melegalkan segala cara dalam
mengeksploitasi sumber daya hutan. Kurangnya lapangan kerja mengakibatkan banyak
pengangguran maupun setengah penganggur, sehingga produktivitas masyarakat rendah dan
mudah dihasut untuk melakukan kegiatan apapun. Akibatnya, kelestarian sumber daya hutan
semakin terancam.
c. Isu Sosial Ekonomi 3
Rendahnya Tingkat kesehatan juga meruapakan tantangan yang harus diatasi dalam
pemberdayaan masyarakat, sebab tingkat kesehatan yang rendah mengakibatkan rendahnya
potensi sumberdaya manusia kehutanan yang ditandai dengan rendahnya kinerja,produktivitas,
dan mobilitas sehingga masyarakat menjadi urangmampu berpastisiasi dalam pembangunan
kehutanan.
3. Isu Kelembagaan
Aspek kelembagan merupakan salah satu hal terpenting dalam rencana pemberdayaan
masyarakat didalam dan sekitar hutan . ada tiga isu pokok dalam aspek kelembagaan
pemberdayaan masyarakat sektor kehutanan yakni :

a. Isu Kelembagaan I
Isu pertama yakni kurangnya peran dan sinergitas diantara para pihak (stakeholder),baik
sinergitas antar sektor maupun antar tingkat pemerintahan mengakibatkan terjadinya tumpang
tindih dan/atau esenjangan kegiatan sehingga tida efektif dan efisien. Hal ini juga berakibat
pada sulitnya menciptakan komitmen bersama dalam mengembangkan potensi sumberdaya
hutan secara optimal yang bermuara pada kurang optimalnya kegiatan pemberdayaan
masyarakat. Akhirnya, akibat dari kurangnya peran dan sinergitas diantar pihak maka laju
pemberdayaan masyarakat sektor kehutanan menjadi lambat.
b. Isu kelembagaan 2
Permasalahan kelembagaan lainnya adalah lemahnya akses masyarakat terhadap
masyarakat (finansial,lahan,saprodi),pasar,iptek,informasi,dan dalam proses pengambilan
kebijakan. Hal ini menyebabkan masyarakat tetap dalam kondisi marginal dan apatis
sehingga kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk memperoleh modal pengembangan
terbatas. Akhirnya, masalah lemahnya akses masyarakat terhadap modal mengakibatkan
masalah turunan yaitu program pemberdayaan masyarakat bersifat top down dan
tidak tepat sasaran.
c. Isu Kelembagaan 3
Terakhir, aspek kelembagaan yang perlu dibenahi adalah lemahnya data dan informasi
tentang masyarakat di dalam dan sekitar hutan serta kurangnya kepedulian terhadap data.
Lemahnya data dan informasi mengakibatkan rendahnya akurasi dan kepedulian terhadap data
adalah releksi dari perencanaan yang ceroboh atau terkesan asal jadi. Dalam tataran
implementasi kebijakan terjadi kesenjangan informasi sehingga pengelolaan sumber daya hutan
kurang optimal. Akibat lemahnya data dan informasi, potensi masyarakat tidak dapat tergali
secara optimal, sehingga sulit melakukan evaluasi dan akhirnya terjadi kesalahan dalam
pengambilan keputusan.
4. Isu Sumber Daya Manusia
Secara umum ada 2 isu penting yang menyangkut sumber daya manusia dalam
pemberdayaan masyarakat didalam dan sekitar hutan, yakni pertama, kurangnya kemampuan
( kuantitas dan kualitas) aparat pemerintah dalam memfasilitas pemberdayaan masyarakat di
dalam dan sekitar hutan dan kedua, kemampuan sumber daya manusia rendah (masyarakat,
pemerintah, pengusaha hutan) termasuk dalam mengemukakan pendapat.
a. Isu Sumber Daya Manusia 1
Kurangnya kemampuan (kuantitas dan kualitas) aparat pemerintah dalam memfasilitasi
pemberdayaan masyarakat di dalam dan disekitar hutan, berakibat kegiatan pemberdayaan
kurang memperhatikan proses, pencapaian tujuan dan sasaran program kurang optimal, kegiatan
usaha produktif masyarakat tidak berjalan lancar, masyarakat tetap tidak berdaya, daya inovasi
kurang, dan informasi kemasyarakat bias. Selanjutnya, program pemberdayaan menjadi tidak
terintegritasi dan berpotensi terjadi penyimpangan yang bermuara pada rendahnya kualitas
pelayanan.
b. Isu Sumber Daya Manusia 2
Rendahnya kemampuan SDH (masyarakat, pemerintah, pengusaha hutan) meneyebabkan
sumber daya manusia tidak adptif dan membuka celah terjadinya miskomunikasi dan
disinformasi sehingga pelaksanaan program dan pencapaian sasaran kegiatan pemberdayaan
tidak efektif. Secara umum akibat rendahnya kemampuan SDM maka penyerapan program juga
menjadi rendah dan rendahnya kemampuan masyarakat mengemukakan pendapat berdampak
pada cukup sulitnya menangkap aspirasi masyarakat dalam melaksanakan program
pemberdayaan.
5. Isu Sumber Daya Hutan
Ada dua isu penting yang berkaitan dngan sumber daya hutan serbaguna dalam
hubungannya dengan program pmverdayaan masyarakat disektor khutanan, yaitu : smakin
lusanya hutan yang rusak ,ketergantungan masyarakat terhadap sumbr daya hutan .
a. Isu Sumber Daya Hutan 1
Konskunsi dari semakin luasnya hutan yang rusak adalah kehidupan masyarakat sekitar
hutan semain sulit,total produksi sumber daya hutan menurun, dan turunnya kualitas lingkungan
(iklim, kenaekaragaman hayati, banjir, longsor, kekeringan, hama dan penyakit, bentang alam).
b. Isu Sumber Daya Hutan 2
Isu sumber daya hutan juga berkaitan erat dengan ketergantungan masyarakat terhadap
sumber daya hutan serbaguna mengakibatkan eksploitasi sumber daya hutan semakin besar dan
hutan semakin sempit. Namun disi lain, dengan tingginya ketergantungan masyarakat terhadap
sumber daya hutan maka (diharapkan) kesadaran masyarakat menjaga dan memelihara
kelestarian sumber daya hutan juga semakin besar.
Sejak awal reformasi dan otonomi daerah, dalam pengolahan kawasan hutan dan lahan
telah terjadi tarik menarik antara pemerintah pusat dengan pemrintah daerah (propinsi dan
gorontalo) dalam hal pengaturan wewewnang dan tanggung jawab pengelolaan hutan.
Pemerintah daerah yang selama ini hanya hanya menunggu petunjuk dan aturan dari pusat dalam
mengelola sumberdaya hutan sudah memeiliki wewenang dan tanggung jawab dalam
pengelolaan hutan. Kerancuan dan perbedaan pemahaman dalam pengelolaan hutan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah menyebabkab semakin merosotnya mutu sumber
daya hutan dengan semakin maraknya illegal loging (penebangan liar) dan perambahan kawasan
hutan dimana-mana. Dan masih begitu banyak masalah yang terjadi di kawasan hutan antara lain
:
Belum jelasnya acuan dalam menentukan batas wilayah administrasi dalam kawasan hutan
Keberadaan desa dan pemukiman dalam kawasan hutan
Sistem tata hubungan kerja pusat dan daerah dalam pemberian akses,fasilitas
pembinaan,pengendalian HKm dan hutan desa
Pendanaan fasilitasi peningkatan Kapasitas masyarakat di kabupaten belum jelas Sumbernya.
Tanaman hasil rehabilitasi (dana pemerintah) dalam areal HKm.
Areal Hutan Dulamayo yang akan ditetapkan masuk areal HTR yang sudah ditetapkan Menhut.
Karena terdapat tanaman hasil rehabilitasi tidak mungkin dapat diterbitkan ijin HTR..

B.TINDAK LANJUT
Untuk mengatasi semua masalah yang terjadi diantara kawasan hutan serba guna antara
lain:
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang
(enabling). Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki
potensi yang dapat dikembangkan. Tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena
kalau demikian pasti sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu
dengan cara mendorong , memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimilkinya serta berupaya untuk mengembangkannya.
2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat. Penguatan ini meliputi
pembukaan ases kepada berbagai peluang yang dapat membuat masyarakat kawasan hutan
dulamamyo menjadi makin berdaya serta langkah-langkah peningkatan taraf pendidikan,derajat
kesehatan serta akses terhadap sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi,
informasi, lapangan kerja dan pasar. Masukan pemberdayaan dapat berupa pembangunan
prasarana dan sarana dasar baik fisik seperti irigasi, jalan, listrik, maupun sosial seperti sekolah,
fasilitas pelayanan kesehatan yang yang dapat di akses masyarakat lapisan terbawah serta
ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan dan pemasaran di pedesaan dimana
terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya amat kurang. Untuk itu perlu ada program
khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena program-program umum yang berlaku
untuk semua tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini. Pemberdayaan selain
menguatkan individu anggota masyarakat,juga pranata-pranatanya, pembaharuan kelembagaan
sosial dan ekonomi serta pengintegrasinya ke dalam kegiatan social forestry.
3. Memberdayakan juga mengandung arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan harus dicegah
yang lemah makin bertambah lemah oleh karena kekurangan berdayaan dalam mengahadapi
yang kuat. Melindungi dalam hal ini dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya
persaingan yang tidak seimbang serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Adanya peraturan
perundang-undangan yang secara jelas dan tegas melindungi golongan yang lemah sangatlah
diperlukan. Pemberdayaan masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program
pemberian, karena setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri.
4. Mengadakan Penyusunan perjanjian kerjasama. Dalam proses penyusunan perjanjian kerjasama
yang terlibat antara lain perum perhutani, Pemerintah Daerah, Kecamatan, Desa dan stakeholder
lainny. Hasilnya berupa Nota Kesepakatan kerjasama atau Perjanjian kerjasama antar MDH dan
Perhutani atau antara MDH, Perhutani, dan stakeholder. Untuk meningkatkan kepercayaan antar
pihak-pihak yang bekerjasama, Nota Kerjasama Perjanjian Kerjasama tersebut dilegalisasi oleh
Notaris. Artinya bahwa kedua belah pihak telah terikat secara hukum untuk bekerja sama,
mungkin dalam hal pembiayaan , pengelolaan, permodalan, pemasaran hasil, pembagian
keuntungan, dan lain-lain sesuai kesepakatan yang telah disetujui bersama .
Perjanjian bersama dapat berlaku untuk jangka waktu I (satu) daur tanaman pokok atau
tanaman buah-buahan yang disepakati bersama dan berlaku terhitung sejak surat perjanjian
ditandatangani. Namun dapat pula perjanjian kerjasama tersebut berlaku hanya satu kali musim
tanam seperti tanaman pisang, vanili, dan lain-lain yang diusahakan melalui pemanfaatan lahan
dibawah tegakan (PLDT) atau lahan pasca tebangan. Perjanjian kerjasama umumnya dievaluasi
setia I tahun dan bila salah satu pihak melanggar kesepakatan maka dapat dikenai sanksi. Bila
jangka waktu tersebut telah berakhir, dapat dilakukanm perjanjian kerjasama kembali sesuai
dengan kesepakatan para pihak.
Jika semua ini dilakukan dengan baik maka kawasan hutan akan dalam keadaan baik dan
terus memberikan fungsi yang serbaguna terhadap kita semua sesuai dengan fungsinya .

BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Hutan Serba Guna ( Multipe Use Forestry) adalah praktek kehutanan yang mempunyai dua atau

lebih tujuan pengelolaan, meliputi produksi, jasa atau keuntungan lainnya.

Kepala Desa membentuk Lembaga Desa yang nantinya bertugas mengelola hutan Dulamayo yang
secara fungsional berada dalam Organisasi desa.
Terbatasnya pengaturan akses masyarakat terhadap sumberdaya hutan
Tingginya ketergantungan masyarakat terhadap program pemerintah dan pihak lain dari segi
kebijakan
Tingginya jumlah penduduk miskin dari segi sosial ekonomi
Lemahnya akses masyarakat terhadap modal, pasar, iptek, an dalam proses pengambilan kebijakan
ari segi kelembagaan.
Kemampuan sumberdaya manusia rendah termasuk dalam mengemukakan pendapat dari segi
sumberdaya manusia.
Kehidupan masyarakat sekitar hutan semakin sulit semakin luas hutan rusak dan ketergantungan
masyarakat terhadap SDH hal ini dari segi sumberdaya hutan
Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling).
b. Saran
Pemateri menyarankan agar pemerintah terus meningkatkan Program Pembinaan
masyarakat Desa Hutan Dulamayo (PMDHD) yang bertujuan untuk menciptakan lapangan
kerja, kesempatan berusaha, meningkatkan pendapatan penduduk dan mendorong pertumbuhan
ekonomi desa. Sasaran utama pembinaan masyarkat desa hutan ini ditujukan kepada masyarakat
yang bermukim di dalam dan di sekitar hutan, dengan harapan bahwa bila kesejahteraannya
meningkat,maka akan timbul rasa memiliki terhadap hutan dan selanjutnya hutan terpelihara
dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2003. kerusakan hutan makin luas. Kompas, 26 september 2000.Jakarta


(http://fiqihsantoso.wordpress.com/2008/06/17/konsep dan metode pemberdayaan masyarakat )
Awang,S., dkk. 2002. Kehutanan Masyarakat dan Problematika Lokal.Konsep dan Metode
Pemberdayaan Masyarakat Indonesia.
Helmi. 2006. perjuangan menuju kepastian pengelolaan hutan oleh masyarakat dalam.

Anda mungkin juga menyukai