Anda di halaman 1dari 14

http://deovell.blogspot.co.id/2012/06/deformasi-batuan.

html

Kali ini, saya akan memberikan informasi kepada temanteman seputar apa sih deformasi
batuan itu. Bagi temen-temen yang ingin tahu, ayo masuk kesini !!!

Dua abad lalu, jarak antara sejumlah monumen-monumen survei di Yunani diukur dengan
sangat akurat. Pada tahun 1988 team ilmiah mengukur kembali jarak-jarak tersebut, dan
menemukan bahwa Yunani menjadi lebih panjang satu meter. Mereka juga mendapatkan
bahwa Yunani sedang terpelintir (twisted), di bagian ujung sebelah Selatan, Pelponnesus,
bergerak ke arah Baratdaya. Penyebab dari pemanjangan dan pelintiran ini adalah tektonik
lempeng. Afrika bergerak ke utara, perlahan-lahan mendorong sebagian lantai dasar laut
Mediteran ke bawah Yunani.

Gaya tektonik secara kontinu akan menekan, menarik, melengkungkan dan mematahkan
batuan di litosfer. Sumber energi tektonik berasal dari energi panas bumi yang diubah
menjadi energi mekanik oleh arus konveksi. Aliran konveksi tersebut sangat besar, batuan
panas di dalam mesosfir dan astenosfir perlahan-lahan menyeret dan melengkungan litosfir
secara kontinu yang akhirnya menyebabkan batuan terdeformasi. Deformasi batuan litosfir
terlalu lambat dan terlalu dalam untuk diamati. Contohnya adalah lempeng India-Australia
yang mendesak lempeng Eurasia, tercermin pada sesar Sumatera. Gerakannya tidak teramati
tetapi hasilnya berupa Bukit-barisan dan seringnya terjadi gempa bumi di daerah ini.

06AUUntuk mengetahui bagaimana dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi batuan


terdeformasi, terpuntir, terlipat dan atau terpatahkan, yang berlangsung jauh di bawah kerak
bumi, dapat dipelajari dalam laboratorium. Percobaan dilakukan terhadap contoh batuan
yang dibentuk sebagai silinder atau kubus.
Tegasan (Stress) dan Regangan (strain)

Pengaruh tegasan terhadap batuan tergantung pada cara bekerja atau sifat tegasannya dan
sifat fisik batuan yang terkena tegasan. Ada dua bentuk stress :

1. Stress uniform akan menekan dengan besaran yang sama dari segala arah. Dalam
batuan dinamakanconfining stress karena setiap tubuh batuan dalam litosfir dibatasi oleh
batuan lain di sekitarnya dan ditekan secara merata (uniform) oleh berat batuan di
atasnya.
2. Stress diferensial menekan tidak dari semua jurusan dengan besaran yang sama.
Dalam sistem ortogonal dapat diuraikan menjadi stress utama, yang maksimum, yang
menengah, dan yang paling kecil besarannya. Biasanya differential stress ini yang
mendeformasi batuan dan dikenal 3 jenis diferrential stress, yaitu tensional stress,
compressional stress dan shear stress.
Gambar 1. Deformasi batuan akibat berbagai bentuk stress. Panah menunjukkan arah tegasan
utama (maximum stress).

1. Tensional stress, arahnya berlawanan pada satu bidang, dan sifatnya menarik
(stretch) batuan.
2. Compressional stress, arahnya berhadapan, memampatkan atau menekan batuan.
3. Shear stress, bekerja berlawanan arah, tidak dalam satu bidang, yang menyebabkan
terjadinya pergeseran dan translasi.
Uniform atau differential stress yang menyebabkan terdeformasinya litosfir diakibatkan oleh
gaya-gaya tektonik yang bekerja sepanjang waktu. Batuan yang terkena stress akan
mengalami regangan atau perubahan bentuk dan atau volume dalam keadaan padat yang
disebut strain atau regangan.

Tahap deformasi

Bila batuan mengalami penambahan stress akan terdeformasi melalui 3 tahap secara
berurutan :

1. Elastic deformation adalah deformasi sementara tidak permanen atau dapat kembali
ke bentuk awal (reversible). Begitu stress hilang, batuan kembali terbentuk dan volume
seperti semula. Seperti karet yang ditarik akan melar tetapi jika dilepas akan kembali ke
panjang semula. Elastisitas ini ada batasnya yang disebut elastic limit, yang apabila
dilampaui batuan tidak akan kembali pada posisi awal. Di alam tidak pernah dijumpai
batuan yang pernah mengalami depformasi elastis ini, karena tidak meninggalkan jejak
atau bekas, karena kembali ke keadaan semula, baik bentuk maupun volumenya. Sir
Robert Hooke (1635-1703) adalah orang pertama yang memperlihatkan hubungan antara
stress dan strain yang sesuai dengan jenis batuannya. Hukum Hooke yang mengatakan
bahwa sebelum melampaui batas elastisitasnya hubungan stress dan strain suatu material
adalah linier.
2. Ductile deformation merupakan deformasi dimana elastic limit dilampaui dan
perubahan bentuk dan volume batuan tidak kembali ke bentuk semula. Untuk
mempermudah membayangkannya dapat dilihat diagram strain-stress Gambar 2 yang di
dapat dari percobaan dengan menekan contoh batuan berbentuk silindris. Mula-mula
kurva stress-strain naik tajam sepanjang daerah elastis sesampai pada elastic limit (Z),
kurvanya mendatar. Penambahan stress menyebabkan terjadinya deformasi ductile. Bila
proses stress dihentikan pada titik X silinder akan kembali sedikit ke arah semula. Strain
menurun sepanjang kurva X ’ Y. Strain permanennya adalah XY yang merupakan deformasi
ductile.
3. Fracture tejadi apabila batas atau limit elastik dan ducktile deformasi dilampaui.
Perhatikan Gambar 2yang semula stress dihentikan pada X ‘ , disini dilanjutkan dengan
menaikkan stress. Kurva stress-strain berlanjut sampai ke titik F dan batuan akan pecah
melalui rekahan. Deformasi rekah (fracture deformation) dan lentur (ductile deformation)
adalah sama, menghasilkan regangan (strain) yang tidak kembali ke kondisi semula.

Gambar 2. Kurva stress-strain memperlihatkan


deformasi elastik (X ke Z) limit elastis (Z) menandai dimulainya deformasi ductile. Bila stress
dihentikan pada X ‘ maka benda akan kembali dalam keadaan tidak tertekan di Y melalui
lintasan X ‘ Y. Jarak XY merupakan strain akibat deformasi ductile. Apabila stress dilanjutkan
maka benda akan patah/pecah di titik fracture F.

Pengontrol Deformasi

Percobaan-percobaan di laboratorium menunjukkan bahwa deformasi batuan, selain


tergantung pada besarnya gaya yang bekerja, juga kepada sifat fisika dan kompisis batuan
serta lingkungan tektonik dan waktu.

Suhu

Makin tinggi suhu suatu benda padat semakin ductile sifatnya dan keregasannya makin
berkurang. Misalnya pipa kaca tidak dapat dibengkokan pada suhu udara normal, bila dipaksa
akan patah, karena regas (brittle). Setelah dipanaskan akan mudah dibengkokan. Demikian
pula halnya dengan batuan. Di permukaan, sifatnya padat dan regas, tetapi jauh di bawah
permukaan dimana suhunya tinggi, bersifat ductile.

Waktu dan strain rate

Pengaruh waktu dalam deformasi batuan sangat penting. Kecepatan strain sangat dipengaruhi
oleh waktu. Strain yang terjadi bergantung kepada berapa lama batuan dikenai stress.
Kecepatan batuan untuk berubah bentuk dan volume disebut strain rate, yang dinyatakan
dalam volume per unit volume per detik, di bumi berkisar antara 10 -14/ detik sampai 10-15/
detik. Makin rendah strain rate batuan, makin besar kecenderungan terjadinya deformasi
ductile.

Pengaruh suhu, confining pressure dan strain rate pada batuan, seperti ciri pada kerak,
terutama di bagian atas dimana suhu dan confining pressure rendah tetapi strain rate tinggi,
batuan cenderung tegas ( brittle) dan patah. Sedangkan bila pada suhu tinggi, confining
pressure tinggi dan strain rate rendah sifat batuan akan menjadi kurang regas dan lebih
bersifat ductile. Sekitar kedalaman 15 km, batuan akan bersifat regas dan mudah patah. Di
bawah kedalaman 15 km batuan tidak mudah patah karena bersifat ductile. Kedalaman
dimana sifat kerak berubah dari regas mulai menjadi ductile, disebut brittle-ductile
transition.

Komposisi

Komposisi batuan berpengaruh pada cara deformasinya. Komposisi mempunyai dua aspek.
Pertama, jenis dan kandungan mineral dalam batuan, beberapa mineral (seprti kuarsa, garnet
dan olivin) sangat brittle, sedangkan yang lainnya (seperti mika, lempung, kalsit dan gypsum)
bersifat ductile. Kedua, kandungan air dalam batuan akan mengurangi keregasannya dan
memperbesar keduktilannya. Pengaruh air, memperlemah ikatan kimia mineral-mineral dan
melapisi butiran-butiran mineral yang memperlemah friksi antar butir. Jadi batuan yang
‘basah’ cenderung lebih ductile daripada batuan ‘kering’. Batuan yang cenderung
terdeformasi ductile diantaranya adalah batu gamping, marmer, lanau, serpih, filit dan sekis.
Sedangkan yang cenderung brittle daripada ductile, batupasir, kuarsit, granit, granodiorit,
dan gneiss.

06AUStruktur geologi adalah arsitektur kulit Bumi atau gambaran geometri (bentuk dan
hubungan) dari keadaan batuan di kulit bumi. Cabang ilmu geologi yang khusus mempelajari
struktur geologi beserta gaya-gaya yang penyebabnya dinamakan geologi struktur. Definisi
lain yang lebih umum dan lengkap tentang geologi struktur, yaitu suatu ilmu yang membahas
arsitektur kulit Bumi dan gejala-gejala yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan
bentuk (deformasi) pada kulit Bumi. Inti kajian geologi struktur adalah deformasi kulit Bumi,
apa yang menyebabkan dan bagaimana akibatnya. Oleh karena itu, sebagaian para ahli
menganggap bahwa geologi struktur sama dengan tektonik.
Struktur batuan adalah bentuk dan kedudukan batuan yang dapat dilihat saat ini sebagai hasil
dari 2 macam proses , yaitu :

1. Proses yang berhubungan dengan pembentukan batuan tersebut yang akan


menghasilkan struktur-struktur primer.
2. Proses yang bekerja kemudian (setelah batuan tersebut terbentuk), yaitu berupa
deformasi mekanis atau perubahan kimiawi yang mempengaruhi batuan setelah
terbentuk. Proses ini akan menghasilkan struktur sekunder.
Spencer (1988) berpendapat bahwa yang dipelajari pada geologi struktur meliputi struktur
primer dan struktur sekunder. Namun pada umumnya ilmu ini khusus mempelajari struktur
sekunder saja, tetapi harus diketahui mengenai struktur primernya.

Deformasi yang terjadi pada kerak, yang kita amati sekarang ini adalah jejak deformasi yang
telah terjadi beberapa ratus atau juta tahun yang lalu, dan dikenal sebagai struktur geologi.
Dalam struktur geologi, deformasi yang terjadi akibat gaya tektonik dikelompokkan sebagai
struktur sekunder dan dibedakan dari struktur yang terbentuk pada saat atau sebelum batuan
terbentuk yang dinamakan struktur primer. Yang termasuk dalam struktur primer adalah
struktur-struktur pada batuan sedimen, seperti bidang perlapisan, lapisan bersusun (graded
beding), lapisan silang siur (cross beding) dan jejak binatang. Sedangkan pada batuan beku
adalah rekahan-rekahan yang terbentuk akibat pendinginan, dinamakan kekar kolom
(columnar joints). Arah rekahan-rekahan yang tegak lurus terhadap bidang pendinginan,
permukaannya segi enam, struktur aliran pada lava dan sebagainya. Struktur sekunder yang
terbentuk setelah batuan terbentuk, adalah lipatan (fold), kekar (joint) dan sesar (fault).

Jurus dan Kemiringan Bidang

Untuk dapat mendiskripsi terjadinya deformasi pada suatu lapisan batuan, misalnya pada
batuan sedimen, diperlukan posisi atau kedudukan garis atau bidang setelah mengalami
deformasi. Telah kita ketahui bahwa sedimen semula diendapkan dalam posisi horizontal.
Setelah mengalami deformasi posisinya berubah, misalnya terlipat, maka posisi sayap (limb)
antiklin atau sinklin tidak horizontal lagi. Posisi atau kedudukan bidang-bidang yang
membentuk limb ini dinyatakan dalam jurus atau strike dan kemiringan atau dip yang
dipergunakan untuk menyatakan kedudukan semua bidang di alam.

Jurus adalah arah garis yang merupakan perpotongan antara bidang di alam dengan bidang
horizontal,dinyatakan terhadap arah Utara, searah jarum jam ke Timur. Gambar 3.
Contohnya U 62o T, yang berarti arah jurusnya 62o dari Utara ke Timur.
Gambar 3. Jurus dan kemiringan suatu bidang perlapisan. Jurusnya sejajar dengan
permukaan air, yang dianggap bidang horizontal. Kemiringan, sudut terbesar, diukur pada
bidang tegak lurus jurus (Hamblin, 1989)

Kemiringan adalah sudut terbesar antara bidang (miring) di alam dengan bidang horizontal
yang dinyatakan dalam derajat. Bidang horizontal tidak mempunyai kemiringan, atau 0 o dan
bidang tegak lurus 90o. Jurus dan kemiringan diukur di tempat dengan mempergunakan
kompas geologi. Kompas geologi dilengkapi dengan water pas (round level), untuk membuat
bidang horizontal dan klinometer(vernier for vertical angles) untuk mengukur kemiringan
bidang, Gambar 4.

Gambar 4. Kompas Geologi tipe Brunton (Ainsworth, USA)

Lipatan (fold)

Ragan (1973), menyatakan bahwa lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari
suatu bahan yang ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan lengkungan pada unsur garis
atau bidang dari bahan tersebut. Sementara itu, Hobbs et al (1973) menyatakan bahwa
lipatan adalah lengkungan yang dihasilkan oleh proses deformasi dari suatu permukaan batuan
yang relatif datar.

Lipatan dapat merupakan pelengkungan lemah yang luas, bisa lebih dari ratusan kilometer
sampai yang sangat kecil yang berskala mikroskopis. Lipatan sangat mudah dilihat pada
batuan yang berlapis dan merupakan hasil deformasi ductile akibat kompresi dan shear stress.
Pada strain rate sangat rendah dan di atas brittle-ductile transition, batuan dapat terlipat
meskipun dekat permukaan.

Geometri lipatan

Lipatan ke atas, melengkung ke atas atau cekung ke arah bawah disebut antiklin. Kedua
belah lereng antiklin saling menjauhi. Dan sebaliknya yang melengkung ke bawah, bagian
bawahnya cembung dan lereng-lereng saling mendekati, disebut sinklin. Umumnya kedua
bentuk ini berpasangan, Gambar 5 dan 6.

Gambar 5. Diagram blok memperlihatkan


topografi lipatan yang menunjam. Lapisan batuan yang resistens membentuk topografi tinggi,
pada antiklin maupun sinklin. Sedangkan batuan yang mudah tererosi membentuk topografi
yang rendah, baik antiklin maupun sinklin (B.J. Skinner, 1992)

Lereng sebelah menyebelah antiklin atau sinklin disebut sayap (limb). Puncaknya
dinamakan crestdan titik terendah disebut trough. Bidang simetri antara sayap
disebut bidang sumbu (axial plane), dan garis potongnya dengan permukaan, yang melalui
crest maupun trough disebut sumbu lipatan (fold axis). Apabila sumbu lipatan tidak dalam
posisi horizontal berarti lipatannya menunjam (plunging). Bentuk lipatan tidak selalu simetris
seperti pada Gambar 5, tetapi apabila perlipatannya lebih intensif bentuknya akan lebih
kompleks. Bila stress yang bekerja lebih kuat maka lipatan menjadi miring. Sayap yang satu
lebih landai dari pasangannya, atau dip nya tidak sama. Apabila stress berlanjut, kemiringan
bidang sumbunya mengecil hingga hampir horizontal.

Klasifikasi lipatan

Gaya tektonik yang sudah bekerja sejak ratusan juta tahun membuat kerak terlipat-lipat.
Kadang-kadang sampai beberapa kali, tidak hanya sekali saja. Oleh karena itu struktur lipatan
yang dihasilkannya sangat bervariasi dari yang sederhana sampai yang kompleks, baik bentuk
maupun dimensinya. Dasar klasifikasinya ada beberapa, dan yang paling sederhana adalah
kedudukan kedua belah sayapnya, kedudukan bidang sumbu dan keketatan lipatannya, Tabel
1.

Sesar (fault)

Kadang-kadang deformasi berlangsung cukup cepat untuk diamati dan diukur. Untuk
memudahkan pengamatan deformasi kerak bumi dapat digolongkan dalam dua kelompok
besar yaitu gerakan mendadak yang mengakibatkan terjadinya rekahan, dimana blok-blok
kerak tiba-tiba bergerak beberapa sentimeter atau beberapa meter dalam hitungan menit
atau jam. Dan gerak yang lamban serta bertahap termasuk deformasi ductile. Geraknya
tetap, menerus tetapi tidak disertai hentakan. Gerakan mendadak melibatkan rekahan pada
batuan regas (britle). Rekahan pada batuan dimana terjadi pergeseran di sepanjang rekahan
dinamakan sesar, patahan atau fault. Sekali rekahan mulai, maka akan timbul gesekan yang
mengikuti pergeseran. Selanjutnya perlahan-lahan stress terkumpul atau tertahan selama
gesekan antara kedua sisi sesar dapat mengatasinya. Kemudian mendadak terjadi lagi
pergeseran. Jika stress tetap ada, perulangan penumpukan stress yang diakhiri dengan
pergeseran mendadak terjadi berulang kali. Meskipun gerakan sesar besar sampai beberapa
kilometer, tetapi jarak tersebut merupakan jumlah dari gerakan mendadak yang kecil-kecil.
Setiap gerak mendadak dapat menimbulkan gempa. Pergerakan mendadak pada litosfir
biasanya disertai gempa bumi.

Nama lipatan Ciri-ciri yang dimiliki

Berdasarkan kedudukan sayap (limb)

Lipatan simetri Kemiringan sayap sama

Kemiringan sayap tidak sama, yang satu lebih


Lipatan asimetri tegak dari sebelahnya

Berdasarkan kedudukan bidang sumbu

Lipatan tegak Kedudukan bidang sumbu tegak atau vertikal

Lipatan miring Kedudukan bidang sumbu condong atau miring

Lipatan rebah (recumbent fold) Bidang sumbunya sangat miring, hampir rebah

Berdasarkan keketatan (tightness)

Lipatan landai (gentle) Sudut antara kedua sayap 170o atau lebih

Lipatan terbuka (open) Besar sudutnya 90o

Lipatan ketat (tight) Besar sudutnya 10o

Lipatan isoklinal Kedua sayapnya sejajr atau besudut 0o


Tabel 1. Klasifikasi lipatan berdasarkan kepada kedua bidang sayap, kedudukan bidang sumbu
dan keketatan sudaut antara kedua sayapnya.
Gambar 6. Lipatan sederhana dengan bagian-
bagiannya, lereng yang saling menjauhi disebut antiklin (bagian kiri dan kanan) dan yang
saling mendekati dinamakan sinklin (di tengah-tengah). Sebelah kiri sumbu lipatan mendatar
dan sumbu lipatan menunjam sebelah kanan (Skinner, 1992)

06AUG
Gerak relatif

Definisi sesar adalah rekahan pada batuan yang mengalami pergerakan yang sejajar dengan
bidangnya. Umumnya tidak mungkin untuk dapat mengetahui berapa besar gerak sebenarnya
yang terjadi sepanjang sesar dan blok bagian mana yang bergerak dan blok yang diam, karena
bergeraknya sudah berlangsung pada waktu lampau. Dalam klasifikasi pergeseran sesar
dipergunakan istilah pergeseran relatif, karena tidak tahu blok mana yang bergerak; dapat
dikatakan bahwa satu sisi sesar bergerak relatif terhadap sisi lainnya. Pergeseran salah satu
sisinya melalui bidang sesar membuat salah satu blok relatif naik, turun, atau mendatar
terhadap lainnya. Blok yang berada di atas bidang sesar disebut blok hanging wall sedangkan
yang di bawah disebut blok foot wall, Gambar 7.
Gambar 7. Diagram balok sesar memperlihatkan blok hanging wall tergantung di atas kepala
penambang (bidang sesar) dan foot wall, blok yang ada di kakinya (di bawah bidang sesar)
(Skinner, 2004).

Klasifikasi Sesar

Sesar diklasifikasi berdasarkan atas : dip dari bidang sesar dan arah gerak relatifnya, menjadi
sesar normal, sesar naik, (reverse fault atau thrust fault) dan sesar mendatar (strike slip
fault).

a. Sesar normal

Sesar normal disebut juga sesar turun disebabkan oleh stress tensional yang seolah-olah
menarik/memisahkan kerak. Seperti halnya juga bila kerak mengalami gaya dari bawah.
Sesar normal didefinisikan sebagai sesar yang hanging wallnya relatif turun terhadap foot
wall. Atau sebaliknya, dapat dikatakan foot wall relatif naik terhadap hanging-wall, Gambar
7. Umumnya, dua atau lebih sesar normal dengan jurus sejajar dan kemiringan berlawanan
membentuk segmen tinggian dan amblesan pada kerak.
Blok yang ‘turun’ dinamakan graben atau rift, jika dibatasi oleh dua sesar normal, Gambar
8 dan half graben bila pelengseran hanya pada satu sesar normal. Blok yang ‘naik’ diantara
dua sesar normal dinamakan horst. Sesar normal banyak sekali dijumpai pada kerak bumi
yang mengalami stress tensional.
Gambar 8. Horst dan graben terjadi akibat stress tensional membentuk sesar-sesar normal.

b. Sesar naik (reverse fault) dan thrust fault

Sesar naik berkembang karena stress kompresional. Gerak pada sesar naik, blok hanging wall
relatif naik terhadap blok foot wall. Sesar naik terjadi karena kerak memendek. Bila
kemiringan bidang sesarnya lebih dinamakan sesar anjakan kecil dari 45 berasosiasi dengan
perlipatan°(thrust fault). Dan umumnya kuat, akibat gaya kompresi horizontal sangat kuat
pada kerak bumi. Thrust fault berkembang dari lipatan yang kemudian tersesarkan. Thrust
fault banyak dijumpai pada pegunungan lipatan.

c. Sesar mendatar (strike slip fault)

Sesar mendatar sering juga disebut sesar geser. Akibat bekerjanya shear stress gerak utama
sesar ini adalah horizontal dan sejajar dengan bidang sesarnya.
Pergerakan lateralnya ditentukan dengan melihat bidang sesarnya. Bila pengamat berdiri
didepan blok sesar yang bergerak kearah kanannya, maka sesar mendatar tersebut
namanya sesar mendatar menganan atau sesar mendatar dextral.
Atau dikatakan juga right lateral slip fault. Dan sebaliknya bila blok didepan pengamat
bergerak kekiri namanyasesar mendatar mengiri atau sesar mendatar sinister (left lateral
slip fault).
Contoh sesar mendatar besar yang terkenal adalah sesar San Andreas di California Amerika
dan di Indonesia, sesar Sumatra, sepanjang bagian Barat pulau Sumatra, sesar Palu-Koro di
Sulawesi, sesar Sorong di Irian dan lainnya. Pada umumnya sesar mendatar besar merupakan
batas lempeng, atau kejadiannya berkaitan dengan aktivitas pergerakan lempeng. Oleh
karena itu kebanyakan masih aktif (masih bergerak sampai saat ini meskipun sangat lambat)
seperti contoh diatas, keduanya masih aktif.
Meskipun geraknya tidak teramati, tetapi pengaruhnya jelas. Sepannjang sesar sering
terjadi gempa bumi dan tanah longsor.
Sesar mendatar yang merupakan batas lempeng dan berkaitan dengan pemekaran lempeng
namanya sesar transform, seperti yang terdapat di lantai samudra.
Indikasi gerak sesar

Sering kita jumpai dinding atau bidang rekahan, namun tidak dapat dengan segera
mengetahui apakah pernah terjadi gerakan atau pergeseran sepanjang bidang tersebut atau
tidak. Dengan kata lain kita tidak dapat menentukan apakah bidang tersebut akibat
sesar.
Ada beberapa jejak yang ditimbulkan dan terekam oleh gesekan pada batuan yang
tersesarkan. Diantaranya adalah gores-garis (slickensides), gesekan antara batuan yang keras,
permukaannya menjadi halus dan licin disertai goresan-goresan dan striasi pada bidang sesar.
Tidak semua sesar mempunyainya, atau sudah tidak tampak lagi karena tererosi. Kebanyakan
gerak sesar menghancurkan batuan yang begesekan menjadi berbagai ukuran yang tidak
beraturan besarnya, membentuk breksi sesar (fault breccia).
Breksi sesar dapat dengan mudah dibedakan dari breksi sedimenter karena fragmen dan
matriksnya terdiri dari material yang sama. Biasanya fragmen dalam breksi sesar
memperlihatkan arah yang sama dengan sesarnya.
Gejala lainnya adalah bergesernya lapisan batuan pada blok-blok yang tersesarkan.
Pergeseran lapisan disebut sebagai offset bidang perlapisan. Adanya offset bidang perlapisan
mempermudah menentukan jenis sesar.
Kemudian, akibat adanya gesekan antar blok, lapisan sekitar sesar terseret dan terlipat,
menjadikan lipatan-lipatan seretan (drag fold atau drag fault).
Selain itu masih ada beberapa gejala lain yang diakibatkan sesar dan sangat membantu dalam
menentukan gerak relatif sesar.

Hubungan lipatan dan sesar

Lipatan dan sesar tidak selalu menerus. Sesar-sesar cenderung berhenti sebagai lipatan
Lipatan, akan berhenti diujungnya yang makin mengecil,
Jika dua macam batuan terkena tegasan yang sama, yang regas (britle) akan terdeformasi
sebagai rekahan atau tersesarkan, dan lainnya yang lentur (ductile) terdeformasi ductile.
Hasilnya adalah sebuah lipatan monoklin,
Beberapa sesar anjakan (thrust fault), diawali oleh lipatan rebah yang karena tegasannya
berlanjut, sayapnya yang terbalik tertarik kuat, teregangkan dan akhirnya patah menjadi
sesar anjakan.
Gambar 9. Jenis Sesar

Kekar (joint)

Kekar adalah suatu fracture (tretakan pada batuan) yang relatif tidak mengalami pergeseran
pada bidang rekahnya (Ragan, 1973). Kekar dapat disebabkan oleh terjadinya gejala tektonik
maupun non tektonik. Kekar atau joint adalah rekahan-rekahan pada batuan, lurus, planar
dan tidak terjadi pergeseran.
Kekar umumnya terdapat sebagai rekahan tensional dan tidak ada gerak sejajar
bidangnya.Kekar membagi-bagi batuan yang tersingkap menjadi blok-blok yang besarnya
bergantung pada kerapatan kekarnya. Dan merupakan bentuk rekahan paling sederhana yang
dijumpai pada hampir semua batuan. Biasanya terdapat sebagai dua set rekahan, yang
perpotongannya membentuk sudut berkisar antara 45 sampai 90 derajat.
Kekar mungkin berhubungan dengan sesar besar atau oleh pengangkatan kerak yang luas,
dapat tersebar sampai ribuan meter persegi luasnya. Umumnya pada batuan yang regas.
Kebanyakan kekar merupakan hasil pembubungan kerak atau dari kompresi atau tarikan
(tension) berkaitan dengan sesar atau lipatan.
Ada kekar tensional yang diakibatkan oleh pelepasan beban atau pemuaian batuan. Kekar
kolom pada batuan volkanik terbentuk oleh tegasan yang terjadi ketika lava mendingin
dan mengkerut.
Pada lapisan-lapisan sedimen terutama batupasir, sering terdapat kekar-kekar yang bervariasi
arahnya. Rekahan ini terbentuk selama penimbunan dan litifikasi yang akan tetap tertutup
selama tertimbun dikedalaman. Karena erosi dan tersingkap, sedikit pendinginan dan
kompresi relief memungkinkan rekahan agak terbuka.
Pada beberapa daerah kekar mengontrol pola aliran sungai, terutama aliran-aliran
sekundernya.
Kekar juga mempunyai nilai ekonomis. Dapat memperbesar permeabilitas yang penting bagi
migrasi dan menampung air tanah dan minyak bumi.
Analisa kekar sangat diperlukan dalam eksplorasi dan pengembangan sumber daya alam.
Rekahan-rekahan mengontrol endapan mineral, tembaga, timbal, seng, merkuri,perak,emas
dan tungsten.
Larutan hidrotermal yang berasosiasi dengan intrusi batuan beku mengalir sepanjang kekar-
kekar dan mengendapkan mineral-mineral sepanjang dinding kekar, membentuk urat-urat
mineral (mineral veins).
Konstruksi besar, seperti bendungan, sangat perlu memperhatikan sistem kekar pada batuan.
Selain mempengaruhi daya dukung batuan, kekar juga dapat menimbulkan masalah
kebocoran.
Dalam penambangan batuan, marmer, granit dll, sistem kekarlah yang menentukan berapa
besar blok batuan yang dapat ditambang. Dan adanya kekar-kekar akan mengurangi peledakan
yang diperlukan.

Jenis-jenis Kekar

1. Kekar pengerutan (“Shrinkage joint”), disebabkan oleh gaya pengerutan yang timbul
karena pendinginan (pada batuan beku : kekar tiang) atau pengeringan (pada batuan
sedimen)
2. Kekar lembaran (“sheet joint”) yaitu sekumpulan kekar yang kira-kira sejajar dengan
permukaan tanah, terutama pada batuan beku.
3. Kekar karena tektonik, yaitu kekar yang terbentuk karena proses endogen, yang
berupa pasangan garis yang lurus.

Anda mungkin juga menyukai