Anda di halaman 1dari 3

Pola eksploitasi hutan yang paling menonjol adalah melalui pemberian hak pemanfaatan oleh

pemerintah pusat kepada perusahaan swasta atau badan usaha milik negara. Sedangkan masyarakat
sekitar hutan hanya kebagian sedikit manfaat dan hanya dapat menyaksikan sumber-sumber daya alam
tempat mereka menggantungkan penghidupan mereka menghilang. Tingginya tingkat deforestasi dan
degradasi hutan dan semakin kuatnya dorongan untuk memberikan pengakuan pada hak-hak masyarakat
atas sumber daya alam - seiring dengan kisah keberhasilan pengelolaan hutan berbasis masyarakat -
telah menciptakan kesadaran baru tentang perlunya keterlibatan masyarakat secara lebih intensif dalam
pengelolaan hutan (Anomsari, 2015).

Pelimpahan kendali atas sumber daya alam kepada masyarakat melalui skema Perhutanan Sosial (SP)
diharapkan dapat membantu meningkatkan kelestarian hutan di masa mendatang serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Indonesia telah mengatur ketentuan-ketentuan untuk
Perhutanan Sosial dalam Peratuan Menteri LHK No. P.83 tahun 2016 tentang Perhutanan Sosial;
Peraturan Menteri LHK No. 32 tahun 2015 tentang Hutan Adat; dan Peraturan Dirjen KSDAE No. 6 tahun
2018 tentang Kemitraan Konservasi. Selain itu, pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan di dalam
dan sekitar kawasan hutan merupakan salah satu kebijakan prioritas nasional

Pendekatan Perhutanan Sosial (PS) bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan dan aspek sosial
ekonomi masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan lestari dengan memberikan izin mengelola hutan.
Kebijakan pemerintah tentang berbagai skema PS mengakomodasi kearifan lokal dalam mengelola dan
melestarikan sumber daya hutan, mendukung peningkatan mata pencaharian dalam kerangka sasaran
pembangunan nasional yang berpihak pada penduduk miskin, berpihak pada penyediaan lapangan kerja,
berpihak pada pertumbuhan dan berpihak pada lingkungan (Sumanto, 2009).

Visi PS adalah agar masyarakat setempat dapat secara aktif mengelola hutan mereka secara
berkelanjutan, mampu memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari sekaligus mendiversifikasi sumber-
sumber pendapatan yang dihasilkan melalui pemasaran sumber daya hutan dan hasil hutan olahan. Oleh
karena itu, PS akan berkontribusi terhadap pembangunan masyarakat yang berkelanjutan dan
peningkatan penghidupan serta konservasi keragaman hayati dan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim
(Dewi, 2018).

Perhutanan sosial adalah pendekatan pengelolaan hutan yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat
lokal dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan sumber daya hutan. Pendekatan ini memiliki
sejumlah kelebihan yang dapat berkontribusi positif terhadap pelestarian hutan dan pemberdayaan
masyarakat. Namun, seperti halnya setiap model pengelolaan, perhutanan sosial juga memiliki beberapa
kekurangan yang perlu dipertimbangkan dengan baik. Dalam konteks initerdapat kelebihan dan
kekurangan perhutanan sosial.

Kelebihan dan kekurangan

Perhutanan sosial adalah sebuah konsep yang mencoba menggabungkan pengelolaan hutan dengan
partisipasi masyarakat setempat. Konsep ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan yang perlu
dipertimbangkan:

Kelebihan Perhutanan Sosial:


1. Partisipasi Masyarakat: Perhutanan sosial mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam
pengelolaan hutan. Ini dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya konservasi hutan.
2. Pengelolaan Berkelanjutan: Dengan melibatkan masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan
terkait hutan, ada potensi untuk mengelola hutan secara lebih berkelanjutan. Masyarakat lebih
cenderung memperhatikan kebutuhan jangka panjang dibandingkan dengan pihak yang hanya
berorientasi pada keuntungan ekonomi singkat.
3. Pengurangan Konflik : Melibatkan masyarakat dalam pengelolaan hutan dapat membantu
mengurangi konflik antara pihak-pihak yang berkepentingan, seperti perusahaan kayu dan
masyarakat adat. Hal ini dapat menciptakan situasi yang lebih stabil dan damai.
4. Pemberdayaan Ekonomii : Perhutanan sosial dapat memberikan peluang ekonomi kepada
masyarakat lokal. Ini dapat mencakup pekerjaan dalam kegiatan hutan, pengembangan produk-
produk hutan non-kayu, atau pariwisata berkelanjutan.

Kekurangan Perhutanan Sosial

1. Ketidakpastian Hukum dan Hak Tanah: Di beberapa daerah, hak tanah dan hukum terkait
perhutanan sosial mungkin belum jelas atau tidak memadai. Hal ini dapat menimbulkan
ketidakpastian bagi masyarakat lokal dan investor.
2. Kesulitan Manajemen: Melibatkan masyarakat dalam pengelolaan hutan dapat menghadirkan
tantangan dalam hal manajemen yang efisien. Perlu ada kapasitas dan pemahaman yang
memadai di antara masyarakat lokal.
3. Kepentingan yang Bertentangan: Terkadang, kepentingan masyarakat lokal dapat bertentangan
dengan kepentingan konservasi hutan atau perusahaan-perusahaan kayu. Mengatasi perbedaan
ini bisa menjadi tugas yang sulit.
4. Perubahan Politik dan Sosial: Perhutanan sosial bisa rentan terhadap perubahan politik dan
sosial. Jika pemerintahan atau kondisi sosial berubah, hal ini dapat memengaruhi kelangsungan
perhutanan sosial.
5. Ketergantungan pada Sumber Daya Hutan: Masyarakat yang sangat tergantung pada sumber
daya hutan dapat mengalami risiko ekonomi jika sumber daya tersebut menipis atau terkena
bencana alam.

Perhutanan sosial adalah pendekatan yang kompleks dan bervariasi tergantung pada konteks regional,
budaya, dan hukum. Kelebihan dan kekurangan ini perlu dipertimbangkan secara cermat sebelum
mengimplementasikan perhutanan sosial dalam sebuah wilayah atau negara.

DAFPUS

Anomsari, E. T. (2015). Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (Studi
Kasus Di Kecamatan Karanggayam, Kebumen). Natapraja, 1(1).
https://doi.org/10.21831/jnp.v1i1.3463
Dewi, I. N. (2018). Kemiskinan masyarakat sekitar hutan dan program perhutanan sosial. Buletin Eboni,
15(2), 65–77.
Sumanto, S. E. (2009). Kebijakan pengembangan perhutanan sosial dalam perspektif resolusi konflik.
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 6(1), 13–25.

Anda mungkin juga menyukai