PENDAHULUAN
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut
secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut
sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Disisi lain
Sebagai suatu kesatuan tata air Pembagian Daerah Aliran Sungai berdasarkan
fungsi Hulu, Tengah dan Hilir. Bagian hulu berfungsi sebagai konservasi yang dikelola
untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang antara
lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air,
kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan. Bagian tengah berfungsi untuk
pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi
kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air,
kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait
pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau. Bagian hilir
berfungsi untuk pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat
dengan metode normal ratio, metode inversed square distance dan metode rata-rata
aljabar. Karena hujan yang turun di suatu daerah di Indonesia juga akan turun secara
periodik maka dapat dihitung apabila ada data yang hilang pada masa tertentu.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
tahun ?
1.4 Manfaat
1. Memberikan informasi persebaran curah hujan (Daerah Aliran Sungai) pada data
2. Memberikan informasi besaran aliran permurkaan (Run Off) pada data curah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Siklus hidrogeologi atau siklus air tanah erat hubungannya dengan siklus air
meteorik. Siklus ini dapat berlangsung akibat panas dari radiasi sinar matahari. Kedua
siklus ini merupakan bagian dari siklus hidrologi di permukaan bumi. Proses-proses
Evaporasi adalah proses penguapan air ke atmosfer dari tubuh-tubuh air yang
ada di bumi baik dari laut, sungai atau danau kemudian akan menjadi awan. Selain
evaporasi ada juga evapotranspirasi yang meruapakn gabungan dari proses evaporasi
dan transpirasi yaitu proses penguapan air yang terkandung di tanah yaitu soil moisture
dari zona perakaran dan aktivitas vegetasi (transpirasi) dengan proses evaporasi.
3
Kondensasi atau pengembunan adalah perubahan wujud benda ke wujud yang
lebih padat, seperti gas (atau uap) menjadi cairan. Presipitasi adalah peristiwa jatuhnya
air baik dalam berbentuk cair atau beku dari atmosfer ke permukaan bumi. Sebagian air
(overland flow), membentuk aliran permukaan (surface runoff/direct run off), sebagai
bagian dari aliran sungai (stream flow) dan sebagian lagi terserap (infiltrasi) di daerah
Infiltrasi adalah proses air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-
pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler
atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal. Pergerakan air secara vertical
kebawah tanah menyebabkan terjadinya perkeloasi air tanah dan memasuki kawasan
confined aquifer. Selain itu, air yang kemudian diserap oleh akar tanaman kembali keatas
Menurut Mulyo (2004), Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu daerah yang
terhampar di sisi kiri dan dan kanan dari suatu aliran sungai, dimana semua anak sungai
yang terdapat di sebelah kanan dan kiri sungai bermuara ke dalam suatu sungai induk.
Seluruh hujan yang terjadi didalam suatu drainage basin, semua airnya akan mengisi
sungai yang terdapat di dalam DAS tersebut. Oleh sebab itu, areal DAS juga merupakan
daerah tangkapan hujan atau disebut catchment area. Semua air yang mengalir melalui
sungai bergerak meninggalkan daerah tangkapan sungai (DAS) dengan atau tanpa
Menurut Suripin (2001) Daerah Aliran Sungai (DAS) juga dapat didefinisikan
sebagai suatu daerah yang dibatasi oleh topografi alami, dimana semua air hujan yang
jatuh didalamnya akan mengalir melalui suatu sungai dan keluar melalui outlet pada
4
menggunakan satuan fisik-biologi dan satuan kegiatan sosial ekonomi untuk
Air pada DAS merupakan aliran air yang mengalami siklus hidrologi secara
alamiah. Selama berlangsungnya daur hidrologi, yaitu perjalanan air dari permukaan laut
ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut yang tidak pernah
berhenti tersebut, air tersebut akan tertahan (sementara) di sungai, danau atau waduk,
dan dalam tanah sehingga akan dimanfaatkan oleh manusia atau makhluk hidup. Air
hujan yang dapat mencapai permukaan tanah, sebagian akan masuk (terserap) ke dalam
tanah (infiltrasi), sedangkan air yang tidak terserap ke dalam tanah akan tertampung
kemudian mengalir di atas permukaan tanah ke tempat yang lebih rendah (runoff), untuk
selanjutnya masuk ke sungai. Air infiltrasi akan tertahan di dalam tanah oleh gaya
Apabila tingkat kelembaban air tanah telah cukup jenuh maka air hujan yang
baru masuk ke dalam tanah akan bergerak secara lateral (horizontal) untuk selanjutnya
pada tempat tertentu akan keluar lagi ke permukaan tanah (subsurface flow) yang
kemudian akan mengalir ke sungai. Batas wilayah DAS diukur dengan cara
menghubungkan titik-titik tertinggi di antara wilayah aliran sungai yang satu dengan
yang lain.
DAS dapat dibagi ke dalam tiga komponen yaitu bagian hulu, tengah dan hilir.
Ekosistem bagian hulu merupakan daerah tangkapan air utama dan pengatur aliran.
Ekosistem tengah sebagai daerah distributor dan pengatur air, sedangkan ekosistem hilir
sebagai satu kesatuan hidrologis. Di dalam DAS terintegrasi berbagai faktor yang dapat
mengarah kepada kelestarian atau degradasi tergantung bagaimana suatu DAS dikelola.
Setiap DAS terbagi habis ke dalam Sub DAS. Sub DAS adalah bagian dari DAS yang
5
menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utama. Sub DAS
dapat pula didefinisikan sebagai suatu wilayah kesatuan ekosistem yang terbentuk
secara alamiah, air hujan meresap atau mengalir melalui cabang aliran sungai yang
membentuk bagian wilayah DAS. Komponen-komponen dari DAS yaitu sebagai berikut.
1. Luas DAS
daerah aliran dapat diperkirakan dengan mengukur daerah tersebut pada peta
topografi. Garis batas antara DAS adalah punggung permukaan bumi yang dapat
memisahkan dan membagi air hujan ke masing-masing DAS. Garis batas tersebut
DAS nya dapat diukur dengan alat planimeter. Peta yang digunakan akan
Panjang DAS adalah sama dengan jarak datar dari muara sungai ke arah hulu
sepanjang sungai induk. Sedangkan lebar DAS adalah perbandingan antara luas
berikut:
Ket :
6
3. Orde dan tingkat percabangan sungai
a. Orde Sungai
Alur sungai dalam suatu DAS dapat dibagi dalam beberapa orde sungai. Orde
induk sungai di dalam suatu DAS. Dengan demikian makin banyak jumlah
orde sungai akan semakin luas pula DAS nya dan akan semakin panjang pula
4. Kerapatan Sungai
Kerapatan sungai adalah suatu angka indeks yang menunjukkan banyaknya anak
Pola sungai menentukan bentuk suatu DAS. Bentuk DAS mempunyai arti penting
hujan yang mengalir menuju outlet. Semakin bulat bentuk DAS berarti semakin
banjir yang terjadi. Sebaliknya semakin lonjong bentuk DAS, waktu konsentrasi
yang diperlukan semakin lama sehingga fluktuasi banjir semakin rendah. Bentuk
7
DAS ini memiliki bentuk yang sempit dan memanjang, dimana anak-anak
utama. Umumnya memiliki debit banjir yang kecil tetapi berlangsung cukup
lama karena suplai air datang silih berganti dari masing-masing anak sungai.
Sebaran aliran sungai membentuk seperi kipas atau nyaris lingkaran. Anak-
anak sungai (sub-DAS) mengalir dari segala penjuru DAS dan tetapi
terkonsentrasi pada satu titik secara radial, akibat dari bentuk DAS yang
demikian. Debit banjir yang dihasilkan umumnya akan sangat besar, dalam
Sebuah DAS yang tersusun dari percabangan dua sub-DAS yang cukup besar
tersebut dapat memiliki karakteristik yang berbeda. Dan ketika terjadi hujan
Sungai di dalam semua DAS mengikuti suatu aturan yaitu bahwa aliran sungai
dihubungkan oleh suatu jaringan suatu arah dimana cabang dan anak sungai
mengalir ke dalam sungai induk yang lebih besar dan membentuk suatu pola
tertentu. Pola itu tergantungan dari pada kondisi topografi, geologi, iklim,
2.3 Hujan
Hujan merupakan suatu peristiwa siklus hidrologi yang terjadi tidak merata di
semua tempat, ada tempat yang mempunyai curah hujan yang tinggi dan ada tempat
yang mempunyai curah hujan yang rendah. Tinggi rendahnya curah hujan tersebut
8
disebabkan oleh letak suatu daerah dan iklim setempat, serta kebasahan udara (uap).
Pada umumnya di lereng gunung curah hujan lebih besar dibandingkan di daratan.
Terjadinya hujan disebabkan penguapan air, terutama air dari permukaan laut yang naik
ke atmosfer, mendingin dan kemudian menyuling dan jatuh sebagian di atas laut dan
sebagian ai atas daratan, sebagian meresap ke dalam tanah (infiltrasi), sebagian di tahan
menjadi lembab. Air yang meresap ke dalam tanah sebagian menguap melalui pori-pori
di dalam tanah (evapotranspirasi) dan demikian pula air yang ditahan tumbuh-
dalam tanah, yang ditahan tumbuh-tumbuhan dan transpirasi tidak ikut menjadi aliran
khatulistiwa antara 50 sampai dengan 100 sebelah utara dan selatan equator. Analisis
hidrologi dimaksud untuk memprediksikan keberadaan sumber air pada area penelitian
air pada lokasi penelitian yang diperlukan dalam perencanaan lebih lanjut, secara
keseluruhan hasil analisis tersebut adalah merupakan data awal yang sangat diperlukan
alat ukur hujan otomatis (dalam menitan, jam-jaman ataupun harian). Dalam
khusunya pada drainase permukaan diperlukan durasi relatif pendek, mengingat akan
toleransi lamanya genangan. Jika kita diminta untuk menyiapkan perencanaan teknik
9
bangunan air, pertama-tama yang harus kita tentukan adalah berapa debit yang harus
diperhitungkan dimana besarnya debit rencana ditentukan oleh intensitas curah hujan.
Intensiatas curah hujan adalah jumlah hujan dalam tiao satuan waktu, yang biasanya
dinyatakan dalam milimeter per jam. Besarnya intensitas curah hujan berbeda-beda,
tergantung dengan lamanya curah hujan dan frekuensi kejadian. Pada umumnya
semakin besar durasi hujan t, intensitas hujannya semakin kecil. Jika tidak ada waktu
untuk mengamati besarnya intensitas hujan atau karena disebabkan tidak adanya alat
untuk mngamati, maka dapat ditempuh cara empiris dengan menggunakan rumus-
Talbot (1881)
Sherman (1905)
Inshiguro
Mononobe
dimana:
i = intensitas curah hujan (mm/jam).
t = waktu (durasi) curah hujan (Jam).
Catchment area atau area tangkapan hujan adalah suatu area ataupun daerah
tangkapan hujan dimana batas wilayah tangkapannya ditentukan dari titik-titik elevasi
tertinggi sehingga akhirnya merupakan suatu poligon tertutup, yang mana polanya
disesuaikan dengan kondisi topografi, dengan mengikuti arah aliran air. Aliran air
tersebut tidak hanya berupa air permukaan yang mengalir di dalam alur sungai, tetapi
10
termasuk juga aliran di lereng-lereng bukit yang mengalir menuju alur sungai sehingga
daerah tersebut dinamakan daerah aliran sungai. Daerah ini umumnya dibatasi oleh
batas topografi, yang berarti ditetapkan berdasarkan air permukaan. Batas ini tidak
ditetapkan berdasarkan air bawah tanah karena permukaan air tanah selalu berubah
sesuai dengan musim dan tingkat kegiatan pemakaian (Sri Harto, 1993).
Daerah yang lebih tinggi merupakan daerah tangkapan (recharge area) dan
daerah yang lebih rendah merupakan daerah buangan (discharge area), yang
merupakan daerah pantai maupun lembah dengan suatu sistem aliran sungai. Secara
lebih spesifik daerah tangkapan didefinisikan sebagai bagian dari suatu daerah aliran
(watershed/catchment area) dimana aliran air tanah (yang saturated) menjauhi muka
air tanah.
Air hujan yang mempengaruhi secara langsung suatu sistem drainase tambang
adalah air hujan yang mengalir diatas permukaan tanah atau air permukaan (run off) di
tambah sejumlah pengaruh air tanah. Air hujan atau air permukaan yang mengalir ke
area penambangan tergantung pada kondisi daerah tangkapan hujan yang dipengaruhi
oleh daerah disekitarnya. Luas daerah tangkapan hujan dapat ditentukan berdasarkan
analisa peta topografi. Berdasarkan kondisi daerahnya seperti adanya daerah hutan,
Sumber utama air limpasan permukaan pada suatu tambang terbuka adalah air
hujan, jika curah hujan yang relatif tinggi pada daerah tambang maka perlu penanganan
air hujan yang baik (sistem drainase) yang tujuannya produktivitas tidak menurun.
Konsep Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan dasar dari semua perencanaan
hidrologi. Mengingat DAS yang besar pada dasarnya tersusun dari DAS-DAS kecil, dan
DAS kecil ini juga tersusun dari DAS-DAS yang lebih kecil lagi. Secara umum DAS dapat
didefinisikan sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas alam seperti punggung
bukit-bukit atau gunung, maupun batas buatan seperti jalan atau tanggul dimana air
11
hujan yang turun di wilayah tersebut memberi kontribusi aliran ke titik kontrol (outlet).
Menurut kamus Webster, DAS adalah suatu daerah yang dibatasi oleh pemisah topografi
seterusnya ke danau atau ke laut. Komponen masukan dalam DAS adalah curah hujan,
sedangkan keluarannya terdiri dari debit air dan muatan sedimen (Suripin, 2004).
Karakteristik DAS yang berpengaruh besar pada aliran permukaan meliputi (Suripin,
2004):
bertambahnya luas DAS. Tetapi apabila aliran permukaan tidak dinyatakan sebagai
jumlah total dari DAS, melainkan sebagai laju dan volume per satuan luas, besarnya
akan berkurang dengan bertambahnya luasnya DAS. Ini berkaitan dengan waktu yang
diperlukan air untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke titik kontrol (waktu konsentrasi)
dan juga penyebaran atau intensitas hujan. Bentuk DAS mempunyai pengaruh pada pola
aliran dalam sungai. Pengaruh bentuk DAS terhadap aliran permukaan dapat ditunjukkan
dengan memperhatikan hidrograf-hidrograf yang terjadi pada dua buah DAS yang
bentuknya berbeda namun mempunyai luas yang sama dan menerima hujan dengan
12
Gambar 2.1 Pengaruh Bentuk Das pada Aliran Permukaan
Bentuk DAS yang memanjang dan sempit cenderung menghasilkan laju aliran
permukaan yang lebih kecil dibandingkan dengan DAS yang berbentuk melebar atau
melingkar. Hal ini terjadi karena waktu konsentrasi DAS yang memanjang lebih lama
dibandingkan dengan DAS yang melebar, sehingga terjadinya konsentrasi air dititik
kontrol lebih lambat yang berpengaruh pada laju dan volume aliran permukaan. Faktor
bentuk juga dapat berpengaruh pada aliran permukaan apabila hujan yang terjadi tidak
serentak diseluruh DAS, tetapi bergerak dari ujung yang satu ke ujung lainnya. Pada
DAS memanjang laju aliran akan lebih kecil karena aliran permukaan akibat hujan di
hulu belum memberikan kontribusi pada titik kontrol ketika aliran permukaan dari hujan
di hilir telah habis, atau mengecil. Sebaliknya pada DAS melebar, datangnya aliran
permukaan dari semua titik di DAS tidak terpaut banyak, artinya air dari hulu sudah tiba
2. Topografi
Tampakan rupa muka bumi atau topografi seperti kemiringan lahan, keadaan
dan kerapatan parit dan atau saluran, dan bentuk-bentuk cekungan lainnya mempunyai
pengaruh pada laju dan volume aliran permukaan. DAS dengan kemiringan curam
13
disertai parit atau saluran yang rapat akan menghasilkan laju dan volume aliran
permukaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan DAS yang landai dengan parit yang
jarang dan adanya cekungan-cekungan. Pengaruh kerapatan parit, yaitu panjang parit
per satuan luas DAS, pada aliran permukaan adalah memperpendek waktu konsentrasi,
Pengaruh tata guna lahan pada aliran permukaan dinyatakan dalam koefisien
aliran permukaan (C), yaitu bilangan yang menunjukkan perbandingan antara besarnya
aliran permukaan dan besarnya curah hujan. Angka koefisien aliran permukan ini
merupakan salah satu indikator untuk menentukan kondisi fisik suatu DAS. Nilai C
berkisar antara 0 sampai 1. Nilai C = 0 menunjukkan bahwa semua air hujan terintersepsi
semua air hujan mengalir sebagai aliran permukaan. Nama sebuah DAS ditandai dengan
nama sungai yang bersangkutan dan dibatasi oleh titik kontrol, yang umumnya
merupakan stasiun hidrometri. Dalam praktek, penetapan batas DAS sangat diperlukan
untuk menetapkan batas-batas DAS yang akan dianalisis. Penetapan ini mudah dilakukan
dari peta topografi. Peta topografi merupakan peta yang memuat semua keterangan
tentang suatu wilayah tertentu, baik jalan, kota, desa, sungai, jenis tumbuh-tumbuhan,
tata guna lahan lengkap dengan garis-garis kontur. Dari peta ditetapkan titik-titik
tertinggi di sekeliling sungai utama (main stream) yang dimaksud, dan masing-masing
titik tersebut dihubungkan satu dengan yang lainnya sehingga membentuk garis utuh
yang bertemu ujung pangkalnya. Garis tersebut merupakan batas DAS di titik kontrol
Data curah hujan dan debit merupakan data yang paling fundamental dalam
perencanaan pembuatan embung. Ketetapan dalam memilih lokasi dan peralatan baik
14
curah hujan maupun debit merupakan faktor yang menentukan kualitas data yang
diperoleh. Analisis data hujan dimaksudkan untuk mendapatkan besaran curah hujan
dan analisis statistik yang diperhitungkan dalam perhitungan debit banjir rencana. Data
curah hujan yang dipakai untuk perhitungan debit banjir adalah hujan yang terjadi
pada daerah aliran sungai pada waktu yang sama. Curah hujan yang diperlukan untuk
adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan
pada suatu titik tertentu. Curah hujan ini disebut curah hujan area dan dinyatakan dalam
mm. Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang terjadi
hanya pada satu tempat atau titik saja (point rainfall). Mengingat hujan sangat bervariasi
terhadap tempat (space), maka untuk kawasan yang luas, satu alat penakar hujan belum
dapat menggambarkan hujan wilayah tersebut. Dalam hal ini diperlukan hujan area yang
diperoleh dari harga rata-rata curah hujan beberapa stasiun penakar hujan yang ada di
Curah hujan area ini harus diperkirakan dari beberapa titik pengamatan curah
hujan. Cara-cara perhitungan curah hujan area dari pengamatan curah hujan di
(arithmetic mean) pengukuran curah hujan di stasiun hujan di dalam area tersebut.
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa semua stasiun hujan mempunyai pengaruh
yang setara. Metode ini akan memberikan hasil yang dapat dipercaya jika topografi rata
atau datar, stasiun hujan banyak dan tersebar secara merata di area tersebut serta hasil
penakaran masing-masing stasiun hujan tidak menyimpang jauh dari nilai rata-rata
15
dimana :
sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung antara dua stasiun hujan terdekat.
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa variasi hujan antara stasiun hujan yang satu
dengan lainnya adalah linear dan stasiun hujannya dianggap dapat mewakili kawasan
Metode ini cocok jika stasiun hujan tidak tersebar merata dan jumlahnya
terbatas dibanding luasnya. Cara ini adalah dengan memasukkan faktor pengaruh
daerah yang mewakili oleh stasiun hujan yang disebut faktor pembobotan atau koefisien
Thiessen. Untuk pemilihan stasiun hujan yang dipilih harus meliputi daerah aliran sungai
yang akan dibangun. Besarnya koefisien Thiessen dapat dihitung dengan rumus
dimana :
C = Koefisien Thiessen
16
Ai = Luas daerah pengaruh dari stasiun pengamatan i (Km2)
a. Lokasi stasiun hujan di plot pada peta DAS. Antar stasiun dibuat garis lurus
penghubung.
rupa, sehingga membentuk poligon Thiessen. Semua titik dalam satu poligon
hujan curah hujan pada stasiun tersebut dianggap representasi hujan pada
c. Luas areal pada tiap-tiap poligon dapat diukur dengan planimeter dan luas
dimana :
A1 ,A2 ,...,An = Luas daerah pengaruh dari setiap stasiun hujan (Km2)
17
Gambar 2.3 Metode Poligon Thiessen
dengan kata lain asumsi metode Thiessen yang menganggap bahwa tiap-tiap stasiun
hujan mencatat kedalaman yang sama untuk daerah sekitarnya dapat dikoreksi. Metode
ini cocok untuk daerah berbukit dan tidak teratur (Suripin, 2004). Prosedur penerapan
a. Plot data kedalaman air hujan untuk tiap stasiun hujan pada peta.
c. Hitung luas area antara dua garis isohyet yang berdekatan dengan
dimana :
18
R = Curah hujan rata-rata (mm)
A1, A2, ….. , An = Luas bagian yang dibatasi oleh Isohyet (Km2 )
Cara ini adalah cara yang paling teliti untuk mendapatkan hujan areal rata-rata
jika stasiun hujannya relatif lebih padat yang memungkinkan untuk membuat garis
kontur yang cukup. Pada pembuatan peta isohyet harus turut mempertimbangkan
19
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berikut adalah kesmpulan yang dapat ditarik dari pembahasan pada bab-bab
sebelumnya:
1. Persebaran rerata curah hujan selama periode 10 tahuan pada daerah DAS yaitu
memiliki intensitas hujan sebesar 94,27 mm/jam, curah hujan prediksi 80,15
mm/bulan.
2. Aliran permukaan yang didapatkan yaitu pada nilai debit run off nya sebesar
605,57 mm3/jam dan volume run off sebesar 358,46 liter.
5.2 Saran
20