PENDAHULUAN
yaitu musim hujan dan musim kemarau. Dalam siklus hidrologi hujan merupakan
faktor penting dalam menentukan kapasitas air yang ada di suatu Daerah Aliran
Sungai (DAS). Hujan yang turun di suatu daerah akan masuk ke dalam DAS tersebut,
mengalir ke dalam sungai, dan akhirnya ke laut. Hujan yang terjadi akan berbeda-
beda di setiap daerah, tergantung pada ketinggian daerah, iklim, musim, dan factor
-faktor lain yang menyebabkan itu turun. Intensitas dan durasi hujan juga
Data curah hujan sangat penting untuk perencanaan teknik khususnya untuk
dan lain-lain. Karena itu data curah hujan di suatu daerah dicatat terus menerus
untuk menghitung perencanaan yang akan dilakukan. Pencatatan data curah hujan
yang dilakukan pada suatu DAS dilakukan di beberapa titik stasiun pencatat curah
hujan untuk mengetahui sebaran hujan yang turun pada suatu DAS apakah merata
perhitungan perencanaan yang akurat, semakin 2 banyak data curah hujan yang ada
data yang hilang. Hilangnya data tersebut dapat disebabkan oleh kelalaian dari
petugas pencatat curah hujan atau rusaknya alat pencatat curah hujan karena
kurangnya perawatan.
1
Untuk memperbaiki atau memperkirakan data curah hujan yang tidak
lengkap atau hilang, maka dapat dilakukan perhitungan dengan metode normal
ratio, metode inversed square distance dan metode rata-rata aljabar. Karena hujan
yang turun di suatu daerah di Indonesia juga akan turun secara periodik maka dapat
1.3 Tujuan
tahun ?
1.4 Manfaat
1. Memberikan informasi persebaran curah hujan (Daerah Aliran Sungai) pada data
2. Memberikan informasi besaran aliran permurkaan (Run Off) pada data curah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang banyak manfaatnya bagi
kebutuhan manusia. Air yang terdapat di alam ini dalam bentuk cair, tetapi dapat
berubah dalam bentuk padat/es, salju dan uap yang terkumpul di atmosfer. Air juga
tidaklah statis tetapi selalu mengalami perpindahan. Air menguap dari laut, danau,
sungai, tanah dan tumbuh-tumbuhan akibat panas matahari. Kemudian akibat proses
alam air yang dalam bentuk uap berubah menjadi hujan, yang kemudian sebagian
menyusup ke dalam tanah (infiltrasi), sebagian menguap (evaporasi) dan sebagian lagi
mengalir di atas permukaan tanah (run off). Air permukaan ini mengalir ke dalam sungai,
danau, kemudian mengalir ke laut, kemudian dari tempat itu menguap lagi dan
Siklus air (siklus hidrologi) adalah rangkaian peristiwa yang terjadi dengan air
dari saat ia jatuh ke bumi (hujan) hingga menguap ke udara untuk kemudian jatuh
kembali ke bumi yang merupakan konsep dasar keseimbangan air secara global dan
menunjukkan semua hal yang berhubungan dengan air. Prosesnya sendiri berlangsung
mulai dari tahap awal terjadinya proses penguapan (evaporasi) secara vertikal dan
di udara mengalami pengembunan (evapotranspirasi), lalu terjadi hujan akibat berat air
atau salju yang ada di gumpalan awan. Lalu air hujan jatuh keatas permukaan tanah
yang mengalir melaui akar tanaman dan ada yang langsung masuk ke pori-pori tanah.
Dan didalam tanah terbentuklah jaringan air tanah (run off) yang juga mengalami
transpirasi dengan butir tanah. Sehingga dengan air yang berlebih tanah menjadi jenuh
dengan aspek geomorfologi suatu daerah. Karakteristik ini terkait dengan proses
pengatusan (drainase) air hujan yang jatuh di dalam DAS. Parameter tersebut adalah
luas DAS, bentuk DAS, jaringan sungai, kerapatan aliran, pola aliran, dan gradien
sungai. Luas daerah aliran dapat diperkirakan dengan mengukur daerah tersebut pada
peta topografi. Bentuk DAS mempengaruhi waktu konsentrasi air hujan yang mengalir
menuju outlet. Semakin bulat bentuk DAS berarti semakin singkat waktu konsentrasi
yang diperlukan, sehingga semakin tinggi fluktuasi banjir yang terjadi. Sebaliknya
semakin lonjong bentuk DAS, waktu konsentrasi yang diperlukan semakin lama sehingga
fluktuasi banjir semakin rendah. Bentuk DAS secara kuantitatif dapat diperkirakan
('circularity ratio'/Rc). 'Elongation ratio' dihitung dengan rumus sebagai berikut: dimana:
dimana: Jaringan sungai dapat mempengaruhi besarnya debit aliran sungai yang
dialirkan oleh anak-anak sungainya. Parameter ini dapat diukur secara kuantitatif dari
nisbah percabangan yaitu perbandingan antara jumlah alur sungai orde tertentu dengan
orde sungai satu tingkat di atasnya. Nilai ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nisbah
percabangan berarti sungai tersebut memiliki banyak anak-anak sungai dan fluktuasi
Orde sungai adalah posisi percabangan alur sungai di dalam urutannya terhadap
induk sungai pada suatu DAS. Semakin banyak jumlah orde sungai, semakin luas dan
semakin panjang pula alur sungainya. Orde sungai dapat ditetapkan dengan metode
Horton, Strahler, Shreve, dan Scheidegger. Namun pada umumnya metode Strahler lebih
metode Strahler, alur sungai paling hulu yang tidak mempunyai cabang disebut dengan
orde pertama (orde 1), pertemuan antara orde pertama disebut orde kedua (orde 2),
demikian seterusnya sampai pada sungai utama ditandai dengan nomor orde yang paling
Jumlah alur sungai suatu orde dapat ditentukan dari angka indeks percabangan
dilakukan dalam unit Sub DAS atau Sub-sub DAS. Untuk memperoleh nilai Rb dari
persamaan berikut:
dimana:
Rb= Indeks tingkat percabangan sungai; Nu= Jumlah alur sungai untuk orde
_Rb 3 - 5 alur sungai mempunyai kenaikan dan penurunan muka air banjir tidak terlalu
_Rb > 5: alur sungai mempunyai kenaikan muka air banjir dengan cepat, demikian pula
cekungan-cekungan seperti danau, rawa dan badan sungai yang mengalir di suatu DAS.
Kerapatan aliran sungai dapat dihitung dari rasio total panjang jaringan sungai terhadap
luas DAS yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat kerapatan aliran sungai, berarti
semakin banyak air yang dapat tertampung di badan-badan sungai. Kerapatan aliran
sungai adalah suatu angka indeks yang menunjukkan banyaknya anak sungai di dalam
suatu DAS.
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan air untuk mengalir dari titik
yang paling jauh pada aliran ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir saluran. Pada
prinsipnya waktu konsentrasi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: Inlet time (t0)
yakni waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di atas permukaan tanah menuju
aluran drainase. Conduit time (td) yakni waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir
di sepanjang saluran drainase sampai ke titik kontrol yang diperlukan. Waktu konsentrasi
Data curah hujan yang tercatat diproses berdasarkan areal yang mendapatkan
hujan sehingga didapat tinggi curah hujan rata-rata dan kemudian meramalkan besarnya
Ada tiga macam cara yang berbeda dalam menetukan tinggi curah hujan
pada areal tertentu dari angka-angka curah hujan di beberapa titik pos pencatat
curah hujan atau AWLR (Automatic Water Level Recorder), antara lain:
Cara mencari tinggi rata-rata curah hujan di dalam suatu daerah aliran
dengan cara arithmatic mean merupakan salah satu cara yang sangat sederhana.
Biasanya cara ini dipakai pada daerah yang datar dan banyak stasiun curah
adalah sama rata (uniform distribution). Tinggi rata-rata curah hujan didapatkan
................................................... (2-6)
Dimana:
Cara ini diperoleh dengan membuat poligon yang memotong tegak lurus
pada tengah-tengah garis penghubung dua stasiun hujan. Dengan demikian tiap
stasiun penakar Rn akan terletak pada suatu poligon tertentu An. Dengan
dimana A adalah luas daerah penampungan atau jumlah luas seluruh areal yang
dicari tinggi curah hujannya. Curah hujan rata-rata diperoleh dengan cara
garis penghubung antara dua pos penakar. Cara perhitungannya adalah sebagai
berikut:
....................................... (2-7)
Dimana:
A = Luas areal (km2) d = Tinggi curah
hujan rata-rata areal d1, d2, d3,...dn = Tinggi curah hujan di pos 1, 2, 3,...n
C. Cara Isohyet
Dalam hal ini kita harus menggambarkan dulu kontur dengan tinggi curah
hujan yang sama (isohyet), seperti terlihat pada gambar. Kemudian luas bagian
sebagai harga rata-rata berimbang dari nilai kontur seperti terlihat pada rumus
berikut ini:
................................................... (2-8)
Dimana:
A1, A2, A3,...An = Luas bagian areal yang dibatasi oleh isohyet-isohyet yang
bersangkutan
A. Normal
B. Log Normal
C. Gumbel
A. Distribusi Normal
Distribusi normal atau kurva normal disebut pula distribusi Gauss. Untuk
Dimana:
Xi
X : Harga rata–rata dari
data 1 n
K : Variabel reduksi
n n
X i2 Xi
1 1
Sx : Standard Deviasi n 1
log (Xi )
Log X : Harga rata – rata dari data 1
n
n n
(LogX i2 Log Xi )
1 1
C. Distribusi Gumbel
Untuk analisa frekuensi curah hujan menggunakan metode E.J. Gumbel, dengan
Dimana:
Xi
X : Harga rata – rata
dari data 1
n
n n
X i2 Xi
1 1
Sx : Standard Deviasi n 1
K : Variabel reduksi.
Dimana:
Dimana:
LogXi
n
2
Log X i Log X
i 1
S1 : Standard Deviasi, S1 = n 1
Ktr : Koefisien frekuensi, didapat berdasarkan hubungan nilai
Cs
n
n. LogXi LogX 3
(n 1)(n 2).Si
A. Metode Haspers
................................................. (2-15)
................................................. (2-16)
dimana:
(jam)
B. Metode Melchior
berikut :
Qmax = α . β . rT . A ................................................. (2-
17) dimana:
β = Koefisien Reduksi
Koefisien aliran (α) berkisar antara 0,42 – 0,62 dan Melchior menganjurkan untuk
memakai α = 0,52.
................................................. (2-18)
................................................. (2-19)
..........(2-20)
Dimana:
= Grown factor
Sumber: http://www.scribd.com/doc/53661489/TUGAS-IRIGASI-boyolali
Dimana: