Hutan Rakyat
Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik
maupun hak lainnya di luar kawasan hutan dengan ketentuan luas minimal 0,25
(dua puluh lima perseratus) hektar, penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan
tanaman lainnya lebih dari 50 % (lima puluh perseratus).
Hutan rakyat adalah hutan-hutan yang dibangun dan dikelola oleh rakyat,
kebanyakan berada di atas tanah milik atau tanah adat; meskipun ada pula yang
berada di atas tanah negara atau kawasan hutan negara.
Secara teknik, hutan-hutan rakyat ini pada umumnya berbentuk wanatani; yakni
campuran antara pohon-pohonan dengan jenis-jenis tanaman bukan pohon. Baik
berupa wanatani sederhana, ataupun wanatani kompleks (agroforest) yang sangat
mirip strukturnya dengan hutan alam.
Ada beberapa macam hutan rakyat menurut status tanahnya. Di antaranya:
Namun kini ada pula bentuk-bentuk peralihan atau gabungan. Yakni model-model
pengelolaan hutan secara bermitra, misalnya antara perusahaan-perusahaan
kehutanan (Perhutani, HPH, HPHTI) dengan warga masyarakat sekitar; atau juga
antara pengusaha-pengusaha perkebunan dengan petani di sekitarnya. Model
semacam ini, contohnya PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat),
biasanya juga tidak digolongkan sebagai hutan rakyat; terutama karena dominasi
kepentingan pengusaha.
Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Pehutanan Sosial dalam pengajuan Hutan
Desa.
Perundang-undangan dan peraturan teknis tersebut berupaya
merealisasikan bentuk-bentuk perijinan bagi pengelolaan hutan yang berbasis
masyarakat, baik masyarakat lokal, setempat dan adat dengan konsekuensi
administrasi dan implementasi yang berbeda. (Lihat skema Resmi Pengelolaan
Hutan Berbasis Masyarakat).
PEMANFAATAN HUTAN
Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,
memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan hasil hutan
non-kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan
adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya. Di
Indonesia, pemanfaatan hutan diatur dalam Peraturan Pemerintah no. 6 tahun
2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta
Pemanfaatan Hutan. Izin pemanfaatan merupakan izin yang diterbitkan oleh
pejabat yang berwenang yang terdiri dari izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan,
izin usaha pemanfaatan hasil kayu atau bukan kayu, ataupun izin pemungutan
hasil hutan kayu atau bukan kayu pada hutan yang telah diberikan izin.
Tujuan utama pemanfaatan hutan ialah untuk memberdayakan masyarakat
atau mensejahterakan masyarakat. Bagi para pemegang izin usaha pemanfaatan
hutan dikenakan pungutan sebagai peganti nilai intrinsik dari hasil hutan yang
telah mereka dapatkan. Tata hutan dan rencana pengelolaan hutan serta
pemanfaatan hutan merupakan kewenangan pemerintah dan pemerintah
daerah Republik Indonesia. Dalam setiap pemanfaatan hutan wajib disertai
dengan izin pemanfaatan hutan. Jangka waktu pemanfaatan hutan pada hutan
lindung menurut undang-undang paling lama sepuluh tahun. Menurut undang-
undang dalam pemanfaatan hutan lindung yang diberikan perizinan paling luas
hanya 50 hektar.