Nama Kelompok:
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
A. PENDAHULUAN
Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik maupun hak
lainnya dengan ketentuan luas minimum 0,25 ha, penutupan tanaman kayu-kayuan dan tanaman
lainnya lebih dari 50% (Permenhut 88/2003).
Hutan rakyat adalah hutan-hutan yang dibangun dan dikelola oleh rakyat, kebanyakan berada di
atas tanah milik atau tanah adat; meskipun ada pula yang berada di atas tanah negara atau
kawasan hutan negara.
Latar Belakang
Meski dalam peraturan perundangan tidak secara tegas disebutkan adanya hutan rakyat, namun
pengertiannya terdapat dalam Keputusan Menteri Kehutanan No 49 Tahun 1997, yaitu hutan
rakyat adalah hutan yang dimiliki oleh rakyat dengan luas minimal 0,25 hektar, penutupan tajuk
tanaman berkayu dan atau jenis lain yang melebihi 50% atau jumlah tanaman pada tahun
pertama minimal 500 tanaman per hektar.
Hutan rakyat menjadi harapan bagi kelestarian hutan pada umumnya. Kita dapat mengambil
contoh kondisi kerusakan hutan di Pulau Jawa akibat deforestarsi yang memerlukan reforestasi
agar kembali sesuai peruntukkannya. Reforestasi dapat terbantu oleh adanya hutan-hutan pada
lahan yang dikelola oleh rakyat.
Bentuk-bentuk lain dari hutan rakyat, antara lain Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat
(PHBM), kemitraan antara perusahaan (pemegang HPH, HPHTI) dengan masyarakat, dan
sebagainya.
Tujuan
B. KRITERIA UMUM
Jenis Tanaman
Tanaman penyusun hutan rakyat adalah tanaman buah-buahan yang bercampur dengan
tanaman lainnya, sedangkan hutan rakyat inpres adalah hutan rakyat yang pembangunannya
diprakarsai oleh bantuan penghijauan pada lahan yang terlantar. Tanaman penyusun hutan
rakyat adalah tanaman kayukayuan (Michon, 1983 dalam Hardjanto, 2003).
a).kombinasi antara pepohonan dengan tanaman perkebunan, tanaman makanan dan semak, b)
kombinasi antara pepohonan dengan tanaman makanan ternak dan ternak, dan c) kombinasi
pepohonan dengan ikan
Berdasarkan jenis tanaman yang tumbuh, maka hutan ini diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu
hutan rakyat murni, campuran dan agroforestri (Michon, 1983 dalam Hardjanto, 2003).
Hutan rakyat murni adalah hutan homogen atau monokultur yang hanya terdiri dari satu jenis
pohon. Hutan rakyat campuran atau polyculture adalah hutan yang ditanami berbagai jenis pohon
secara campuran (Michon, 1983 dalam Hardjanto, 2003).
Sedangkan, agroforestry adalah hutan rakyat yang berupa sistem budidaya tanaman kehutanan
bersama dengan tanaman pertanian / peternakan. Tanaman kehutanan yang dimaksud adalah
tanaman pepohonan, sedangkan tanaman pertanian berkaitan dengan tanaman semusim
(Michon, 1983 dalam Hardjanto, 2003).
Syarat Tumbuh
Pusat Penyuluhan Kehutanan (1996) dalam Sariman (2013) menyatakan, beberapa syarat yang
harus dipenuhi hutan rakyat di antaranya sebagai berikut:
1. Jenis kayu yang dapat menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan sebagai bahan
baku industri.
2. Jumlah dan kualitas barang yang dihasilkan dari hutan rakyat harus sesuai dengan
spesifikasi kebutuhan yang disiapkan.
3. Produksi hutan rakyat harus dapat diatur agar dapat berlangsung secara
kesinambungan.
4. Hasil-hasil hutan rakyat harus dapat diserahkan di lokasi dan waktu yang telah
ditetapkan dengan harga penyerahan yang wajar.
Ciri Morfologi
Getah dan Resin, Buah-buahan, Rempah-rempahan, kayu-kayuan dan lain-lain seperti rotan,
cendana dan sagu.
Berbagai keuntungan dan manfaat ddapat diperoleh dari hutan yang dikelola secara bersama,
baik material maupun immaterial, antara lain:
1. Keuntungan ekologis, berupa pemanfaatan sumber daya alam lebih efisien.
2. Keuntungan ekonomi, berupa keanekaragaman hayati dan peningkatan volume
produksi.
3. Keuntungan psikologis, berupa perubahan cara produksi tradisional yang lebih mudah
diterima daripada sistem usaha tani monokultur.
4. Keuntungan politis, yaitu pelayanan sosial yang baik kepada masyarakat sekaligus
sebagai keamanan hutan negara dan penyerobotan lahan.
Selain itu, menurut Simon (1994) terdapat enam manfaat dari hutan rakyat, yaitu:
1. Meningkatkan produksi kayu dan hasil hutan non kayu.
2. Meningkatkan kesempatan atau peluang kerja dan akses pedesaan.
3. Memperbaiki sistem tata air, serta meningkatkan proteksi permukaan tanah dari
gangguan erosi.
4. Meningkatkan proses penyerapan karbondioksida dan polutan lain.
5. Menjaga kadar oksigen melalui proses fotosintesis.
6. Sebagai habitat untuk satwa.
Sedangkan menurut Djuwadi (2002), manfaatnya antara lain:
1. Produsen makanan tambahan seperti sayur mayur.
2. Produsen obat-obatan tradisional, bumbu dan produksi lainnya yang berkaitan dengan
nilai budaya setempat.
3. Menghasilkan kayu, berupa kayu lunak hingga kayu mewah untuk konstruksi bangunan
atau alat rumah tangga.
4. Menghasilkan kayu bakar termasuk arang.
5. Produsen bumbu dan bahan baku untuk keperluan rumah tangga, tikar, anyam-
anyaman dan kerajinan / ukiran.
6. Menghasilkan hijauan makanan ternak, termasuk pupuk hijau dan kompos.
7. Menghasilkan daging, ikan, telur dan lain-lainnya.
8. Berperan sebegai penyeimbang lingkungan, fungsi rekreasi, serta pendidikan
lingkungan.
D. KESIMPULAN
Hutan rakyat menjadi harapan bagi kelestarian hutan pada umumnya. Reforestasi dapat terbantu
oleh adanya hutan-hutan pada lahan yang dikelola oleh rakyat. Tanaman penyusun hutan rakyat
adalah tanaman buah-buahan yang bercampur dengan tanaman lainnya, sedangkan hutan
rakyat inpres adalah hutan rakyat yang pembangunannya diprakarsai oleh bantuan penghijauan
pada lahan yang terlantar. Tanaman penyusun hutan rakyat adalah tanaman kayukayuan,
Michon (1983) dalam Hardjanto (2003). Berdasarkan jenis tanaman yang tumbuh, maka hutan ini
diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu hutan rakyat murni, campuran dan agroforestri. Hutan
rakyat murni adalah hutan homogen atau monokultur yang hanya terdiri dari satu jenis pohon.
Hutan rakyat campuran atau polyculture adalah hutan yang ditanami berbagai jenis pohon secara
campuran. Sedangkan, agroforestry adalah hutan rakyat yang berupa sistem budidaya tanaman
kehutanan bersama dengan tanaman pertanian / peternakan. Tanaman kehutanan yang
dimaksud adalah tanaman pepohonan, sedangkan tanaman pertanian berkaitan dengan
tanaman semusim. 4.Luasnya relatif kecil 0,2 hingga 1,0 hektar tergantung status
kepemilikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Djuwadi. 2002. Pengusahaan Hutan Rakyat. Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.
Hardjanto. 2003. Keragaan dan Pengembangan Usaha Kayu Rakyat Di Pulau Jawa [Disertasi].
Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.
Alam Setia Zain, 1997. Hukum Lingkungan (Kaidah-kaidah Pengelolaan Hutan), Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Sariman, N. R. 2013. Perbandingan Pertumbuhan Sengon Pada Sistem Pola Tanam Monokultur
dan Polikultur di Hutan Rakyat Desa Kota Agung Kecamatan Tegineneng. Skripsi.
Universitas Lampung. Lampung.
Simon. 1994. Social Forestry and Sustainable Forest Management. Cooperation between Perum
Perhutani and The Faculty of Forestry. Gadjah Mada University. Yogyakarta.