Anda di halaman 1dari 7

PEMILIHAN JENIS TANAMAN UNTUK HUTAN RAKYAT (HR)

(Makalah Mata Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan dan Kehutanan)

Nama Kelompok:

Tifany Oktaviana 1814131002


Siti Nurani 1814131010
Kanietha Husnaa 1814131042
Dini Apriani 1814131064

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
A. PENDAHULUAN

Pengertian Hutan Rakyat

Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik maupun hak
lainnya dengan ketentuan luas minimum 0,25 ha, penutupan tanaman kayu-kayuan dan tanaman
lainnya lebih dari 50% (Permenhut 88/2003).

Hutan rakyat adalah hutan-hutan yang dibangun dan dikelola oleh rakyat, kebanyakan berada di
atas tanah milik atau tanah adat; meskipun ada pula yang berada di atas tanah negara atau
kawasan hutan negara.

Latar Belakang

Meski dalam peraturan perundangan tidak secara tegas disebutkan adanya hutan rakyat, namun
pengertiannya terdapat dalam Keputusan Menteri Kehutanan No 49 Tahun 1997, yaitu hutan
rakyat adalah hutan yang dimiliki oleh rakyat dengan luas minimal 0,25 hektar, penutupan tajuk
tanaman berkayu dan atau jenis lain yang melebihi 50% atau jumlah tanaman pada tahun
pertama minimal 500 tanaman per hektar.

Hutan rakyat menjadi harapan bagi kelestarian hutan pada umumnya. Kita dapat mengambil
contoh kondisi kerusakan hutan di Pulau Jawa akibat deforestarsi yang memerlukan reforestasi
agar kembali sesuai peruntukkannya. Reforestasi dapat terbantu oleh adanya hutan-hutan pada
lahan yang dikelola oleh rakyat.

Bentuk-bentuk lain dari hutan rakyat, antara lain Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat
(PHBM), kemitraan antara perusahaan (pemegang HPH, HPHTI) dengan masyarakat, dan
sebagainya.

Tujuan

Menurut Soemitro (1985), tujuan adanya hutan rakyat, antara lain:


1. Memanfaatkan secara maksimal dan lestari lahan yang tidak produktif dan atau yang
produktif karena keadaan lapangan dan tanah tidak sesuai untuk penanaman tanaman
pangan.
2. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya petani akan kebutuhan kayu, baik
kayu bakar maupun kayu perkakas serta jenis hasil hutan lainnya.
3. Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat petani sekaligus meningkatkan
kesejahteraannya.
4. Untuk memperbaiki tata air dan lingkungan, khususnya lahan yang ada di kawasan
perlindungan daerah aliran air.

B. KRITERIA UMUM

Jenis Tanaman

Tanaman penyusun hutan rakyat adalah tanaman buah-buahan yang bercampur dengan
tanaman lainnya, sedangkan hutan rakyat inpres adalah hutan rakyat yang pembangunannya
diprakarsai oleh bantuan penghijauan pada lahan yang terlantar. Tanaman penyusun hutan
rakyat adalah tanaman kayukayuan (Michon, 1983 dalam Hardjanto, 2003).

a).kombinasi antara pepohonan dengan tanaman perkebunan, tanaman makanan dan semak, b)
kombinasi antara pepohonan dengan tanaman makanan ternak dan ternak, dan c) kombinasi
pepohonan dengan ikan

Berdasarkan jenis tanaman yang tumbuh, maka hutan ini diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu
hutan rakyat murni, campuran dan agroforestri (Michon, 1983 dalam Hardjanto, 2003).

Hutan rakyat murni adalah hutan homogen atau monokultur yang hanya terdiri dari satu jenis
pohon. Hutan rakyat campuran atau polyculture adalah hutan yang ditanami berbagai jenis pohon
secara campuran (Michon, 1983 dalam Hardjanto, 2003).

Sedangkan, agroforestry adalah hutan rakyat yang berupa sistem budidaya tanaman kehutanan
bersama dengan tanaman pertanian / peternakan. Tanaman kehutanan yang dimaksud adalah
tanaman pepohonan, sedangkan tanaman pertanian berkaitan dengan tanaman semusim
(Michon, 1983 dalam Hardjanto, 2003).
Syarat Tumbuh

Pusat Penyuluhan Kehutanan (1996) dalam Sariman (2013) menyatakan, beberapa syarat yang
harus dipenuhi hutan rakyat di antaranya sebagai berikut:
1. Jenis kayu yang dapat menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan sebagai bahan
baku industri.
2. Jumlah dan kualitas barang yang dihasilkan dari hutan rakyat harus sesuai dengan
spesifikasi kebutuhan yang disiapkan.
3. Produksi hutan rakyat harus dapat diatur agar dapat berlangsung secara
kesinambungan.
4. Hasil-hasil hutan rakyat harus dapat diserahkan di lokasi dan waktu yang telah
ditetapkan dengan harga penyerahan yang wajar.

Ciri Morfologi

Menurut Djuwadi (2002), ciri-ciri hutan rakyat adalah:


1. Tidak hanya menghasilkan kayu, tetapi juga berupa bunga, buah, kulit, daun, rimpang,
aroma, jamu-jamuan, rempah-rempahan, bumbu, hijauan makanan ternak, jamur dan
sebagainya.
2. Pemanfaatan kayu dilakukan dengan tebang pilih atau tebang butuh dan sedikit tebang
habis.
3. Permudaan dilakukan secara buatan, vegetatif, dan alami.
4. Luasnya relatif kecil 0,2 hingga 1,0 hektar tergantung status kepemilikannya. Jika
dimiliki oleh suatu kelompok, maka luasnya dapat mencapai 20 hektar atau lebih.
5. Pola tanam campuran dan terdiri dari berbagai jenis pohon, tanaman pangan atau
rumput, serta jarang berupa hutan monokultur.
6. Pengelolaan hutan bergantung kepada pemiliki lahan.
7. Selain untuk kebutuhan pemiliknya, hutan ini juga berfungsi sosial secara terbatas
sesuai dengan nilai budaya setempat.
8. Perubahan yang lambat berdasarkan nilai budaya atau kebiasaan masyarakat
setempat.
9. Hasil hutan tidak selalu bersifat musiman, namun dapat bersifat bulanan, mingguan
bahkan harian.
Pendapat berbeda dikemukakan oleh Setia Zain (1997), yaitu:
1. Berupa hutan yang diusahakan sendiri, bersama orang lain atau badan hukum.
2. Berada diatas tanah milik atau hak orang lain berdasarkan aturan perundang-undangan.
3. Status kepemilikian berdasarkan penetapan Menteri Kehutanan.

C. CONTOH JENIS TANAMAN DAN MANFAAT

Contoh Jenis Tanaman

Getah dan Resin, Buah-buahan, Rempah-rempahan, kayu-kayuan dan lain-lain seperti rotan,
cendana dan sagu.

Manfaat dan Keuntungan

Berbagai keuntungan dan manfaat ddapat diperoleh dari hutan yang dikelola secara bersama,
baik material maupun immaterial, antara lain:
1. Keuntungan ekologis, berupa pemanfaatan sumber daya alam lebih efisien.
2. Keuntungan ekonomi, berupa keanekaragaman hayati dan peningkatan volume
produksi.
3. Keuntungan psikologis, berupa perubahan cara produksi tradisional yang lebih mudah
diterima daripada sistem usaha tani monokultur.
4. Keuntungan politis, yaitu pelayanan sosial yang baik kepada masyarakat sekaligus
sebagai keamanan hutan negara dan penyerobotan lahan.

Selain itu, menurut Simon (1994) terdapat enam manfaat dari hutan rakyat, yaitu:
1. Meningkatkan produksi kayu dan hasil hutan non kayu.
2. Meningkatkan kesempatan atau peluang kerja dan akses pedesaan.
3. Memperbaiki sistem tata air, serta meningkatkan proteksi permukaan tanah dari
gangguan erosi.
4. Meningkatkan proses penyerapan karbondioksida dan polutan lain.
5. Menjaga kadar oksigen melalui proses fotosintesis.
6. Sebagai habitat untuk satwa.
Sedangkan menurut Djuwadi (2002), manfaatnya antara lain:
1. Produsen makanan tambahan seperti sayur mayur.
2. Produsen obat-obatan tradisional, bumbu dan produksi lainnya yang berkaitan dengan
nilai budaya setempat.
3. Menghasilkan kayu, berupa kayu lunak hingga kayu mewah untuk konstruksi bangunan
atau alat rumah tangga.
4. Menghasilkan kayu bakar termasuk arang.
5. Produsen bumbu dan bahan baku untuk keperluan rumah tangga, tikar, anyam-
anyaman dan kerajinan / ukiran.
6. Menghasilkan hijauan makanan ternak, termasuk pupuk hijau dan kompos.
7. Menghasilkan daging, ikan, telur dan lain-lainnya.
8. Berperan sebegai penyeimbang lingkungan, fungsi rekreasi, serta pendidikan
lingkungan.

D. KESIMPULAN

Hutan rakyat menjadi harapan bagi kelestarian hutan pada umumnya. Reforestasi dapat terbantu
oleh adanya hutan-hutan pada lahan yang dikelola oleh rakyat. Tanaman penyusun hutan rakyat
adalah tanaman buah-buahan yang bercampur dengan tanaman lainnya, sedangkan hutan
rakyat inpres adalah hutan rakyat yang pembangunannya diprakarsai oleh bantuan penghijauan
pada lahan yang terlantar. Tanaman penyusun hutan rakyat adalah tanaman kayukayuan,
Michon (1983) dalam Hardjanto (2003). Berdasarkan jenis tanaman yang tumbuh, maka hutan ini
diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu hutan rakyat murni, campuran dan agroforestri. Hutan
rakyat murni adalah hutan homogen atau monokultur yang hanya terdiri dari satu jenis pohon.
Hutan rakyat campuran atau polyculture adalah hutan yang ditanami berbagai jenis pohon secara
campuran. Sedangkan, agroforestry adalah hutan rakyat yang berupa sistem budidaya tanaman
kehutanan bersama dengan tanaman pertanian / peternakan. Tanaman kehutanan yang
dimaksud adalah tanaman pepohonan, sedangkan tanaman pertanian berkaitan dengan
tanaman semusim. 4.Luasnya relatif kecil 0,2 hingga 1,0 hektar tergantung status
kepemilikannya.
DAFTAR PUSTAKA

Djuwadi. 2002. Pengusahaan Hutan Rakyat. Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.

Hardjanto. 2003. Keragaan dan Pengembangan Usaha Kayu Rakyat Di Pulau Jawa [Disertasi].
Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.

Michon, G. 1983. Village-Forest-Gardens in West Java. International Council for Research in


Agroforestry. Kenya.

Alam Setia Zain, 1997. Hukum Lingkungan (Kaidah-kaidah Pengelolaan Hutan), Raja Grafindo
Persada. Jakarta.

Sariman, N. R. 2013. Perbandingan Pertumbuhan Sengon Pada Sistem Pola Tanam Monokultur
dan Polikultur di Hutan Rakyat Desa Kota Agung Kecamatan Tegineneng. Skripsi.
Universitas Lampung. Lampung.

Simon. 1994. Social Forestry and Sustainable Forest Management. Cooperation between Perum
Perhutani and The Faculty of Forestry. Gadjah Mada University. Yogyakarta.

Soemitro, R. H. 1985. Studi Dan Masyarakat. PT. Alumni. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai