oleh
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2023
I. PENDAHULUAN
3.1. Hasil
Dari kegiatan praktikum, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Permasalahan KEHATI “Perusakan Habitat”
Dampak pada Tingkatan
No. Kegiatan Deskripsi
Genetik Spesies Ekosistem
Dampak dari
pertambangan sangat
jelas memperkecil habitat
menjadi mikrohabitat
yang homogen dan
terpecah pecah dengan
1 Pertambangan √ √ √
menurunnya kekayaan
jenisnya, sehingga akan
menjadi langka bahkan
punah apabila jauh dari
sumber air (Muslim et al.,
2018).
Metode penangkapan
ikan dengan bahan
peledak memberikan
dampak yang tidak
Penangkapan menguntungkan secara
2 √ √ √
ikan peledak biologi sebab dapat
merusak habitat biota laut
dan mempengaruhi
5iodiversity perairan
(Bubun et al., 2016).
Tabel 1 (Lanjutan)
Dampak pada Tingkatan
No. Kegiatan Deskripsi
Genetik Spesies Ekosistem
Dampak dari kebakaran
hutan adalah hilangnya
berbagai manfaat
ekosistem dari hutan dan
Pembakaran
3 √ √ √ potensi lain yang
hutan
terkandung di dalamnya
termasuk keaneka-
ragaman hayati (Rasyid,
2014).
Penggunaan lahan oleh
setiap kegiatan
pembangunan akan
mengubah tatanan
lingkungan hutan menjadi
tatanan lingkungan baru
yang mengakibatkan
Alih fungsi perubahan pada
4 √
lahan kelestarian lingkungan
seperti penurunan
kualitas air bersih yang
nantinya akan berbahaya
bagi kehidupan habitat
tertentu dalam ekosistem
yang terkena dampak
(Anisah et al., 2021).
Penebangan hutan secara
ilegal itu sangat
berdampak terhadap
Penebangan
5 √ √ √ keadaan ekosistem di
secara ilegal
Indonesia. Penebangan
hutan mengurangi
keragaman hayati dan
Tabel 1 (Lanjutan)
Dampak pada Tingkatan
No. Kegiatan Deskripsi
Genetik Spesies Ekosistem
memusnahkan habitat
satwa liar. Dalam jangka
panjang, ini dapat
√ √ √ menyebabkan kepunahan
spesies tertentu dan
mengurangi produktivitas
hutan (Bawono, 2011).
3.2. Pembahasan
Dari hasil praktikum, ditemukan bahwa banyak terdapat permasalahan pada
keanekaragaman hayati. Masalah-masalah yang dihadapi dalam upaya
melestarikan keanekaragaman hayati disebabkan baik dari pemerintah, pengusaha,
dan masyarakat. Dalam melaksanakan tugasnya, berbagai pihak memunculkan
perbedaan kepentingan yang terkadang menimbulkan permasalahan-permasalahan
terhadap keanekaragaman hayati. Permasalahan keanekaragaman hayati tersebut
diantaranya ada perusakan habitat, fragmentasi habitat, degradasi habitat dan
berbagai polusi, perusakan iklim global, eksploitasi berlebihan, perburuan dan
perambahan, spesies asing pengganggu, penyakit, dan kerentanan terhadap
kepunahan.
Perusakan habitat adalah proses yang menjadikan habitat alami tidak dapat
berfungsi dengan baik untuk menyokong kehidupan spesies aslinya. Kerusakan
habitat salah satunya disebabkan oleh manusia dalam memenuhi keperluan-
keperluan mereka, seperti fragmentasi hutan, dan hilangnya habitat (Supriatna,
2008). Kerusakan habitat dapat disebabkan seperti kegiatan pertambangan yang
memembuat keanekaragaman hayati menurun, penangkapan ikan menggunakan
bahan peledak, pembakaran hutan yang membuat hilangnya manfaat ekosistem.
Penyebab lainnya yaitu alih fungsi lahan, dan penebangan secara illegal yang
dampaknya langsung kepada ekosistem.
Fragmentasi habitat adalah proses perubahan lingkungan yang mempunyai
peran penting terhadap evolusi dan biologi konservasi (Pistanty, 2022).
Fragmentasi habiat diartikan sebagai pemecah habitat organisme menjadi
fragment (patches) habitat sehingga organisme tersebut kesulitan dalam
melakukan pergerakan dari fragment habitat yang satu ke yang fragment habitat
lainnya (Lamatoa et al., 2013). Fragmentasi habitat berpengaruh pada keberadaan
suatu spesies dengan cara membatasi spesies dalam pergerakannya mencari
makanan, mengurangi daerah jelajah aslinya, serta perubahan kondisi lingkungan
(Koneri, 2008). Terbukti bahwa fragmentasi habitat adalah hal yang sangat
merugikan bagi spesies satwa dan dapat mempercepat kepunahan
keanekaragaman hayati (Gunawan et al., 2010). Contoh kegiatan fragmentasi
habitat yaitu pembukaan lahan pertanian pada kawasan hutan, pembangunan jalan
tol, sistem silvikultur tebang habis, pembukaan lahan perkebunan, dan
pembangunan pemukiman baru.
Penurunan kualitas tempat tinggal makhluk hidup tertentu yang diakibatkan
oleh aktivitas manusia maupun alam disebut dengan degradasi habitat (Kholid et
al., 2020). Degradasi habitat dapat disebabkan oleh beberapa kegiatan terutama
yang ditimbulkan oleh kegiatan manusia. Contohnya yaitu pembakaran lahan
hutan yang menyebabkan rusaknya struktur tanah pada hutan, penebangan hutan
secara liar, polusi industri pabrik yang dapat membuat satwa berpindah dar
habitatnya. Selain itu ada juga pencemaran pada air dan udara juga menjadi
penyebab degradasi habitat.
Perubahan yang terjadi pada iklim global menjadikan tantangan yang
dihadapi masyarakat dunia saat ini. Suhu meningkat dengan kecepatan yang suli
diperkirakan (IPCC, 2021). Penyebab utama dari efek rumah kaca ini adalah
karbon dioksida (CO2), oksida-oksida nitrat (NOx), dan metana (CH4). Hal
tersebut disebabkan melalui pembakaran bahan bakar fosil dan biomassa
(Lehmann et al., 2006; Haefele, 2007). Kegiatan yang berkaitan dengan
perubahan pada iklim global seperti pemanasan global, pembakaran hutan, alih
fungsi lahan, perubahan edaran pola matahari, dan juga produksi makanan yang
menghasilkan zat seperti karbon dioksida, metana, dan gas rumah kaca lainnya.
Suatu tindakan pemanfaatan yang digunakan untuk kepentingan diri sendiri
adalah perbuatan tidak terpuji yang disebut dengan eksploitasi (Lestari, 2012).
Berdasarkan pandangan yang individualistik-materialistik, eksploitasi sumber
daya alam menyebabkan timbulnya konflik-konflik yang menyebabkan korban
pada manusia dan kerusakan lingkungan. Selain itu eksploitasi juga dapat
menimbulkan pemisah antara kesejahteraan dan kemiskinan (Armawi, 2013).
Beberapa kegiatan yang termasuk eksploitasi berlebihan diantaranya
pengembalaan ternak berlebihan, perluasan perkotaan, penangkapan ikan
menggunakan bahan peledak, pembakaran hutan untuk pembukaan lahan, dan
pertunjukkan atraksi hewan.
Perburuan dan perambahan hutan sudah menjadi permasalahan klasik yang
dialami oleh hampir semua negara terhadap keberadaan satwa liar (Laatung,
2015). Kegiatan yang termasuk perburuan dan perambahan yaitu perambahan
kawasan hutan dan Taman Nasional serta perburuan satwa. Perburuan dapat
dikatakan ilegal bila:
1. Tidak dilakukan saat musimnya.
2. Tidak memiliki izin yang sah.
3. Menjual secara illegal demi memperoleh keuntungan.
4. Dilakukan di luar waktu yang diizinkan.
5. Menggunakan senjata yang dilarang untuk berburu.
6. Tanaman atau hewan yang diburu pada wilayah yang dibatasi.
7. Jenis umpan tidak manusiawi
(Setiawan, 2020).
Spesies asing yang berada dalam sebuah ekosistem baru dan setelahnya
beradaptasi kemudian bersaing dengan spesies aslinya disebut dengan spesies
asing pengganggu. Beberapa spesies asing yang berbentuk varietas baru secara
nyata memang dapat memberikan benefit dalam ekonomi serta memberi
kontribusi positif bagi kesejahteraan masyarakat. Tetapi, beberapa spesies asing
memiliki kemampuan tumbuh dan menyebar yang cepat. Sehingga dapat
mengalahkan spesies asli yang disebut dengan spesies asing invasif atau invasive
alien species (IAS). Kegiatan berupa pemasukan, penyebaran dan juga
penggunaan berbagai spesies secara sengaja maupun tidak sengaja yang
digunakan untuk kepentingan perdagangan ataupun non perdagangan adalah
sumber dari perkembangan spesies asing invasif pada suatu negara (Sunaryo et
al., 2012). Contoh spesies asing pengganggu yaitu tumbuhan gulma seperti
Clidemia hirta, belalang kembara, ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan red
devil, dan Imperata cylindrica atau alang-alang.
Permasalahan keanekaragaman hayati lainnya dapat disebabkan oleh
penyakit. Penyakit pada keanekaragaman hayati khususnya tumbuhan sering
disebabkan oleh jamur dan virus (Hariani et al., 2022). Contoh penyebab penyakit
pada keanekaragaman hayati diantaranya jamur patogen pada cabai merah, jamur
pada kelapa sawit, penyakit gugur daun cornynespora, dan jamur Batrachochytri.
Penyakit pada keanekaragaman dapat juga disebabkan oleh efek pengenceran
yang memprediksi korelasi negatif dan berisiko penyakit yang meningkatkan
kelimpahan spesies inang.
Kepunahan sudah menjadi kenyataan dimulai sejak hidup itu sendiri
muncul. Spesies-spesies yang berada di Bumi sekarang ini adalah spesies-spesies
yang berhasil bertahan kurang lebih sekitar setengah milyar dari spesies yang
diduga sudah ada sebelumnya. Kepunahan adalah proses yang terjadi secara alami
(Lubis, 2011). Kepunahan dapat terjadi diakibatkan oleh perubahan iklim,
kemampuan migrasi spesies yang sebenernya tidak bisa bermigrasi, perusakan
habitat asli, perusakan hutan lindung, serta siklus hidup yang sangat kompleks.
IV. SIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Dari kegiatan praktikum yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Terdapat permasalahan-permasalahan keanekaragaman hayati diantaranya
perusakan habitat, fragmentasi habitat, degradasi habitat dan berbagai polusi,
perubahan iklim global, eksploitasi berlebihan, perburuan dan perambahan,
spesies asing pengganggu, serta kerentanan terhadap kepunahan.
2. Permasalahan keanekaragaman hayati berdasarkan tingkatannya dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu yang berdampak pada genetik, spesies, dan
ekosistem. Berdasarkan tabel hasil, permasalahan KEHATI pada tingkat
genetik paling banyak disebabkan oleh degradasi habitat dan berbagai polusi
dan perburuan dan perambahan. Permasalahan KEHATI pada tingkat spesies
paling banyak disebabkan oleh fragmentasi habitat, degradasi habitat dan
berbagai polusi, perburuan dan perambahan, spesies asing pengganggu.
Permasalahan KEHATI pada tingkat ekosistem paling banyak disebabkan oleh
degradasi habitat, perubahan iklim global, dan eksploitasi berlebihan.
4.2. Saran
Diharapkan agar praktikan lebih banyak literasi dan teliti mengenai
permasalahan keanekaragaman hayati yang ada agar dapat mengelompokkan jenis
permasalahan-permasalahan keanekaragaman hayati berdasarkan tingkatannya
yaitu pada tingkat genetik, spesies, dan ekosistem.
DAFTAR PUSTAKA
Afza, H. 2016. Peran konservasi dan karakterisasi plasma nutfah padi beras merah
dalam pemuliaan tanaman. Jurnal Litbang Pertanian. 35(3): 143-153.
Ahmad, Z., Sinyo, Y., Ahmad, H., Tamalene, M.N., Papuangan, N., Abdullah, A.,
... Hasan, S. 2017. Keanekaragaman jenis burung di beberapa objek wisata
Kota Ternate: upaya mengetahui dan konservasi habitat burung endemik.
SAINTIFIK@. 1(1): 26-31.
Anisah, A.P., Ju, A.B., Tng, A., Zikra, E., Weley, N.C., Fitri, W. 2021. Dampak
alih fungsi lahan terhadap keberlanjutan suplai air bersih dalam menjaga
ekosistem darat. Jurnal Syntax Admiration. 2(12): 2246-2259.
Bubun, R.L., Anwar, L.O. 2016. Penyuluhan Dampak Metode Penangkapan Ikan
Destructive Terhadap Perikanan Berkelanjutan. Research Report. 125-132.
Dueñas, A., Jiménez, U., G., Bosker, T., 2021. The effects of climate change on
wildlife biodiversity of the galapagos islands. Climate Change Ecology. 2.
p.100026.
Dunggio, M. F. 2015. Pengaruh alih fungsi lahan terhadap perubahan iklim (studi
kasus Kota Gorontalo). Jurnal Teknik. 1: 79-150.
Gunawan, H., Prasetyo, L.B., Mardiastuti, A., Kartono, A.P. 2009. Habitat macan
tutul jawa (Panthera pardus melas Cuvier 1809) di lanskap hutan produksi
yang terfragmentasi. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 6(2):
95-114.
Gunawan, H., Prasetyo, L.B., Mardiastuti, A., Kartono, A.P. 2010. Fragmentasi
hutan alam lahan kering di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Hutan
dan Konservasi Alam. 7(1): 75-91.
Haefele, S.M. 2007. Black soil, green rice. International Rice ResearchInstitute.
6(2): 26-27.
Hariani, A., Rahayu, S., Pratiwi, A.E., Haroh, I., Rosadi, I. 2022. Peran Genetika
Molekuler dalam Perspektif Konservasi Keanekaragaman Hayati. PT Nasya
Expanding Management. Pekalongan. 473 hlm.
Hasugian, E.P.A. 2019. Tindak pidana penangkapan ikan dengan bahan peledak di
Wilayah Laut Indonesia. Lex. 8(1): 105-112.
IPCC. 2001. Climate Change 2001, The scientific basis. Technical summaryby
workgroup I of the intergovernmental panel on climatic change. Cambridge,
UK. Cambridge University Press.
Kholid, N., Syamsiyah, N.R. 2020. Penerapan tolok ukur mac dari greenship
neighborhood versi 1.0 dan evaluasi subjektif pada kawasan kebun raya
indrokilo di Boyolali. Jurnal Sinektika. 17(1): 41-45.
Lamatoa, D.C., Koneri, R., Siahaan, R., Maabuat, P.V. 2013. Populasi kupu-kupu
(Lepidoptera) di Pulau Mantehage, Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Sains.
13(1): 52-56
Mustafa, T., Abdullah, A., Khairil, K. 2019. Analisis habitat gajah Sumatera
(Elephas maximus sumatranus) berdasarkan Software Smart di Kecamatan
Peunaron Kabupaten Aceh Timur. BIOTIK: Jurnal Ilmiah Biologi Teknologi
dan Kependidikan. 6(1): 1-10.
Nik, N., Rusae A., Atini, B. 2017. Identifikasi hama dan aplikasi bioinsektisida
pada belalang kembara (Locusta migratoria, L) sebagai model pengendalian
hama terpadu pada tanaman sorgum. Savana Cendana Jurnal Pertanian
Konservasi Lahan Kering. 2(3): 46–47.
Sunaryo, S., Uji, T., Tihurua, E.F. 2012. Komposisi jenis dan potensi ancaman
tumbuhan asing invasif di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, Jawa
Barat. Berita Biologi. 11(2): 231-239.
Yusri, A., Basuni, S., Prasetyo, L.B. 2012. Analisis faktor penyebab perambahan
kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai. Media Konservasi. 17(1): 1-5.