Oleh:
Muhamad Rohansyah
2314151104
Kelompok 10
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2024
I. PENDAHULUAN
3.1. Hasil
Hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Matriks permasalahan KEHATI
KELOMPOK : 10
LOKASI : Jurusan Kehutanan, Universitas Lampung
HARI/TANGAL : Jum’at, 22 Maret 2024
pandang sehingga
mengganggu transportasi,
mengubah sifat fisika-kimia
dan biologi tanah, mengubah
iklim mikro akibat hilangnya
tumbuhan, bahkan dari segi
lingkungan global ikut
memberikan andil terjadinya
efek rumah kaca. Dampak
pada lingkungan hayati antara
lain meliputi menurunnya
tingkat keanekaragaman
hayati, terganggunya suksesi
alami, terganggunya produksi
bahan organik dan proses
dekomposisi (Rasyid, 2014).
KELOMPOK : 10
LOKASI : Jurusan Kehutanan, Universitas Lampung
HARI/TANGAL : Jum’at, 22 Maret 2024
berpengaruh terhadap
kehidupan biota perairan
(termasuk ikan). Lingkungan
waduk sebagai media hidup
ikan menjadi faktor penentu
keanekaragaman jenisikan dan
keberlanjutan usaha perikanan.
(Kartamihardja., 2019).
KELOMPOK : 10
LOKASI : Jurusan Kehutanan, Universitas Lampung
HARI/TANGAL : Jum’at, 22 Maret 2024
KELOMPOK : 10
LOKASI : Jurusan Kehutanan, Universitas Lampung
HARI/TANGAL : Jum’at, 22 Maret 2024
KELOMPOK : 10
LOKASI : Jurusan Kehutanan, Universitas Lampung
HARI/TANGAL : Jum’at, 22 Maret 2024
3.2. Pembahasan
Keanekaragaman hayati adalah suatu varasi atau perbedaan bentuk-bentuk
antar makhluk hidup. Perbedaan tersebut meliputi perbedaan pada tumbuhan,
hewan, dan mikroorganisme, materi genetik yang terdapat didalamnya, serta
berbagai bentuk ekosistem yang menjadi tempat hidup makhluk hidup tersebut.
Keanekaragaman, memiliki arti suatu hal atau keadaan yang bermacam-macam dan
kata hayati merujuk kepada suatu hal yang hidup. Dalam arti singkat
keanekaragaman hayati ialah keseluruhan variasi makhluk hidup (organisme) yang
menghuni biosfer. Keanekaragaman hayati disebut juga “Biodiversitas” (Rhidwan,
2012).
Dalam Keanekaragaman hayati, perbedaan yang ada pada tiap makhluk hidup
dibedakan menjadi tiga tingkatan. Tiga tingkatan tersebut meliputi:
keanekaragaman genetik, keanekaragaman spesies dan keanekaragaman ekosistem.
Ketiga tingkatan keanekaragaman hayati itu diperlukan untuk kelanjutan
kelangsungan makhluk hidup di bumi dan penting bagi manusia. Pemahaman
tentang tingkat keanekaragaman hayati ini penting untuk memahami hubungan
antara spesies dan lingkungan, serta mengembangkan strategi konservasi yang
efektif untuk menjaga keanekaragaman hayati yang ada di bumi (Anggraini, 2018).
Keanekaragaman hayati tidak luput dari ancaman yang dapat membuatnya
punah. Tindakan konservasi perlu untuk diberlakukan agar kelestarian
keanekaragaman hayati tetap terjaga. Pembukaan lahan hutan untuk perluasan
areapertanian dan eksploitasi sumber daya hutan secara berlebihan menjadi salah
satu contoh permasalahan yang mengancam keanekaragaman hayati. Habitat
tempat tinggal flora dan fauna dapat rusak, terpecah, atau berkurag hingga hancur.
Kelestariannya ekosistem akan terganggu dan berujung pada kepunahan, baik lokal
maupun masal (Nasruddin, 2020).
IV. KESIMPULAN
Kamaliah, K., Marlina, S. 2021. Kajian Dampak dan Adaptasi Perubahan Iklim di
Kalimantan Tengah. Media Ilmiah Teknik Lingkungan (MITL). 6(1): 34- 42.
Nasruddin, N., Febrian, G. M. S., Rukmana, A. D., Indra, M. 2020. Alih fungsi
lahan kawasan hutan lindung (studi di kawasan pengelolaan hutan lindung
kayu tangi blok I Kota Banjarbaru). Jurnal Pendidikan Sosiologi
Antropologi, 2(2): 228-234.
Paiman, A., Anggraini, R., Maijunita, M. 2018. Faktor Kerusakan Habitat dan
Sumber Air Terhadap Populasi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae
Pocock, 1929) di Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah III
Taman Nasional Sembilang. Jurnal Silva Tropika, 2(2): 22-28.
Sari, M., Muamar, M. R., Nur, F. M. 2022. Keanekaragaman Hayati. Modul Digital
Konsep Dasar Sains.
Setiawati, W., Murtiningsih, R., Gunaeni, N., Rubiati, T. 2008. Tumbuhan bahan
pestisida nabati dan cara pembuatannya untuk pengendalian organisme
pengganggu tumbuhan (OPT).