Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan

SUKSESI ALAMI YANG TERJADI PADA LAHAN BEKAS


PASCA KEBAKARAN 2017 DI DESA LAUMIL, KECAMATAN
TIGALINGGA, KABUPATEN DAIRI SUMATERA UTARA

Disusun Oleh
LISBET SIHITE (170805027)

PROGRAM STUDI BIOLOGI S1


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

Hutan hujan tropika merupakan tempat tumbuh bagi flora dan fauna,
membentuk persekutuan hidup dengan keseimbangan yang dinamis. perubahan
komunitas hutan dapat timbul akibat adanya gangguan, baik yang bersifat alami
seperti tanah longsor dan gunung meletus, maupun yang diakibatkan oleh
aktivitas manusia seperti perladangan berpindah, pertambangan terbuka, dan
pembalakan hutan. Vegetasi merupakan sistem kompleks yang berinteraksi
berbagai faktor yang saling mempengaruhi. Keberadaan vegetasi mempunyai
peranan dan berfungsi sebagai penyangga kehidupan, melindungi sumber air,
tanah, baik dalam mencegah erosi, dan menjaga stabilitas iklim global serta
berperan sebagai paru-paru dunia dan menjaga kestabilan lingkungan. Vegetasi
akan mengurangi karbon di atmosfer (CO2) melalui proses fotosintesis dan
menyimpannya dalam jaringan tumbuhan. Sampai waktunya karbon tersebut
tersikluskan kembali ke atmosfer, karbon tersebut akan menempati salah satu dari
sejumlah kantong karbon. Semua komponen penyusun vegetasi baik pohon,
semak, liana dan epifit merupakan bagian dari biomassa atas permukaan
(Oktaviani et al., 2017).
Komunitas suatu tumbuhan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah
satu faktor tersebut adalah adanya perbedaan letak atau ketinggian suatu tempat.
Karena hal tersebut dapat mempengaruhi intensitas cahaya, suhu, dan kelembaban
yang merupakan faktor klimatik. Selain faktor klimatik ketinggian tempat juga
akan mempengaruhi faktor edafik antara lain kelengasan tanah, bahan organik
tanah dan pH tanah. Oleh karena itu komunitas gulma antara satu wilayah dengan
wilayah lainnya sangat bervariasi hal ini dikarenakan faktor lingkungan di setiap
wilayah yang berbeda. Kehidupan komunitas gulma sangat ditentukan oleh ruang
dan waktu atau dengan kata lain bahwa ruang dan waktu sangat berpengaruh
terhadap komunitas gulma secara umum. Ruang (spasial) memiliki makna bahwa,
ruang sebagai faktor pembatas terhadap tumbuhnya gulma di dalam ekosistemnya.
Sedangkan waktu (temporal) sebagai faktor pembatas (Suryatini, 2018).
1.1 Permasalahan
Lahan pasca kebakaran akan mempengaruhi vegetasi baru.
Vegetasi yang timbul diakibatkan oleh curah hujan yang terus menerus
menyebabkan munculnya vegetasi baru yang terdapat pada lahan tersebut
selama 3 tahun setelah terjadi kebakaran lahan. Berdasarkan hal tersebut
perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis bagaimana suksesi alami
yang terjadi pada lahan bekas pasca kebakaran 2017 di Desa Laumil
Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi.

1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui suksesi alami yang
terjadi pada lahan bekas pasca kebakaran 2017 Desa Laumil Kecamatan
Tigalingga, Kabupaten Dairi

1.3 Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dasar
mengenai suksesi alami yang terjadi pada lahan bekas pasca kebakaran 2017 di
Desa Laumil Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi untuk para peneliti dan
masyarakat setempat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Suksesi


Suksesi adalah proses dimana satu komunitas tumbuhan diganti dengan
komunitas tumbuhan lain yang mempunyai kondisi-kondisi lingkungan fisik dan
karakteristik pertumbuhan berbeda. Perubahan itu juga mempengaruhi faktor
herbivori dan faktor biologi lain, ketersediaan sumber regenerasi yang
menentukan jenis yang akan berkembang dan selanjutnya mendominasi tapak.
Pengertian suksesi yaitu proses perubahan ekosistem dalam kurun waktu tertentu
menuju ke arah lingkungan yang lebih teratur dan stabil. Proses suksesi akan
berhenti apabila lingkungan tersebut telah mencapai keadaan yang stabil atau
telah mencapai tahap klimaks. Ekosistem yang klimaks tersebut dapat dikatakan
telah memiliki homeostatis, sehingga mampu mempertahankan kestabilan
internalnya. ilmu ekologi dikenal suatu proses suksesi tumbuhan yang
dikendalikan oleh berbagai hukum alam, dan berakhir pada suatu stadia
klimaks/puncak yang seimbang secara dinamis dengan lingkungannya. Suksesi
adalah suatu rangkaian perubahan masyarakat tumbuhan (komposisi dan struktur)
bersamaan dengan perubahan habitat tempat tumbuhnya, terutama iklim mikro
dan tanahnya. Suksesi dapat berjalan maju, yaitu mulai dari keadaan terbuka tanpa
tumbuhan, hingga mencapai tahap klimaks setelah melalui tahapan tumbuhan
pionir, dan jenis-jenis tumbuhan berikutnya yang lebih toleran terhadap keadaan
lingkungannya. Akan tetapi suksesi dapat juga maju-mundur, karena dalam
perjalanan atau pertumbuhannya, seperti kebakaran secara periodik di padang
alang-alang (Imperata cylindrica). Juga ada perbedaan antara suksesi primer (dari
Substrata terbuka dan batuan) dan suksesi sekunder, yaitu dimulai dari substrata
yang sudah ada dan mapan, seperti areal bekas tebangan atau perladangan
berpindah (Jinarto, 2019).
Suksesi akan terjadi secara lambat jika tempat tumbuh kurang subur
sehingga sedikit tumbuhan dapat tumbuh diatasnya, atau suksesi tersebut dapat
terjadi sangat cepat ketika suatu komunitas dirusak oleh suatu faktor seperti api,
banjir, atau epidemi serangga dan diganti oleh yang lain. Sejalan dengan
bertambahnya pengetahuan tentang suksesi, terdapat peralihan dari teoriteori yang
luas tentang lintasan-lintasan suksesi ke teori-teori tentang konsiderasi proses-
proses pergantian jenis. Teori yang baru tersebut lebih memberikan penekanan
pentingnya atributatribut ekologi dari individu jenis, atribut-atribut dan strategi-
strategi siklus hidupnya, maupun proses-proses populasi dan komunitas. Ini
ternyata tidak cukup, sehingga banyak atribut-atribut siklus hidup berkitan dengan
perolehan/pencapaian sumber, dan ketersediaan sumber ditentukan oleh proses-
proses alogenik ekosistem maupun proses-proses autogenik komunitas. Ini
membawa pada kecenderungan semakin populernya pendekatan lebih pada model
level ekosistem daripada model level populasi atau komunitas (Musyafa et al.,
2008).

2.2 Proses Suksesi


Proses suksesi vegetasi merupakan perubahan utama yang mempengaruhi
perkembangan kondisi lahan dan suhu permukaan. Suksesi vegetasi merupakan
kondisi pertumbuhan vegetasi yang serentak pasca terjadinya fenomena alam
maupun buatan yang berpengaruh besar terhadap perubahan lingkungan. Prinsip
dasar dalam suksesi yakni adanya serangkaian perubahan komunitas tumbuhan
bersamaan dengan perubahan tempat tumbuh. Perubahan ini terjadi secara
berangsur-angsur dan melalui beberapa tahap dari komunitas tumbuhan sederhana
sampai klimaks. Apabila suksesi vegetasi maksimal maka dapat diketahui bahwa
kondisi lahan juga menjadi semakin baik. Proses suksesi ini selalu ditandai
dengan peningkatan tajuk dan daun pohon yang dapat diketahui dari interpretasi
citra penginderaan jauh melalui nilai indeks vegetasi
Proses suksesi terdiri atas 6 (enam) proses, yaitu:
1. Nudasi yaitu terbukanya substrat, tidak ada apa apa, gundul dan kosong.
2. Migrasi yaitu mulai muculnya biji atau alat perkecambahan lainnya yang
datang.
3. Execis yaitu biji atau perkecambahan tersebut yang menetap mulai
berkecambah, lalu tumbuh, dan mulai bereproduksi.
4. Kompetisi yaitu biji atau perkecambahan tersebut terjadi kompetisi, yang kuat
akan menggantikan spesies yang lama, yang lama mati atau akan mati.
5. Reaksi yaitu perubahan dari tempat tersebut dengan munculnya habitat habitat
baru yang dikarenakan hadirnya spesies dari awal.
6. Stabilitas akhir / Klimaks yaitu setelah lengkap, maka sudah terbentuknya suatu
ekosistem yang kompleks

2.3 Pembagian Suksesi


Pada suksesi terdapat dua macam yaitu yang dikenal dengan suksesi
primer dan suksesi sekunder. Perbedaan antara suksesi primer dan suksesi
sekunder terletak pada kondisi habitat pada awal proses suksesi terjadi. Perbedaan
mengenai suksesi primer dan suksesi sekunder tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
2.3.1 Suksesi Primer
Suksesi primer terjadi ketika komunitas awal terjadi perubahan dan
mengakibatkan hilangnya komunitas awal tersebut secara total, sehingga di
tempat komunitas asal tersebut akan terbentuk substrat dan habitat baru. Contoh
suksesi primer seperti munculnya pulau dari lautan, meletusnya gunung Krakatau
yang menghancurkan habitat di sekitarnya.

2.3.2 Suksesi Sekunder


Suksesi sekunder terjadi apabila dalam suatu ekosistem alami mengalami
gangguan, baik secara alami ataupun buatan (karena manusia), dan gangguan
tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme yang ada, sehingga dalam
ekosistem tersebut substrat lama dan kehidupan lama masih ada. Contoh suksesi
sekunder adalah kebakaran hutan yang sebagian merusak ekosistem hutan,
rusaknya terumbu karang karena ulah manusia.

2.4. Keuntungan dan Kerugian Dari Dampak Kebakaran Hutan

Adapun keuntungan dari kebakaran hutan yaitu:mengurangi potensi bahan bakar,


pembakaran terkendali yang dilakukan secara periodik untuk mengurangi potensi
bahan bakar sehingga dapat menghindarkan kebakaran yang lebih besar,
memperbaiki keadaan habitat dan menyediakan sumber makanan yang baik bagi
satwa, menekan serangan hama dan penyakit melalui eradikasi, abu hasil proses
pembakaranakan meningkatkan pH tanah hutan yang pada umumnyabersifat
masam, sehingga dapat mengurangi serangan hama dan penyakit yang tidak
menyukai kondisi tersebut, mempercepat pertunasan, adanya api akan
menstimulasi bakal tunas yang dorman untuk tumbuh. Pertumbuhan tunas setelah
kebakaran biasanya berhubungan dengan umur tanaman, ukuran batang, musim,
frekuensi kebakaran dan kekerasan kebakaran, membantu penyebaran jenis-jenis
tumbuhan.
Dampak merugikan kebakaran hutan menurut Kantor Meneteri Negara
lingkungan hidup, di antaranya: terhadap lingkungan isik, antara lain meliputi
penurunan kualitas udaraakibat kepekatan asap yang memperpendek jarak
pandang sehingga mengganggu transportasi, mengubah sifat fisikakimiadan
biologi tanah, mengubah iklim mikro akibat hilangnya tumbuhan, bahkan dari
segi lingkungan global ikut memberikan andil terjadinya efek rumah kaca,
terhadap lingkungan hayati antara lain menurunnya tingkat keanekaragaman
hayati, terganggunya suksesi alami, terganggunya produksi bahan organik dan
proses dekomposisi; terhadap aspek kesehatan, antaralain timbulnya asap yang
mengganggu kesehatan masyarakat; terhadap aspek sosial, yaitu hilangnya mata
pencaharian, rasa keamanan dan keharmonisan masyarakat lokal, terhadap aspek
ekonomi, antara lain dibatalkannya jadwal transportasi darat-air dan udara,
hilangnya tumbuh-tumbuhan terutama tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomis
tinggi, biaya pengobatan masyarakat, turunnya produksi industri dan perkantoran,
serta anjloknya bisnis pariwisata (Jinarto, 2019).

2.5 Vegetasi Tumbuhan


Vegetasi yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh
bersama-sama pada suatu tempat dimana antara individu-individu penyusunnya
terdapat interaksi yang erat, baik diantara tumbuh-tumbuhan maupun dengan
hewan-hewan yang hidup dalam vegetasi dari lingkungan tersebut. Dengan kata
lain, vegetasi tidak hanya kumpulan dari individuindividu tumbuhan membentuk
suatu kesatuan dimana individu-individunya saling tergantung satu sama lain,
yang disebut sebagai suatu komunitas tumbuh-tumbuhan ( Soerianegara dan
Indrawan, 1998),
Bentuk vegetasi dibatasi oleh tiga komponen pokok yaitu: (1) Stratifikasi
adalah lapisan penyusun vegetasi yang terdiri dari pohon, tiang, perdu, sapihan,
semai dan herba. (2) Sebaran horizontal dari jenis penyusun vegetasi tersebut
yang menggambarkan kedudukan antar individu. (3) Banyaknya individu dari
penyusun vegetasi tertentu. Frekuensi suatu jenis menunjukkan penyebaran suatu
jenis dalam suatu areal. Semakin merata penyebaran jenis tertentu, nilai
frekuensinya semakin besar sedangkan jenis yang nilai frekuensinya kecil,
penyebarannya semakin tidak merata pada suatu areal atau kawasan yang diamati.
Kerapatan dari suatu jenis merupakan nilai yang menunjukkan jumlah atau
banyaknya suatu jenis persatuan luas. Dominansi suatu jenis merupakan nilai
yang menunjukkan penguasaan suatu jenis terhadap jenis lain pada suatu
komunitas. Kainde,2011),

BAB 3
BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada tanggal 27 Desember 2020 pukul 14.00 WIB
Di Laumil Kec. Tigalingga Kab. Dairi Provinsi Sumatera Utara.

3.2 Deskripsi area


Kabupaten Dairi berada di dataran tinggi Bukit Barisan dengan ketinggian sekitar
400 - 1.700 meter diatas permukaan laut (dpl) atau sekitar 200 meter diatas
permukaan Danau Toba, dengan karakter topografi yang spesifik dan bervariasi,
memiliki curah (ceruk) yang cukup dalam dimana pada musim hujan berfungsi
sebagai saluran drainase alami. Kecamatan Tigalingga pada Tahun 2019 bahwa
secara Astronomis kecamatan Tigalingga terletak diantara 02054’-49.3’’ Lintang
Utara dan 98013’-0703’’ Bujur Timur, dengan ketinggian wilayah antara 400-500
diatas permukaan laut.
3.1.1 Keadaan Alam Kelerengan dan Ketinggian Lahan Sebagian besar
Kabupaten Dairi terdiri dari dataran tinggi dan berbukit-bukit. Kabupaten tersebut
terletak antara 980 00' - 980 30' BT dan 20 15' 00'' - 3 0 00' 00" LU.
3.3 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum yaitu handphone, alat tulis, dan buku tulis.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu tanaman yang terdapat di sekitaran
lahan.

3.4.1 Metode Praktikum


Metode yang digunakan adalah slide by slide Comparisons yaitu
membandingkan kondisi vegetasi pada lahan bekas pasca kebakaran 2017 di
Desa Laumil Sialaman Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi pada berbagai
tingkat suksesi yang terjadi dengan teknik pengumpulan parameter vegetasi
(Barbour et al., 1987).

3.4.2 Cara Kerja


A. Survei Lapangan
Pada saat sebelum melakukan praktikum dilakukan survei lapangan dimana
kegiatan ini merupakan guna memperoleh gambaran secara umum tentang
kondisi vegetasi dengan faktor lingkungannya dan menemukan area lahan bekas
pasca kebakaran pada tahun 2017.

B. Parameter dan Cara Analisis


Komposisi penyusun vegetasu pada setiap area diketahui dari daftar jenis dan
jumlah jenis yang teramati di lapangan. Nama jenis yang diketahui ditentukan
langsung dilapangan (Tomlinson, 1986). Struktur vegetasi setiap area ditentukan
berdasarkan stratifikasi secara vertikal dari strata pohon, semak dan herba juga
didasarkan pada kelimpahan jenis dan indeks keanekaragaman komunitas.
Pengklasfikasian tumbuhan ke dalam strata pohon, semak, dan herba didasarkan
atas habitusnya (Tjritrosoepomo, 1998)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Contoh Suksesi Yang Terdapat di Lingkungan Sekitar


4.1.1 Suksesi

a. Suksesi Primer b. Suksesi Sekunder

c. Suksesi Pertanian

Pada gambar 4.1 (a) terlihat lahan yang ditumbuhi dengan famili cyperaceae,
lokasi pengambilan gambar di daerah Tigalingga Kab. Dairi. Gambar diatas
merupakan suksesi primer karena padalahan sudah tidak ditemukan vegetasi awal
atau suadah rusak total, awalnya lahan tersebut merupakan vegetasi pohon kemiri
(Aleurites moluccana) . Penggundulan sudah dilakukan sejak 2 Tahun yang lalu
namun belum diolah sampai pada saat ini sehingga lahan hanya ditumbuhi oleh
rerumputan yang mendominasi dari famili cyperaceae.
Pada gambar (b) di atas adalah contoh dari suksesi sekunder, lokasi
pengambilan gambar berada didaerah Tigalingga Kab. Dairi di Desa Laumil, pada
gambar suksesi terjadi pada awalnya terrjadi karena kebakaran namun tidak merusak
semua vegetasi yang didalam, karena masih ditemukan adanya tanaman kelapa sawit
dan adanya vegetasi baru yang terbentuk usai pasca terjadinya kebakaran lahan.
Pada Gambar (c ) diatas pengambilan lokasi berada di Tigalingga Kab. Dairi
Terlihat pada lahan dilakukan untuk pertanian. Proses suksesi terjadi pada awalnya
adalah lahan yang sudah tidak diolah selama 1 tahun jadi masyarakat kembali
mengolah lahan tersebut menjadi lahan pertanian sehingga suksesi terjadi pada lokasi
dan mengakibatkan perubahan vegetasi yang dari vegetasi awal yang mendominasi
adalah cyperaceae dan setelah diolah masyarakat terbentuk vegetasi baru yang
tanaman tersebut ialah Zea mays ((Jagung).
Variasi struktur dan komposisi tumbuhan dalam suatu komunitas dipengaruhi
antara lain oleh fenologi, dispersal, dan natalitas. Keberhasilannya menjadi individu
baru dipengaruhi oleh vertilitas dan fekunditas yang berbeda setiap spesies sehingga
terdapat perbedaan struktur dan komposisi masing-masing spesies (Jinarto, 2019).

4.2 Spesies pada Lahan yang Mengalami Suksesi


No Spesies Famili
1 Polygala paniculata Polygalaceae
2 Bidens spilosa Asteraceae
3 Asystasia gangetica Acanthaceae
4 Euphorbia heterophilla Euphorbiaceae
5 Spermacoce remota Rubiaceae
6 Emilia sonchifolia Asteraceae

Pada Tabel 4.2 dapat kita lihat bahwa spesies yang terdapat pada lahan yang
mengalami suksesi ialah Polygala paniculata, Bidens spilosa, Asystasia gangetica ,
Euphorbia heterophilla, Spermacoce remota ,dan Emilia sonchifolia
Menurut Aththorick (2005), Tumbuhan bawah adalah komunitas tumbuhan
yang menyusun stratifikasi bawah dekat permukaan tanah. Tumbuhan ini umumnya
berupa rumput, herba, semak atau perdu rendah. Jenis-jenis vegetasi ini ada yang
bersifat annual, biannual atau perennial dengan bentuk hidup soliter, berumpun,
tegak, menjalar atau memanjat. Secara taksonomi vegetasi bawah umumnya anggota
dari suku-suku Poaceae, Cyperaceae, Araceae, Asteraceae, paku- pakuan dan lain-
lain. Vegetasi ini banyak terdapat di tempat-tempat terbuka, tepi jalan, tebing sungai,
lantai hutan, lahan pertanian dan perkebunan.
Indeks Nilai Penting jenis tumbuhan pada suatu komunitas merupakan salah
satu parameter yang menunjukkan peranan jenis tumbuhan tersebut dalam
komunitasnya tersebut. Kehadiran suatu jenis tumbuhan pada suatu daerah
menunjukkan kemampuan adaptasi dengan habitat dan toleransi yang lebar terhadap
kondisi lingkungan. Semakin besar nilai INP suatu spesies semakin besar tingkat
penguasaan terhadap komunitas dan sebaliknya. Penguasaan spesies tertentu dalam
suatu komunitas apabila spesies yang bersangkutan berhasil menempatkan sebagian
besar sumberdaya yang ada dibandingkan dengan spesies yang lainnya (Ismaini et
al, 2015),
Struktur dan komposisi vegetasi tumbuhan dipengaruhi oleh komponen
ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara
alami merupakan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan.Struktur vegetasi adalah
suatu organisasi individu-individu di dalam ruang yang membentuk suatu
tegakan.Sedangkan komposisi hutan merupakan jenisjenis penyusun yang menempati
vegetasi suatu tempat (Destaranti, 2017),
DAFTAR PUSTAKA

Destaranti N, Sulistyani, Yani E, 2017. Struktur Dan Vegetasi Tumbuhan Bawah


Pada Tegakan Pinus Di Rph Kalirajut Dan Rph Batu Raden Banyumas.
Scripta Biologica. 4(2).
Irfan M, 2014. Isolasi dan Enumerasi Bakteri Tanah Gambut di Perkebunan Kelapa
Sawit PT. Tambang Hijau Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar. Jurnal
Agroteknologi. 5(1):1-8.
Ismaini L, Lailati M, Rustandi, Sunandar D, 2015. Analisis Komposisi dan
Keanekaragaman Tumbuhan di Gunung Dempo, Sumatera Selatan. Pros
Sem Nas Masy Biodiv Indon. 1 (6):1397-1402.
Oktaviani SI, Hanum L, Negara ZP, 2017. Vegetasi di Kawasan Terbuka Hijau
Industri Gasing. JurnalPenelitian Sains. 19( 3).
Kainde RP, Ratag SP, Tasirin JS, Faryanti D, 2011. Analisis Vegetasi Hutan Lindung
Gunung Tumpa. Eugenia. 17 (3).
Mukhtar AS dan Heriyanto NM. 2012. Keadaan Suksesi Tumbuhan Pada Kawasan
Bekas Tambang Batubara Di Kalimantan Timur . Vol. 9( 4) : 341-350.
Jurnal penelitian hutan dan konservasi alam
Aththorick TA, 2005. Kemiripan Komunitas Tumbuhan Bawah Pada Beberapa Tipe
Ekosistem Perkebunan Di Kabupaten Labuhan Batu. Jurnal Komunikasi
Penelitian. 17(5).
Simbolon H. 2001. Suksesi Sekunder Pasca Tebang Pilih Hut An Pamah
Dipterocarps Didesa Taileleu, Taman Nasional Pulau Siberut, Sumatera
Barat Berita Biologi, Volume 5(4).
Simbolon H. 2004. Proses Awal Pemulihan Hutan Gambut Kelampangan-Kalimantan
Tengah Pasca Kebakaran Hutan Desember 1997 Dan September 2002.
Berita Biologi 7(3).
Suryatini L. 2018. Analisis Keragaman Dan Komposisi Gulma Pada Tanaman Padi
Sawah (Studi Kasus Subak Tegal Kelurahan Paket Agung Kecamatan
Buleleng) Jurnal Sains dan Teknologi.7( 1).
Sumardi M, Triyogo A, Indrawan S, 1998. Peranan Serangga Herbivora dalam
Proses Suksesi di Hutan Pendidikan Wanagama.. Ekologi Hutan
Indonesia.Departemen Management Hutan Fakultas Kehutanan Ipb.
Bogor.
Windusari Y, Sari NAP, Yustian I, Zulkifli H, 2012. Dugaan Cadangan Karbon
Biomassa Tumbuhan Bawah dan Serasah di Kawasan Suksesi Alami Pada
Area Pengendapan Tailing Pt Freeport Indonesia. Biospecies. 5(1):22-28.
Jinarto S. 2019. Komposisi Floristik Tingkat Pohon Pada Bagian Timur Kawasan
Hutan Dengan Tujuan Khusus (Khdtk) Hutan Diklat Loa Haur Taman
Hutan Raya (Tahura) Bukit Soeharto. Jurnal AGRIFOR. 18(2).

Anda mungkin juga menyukai