Disusun Oleh
LISBET SIHITE (170805027)
Hutan hujan tropika merupakan tempat tumbuh bagi flora dan fauna,
membentuk persekutuan hidup dengan keseimbangan yang dinamis. perubahan
komunitas hutan dapat timbul akibat adanya gangguan, baik yang bersifat alami
seperti tanah longsor dan gunung meletus, maupun yang diakibatkan oleh
aktivitas manusia seperti perladangan berpindah, pertambangan terbuka, dan
pembalakan hutan. Vegetasi merupakan sistem kompleks yang berinteraksi
berbagai faktor yang saling mempengaruhi. Keberadaan vegetasi mempunyai
peranan dan berfungsi sebagai penyangga kehidupan, melindungi sumber air,
tanah, baik dalam mencegah erosi, dan menjaga stabilitas iklim global serta
berperan sebagai paru-paru dunia dan menjaga kestabilan lingkungan. Vegetasi
akan mengurangi karbon di atmosfer (CO2) melalui proses fotosintesis dan
menyimpannya dalam jaringan tumbuhan. Sampai waktunya karbon tersebut
tersikluskan kembali ke atmosfer, karbon tersebut akan menempati salah satu dari
sejumlah kantong karbon. Semua komponen penyusun vegetasi baik pohon,
semak, liana dan epifit merupakan bagian dari biomassa atas permukaan
(Oktaviani et al., 2017).
Komunitas suatu tumbuhan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah
satu faktor tersebut adalah adanya perbedaan letak atau ketinggian suatu tempat.
Karena hal tersebut dapat mempengaruhi intensitas cahaya, suhu, dan kelembaban
yang merupakan faktor klimatik. Selain faktor klimatik ketinggian tempat juga
akan mempengaruhi faktor edafik antara lain kelengasan tanah, bahan organik
tanah dan pH tanah. Oleh karena itu komunitas gulma antara satu wilayah dengan
wilayah lainnya sangat bervariasi hal ini dikarenakan faktor lingkungan di setiap
wilayah yang berbeda. Kehidupan komunitas gulma sangat ditentukan oleh ruang
dan waktu atau dengan kata lain bahwa ruang dan waktu sangat berpengaruh
terhadap komunitas gulma secara umum. Ruang (spasial) memiliki makna bahwa,
ruang sebagai faktor pembatas terhadap tumbuhnya gulma di dalam ekosistemnya.
Sedangkan waktu (temporal) sebagai faktor pembatas (Suryatini, 2018).
1.1 Permasalahan
Lahan pasca kebakaran akan mempengaruhi vegetasi baru.
Vegetasi yang timbul diakibatkan oleh curah hujan yang terus menerus
menyebabkan munculnya vegetasi baru yang terdapat pada lahan tersebut
selama 3 tahun setelah terjadi kebakaran lahan. Berdasarkan hal tersebut
perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis bagaimana suksesi alami
yang terjadi pada lahan bekas pasca kebakaran 2017 di Desa Laumil
Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui suksesi alami yang
terjadi pada lahan bekas pasca kebakaran 2017 Desa Laumil Kecamatan
Tigalingga, Kabupaten Dairi
1.3 Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dasar
mengenai suksesi alami yang terjadi pada lahan bekas pasca kebakaran 2017 di
Desa Laumil Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi untuk para peneliti dan
masyarakat setempat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
BAB 3
BAHAN DAN METODE
c. Suksesi Pertanian
Pada gambar 4.1 (a) terlihat lahan yang ditumbuhi dengan famili cyperaceae,
lokasi pengambilan gambar di daerah Tigalingga Kab. Dairi. Gambar diatas
merupakan suksesi primer karena padalahan sudah tidak ditemukan vegetasi awal
atau suadah rusak total, awalnya lahan tersebut merupakan vegetasi pohon kemiri
(Aleurites moluccana) . Penggundulan sudah dilakukan sejak 2 Tahun yang lalu
namun belum diolah sampai pada saat ini sehingga lahan hanya ditumbuhi oleh
rerumputan yang mendominasi dari famili cyperaceae.
Pada gambar (b) di atas adalah contoh dari suksesi sekunder, lokasi
pengambilan gambar berada didaerah Tigalingga Kab. Dairi di Desa Laumil, pada
gambar suksesi terjadi pada awalnya terrjadi karena kebakaran namun tidak merusak
semua vegetasi yang didalam, karena masih ditemukan adanya tanaman kelapa sawit
dan adanya vegetasi baru yang terbentuk usai pasca terjadinya kebakaran lahan.
Pada Gambar (c ) diatas pengambilan lokasi berada di Tigalingga Kab. Dairi
Terlihat pada lahan dilakukan untuk pertanian. Proses suksesi terjadi pada awalnya
adalah lahan yang sudah tidak diolah selama 1 tahun jadi masyarakat kembali
mengolah lahan tersebut menjadi lahan pertanian sehingga suksesi terjadi pada lokasi
dan mengakibatkan perubahan vegetasi yang dari vegetasi awal yang mendominasi
adalah cyperaceae dan setelah diolah masyarakat terbentuk vegetasi baru yang
tanaman tersebut ialah Zea mays ((Jagung).
Variasi struktur dan komposisi tumbuhan dalam suatu komunitas dipengaruhi
antara lain oleh fenologi, dispersal, dan natalitas. Keberhasilannya menjadi individu
baru dipengaruhi oleh vertilitas dan fekunditas yang berbeda setiap spesies sehingga
terdapat perbedaan struktur dan komposisi masing-masing spesies (Jinarto, 2019).
Pada Tabel 4.2 dapat kita lihat bahwa spesies yang terdapat pada lahan yang
mengalami suksesi ialah Polygala paniculata, Bidens spilosa, Asystasia gangetica ,
Euphorbia heterophilla, Spermacoce remota ,dan Emilia sonchifolia
Menurut Aththorick (2005), Tumbuhan bawah adalah komunitas tumbuhan
yang menyusun stratifikasi bawah dekat permukaan tanah. Tumbuhan ini umumnya
berupa rumput, herba, semak atau perdu rendah. Jenis-jenis vegetasi ini ada yang
bersifat annual, biannual atau perennial dengan bentuk hidup soliter, berumpun,
tegak, menjalar atau memanjat. Secara taksonomi vegetasi bawah umumnya anggota
dari suku-suku Poaceae, Cyperaceae, Araceae, Asteraceae, paku- pakuan dan lain-
lain. Vegetasi ini banyak terdapat di tempat-tempat terbuka, tepi jalan, tebing sungai,
lantai hutan, lahan pertanian dan perkebunan.
Indeks Nilai Penting jenis tumbuhan pada suatu komunitas merupakan salah
satu parameter yang menunjukkan peranan jenis tumbuhan tersebut dalam
komunitasnya tersebut. Kehadiran suatu jenis tumbuhan pada suatu daerah
menunjukkan kemampuan adaptasi dengan habitat dan toleransi yang lebar terhadap
kondisi lingkungan. Semakin besar nilai INP suatu spesies semakin besar tingkat
penguasaan terhadap komunitas dan sebaliknya. Penguasaan spesies tertentu dalam
suatu komunitas apabila spesies yang bersangkutan berhasil menempatkan sebagian
besar sumberdaya yang ada dibandingkan dengan spesies yang lainnya (Ismaini et
al, 2015),
Struktur dan komposisi vegetasi tumbuhan dipengaruhi oleh komponen
ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara
alami merupakan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan.Struktur vegetasi adalah
suatu organisasi individu-individu di dalam ruang yang membentuk suatu
tegakan.Sedangkan komposisi hutan merupakan jenisjenis penyusun yang menempati
vegetasi suatu tempat (Destaranti, 2017),
DAFTAR PUSTAKA