Anda di halaman 1dari 28

Laporan Praktikum

(Dasar-dasar Ekologi) (103G0103)

SUKSESI

Nama : Muhammad Suyudi

NIM : G011181101

Kelas : Ekologi F

Kelompok : 1 ( Satu )
Asisten : 1. Ainun Rahmawati N
2. Dinda Purnama Sari

DEPERTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suksesi adalah perubahan yang perlahan-lahan dari komunitas
tumbuhan dalam suatu daerah tertentu dimana terjadi pengalihan dari suatu jenis
tumbuhan oleh jenis tumbuhan lainnya (pada tingkat populasi). Pada prinsipnya
semua bentuk ekosistem akan mengalami perubahan baik struktur maupun
fungsinya dalam perjalanan waktu. Beberapa perubahan mungkin hanya
merupakan fluktuasi lokal yang kecil sifatnya, sehingga tidak
memberikan arti yang penting. Perubahan lainnya mungkin sangat besar/kuat
sehingga mempengaruhi sistem secara keseluruhan. (Hardjowigeno, 1987).
Kajian perubahan ekosistem dan stabilitasnya memerlukan perhatian yang
tidak sederhana. Ini meliputi aspek-aspek yang sangat luas seperti siklus
materi/nutrisi, produktivitas, konsep energi, kaitannya dengan masalah
pertanian dan juga dengan masalah konservasi. Proses terjadinya suksesi pada
suatu ekosistem ditandai jika pada suatu ekosistem terjadinya perubahan baik
perubahan karena adahnya gulma, atau adahnya hewan- hewan kecil.
Sudah diketahui secara meluas bahwa apabila suatu kebun tidak dipelihara,
atau lapangan rumput yang tidak pernah dipotong secara teratur maka vegetasinya
akan mengalami perubahan dan tidak tetap seperti itu terus-menerus. Berbagai
tumbuhan liar akan hidup/tumbuh dan mengubah karakteristik dari vegetasi
asalnya. Demikian juga suatu lahan pertanian yang tidak digarap, maka herba,
perdu, dan pohon liar akan tumbuh menguasai daerah/lahan pertanian tersebut,
dan apabila kondisi tanahnya memungkinkan vegetasinya akan berkembang
membentuk komunitas hutan. Perubahan yang sama akan terjadi pula pada lahan-
lahan yang baru terbentuk secara alami, seperti delta, bukit pasir, daerah aliran
lahar atau lava.
Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang
disebut klimaks. Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini komunitas telah
mencapai homeostatis. Ini dapat diartikan bahwa komunitas sudah dapat
mempertahankan kestabilan internalnya sebagai akibat dari tanggap (response)
yang terkoordinasi dari kompenen kompenennya terhadap setiap kondisi atau
rangsanagan yang cenderung mengganggu kaondisi atau fungsi normal
komunitas. Jadi bila suatu komunitas telah mencapai klimaks, perubahan yang
searah tidak terjadi lagi, meskipun perubahan perubahan internal yang diperlukan
untuk mempertahankan kehadiran komunitas berlangsung secara sinambung
(Rahayu, 2018).
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilaksanakan praktikum suksesi agar
dapat mengetahui suksesi secara umum, proses suksesi, jenis-jenis suksesi, serta
faktor yang mempengaruhi suksesi.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui suksesi, jenis-jenis suksesi, dan, s
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya suksesi.
Kegunaan dari percobaan diharapkan dapat memberikan pemahaman umum
tentang suksesi, jenis-jenis dan, faktor-faktor yang mempengaruhi suksesi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 . Pengertian Suksesi
Suksesi ekologi adalah konsep yang mendasar dalam ekologi, yang merujuk
pada perubahan-perubahan berangkai dalam struktur dan komposisi suatu
komunitas ekologi yang dapat diramalkan. Suksesi dapat terinisiasi oleh
terbentuknya formasi baru suatu habitat yang sebelumnya tidak dihuni oleh
mahluk hidup ataupun oleh adanya gangguan terhadap komunitas hayati yang
telah ada sebelumnya oleh kebakaran, badai, maupun penebangan hutan. Kasus
yang pertama sering disebut juga sebagai suksesi primer, sedangkan kasus kedua
disebut sebagai suksesi sekunder. Dengan demikian suksesi ekologi adalah suatu
proses perubahan komponen-komponen spesies suatu komunitas selama selang
waktu tertentu. Menyusul adanya sebuah gangguan, suatu ekosistem biasanya
akan berkembang dari mulai tingkat organisasi sederhana (misalnya beberapa
spesies dominan) hingga ke komunitas yang lebih kompleks (banyak spesies yang
interdependen) selama beberapa generasi  (Suwandi, 2011).
Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur
yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga
terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Dengan
perkataan lain, suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak
seimbang menuju ekosistem seimbang. Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi
lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem (Arianto, 2008).
Secara singkat, suksesi diartikan sebagai perubahan dalam suatu komunitas
yang berlangsung menuju ke suatu pembentukan komunitas yang lebih teratur.
Akhir proses suksesi komunitas yaitu terbentuknya suatu bentuk komunitas yang
klimaks. Komunitas klimaks adalah suatu komunitas terakhir dan stabil (tidak
berubah) yang mencapai keseimbangan dengan lingkungannya. Komunitas
klimaks ditandai dengan tercapainya homeostatis atau keseimbangan, yaitu suatu
komunitas yang mampu mempertahankan kestabilan komponennya dan dapat
bertahan dalam berbagai perubahan sistem secara keseluruhan (Arianto, 2008).
2.2. Konsep Dasar Suksesi
Menurut Kadarsah (2015) Pada prinsipnya semua bentuk ekosistem akan
mengalami perubahan baik struktur maupun fungsinya dalam perjalanan waktu.
Beberapa perubahan mungkin hanya merupakan fluktuasi lokal yang kecil
sifatnya, sehingga tidak memberikan arti yang penting. Perubahan lainnya
mungkin sangat besar / kuat sehingga mempengaruhi sistem secara keseluruhan.
Perubahan ekosistem ini pada dasarnya dapat disebabkan oleh berbagai penyebab
utama yaitu :
a. Akibat perubahan iklim. Perubahan atau fluktuasi iklim dalam skala dunia
yang meliputi ribuan tahun telah memberikan reaksi penyesuaian dari
ekosistem di dunia ini. Bentuk perubahan ini meliputi perubahan dalam
perioda waktu yang lama dari penyebaran tumbuhan dan juga hewan, yang
akhirnya sampai pada bentuk-bentuk ekosistem sekarang.
b. Pengaruh dari faktor luar. Faktor luar seperti api, penginjakan, atau polusi
dapat menginduksi perubahan ekosistem baik untuk sementara maupun
untuk waktu yang relatif lama.
c. Karakteristika dalam sistem sendiri.Ini merupakan suksesi ekologi, yang
dapat diartikan sebagai perubahan dalam ekosistem yang berkembang ke
arah pemasakan atau pematangan (steady stat) Seperti yang dipahami
bahwa ekosistem merupakan sistem yang terbuka, mempunyai kapasitas
untuk pengaturan diri oleh sistem umpan balik negatif. Artinya ekosistem
mengarah pada keseimbangannya, berupa ekosistem yang stabil.
Konsep ini mendasarkan suksesi pada sistem perubahan komunitas yang
teratur secara hierarki yaitu terjadi perubahan gradual menuju staus klimaks. Ide
klasik dari suksesi diterangkan secara detail oleh clement yang mengembangkan
teori suksesi tumbuhan dan perkembangan komunitas yang disebut hipotesis
monoklimaks. Menurut clements komunitas biotik merupakan superorganisme
yang sangat terintegrasi yang berkembang dengan proses suksesi menuju satu titik
akhir di area manapun yang disebut klimaks. Spesies tumbuhan pada fase pioner
akan mengubah lingkungan sehingga lingkungan tersebut sesuai untuk spesies-
spesies ang lainnya, siklus ini terjadi secara terus menerus sehingga status klimaks
tercapai.
Menurut pendapat ini suksesi terbalik tidaklah mungkin kecuali jika ada
gangguan. Asumsi pertama dari teori ini menyatakan bahwa pergantian satu
spesies dengan yang lainya disebabkan pada masing-masing tahapan dalam
hidupnya, spesies-spesies tersebut mengubah lingkungan sehingga lingkngan yang
ditempati menjadi kurang sesuai untuk dirinya dan lebih sesuai untuk yang lain.
Iklim merupakan faktor penentu dalam proses menuju klimaks. Adakalanya
vegetasi terhalang untuk mencapai klimaks karena beberapa faktor selain iklim,
misalnya ada perubahan tipe tanah, dipakai untuk penggembalaan hewan,
terbakar, dan lain-lain. Dengan demikian, vegetasi dalam tahap perkembangan
yang tidak sempurna (tahap sebelum klimaks yang sebenarnya), baik oleh faktor
alam atau buatan. Keadaan ini disebut subklimaks. Komunitas tanaman
subklimaks akan cenderung untuk mencapai klimaks sebenarnya jika faktor-faktor
penghalang atau penghambat di hilangkan.
2.3 . Jenis-Jenis Suksesi
Menururt Odum (2006), berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi,
dapat dibedakan dua macam suksesi yaitu :
1.  Suksesi Primer
Suksesi primer terjadi jika suatu komunitas mendapat gangguan yang
mengakibatkan komunitas awal hilang secara total sehingga terbentuk habitat
baru. Gangguan tersebut dapat terjadi secara alami maupun oleh campur tangan
manusia. Gangguan secara alami dapat berupa tanah longsor, letusan gunung
berapi, dan endapan lumpur di muara sungai. Gangguan oleh campur tangan
manusia dapat berupa kegiatan penambangan (batu bara, timah, dan minyak
bumi).
Suksesi primer ini diawali tumbuhnya tumbuhan pionir, biasanya berupa lumut
kerak. Lumut kerak mampu melapukkan batuan menjadi tanah sederhana. Lumut
kerak yang mati akan diuraikan oleh pengurai menjadi zat anorganik. Zat
anorganik ini memperkaya nutrien pada tanah sederhana sehingga terbentuk tanah
yang lebih kompleks. Benih yang jatuh pada tempat tersebut akan tumbuh subur.
Setelah itu. akan tumbuh rumput, semak, perdu, dan pepohonan.
2.  Suksesi Sekunder
Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas tidak
bersifat merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat
kehidupan/substrat seperti sebelumnya. Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari
tahap awal, tetapi tidak dari komunitas pionir. Gangguan yang menyebabkan
terjadinya suksesi sekunder dapat berasal dari peristiwa alami atau akibat kegiatan
manusia. Gangguan alami misalnya angin topan, erosi, banjir, kebakaran, pohon
besar yang tumbang, aktivitas vulkanik, dan kekeringan hutan. Gangguan yang
disebabkan oleh kegiatan manusia contohnya adalah pembukaan areal hutan.
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Suksesi
Menurut Odum (2006), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan
suksesi adalah sebagai berikut :
1. Curah hujan
Curah hujan menentukan ketersediaan air untuk pertumbuhan dan proses-
proses penting lainnya pada vegetasi). Air merupakan salah satu faktor penting
yang dapat menentukan tipe vegetasi. Air dapat mengubah kadar garam tanah
sehingga dapat mempengaruhi vegetasi suatu daerah. Jumlah hujan yang turun
berlainan antara suatu daerah dengan daerah lainnya, tergantung dari beberapa
faktor yaitu topografi, letak daerah dan letak geografis.
2. Suhu
Suhu di daerah tropika tidak pernah turun sampai titik beku dan kebanyakan
berkisar antara 200°C dan 280°C. Suhu tropika yang tinggi disebabkan oleh sudut
jatuh pancaran surya yang hampir tegak. Perubahan tahunan panjangnya hari yang
hanya kecil, dan kapasitas bahan dalam lautan dan tanah. Suhu yang tinggi pada
daerah tropika kebanyakan disebabkan oleh suhu minimum yang lebih tinggi dan
tidak dipengaruhi suhu maksimumnya yang dekat di khatulistiwa mencapai kira-
kira 300°C.
3. Kelembapan
Kelembaban udara dipengaruhi oleh temperatur, yaitu apabila suhu turun
menyebabkan kelembaban relatif bertambah, sedangkan jika suhu naik maka
kelembaban akan berkurang. Kelembaban dan suhu juga mempengaruhi dalam
menentukan daerah distribusi tumbuhan terutama pepohonan.
4. Angin
Pengaruh angin terhadap vegetasi cukup penting. Angin memberikan
pengaruh terhadap konfigrasi, distribusi tumbuhan dan juga mempengaruhi faktor
ekologi lainnya seperti kandungan air dalam udara, suhu di suatu tempat melalui
pengaruhnya terhadap penguapan. Angin juga mempengaruhi secara langsung
vegetasi yaitu dengan menumbangkan pohon-pohon atau mematahkan dahan-
dahan atau bagian-bagian lain.
5. Cahaya
Cahaya juga memainkan peranan penting dalam penyebaran, orientasi dan
pembungaan tumbuhan. Di dalam hutan tropika, cahaya merupakan faktor
pembatas, dan jumlah cahaya yang menembus melalui sudut hutan akan tampak
menentukan lapisan atau tingkatan yang terbentuk oleh pepohonan. 
6. Fisiologis
Fisiologi yaitu meliputi faktor topografi berurusan dengan corak permukaan
daratan dan mencakup ketinggian, kemiringan tanah, lapis alas geologi yang
mempengaruhi pengirisan, pengikisan dan penutupan. Berbagai corak permukaan
tanah itu berpengaruh pada sifat dan sebaran komunitas tumbuhan.
7. Edatik
Tanah membentuk lingkungan untuk sistem akar yang rumit pada tumbuhan
dan bagian bawah tanah lainnya seperti rhizoma, subang dan umbi lapis maupun
untuk sejumlah jasad tanah. Tanah juga secara terus menerus menyediakan air dan
garam mineral. Dapat berdiri tegaknya tanaman di atas tanah merupakan masalah
yang peka. Beberapa jenis tanaman tidak dapat tumbuh pada pada tanah jenis
tertentu kecuali jika pohon itu telah tersesuaikan secara khusus
8. Biotik
Meliputi pengaruh jasad kehidupan baik hewan maupun tumbuhan. Pengaruh
itu dapat langsung ataupun tidak langsung dan dapat merugikan atau
menguntungkan tumbuhan tersebut. Di dalam hutan banyak terdapat tumbuhan,
komunitas tersebut berinteraksi satu sama lain dan menyesuaikan diri dengan
keadaan lingkungannya. Biotik sangat mempengaruhi suatu interaksi dalam
ekosistem karena makhluk hidup di dalamnya berperan penting.
2.5 Analisis Vegetasi tingkat Perkembangan Ekosistem
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis
suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai
dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan
pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi
tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Soerianegara dan
Indrawan, 2005).
Menurut Indriyanto (2006), macam-macam metode analisis vegetasi terdiri
dari:
a. Metode Destruktif (Pengukuran yang bersifat merusak)
Metode ini umumnya dilakukan untuk bentuk vegetasi yang sederhana,
dengan ukuran luas pencuplikan antara satu meter persegi sampai lima meter
persegi. Penimbangan bisa didasarkan pada berat segar materi hidup atau berat
keringnya. Metode ini sangat membantu dalam menentukan kualitas suatu
padang rumput dengan usaha pencairan lahan penggembalaan dan sekaligus
menentukan kapasitas tampungnya. Pendekatan yang terbaik untuk metode ini
adalah secara floristika, yaitu didasarkan pada pengetahuan taksonomi
tumbuhan.
b. Metode non destruktif
Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan, yaitu berdasarkan
penelaahan organisme tumbuhan (tidak didasarkan pada taksonominya), dan
pendekatan lainnya adalah didasarkan pada penelaahan organisme tumbuhan
secara taksonomi atau pendekatan floristika.
c. Metode non-floristika
Metode non-floristika telah dikembangkan oleh banyak pakar vegetasi, yang
membagi dunia tumbuhan berdasarkan berbagai hal, yaitu bentuk, ukuran,
fungsi daun, bentuk dan ukuran daun, tekstur daun, dan penutupan. Untuk
setiap karakteristiknya dibagi dalam sifat yang lebih rinci, yang
pengungkapannya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf dan gambar. Untuk
memahami metode non-floristika ini, sebaiknya perlu dikaji dasar-dasar
pemikiran dari beberapa pakar. Pada prinsipnya mereka berusaha
mengungkapkan vegetasi berdasarkan bentuk hidupnya, jadi pembagian dunia
tumbuhan secara taksonomi sama sekali diabaikan, mereka membuat
klasifikasi tersendiri dengan dasar-dasar tertentu.
d. Metode floristik
Metode ini didasarkan pada penelaahan organisme tumbuhan secara
taksonomi. Metode ini dapat menentukan kekayaan floristika atau
keanekaragaman dari berbagai bentuk vegetasi. Penelaahan dilakukan
terhadap semua populasi spesies pembentuk masyarakat tumbuhan tersebut,
sehingga pemahaman dari setiap jenis tumbuhan secara taksonomi adalah
sangat dibutuhkan. Pelaksanaan metode floristik ini sangat ditunjang dengan
variabel-variabel yang diperlukan untuk menggambarkan baik struktur
maupun komposisi vegetasi, diantaranya adalah:
1. Kerapatan, untuk menggambarkan jumlah individu dari populasi sejenis.
2. Kerimbunan, variabel yang menggambarkan luas penutupan suatu
populasi di suatu kawasan, dan juga menggambarkan luas daerah yang
dikuasai oleh populasi tertentu atau dominasinya.
3. Frekuensi, variabel yang menggambarkan penyebaran dari populasi
disuatu kawasan.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum suksesi dilakukan pada hari Minggu, 16 September 2018 pukul
15.30 sampai 17.30 WITA di Ex-Farm, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikun ini adalah meteran, cangkul,
parang, korek api dan alat tulis menulis. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan
adalah tali rafiah, patok, label dan pasir.
3.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Membuka lahan untuk membuat plot.
3. Mengukur plot dengan luas 2 x 2 meter.
4. Memberi patok pada sisi plot yang telah diukur.
5. Mengikatkan tali rafiah pada patok yang telah tertancap dan kemudian
direntangkan mengelilingi plot.
6. Membagi plot menjadi empat 4 bagian yang sama dengan luas 1 x 1 meter.
7. Merentangkan tali rafiah di sisi tengah plot dan mengikatnya pada patok
sebagai batas antar plot.
8. Memberikan perlakuan pada plot yang dibuat kecuali pada plot pertama
yaitu P0.
9. Menginjak vegetasi tumbuhan yang ada pada plot 2 atau P1 sebagai bentuk
pengrusakan.
10. Menutup plot ketiga atau P2 dengan pasir sampai tidak ada lagi tumbuhan
yang tampak.
11. Membakar plot keempat atau P3 agar vegetasinya hilang atau mati.
12. Melakukan langkah 3 sampai 11 untuk lahan yang kedua.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Data Jumlah Vegetasi Pengamatan Suksesi
Total Rata-
Jumlah Vegetasi
Vegetasi rata
Perlakua
1 2 3 4 5 6
n
L S L S L S L S L S L S
Daun Lebar:
14
Po 0 2 1 11 2 13 3 14 4 20 4 22 Daun Sempit: 15,83
81
Total: 95
Daun Lebar: 0
Daun Sempit:
P1 0 1 0 3 0 5 0 5 0 6 0 6 4,33
26
Total: 26
Daun Lebar: 0
Daun Sempit:
P2 0 1 0 4 0 4 0 4 0 4 0 4 3,5
21
Total: 21
Daun Lebar: 0
Daun Sempit:
P3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 0,5
3
Total: 3
Total 145 Vegetasi
Sumber: Data Primer, 2018.
100
90
80
70
60
50 Total
Rata-Rata
40
30
20
10
0
P0 P1 P2 P3

4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa vegetasi
yang pertama kali muncul adalah jenis rerumputan (daun sempit) dan vegetasi
gulma (daun lebar) pada P0 (tanpa perusakan) minggu pertama. Pada Hal ini
disebabkan pada P0 adalah jenis suksesi sekunder, dimana sudah terdapat
kehidupan sebelumnya. Hal ini sesuai pernyataan Michael (2005) yang
menyatakan bahwa terdapat tumbuhan-tumbuhan yang dapat tumbuh dengan
cepat, yaitu tumbuhan rerumputan muncul dengan cepat dan menempati tanah
yang gundul.
Pada minggu kedua P0 belum ada penambahan vegetasi, tetapi pada minggu
ketiga hingga minggu keenam terdapat penambahan vegetasi baik vegetasi jenis
rerumputan (daun sempit) dan vegetasi jenis gulma (daun lebar) dengan total
vegetasi sebanyak 145 vegetasi . Dimana P0 adalah plot pertama yang total jenis
vegetasi daunnya sebanyak 95 daun, dengan vegetasi daun lebar sebanyak 14 dan
daun sempit sebanyak 81 helai daun. P1 dengan total jenis vegetasi daunnya
sebanyak 26 daun, dimana vegetasi daun lebar sebanyak 0 dan vegetasi daun
sempit sebanyak 26. P2 dengan total jenis vegetasi daunnya sebanyak 21, dengan
vegetasi daun lebar sebanyak 0 dan vegetasi daun sempit sebanyak 21, dan plot
terakhir yaitu P3, dengan total jumlah jenis vegetasi berdasarkan jenis daun
sebannyak 3, dengan vegetadi daun lebar sebanyak 0 dan jenis vegetasi daun
sempit sebanyak 3.
Pada P1, P2, P3 dari minggu pertama hingga minggu ketiga belum ada
vegetasi yang tumbuh baik pada vegetasi jenis rerumputan (daun sempit) dan
vegetasi jenis gulma (daun lebar). Pada pengamatan minggu keempat hingga
minggu keenam telah terdapat vegetasi jenis rerumputan (daun sempit) dan
vegetasi jenis gulma (daun lebar). Hal ini disebabkan karena kondisi cuaca yang
tiba tiba hujan. Perlu diketahui bahwa hujan sangat berpengaruh dalam
pertumbuhan tanaman dan berlangsungnya suksesi di dalam tumbuhan pada petak
yang bersangkutan. Semakin deras hujan yang terjadi, maka akan dapat dipastikan
suksesi yang terjadi juga akan semakin subur (lebat), hal ini sejalan dengan
pendapat Whittaker (1975) yang menyatakan bahwa iklim sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan vegetasi di suatu wilayah atau ekosistem.
Pada minggu kelima dan keenam, pertumbuhan rumput yang ada pada
setiap plot menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Hal itu bisa dilihat dari
jumlah rata-rata luas penutupan pada semua plot, hal ini terjadi kerena turunnya
hujuan pada minggu tersebut dengan intensias yang cukup tinggi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Soerianegara (2005) yang menyatakan Curah hujan memegang
peranan pertumbuhan tanaman. Hal ini disebabkan air sebagai pengangkut unsur
hara dari tanah ke akar dan dilanjutkan ke bagian-bagian lainnya. Fotosintesis
akan menurun jika 30% kandungan air dalam daun hilang, kemudian proses
fotosintesis akan berhenti jika kehilangan air mencapai 60%
Selain mengalami penambahan, vegetasi juga mengalami pengurangan
vegetasi. Hal ini didukung pernyataan Muksin (2003), yang menyatakan bahwa
suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas
atau ekosistem. Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke
suatu arah pembentukan menjadi secara teratur. Proses suksesi akan berakhir
dengan pembentukan suatu komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks.
Pada percobaan suksesi yang telah dilakukan ini dapat dikatakan berhasil
karena pada tiap plot baik P0, P1, P2, dan P3 yang telah dibuat  terjadi proses
suksesi, yaitu perubahan dalam suatu komunitas yang berlangsung menuju ke
suatu arah pembentukan komunitas secara teratur. Perubahan yang  terjadi dalam 
komunitas dapat dengan mudah diamati dan seringkali perubahan itu merupakan
pergantian satu komunitas oleh komunitas lain.

.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulam
Berdasrkan hasil pengamatan praktikum suksesi, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Suksesi merupakan proses perubahan suatu komunitas ke arah yang lebih
teratur.
2. Terdapat dua jenis suksesi yaitu suksesi primer yang mana terjadi jika suatu
komunitas mendapat gangguan yang mengakibatkan komunitas awal hilang
secara total sehingga terbentuk habitat baru dan suksesi primer yang terjadi
jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas tidak bersifat merusak total
tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat kehidupan/substrat seperti
sebelumnya.
3. Tahapan suksesi ada 3 faitu fase permulaan, fase awal/muda dan fase dewasa.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesi adalah curah hujan, suhu,
kelembaban dan cahaya.
5.2 Saran
Dalam menghitung jumlah vegetasi yang tumbuh dalam suatu plot, perlu
dilakukan dengan teliti agar data yang diperoleh lebih akurat dan lebih tepat,
karena biasanya dalam menghitung jumlah vegetasi yang tumbuh dalam suatu plot
sangat sulit dan membutuhkan waktu yang lama, sehingga kerja sama tim sangat
diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

Arianto. 2008. Dasar-Dasar Ekologi. Jakarta : Erlangga.


Gunawan, Hendra. 2015. Suksesi Sekunder Hutan Terganggu Bekas Perambahan
di Taman Nasional Gunung Ciremai Jawa Barat. Volume 1, Nomor 7.
Halaman: 1591-1599.
Indriyanto, 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Kadarsah, Anang. 2015. Memahami Konsep Suksesi. Universitas Lampung
Mangkurat : Lampung
Mukhsin. 2003. Keadaan Suksesi Tumbuhan Pada Kawasan Bekas Tambang
Batu Bara di Kalimantan Timur. Pusat Litbang Konservasi dan
Rehabilitas: Bogor.
Odum, H. T., 2006. Ekologi Sistem Suatu Pengantar. Yogyakarta : UGM Press.
Rahayu, Dedek. 2018. Laporan Praktiku Ekologi I Suksesi. Universitas
Muhammadiyah Jakarta : Jakarta
Resosoedarmo, R. S.2001. Pengantar Ekologi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Soerianegara, I dan Andry Indrawan. 2005. Ekologi Hutan Indonesia. Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor
Suharjo.2011. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem, Komunitas,
Dan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.
Suwandhi, Ichasan, dan Dede J. Sudrajat. 2011. Suksesi Hutan : Proses
Pembentukan Klimaks Untuk Mencapai Stabilitas. Institut Pertanian Bogor
: Jawa Barat
Whittaker, R.H.,1975. Communities and Ecosystems. Second Edition. Macmillan
Publishing. New York.
LAMPIRAN

Pengamatan minggu pertama


1. Dominasi Jenis

Jumlah Individu 2
P0 ¿ ¿ =2
Luas plot individu berada 1
Jumlah Individu 1
P1 ¿ ¿ =1
Luas plot individu berada 1
Jumlah Individu 1
P2 ¿ ¿ =1
Luas plot individu berada 1
Jumlah Individu 0
P3 ¿ ¿ =0
Luas plot individu berada 1
2. Dominasi Relatif
Dominasi satu jenis 2
P0 ¿ ×100 % ¿ ×100 % = 8 %
Dominasi semua jenis 26
Dominasi satu jenis 1
P1 ¿ ×100 % ¿ ×100 % = 4 %
Dominasi semua jenis 26
Dominasi satu jenis 1
P2 ¿ ×100 % ¿ ×100 % = 4 %
Dominasi semua jenis 26
Dominasi satu jenis 0
P3 ¿ ×100 % ¿ ×100 % = 0 %
Dominasi semua jenis 26
3. Kepadatan Jenis
Jumlah Individu 2
P0¿ ¿ = 0,5
Total luas plot 4
Jumlah Individu 1
P1¿ ¿ = 0,25
Total luas plot 4
Jumlah Individu 1
P2¿ ¿ = 0,25
Total luas plot 4
Jumlah Individu 0
P3¿ ¿ =0
Total luas plot 4
4. Kepadatan semua jenis
Kepadatan semua jenis = Jumlah semua kepadatan jenis
Kepadatan Semua Jenis = P0 + P1 + P2 + P3 = 0,5 + 0,25 + 0,25 + 0 = 1
5. Kepadatan Relatif
Kepadatan satu jenis 0,5
P0 ¿ ×100 % ¿ ×100 % = 50 %
Kepadatan semua jenis 1
Kepadatan satu jenis 0,25
P1 ¿ ×100 % ¿ ×100 % = 25 %
Kepadatan semua jenis 1
Kepadatan satu jenis 0,25
P2 ¿ ×100 % ¿ ×100 % = 25 %
Kepadatan semua jenis 1
Kepadatan satu jenis 0
P3 ¿ ×100 % ¿ ×100 % = 0 %
Kepadatan semua jenis 1
Jumlah plot yang terdapat individu
6. Frekuensi Jenis ¿
Jumlah total plot
3
Daun sempit ¿ = 0,75
4
1
Daun Lebar ¿ = 0,25
4
7. Frekuensi semua jenis = Total frekuensi jenis = 0,75 + 0, 25 = 1
Frekuensi satu jenis
8. Frekuensi Relatif ¿ ×100 %
Frekuensi semua jenis
0,75
Daun sempit ¿ ×100 % = 75 %
1
0,25
Daun lebar ¿ ×100 % = 25 %
1
Pengamatan minggu kedua
1. Dominasi Jenis
Jumlah Individu 12
P0 ¿ ¿ = 12
Luas plot individu berada 1
Jumlah Individu 3
P1 ¿ ¿ =3
Luas plot individu berada 1
Jumlah Individu 4
P2 ¿ ¿ =4
Luas plot individu berada 1
Jumlah Individu 0
P3 ¿ ¿ =0
Luas plot individu berada 1
2. Dominasi Relatif
Dominasi satu jenis 12
P0 ¿ ×100 % ¿ ×100 % = 63 %
Dominasi semua jenis 19
Dominasi satu jenis 3
P1 ¿ ×100 % ¿ ×100 % = 15 %
Dominasi semua jenis 19
Dominasi satu jenis 4
P2 ¿ ×100 % ¿ ×100 % = 21 %
Dominasi semua jenis 19
Dominasi satu jenis 0
P3 ¿ ×100 % ¿ ×100 % = 0 %
Dominasi semua jenis 19
3. Kepadatan Jenis
Jumlah Individu 12
P0¿ ¿ =3
Total luas plot 4
Jumlah Individu 3
P1¿ ¿ = 0,75
Total luas plot 4
Jumlah Individu 4
P2¿ ¿ =1
Total luas plot 4
Jumlah Individu 0
P3¿ ¿ =0
Total luas plot 4
4. Kepadatan semua jenis
Kepadatan semua jenis = Jumlah semua kepadatan jenis
Kepadatan Semua Jenis = P0 + P1 + P2 + P3 = 3 + 0,75 + 1 + 0 = 4,75
5. Kepadatan Relatif
Kepadatan satu jenis 3
P0 ¿ ×100 % ¿ × 100 % = 63 %
Kepadatan semua jenis 4,75
Kepadatan satu jenis 0,75
P1 ¿ ×100 % ¿ × 100 % = 15 %
Kepadatan semua jenis 4,75
Kepadatan satu jenis 1
P2 ¿ ×100 % ¿ × 100 % = 21 %
Kepadatan semua jenis 4,75
Kepadatan satu jenis 0
P3 ¿ ×100 % ¿ × 100 % = 0 %
Kepadatan semua jenis 4,75
Jumlah plot yang terdapat individu
6. Frekuensi Jenis ¿
Jumlah total plot
3
Daun sempit ¿ = 0,75
4
1
Daun Lebar ¿ = 0,25
4
7. Frekuensi semua jenis = Total frekuensi jenis = 0,75 + 0, 25 = 1
Frekuensi satu jenis
8. Frekuensi Relatif ¿ ×100 %
Frekuensi semua jenis
0,75
Daun sempit ¿ ×100 % = 75 %
1
0,25
Daun lebar ¿ ×100 % = 25 %
1
Pengamatan minggu ketiga
1. Dominasi Jenis
Jumlah Individu 14
P0 ¿ ¿ =14
Luas plot individu berada 1
Jumlah Individu 5
P1 ¿ ¿ =5
Luas plot individu berada 1
Jumlah Individu 4
P2 ¿ ¿ =4
Luas plot individu berada 1
Jumlah Individu 0
P3 ¿ ¿ =0
Luas plot individu berada 1
2. Dominasi Relatif
Dominasi satu jenis 14
P0 ¿ ×100 % ¿ × 100 % = 60,86 %
Dominasi semua jenis 23
Dominasi satu jenis 5
P1 ¿ ×100 % ¿ ×100 % = 21,7 %
Dominasi semua jenis 19
Dominasi satu jenis 4
P2 ¿ ×100 % ¿ ×100 % = 17,39 %
Dominasi semua jenis 19
Dominasi satu jenis 0
P3 ¿ ×100 % ¿ ×100 % = 0 %
Dominasi semua jenis 19
3. Kepadatan Jenis
Jumlah Individu 14
P0¿ ¿ = 3,5
Total luas plot 4
Jumlah Individu 5
P1¿ ¿ = 1,25
Total luas plot 4
Jumlah Individu 4
P2¿ ¿ =1
Total luas plot 4
Jumlah Individu 0
P3¿ ¿ =0
Total luas plot 4
4. Kepadatan semua jenis
Kepadatan semua jenis = Jumlah semua kepadatan jenis
Kepadatan Semua Jenis = P0 + P1 + P2 + P3 = 3,5 + 1,75 + 1 + 0 = 5,75
5. Kepadatan Relatif
Kepadatan satu jenis 3,5
P0 ¿ ×100 % ¿ ×100 % = 60,86 %
Kepadatan semua jenis 5,75
Kepadatan satu jenis 1,25
P1 ¿ ×100 % ¿ ×100 % = 21,73%
Kepadatan semua jenis 5,75
Kepadatan satu jenis 1
P2 ¿ ×100 % ¿ ×100 % = 17,39 %
Kepadatan semua jenis 5,75
Kepadatan satu jenis 0
P3 ¿ ×100 % ¿ ×100 % = 0 %
Kepadatan semua jenis 5,75
Jumlah plot yang terdapat individu
6. Frekuensi Jenis ¿
Jumlah total plot
3
Daun sempit ¿ = 0,75
4
1
Daun Lebar ¿ = 0,25
4
7. Frekuensi semua jenis = Total frekuensi jenis = 0,75 + 0, 25 = 1
Frekuensi satu jenis
8. Frekuensi Relatif ¿ ×100 %
Frekuensi semua jenis
0,75
Daun sempit ¿ ×100 % = 75 %
1
0,25
Daun lebar ¿ ×100 % = 25 %
1
Pengamatan minggu keempat
1. Dominasi Jenis
Jumlah Individu 17
P0 = = = 17
Luas Plot Individu Berada 1
Jumlah Individu 5
P1 = = =5
Luas Plot Individu Berada 1
Jumlah Individu 4
P2 = = =4
Luas Plot Individu Berad a 1
Jumlah Individu 0
P3 = = =0
Luas Plot Individu Berada 1
2. Dominasi Relatif
Dominasi satu jenis 17
P0 = x 100% = x 100% = 66%
Dominasi seluruh jenis 26
Dominasi sa tu jenis 5
P1 = x 100% = x 100% = 19%
Dominasi seluruh jenis 26
Dominasi satu jenis 4
P2 = x 100% = x 100% = 15%
Dominasi seluruh jenis 26
Dominasi satu jenis 0
P3 = x 100% = x 100% = 0%
Dominasi seluruh jenis 26
3. Kepadatan Jenis
Jumlah Individu 17
P0 = = = 4,25
Total Luas Plot 4
Jumlah Individu 5
P1 = = = 1,25
Total Luas Plot 4
Jumlah Individu 4
P2 = = =1
Total Luas Plot 4
Jumlah Individu 0
P3 = = =0
Total Luas Plot 4
4. Kepadatan Semua Jenis
Kepadatan Semua Jenis = Jumlah Semua Jenis
Kepadatan Semua Jenis = P0 + P1 + P2 + P3 = 4,25 + 1,25 + 1 + 0 = 6,5
5. Kepadatan Relatif
Kepadatan satu jenis 4,25
P0 = x 100% = x 100% = 65%
Kepadatan semua jenis 6,5
Kepadatan satu jenis 1,25
P1 = x 100% = x 100% = 19%
Kepadatan semua jenis 6,5
Kepadatan satu jenis 1
P2 = x 100% = x 100% = 15%
Kepadatan semua jenis 6,5
Kepadatan satu jenis 0
P3 = x 100% = x 100% = 0%
Kepadatan semua jenis 6,5
Jumlah plot terdapat ind ividu
6. Frekuensi Jenis =
Jumlah total plot
4
Daun Sempit = =1
4
1
Dun Lebar = = 0,25
4
7. Frekuensi semua jenis
Frekuensi semua jenis = Total frekuensi jenis = 1 + 0,25 = 1,25
Frekuensi satu jenis
8. Frekuensi Relatif = x 100%
Frekuensi semua jenis
1
Daun Sempit = x 100% = 80%
1,25
0,25
Daun Lebar = x 100% = 20%
1,25
Pengamatan minggu kelima
1. Dominansi
jumlah individu 24
p 0= ¿ ¿ 24
luas plot individu 1
jumlah individu 6
p 1= ¿ ¿6
luas plot individu 1
jumlah individu 4
p 2= ¿ ¿4
luas plot individu 1
jumlah individu 1
p 3= ¿ ¿1
luas plot individu 1
2. Dominansi Relatif
dominansi satu jenis 24
P0¿ x 100% ¿ x 100 %=¿ 69%
dominansi semua jenis 35
dominansi satu jenis 6
P1¿ x 100% ¿ x 100 %=¿ 17%
dominansi semua jenis 35
dominansi satu jenis 4
P2¿ x 100% ¿ x 100 %=¿ 11%
dominansi semua jenis 35
dominansi satu jenis 1
P3¿ x 100% ¿ x 100 %=¿ 3%
dominansi semua jenis 35
3. Kepadatan jenis
jumlah individu 24
po¿ ¿ ¿6
total luas plot 4
jumlah individu 6
p1¿ ¿ ¿ 1.5
total luas plot 4
jumlah individu 4
p2¿ ¿ ¿1
total luas plot 4
jumlah individu 1
p3¿ ¿ ¿ 0.25
total luas plot 4
4. Kepadatan semua jenis
Kepadatan semua jenis ¿ p0 + p1+ p2+ p3+ p4
¿ 6+ 1.5+ 1+0.25
= 8.75
5. Kepadatan relatif
kepadatan satu jenis 6
P0¿ x 100% ¿ x100% ¿ 69%
kepadatan seluruh jenis 8.75
kepadatan satu jenis 1.5
P1¿ x 100% ¿ x 100 %=¿ 17%
kepadatan seluruh jenis 8.75
kepadatan satu jenis 1
P2¿ x 100% ¿ x100% ¿ 11%
kepadatan seluruh jenis 8.75
kepadatan satu jenis 0.25
P3¿ x 100% ¿ QUOTE x 100 %=¿ 3%
kepadatan seluruh jenis 8.75
jumlah plot terdapat individu
6. Frekuensi jenis =
jumlahtotal plot
3
Ds (daun sempit) ¿ =0.75QUOTE QUOTE
4
1
Dl (daun lebar) ¿ ¿ 0.25
4
7. Frekuensi semua jenis ¿ total frekuensi semua jenis
= DS+ DL
= 0.75 + 0.25
=1

8. Frekuensi relatif = x 100%


0.75
Daun Sempit = 1 x 100% = 75 %

0.25
Daun Lebar = x 100% = 25%
1
Pengamatan minggu keenam
1. Dominasi Jenis
Jumlah Individu 26
P0 ¿ = = 26
Luas plot individu berada 1
Jumlah Individu 6
P1 ¿ = =6
Luas plot individu berada 1
Jumlah Individu 4
P2 ¿ = =4
Luas plot individu berada 1
Jumlah Individu 2
P3 ¿ = =2
Luas plot individu berada 1
2. Dominasi Relatif
Dominasi satu jenis 26
P0¿ ×100 %= × 100 % = 68 %
Dominasi semua jenis 38
Dominasi satu jenis 6
P1¿ ×100 %= ×100 % = 15 %
Dominasi semua jenis 38
Dominasi satu jenis 4
P2¿ ×100 %= ×100 % = 10 %
Dominasi semua jenis 38
Dominasi satu jenis 2
P3¿ ×100 %= ×100 % = 5%
Dominasi semua jenis 38
3. Kepadatan Jenis
Jumlah Individu 26
P0¿ = = 6,5
Total luas plot 4
Jumlah Individu 6
P1¿ = = 1,5
Total luas plot 4
Jumlah Individu 4
P2¿ = =1
Total luas plot 4
Jumlah Individu 2
P3¿ = = 0,5
Total luas plot 4
4. Kepadatan semua jenis
Kepadatan semua jenis = Jumlah semua kepadatan jenis
Kepadatan Semua Jenis = P0 + P1 + P2 + P3
= 6,5+1,5+1+0,5 =9,5
5. Kepadatan Relatif
Kepadatan satu jenis 6,5
P0¿ ×100 %= ×100 % = 68 %
Kepadatan semua jenis 9,5
Kepadatan satu jenis 1,5
P1¿ ×100 %= ×100 % = 15 %
Kepadatan semua jenis 9,5
Kepadatan satu jenis 1
P2¿ ×100 %= ×100 % = 10 %
Kepadatan semua jenis 9,5
Kepadatan satu jenis 0,5
P3¿ ×100 %= ×100 % = 5%
Kepadatan semua jenis 9,5

Jumlah plot yang terdapat individu


6. Frekuensi Jenis ¿
Jumlah total plot
7
Daun sempit ¿ = 1,75
4
5
Daun Lebar ¿ = 1,25
4
7. Frekuensi semua jenis = Total frekuensi jenis = 1,75 + 1, 25 = 3
Frekuensi satu jenis
8. Frekuensi Relatif¿ ×100 %
Frekuensi semua jenis
1,75
Daun sempit ¿ ×100 % = 58,3 %
3
1,25
Daun lebar ¿ ×100 % = 41,6 %
3

Lampiran Foto

Anda mungkin juga menyukai