Anda di halaman 1dari 17

PRATIKUM EKOTER

SUKSESI EKOSISTEM SEDERHANA


DI KAWASAN KAMPUS III
UNIVERSITAS SANATA DHARMA

Dosen Pengampu : Hendra Michael Aquan S.Si., MEnvMgmt.

Disusun Oleh :
Tiara Floresta T. Djuwa (221434022)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu, secara perlahan suatu ekosistem akan
mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi tersebut sangat
mudah untuk diamati dan biasanya disertai dengan pergantian komunitas di
dalamnya. Suatu ekosistem yang stabil akan selalu berusaha tetap memiliki
keadaan yang setimbang (dynamic equilibrium) di antara komponen-
komponen pembentuknya. Prinsip dasar dalam suksesi adalah adanya
serangkaian perubahan komunitas tumbuhan bersamaan dengan perubahan
tempat tumbuh. Perubahan ini terjadi secara berangsur-angsur dan melalui
beberapa tahap dari komunitas tumbuhan sederhana sampai klimaks (Mukhtar
& Heriyanto, 2009).
Perubahan pada ekosistem dapat timbul akibat adanya gangguan, baik
yang bersifat alami seperti tanah longsor dan gunung meletus, maupun yang
diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti perladangan berpindah,
pertambangan terbuka, dan pembalakan hutan. Setiap ada perubahan atau
gangguan, maka akan muncul mekanisme atau proses yang mengembalikan
ekosistem tersebut ke dalam keadaan yang setimbang lagi. Oleh karena itu,
hutan sering disebut sebagai sumber daya alam yang dapat diperbaharui
(renewable resources).
Berdasarkan proses terjadinya, terdapat dua macam suksesi, yakni suksesi
primer (prisere) dan suksesi sekunder (subsere). Suksesi primer adalah
suksesi yang dimulai dari tempat yang sebelumnya tidak bervegetasi dan
melalui tahap-tahap suksesi tanpa gangguan luar dan komunitas hutan yang
berkembang secara demikian dikenal sebagai hutan primer. Sedangkan
suksesi sekunder dimulai dari suatu tempat yang pernah terdapat tumbuhan
atau berbagai benih, dan masih mempunyai sisa-sisa peninggalan dari
tumbuhan sebelumnya, atau bila timbulnya komunitas tumbuhan disebabkan
oleh gangguan manusia (penebangan, perladangan atau pengolahan tanah
hutan) dan komunitas hutan yang terbentuk disebut dengan hutan sekunder
(Rizkiana, 2022).
Proses suksesi yang dialami suatu komunitas hutan terjadi melalui
beberapa tahap, antara lain.
 Nudation, terbentuknya areal baru.
 Migration, sampai dan tersebarnya biji di areal tersebut.
 Ecesis, proses perkecambahan, pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan baru.
 Competition, proses yang mengakibatkan pergantian jenis-jenis
tumbuhan.
 Reaction, adanya perubahan habitat karena aktivitas jenis-jenis baru.
 Climax, tingkat kestabilan komunitas.

Adapun dalam pratikum vegetasi primer dan vegetasi sekunder di kawasan


kampus III Universitas Sanata Dharma dilakukan dengan sederhana untuk
mengetahui tahap-tahap dan proses-proses suksesi yang terjadi pada
komunitas tumbuhan dan untuk mengetahui perbedaan proses suksesi primer
dan suksesi sekunder.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah
dalam pratikum ini yaitu :
a. Bagaimana tahapan serta proses suksesi yang terjadi pada komunitas
tumbuhan bawah pada kedua plot?
b. Apa perbedaan antara suksesi primer dan suksesi sekunder setelah
melakukan pratikum suksesi sederhana tersebut?
c. Apa saja jenis tanaman yang tumbuh sebelum dan setelah pratikum
suksesi dilakukan?
d. Apa saja faktor-faktor yang turut mempengaruhi proses suksesi pada
kedua plot?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pratikum suksesi sederhana ini adalah :
a. Untuk mengetahui tahapan serta proses suksesi pada komunitas tumbuhan
bawah pada kedua plot percobaan.
b. Untuk mengetahui perbedaan antara suksesi primer dan sekunder sesuai
dengan hasil pratikum yang dilakukan.
c. Untuk mengetahui jenis tanaman yang tumbuh pada kedua plot percobaan
sebelum dan sesudah melakukan pratikum.
d. Untuk mengetahui faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi proses
suksesi pada kedua plot.

D. Manfaat Penelitian
 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat memahami tentang proses suksesi dan tahapan-
tahapan yang dilalui sehingga pengetahuan yang didapat dapat
kembali diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama untuk
semakin mencintai lingkungan alam.
 Bagi Masyarakat
Membantu masyarakat untuk mengetahui adanya serangkaian
perubahan pada suatu ekosistem suksesi, sehingga jika suatu waktu
terjadi kondisi seperti bencana alam, masyarakat dapat mampu bahu-
membahu membangun kembali ekosistem sesuai dengan pengetahuan
yang sudah didapatkan dari proses suksesi.
 Bagi Pemerintah
Pengetahuan tentang suksesi juga dapat membantu pihak pemerintahan
untuk menanggulangi suatu daerah pasca bencana, serta membantu
pemerintah menjalankan program terkait keseimbangan ekosistem
seperti hutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Proses suksesi vegetasi merupakan perubahan utama yang


mempengaruhi perkembangan kondisi lahan dan suhu permukaan. Suksesi
vegetasi merupakan kondisi pertumbuhan vegetasi yang serentak pasca
terjadinya fenomena alam maupun buatan yang berpengaruh besar
terhadap perubahan lingkungan (Alima, 2022). Prinsip dasar dalam
suksesi adalah adanya serangkaian perubahan komunitas tumbuhan
bersamaan dengan perubahan tempat tumbuh. Perubahan ini terjadi secara
berangsur - angsur dan melalui beberapa tahap dari komunitas tumbuhan
sederhana sampai klimaks (Mukhtar & Heriyanto, 2009).
Adanya dinamika atau perubahan dalam ekosistem suksesi dapat
berupa perubahan bioata yakni perubahan pada jumlah dan jenis biota,
perubahan abiotik, berupa perubahan suhu dan ilkim pada lingkungan dan
juga perubahan substrat pada tanah. Seperti tahapan proses dalam suksesi,
yakni dimulai dari tahap nudation, dimana dalam suatu area ekosistem
suksesi hanya berupa lahan kosong tanpa komunitas tanaman apapun,
perlahan-lahan akan mengalami perubahan hingga mencapai tahap
klimaks.
Ekosistem suksesi yang telah mencapai tahap klimaks akan mampu
merespon perubahan kecil yang terjadi di dalam ekosistem tersebut.
Dengan kemampuan merespon perubahan yang terjadi maka suatu
ekosistem dapat menjalankan fungsinya kembali dengan seimbang.
Ekosistem yang seimbang bukan diartikan sebagai ekosistem yang luput
dari gangguan, melainkan ekosistem yang setiap komponen penyusunnya
baik biotik dan abiotik dapat menjalankan fungsinya dengan baik
(Handziko, 2015).
Ekosistem alami memiliki daya lenting atau resilience, yaitu
kemampuan untuk bertahan dan memulihkan diri ketika mengalami
gangguan hingga kembali ke dalam kondisi keseimbangan. Pemulihan ini
terjadi baik pada suksesi primer maupun suksesi sekunder, meskipun
bentuk gangguan yang terjadi pada kedua suksesi berbeda dimana suksesi
primer adalah serangkain perubahan komunitas yang terjadi pada areal
yang sebelumnya tidak sama sekali bervegetasi tetapi mengalami
gangguan atau kerusakan, misalnya setelah letusan gunung berapi yang
menghilangkan semua jenis vegetasi di suatu wilayah tanpa sisa.
Sedangkan suksesi sekunder adalah serangkain perubahan komunitas
yang terjadi pada areal yang sebelumnya bervegetasi tetapi mengalami
gangguan atau kerusakan, misalnya setelah penebangan (Gunawan,
2015).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, yaitu
metode yang fokus pada suatu pengamatan dalam kurun waktu tertentu
untuk dapat menghasilkan kajian atas suatu fenomena.
Adapun pengamatan yang dilakukan yakni mengamati jumlah dan
jenis spesies, kondisi lingkungan berupa pH dan kelembaban tanah,
intensitas cahaya juga suhu udara pada kedua plot suksesi.

B. Tempat dan Waktu


Penelitian dilakukan di Kampus III Universitas Sanata Dharma, pada
hari Jumat, 30 September 2022, dimulai pukul 8.45-10.45 WIB.

C. Alat dan Bahan

Alat Bahan

1. Alat penggali 1. Tabung gas


2. Patok/pasak 2. Vegetasi lantai
3. Meteran kain 3. Dedaunan kering
4. Pemantik 4. Air
5. Penggaris
6. Alat tulis
7. Tali raffia
8. Kamera handphone
9. Soil tester
10. Termometer
11. Lux meter
D. Langkah Kerja

Menyiapkan alat dan bahan serta menentukan


lahan untuk pembuatan plot.

Membuat plot ukuran 1m x 1m pada lahan.

Memberi sudut pada plot dengan pasak dan


memasang tali rafia mengelilingi plot.

Mendokumentasikan areal plot yang belum


diberi perlakuan serta vegetasi lantai yang
ada di dalamnya dan menghitung jumlahnya

Membagi plot menjadi dua bagian dengan


satu sisi plot (X) lahannya dibakar serta sisi
lainnya (Y) digali sedalam 20 cm

Mengukur parameter abiotik (pH tanah,


kelembaban tanah, intensitas cahaya, dan
suhu udara), serta mendokumentasikan areal
plot yang sudah diberi perlakuan.

Mengamati areal plot dari 30 September-24


Oktober 2022 dan mencatat perubahan serta
mendokumentasikannya.
E. Cara Analisis

 Observasi
Merupakan pengamatan yang berguna dalam mengetahui
perubahan dan perkembangan tumbuhan pada area plot yang
dibakar dan yang digali. Observasi pada pratikum ini sedikit
terkendala karena cuaca yang kurang mendukung, meskipun begitu
kedua plot tetap menunjukan perubahan yang cukup signifikan
sehingga cara analisis dengan observasi bisa tetap dilakukan.

 Fenomenologi
Memperhitungkan peristiwa atau fenomena tertentu untuk
pengumpulan data kualitatif. Seperti yang terjadi saat observasi
dilapangan, adanya fenomena perubahan cuaca menjadi salah satu
faktor yang harus diperhitungan untuk melakukan analisis
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan pada kedua plot
pengamatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Hasil analisis suksesi sederhana terlampir.

Dokumentasi Pratikum
B. Pembahasan

1. Tahapan Suksesi
Tahapan dalam proses suksesi pada kedua plot percobaan tidak jauh
berbeda dari tahapan suksesi yang sebenarnya. Yakni dimulai dari tahap
nudation, yakni tahap dimana kedua plot menjadi lahan kosong tanpa
tumbuhan yang hidup disana. Perbedaannya hanya terletak pada
bagaimana proses pengosongan lahan pada kedua plot, yakni pada plot X,
lahan dikosongkan dengan membakar habis tumbuhan yang hidup disana
sedangkan pada plot Y lahan dikosongkan dengan menggali area tersebut
sehingga tidak ada lagi tumbuhan yang hidup disana.
Tahap selanjutnya adalah migration, yakni tahapan persebaran biji.
Meski tak dapat dipastikan kapan tepatnya tahapan migration ini terjadi,
namun saat pengamatan ke 3 sudah ada tumbuhan yang hidup pada kedua
plot, dan pada pengamatan ke 3 ini sudah memasuki tahap ecesis karena
tumbuhan yang tumbuh di kedua plot sudah mengalami proses
perkecambahan, pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan baru.
Tahap yang selanjutnya adalah competition, tahap competition ini
ditandai dengan pergantian jenis-jenis tumbuhan, dapat dilihat pada data
bahwa pada awalnya ada delapan spesies yang hidup dikedua plot namun
setelah tahap ecesis, yang tumbuh dikedua plot hanya ada satu spesies
tumbuhan yang bahkan sebelumnya tidak ditemukan hidup di area plot
tersebut.
Tahap yang berikutnya adalah reaction. Pada tahap ini akan terjadi
perubahan habitat karena munculnya spesies baru di kedua plot tersebut.
Tidak menutup kemungkinan bahwa spesies baru yang tumbuh pada plot
akan menguasai area tersebut menggantikan spesies tumbuhan
pendahulunya.
2. Suksesi Primer dan Suksesi Sekunder
Plot penelitian dibagi menjadi dua bagian untuk dapat membedakan
jenis suksesi yang terjadi di kedua area. Berdasarkan pengertian suksesi
primer dan sekunder yang telah dirumuskan oleh para ahli dapat
disimpulkan bahwa yang merupakan jenis suksesi primer adalah pada plot
yang mendapat perlakuan digali, sedangkan suksesi sekunder terjadi pada
plot yang dibakar.
Namun, hasil yang berbeda terjadi dilapangan dimana plot yang
dibakar (suksesi sekunder) justru menunjukan indikasi sebagai jenis
suksesi primer karena berdasarkan jumlah tumbuhan yang tumbuh di plot
yang dibakar, jauh lebih sedikit dibandingkan yang tumbuh pada plot yang
digali. Berdasarkan pengertian suksesi primer dan sekunder, seharusnya
tumbuhan harus lebih cepat tumbuh dan berkembang di plot yang dibakar
bukan sebaliknya.
Dari hasil ini, setelah dikaji lebih jauh, ditemukan bahwa jenis tanah
pada plot yang dibakar dan yang digali nampaknya berbeda, karena
kemungkinan tanah yang digali pada kedalaman tertentu sudah berbeda
dari jenis tanah yang berada pada bagian permukaan. Ditambah lagi
dihari-hari pengamatan sering turun hujan, menyebabkan keadaan tanah
yang digali jauh lebih lembab dan terlihat lebih subur (kelembaban
meningkat) dibandingkan dengan lahan yang dibakar. Faktor lainnya yang
mungkin bisa terjadi adalah, aliran air hujan mungkin membawa substrat
dari tempat lain kemudian menggenangi lahan galian, pada saat air surut
substrat tumbuhan tersebut pun dapat tumbuh di lahan yang digali.
Kemungkinan yang lain, dalam pratikum terjadi human error ataupun
faktor lain yang tidak bisa diprediksi sehingga menyebabkan kajian teori
dan fakta dilapangan menjadi berbeda.
3. Spesies pada Area Suksesi
Pada pengamatan pertama terdapat delapan spesies yang ada pada
kedua area suksesi yakni Ageratum conyzoides, Axonopus compressus,
Paspalum dilatatum, Eragrotis unioloides, Sporobolus indicus, Paspalum
conjugatum, Kummerowia striata dan Mimosa pudica (jumlah dapat
dilihat pada hasil). Sedangkan pada pengamatan yang ketiga, spesies yang
tumbuh pada kedua plot adalah Cyperus rotundus, yang sebelumnya tidak
ditemukan pada area kedua plot. Pada plot yang dibakar tepat pada hari
terakhir pengamatan (24 Oktober 2022) ditemukan spesies Axonopus
compressus yang kembali tumbuh.
Seperti kemungkinan yang sudah dijelaskan sebelumnya, Cyperus
rotundus berasal dari tempat lain, yang substratnya terbawa aliran air
hujan hingga sampai pada area plot percobaan. Sedangkan mengapa
spesies tumbuhan lain yang sebelumnya ada disana (kecuali Axonopus
compressus) tidak tumbuh kembali? Kemungkinan yang sama pun juga
dapat terjadi pada tujuh spesies tumbuhan tersebut, yakni seluruh substrat
tumbuhan terbawa aliran air hujan ke tempat lain (kecuali Axonopus
compressus). Oleh karena itu spesies lainnya tidak kembali tumbuh pada
kedua area plot.

4. Faktor-faktor dalam Proses Suksesi


 Jumlah dan jenis vegetasi di sekitar lokasi, makin banyak jumlah
dan jenis makin cepat laju suatu suksesi.
 Luas daerah suksesi, makin luas daerah suksesi makin lambat laju
suatu suksesi.
 Jenis substrat.
 Iklim dan cuaca.

Pada pratikum kali ini, faktor yang sangat berpengaruh adalah jenis
substrat serta iklim dan cuaca. Cuaca yang sering hujan selama
pengamatan dan perlahan kembali cerah, mengakibatkan tumbuhan dapat
tumbuh dengan baik pada masing-masing plot suksesi. Kemudian jenis
tanah dan substrat yang berbeda pada kedua area plot mengakibatkan
terjadi beberapa perubahan yang tidak terprediksi sebelumnya, yakni laju
pertumbuhan tumbuhan pada plot galian jauh lebih cepat dibandingkan
laju pertumbuhan tumbuhan pada plot yang dibakar.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perubahan yang terjadi pada suksesi primer dan sekunder juga
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, diantaranya cuaca dan jenis
substrat.

B. Refleksi
Saya senang dapat melakukan pratikum suksesi dan dapat mengetahui
adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses suksesi. Ternyata
teori pun bisa saja tidak sesuai dengan hasil akhir dilapangan, karena
ketika melaksanakan pratikum saya dapat merasakan perbedaannya secara
langsung, antara hanya mengetahui dari teori dengan mendapatkan
pengetahuan langsung ditempatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Alima, N. (2022). Analisis Vegetasi Di Sekitar Area BunkerKawasan Taman


Nasional Gunung Merapi. Bioma, 111.

Gunawan, H. (2015). Suksesi sekunder hutan terganggu bekas perambahan di Taman


Nasional Gunung Ciremai, Jawa Barat. PROS SEM NAS MASY BIODIV
INDON Volume 1, 1592.

Handziko, R. (2015). PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN SUKSESI


EKOSISTEM UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN
PENGUASAAN KONSEP MAHASISWA BIOLOGI. Journal UNY.

Mukhtar, A. S., & Heriyanto, N. (2009). KEADAAN SUKSESI TUMBUHAN


PADA KAWASAN BEKAS TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN
TIMUR. Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi, 342.

Rizkiana, R. (2022, Februari 22). Lindungan Hutan ; Suksesi, Jenis, Contoh, Proses
dan Manfaatnya. Retrieved from lindungihutan.com.

Anda mungkin juga menyukai