Anda di halaman 1dari 3

MODUL VI SUKSESI

Pendahuluan Hutan merupakan komunitas biotik, yaitu suatu sistem di alam yang hidup, tumbuh dan dinamis. Di dalam hutan, hubungan antara komponen biotik dan abiotik demikian eratnya, sehingga hutan dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem. Suatu ekosistem yang stabil akan selalu berusaha berada dalam keadaan setimbang (dynamic equilibrium) di antara komponen-komponen pembentuk ekosistem tersebut. Ekosistem juga mempunyai sifat yang elastis atau lentur. Setiap ada perubahan atau gangguan, maka akan ada mekanisme atau proses yang mengembalikan kepada keadaan yang setimbang lagi, sejauh perubahan tersebut masih berada dalam batas-batas daya lenturnya. Oleh karena itu, hutan sering disebut sebagai sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources). Upaya alam untuk memperbaiki diri adalah melalui suatu proses yang disebut sebagai suksesi. Suksesi pada prisipnya adalah perubahan-perubahan biotik dan abiotik yang terjadi di dalam suatu komunitas yang terganggu pada suatu tempat dan selama selang waktu tertentu. Suksesi dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder. Jika perubahan-perubahan biotik dan abiotik tersebut terjadi pada suatu kawasan yang terganggu dimana hampir tidak terdapat sisa substrat biologis maka proses tersebut disebut sebagai suksesi primer. Salah satu contoh gangguan alam yang dapat menyebabkan terjadinya suksesi primer adalah letusan gunung berapi. Suksesi sekunder adalah proses suksesi yang terjadi pada suatu kawasan pasca gangguan dimana di kawasan tergangggu tersebut masih terdapat substrat biologis. Salah satu contoh suksesi sekunder adalah suksesi yang terjadi pasca kebakaran hutan. Proses suskesi yang dialami suatu komunitas hutan terjadi melalui beberapa tahap, yaitu nudasi, migrasi, eksesis, kompetisi, reaksi dan klimaks. 1. Nudasi, yaitu terbukanya areal baru. 2. Migrasi, yaitu sampai dan tersebarnya biji di areal terbuka tersebut. 3. Esesis, yaitu proses perkecambahan, pertumbuhan dan perkembangbiakan tumbuhan baru. 4. Kompetisi, yaitu proses yang mengakibatkan pergantian jenis-jenis tumbuhan. 5. Reaksi, yaitu adanya perubahan habitat karena aktivitas jenis-jenis baru. 6. Klimaks, yaitu kestabilan komunitas. Ada beberapa cara untuk mempelajari suksesi seperti interpretasi foto udara dan palinologi. Terdapat dua metode yang umum digunakan untuk mengamati perubahanperubahan yang ada di dalam suatu proses suksesi, yaitu metode observasi langsung melalui pembuatan plot pengamatan (dengan perlakukan gangguan) selama selang waktu tertentu (mingguan, bulanan tahunan) dan metode substitusi waktu oleh ruang (space for time substitution) atau disebut juga metode chronosequence (Walker and del Moral 2003). II. Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk mengamati perbedaan suksesi primer dan suksesi sekunder, menjelaskan proses-proses yang terjadi di dalam suksesi, serta menggunakan dua metode yang paling umum digunakan dalam penelitian suksesi yaitu dengan plot pengamatan (perlakuan dan tanpa perlakuan) dan dengan menggunakan metode chronosequence.

I.

III. Alat dan Bahan - Patok - Tali rafia - Pita meteran - Cangkul/golok - Counter - Klinometer/hagameter - Penggaris - Plastik sampel - Kantong kain untuk sampel tanah - Alat pembuatan herbarium - Alat pengukuran mikroklimat: soil tester, termometer, sling psychrometer, luxmeter, anemometer, kertas pH, bor tanah - Alat untuk analisis tanah: cawan keramik, ayakan diameter 2 mm, timbangan analitik, oven, tungku pengabuan, desiccator - Tally sheet dan alat tulis - Kamera - GPS - Alkohol 90% IV. A. Cara Kerja Observasi langsung tanpa perlakuan: kebakaran hutan 1. Pada lokasi kebakaran hutan, buat plot kuadrat ukuran 20 20 m untuk inventarisasi pohon dan 2 2 m untuk inventarisasi tumbuhan bawah, trubusan dan seeding. 2. Catat jenis dan jumlah individu tumbuhan yang dijumpai pada setiap plot, baik yang sudah terbakar habis, terbakar sebagian maupun yang masih bertahan hidup. 3. Untuk pohon yang terbakar tajuknya, hitung persentase tajuk yang terbakar. Untuk pohon yang terbakar batangnya, hitung ketinggian batang yang terbakar (tinggi dari permukaan tanah sampai dengan batang yang memiliki daun yang selamat dari kebakaran). 4. Amati kemunculan tumbuhan dari trubusan (resprouting) dan dari biji (seeding), baik biji yang berasal dari dalam tanah (seed bank) maupun biji yang berasal dari luar (seed rain) pada plot 2 2 m. Catat jenis dan jumlah individu tumbuhan yang baru muncul tersebut. 5. Ambil sampel tanah pada kedalaman 20 cm pada masing-masing plot. Lakukan analisis tanah di laboratorium dengan menghitung kandungan organik dan anorganik tanah. 6. Catat data-data lingkungan pada masing-masing plot beserta titik koordinatnya. Observasi langsung dengan perlakuan 1. Buatlah sebuah plot ukuran 1 6 m di komunitas tumbuhan bawah dan kemudian bagi menjadi 6 subplot yang berukuran 1 1 m 2. Lakukan analisis vegetasi pada petak tersebut, sehingga diperoleh data: nama jenis, jumlah jenis dan jumlah individu. 3. Bersihkan 3 subplot dari semua vegetasi yang terdapat di dalamnya dengan menggunakan cangkul dan golok sampai ke akar-akarnya, sedangkan 3 subplot lainnya dibersihkan dengan cara dibakar.

B.

4. Amati perkembangan jenis tumbuhan yang muncul setiap minggu. Catat nama jenis tumbuhan dan jumlahnya pada setiap subplot, paling sedikit selama 6 (enam) minggu. 5. Catat data-data lingkungan pada masing-masing plot. C. Metode chronosequence 1. Pada kawasan yang terkena gangguan (misal letusan gunung berapi, pembukaan lahan, penanaman pohon), pilih tiga lokasi yang memiliki usia suksesi (tahun setelah gangguan) yang berbeda-beda. 2. Pada masing-masing lokasi, buat plot sampling ukuran 20 20 m untuk inventarisasi pohon dan 2 2 m untuk inventarisasi tumbuhan bawah. 3. Lakukan analisis vegetasi pada masing-masing plot, sehingga diperoleh data: nama jenis, jumlah jenis dan jumlah individu. 4. Ambil sampel tanah pada kedalaman 20 cm pada masing-masing plot. Lakukan analisis tanah di laboratorium dengan menghitung kandungan organik dan anorganik tanah. 5. Catat data-data lingkungan pada masing-masing plot beserta titik koordinatnya.

V.

Analisis Data Analisis data untuk ketiga cara kerja di atas pada prinsipnya sama. Untuk mengetahui apakah proses suksesi tengah terjadi dapat dilihat dari adanya perubahan beberapa parameter seperti jumlah jenis, biomassa, perubahan tingkat kandungan unsur hara tanah maupun perubahan persentase penutupan tajuk. Perubahan kekayaan jenis, keanekaragaman jenis serta komposisi dan kelimpahan jenis dilakukan dengan membandingkan parameter-parameter tersebut antar tiap plot yang berbeda usia suksesinya. Keanekaragaman jenis dihitung dengan menggunakan indeksindeks keanekaragaman seperti indeks Shannon dan indeks Simpson. Untuk melihat ada tidaknya perbedaan dalam hal komposisi dan kelimpahan spesies antar lokasi yang dibandingkan serta seberapa besar tingkat perubahan komposisi jenisnya (species turn over), hitung nilai Sorensons Community Correspondence Index (CCI) berdasarkan rumus sebagai berikut (Barbour et.al., 1980; Cook et.al., 2005):

CCI =

2c a+b

Dimana a adalah jumlah jenis yang ada di komunitas (plot/lokasi) yang pertama; b adalah jumlah jenis yang ada di komunitas (plot/lokasi) yang kedua; serta c adalah jumlah total jenis yang dapat ditemukan di kedua komunitas yang dibandingkan. Nilai CCI berkisar dari 0 sampai dengan 1 untuk mengkuantifikasi dari mulai tidak ada kemiripan (0) hingga ada kemiripan sempurna (1). Untuk mengetahui seberapa besar tingkat perubahan komposisi jenis dilakukan perhitungan indeks D dengan rumus:

D = 1 CCI .
Nilai D juga berkisar dari 0 sampai dengan 1 yang mengindikasikan rendahnya tingkat perubahan komposisi jenis (0) sampai ke tingkat perubahan komposisi jenis yang besar pada suatu proses suksesi (1).

Anda mungkin juga menyukai