ACARA II
RANTAI MAKANAN DAN JARING-JARING MAKANAN
1. Tujuan : Untuk mengenal rantai makanan sederhana yang terdapat di ekosistem buatan
2. Bahan dan Alat
a. Ekosistem daratan
b. Petunjuk untuk pengenalan taksonomi tumbuhan dan hewan
c. Kantung plastik dan stoples untuk koleksi tumbuhan dan hewan
d. Alat tulis menulis
3. Prosedur Kerja
a. Pilih lokasi (ekosistem daratan) yang memungkinkan untuk mengamati peristiwa makan
memakan antar komponen ekosistem.
b. Tentukan mata rantai makanan yang pertama dan mata rantai makanan yang kedua yaitu
konsumen I memakan produsen, misalnya ayam (konsumen I) memakan padi (produsen), kerbau
(konsumen I) memakan rumput (produsen) dan contoh lainnya.
c. Jika sudah mendapatkan mata rantai makanan I dan mata rantai makanan II, tentukan rantai
makanan III, dan seterusnya secara hipotetik.
d. Pilih lagi mata rantai makanan yang pertama dan mata rantai makanan kedua berikutnya sesuai
prosedur b dan c.
e. Lakukan prosedur yang sama untuk memilih rantai makanan yang ketiga dan seterusnya (sesuai
dengan jumlah rantai makanan yang anda temukan di lokasi pengamatan).
f. Setelah mendapatkan beberapa rantai makanan secara hipotetik pertama dengan mata rantai
makanan hipotetik kedua (yang dapat dihubungkan), dan seterusnya sehingga berbentuk jaring-
jaring makanan.
g. Buatlah gambar secara keseluruhan mengenai jarring-jaring makanan yang mungkin terdapat di
ekosistem buatan tersebut.
4. Landasan Teori
Rantai makanan merupakan perpindahan materi dan energi dari mahluk hidup yang satu ke
mahluk hidup yang lain melalui peristiwa makan memakan dengan urutan tertentu.
Rantai makanan ada dua yaitu rantai makanan perumput dan rantai makanan detritivus. Rantai
makanan perumput dimulai dari produsen, herbivora, karnivora I, karnivora II, dst. Rantai makanan
detritivus dimulai dari organisme yang telah mati (bahan organik), cacing belut, dst.
Di ekosistem terdapat lebih dari satu rantai makanan. Antara rantai makanan yang satu dan
rantai makanan yang lainnya saling terkait, artinya, jika salah satu mata rantai rusak (tidak berfungsi),
akan berpengaruh terhadap mata rantai yang lain. Untuk itu, eksistensi tiap mata rantai dalam rantai
makanan harus selalu diperhatikan agar ekosistem dapat berperan secara optimal.
Di ekosistem alami, rantai makanan biasanya lebih banyak dan lebih kompleks dibandingkan
dengan rantai makanan yang terdapat di ekosistem buatan, sehingga jarang terjadi ledakan populasi,
terutama populasi organisme pengganggu tanaman (OPT).
Sebaliknya di ekosistem buatan, misalnya ekosistem pertanian (agroekosistem), terutama untuk
tanaman-tanaman semusim, rantai makanannya relatif sederhana sehingga mudah terjadi guncangan
ekosistem, ditandai oleh seringnya terjadi serangan OPT.
5. Tabel Pengamatan
Rantai Makanan
Gambar Aliran Energi dalam Ekosistem Berupa Rantai Makanan
Jaring Makanan
Gambar Aliran Energi dalam Ekosistem Berupa Jaring-jaring Makanan
PROSEDUR PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN (ACARA 3 DAN 4)
PENCEMARAN AIR DAN TANAH
A. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum kimia lingkungan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menentukan status mutu air sungai dan mutu tanah di beberapa wilayah kota
Mataram.
2. Untuk menentukan nilai indikator biologi, fisika dan kimia pada beberapa sampel yang
diambil.
B. Landasan Teori
Pencemaran adalah peristiwa penyebaran bahan kimia dengan kadar tertentu yang
dapat merubah keadaan keseimbangan pada daur materi dalam lingkungan (keseimbangan
lingkungan)baik keadaan struktur maupun fungsinya sehingga dapat mengganggu
kesejahteraan/kelangsungan hidup manusia (Hadi, 2015). Ada beberapa factor penyebab
terjadinya pencemaran lingkungan yaitu :
a. Kecepatan hilangnya senyawa tertentu dari lingkungan lebih besar daripada kecepatan
masuknya senyawa pengganti.
b. Rusaknya atau putusnya alur siklus biokimia.
c. Kecepatan masuknya senyawa ke dalam lingkungan lebih besar daripada kecepatan
pengambilannya.
d. Masuknya senyawa yang tidak terdegredasi ke dalam lingkungan.
Saat ini wilayah perkotaan menjadi salah satu tempat yang pasti mengalami
pencemaran. Perkotaan merupakan perwujudan perkembangan yang alamiah dari suatu
proses globalisasi yang berkembang sangat pesat. Perkembangan tersebut menyebabkan
peningkatan jumlah penduduk yang sangat besar, dengan karateristik dan persoalan yang
berbeda dan spesifik. Oleh karenanya suatu perkotaan memerlukan pengelolaan tersendiri
dalam pemecahan persoalan yang dihadapi, salah satu persoalan perkotaan yang cukup
krusial adalah masalah sampah kota.
Kehidupan manusia tidak lepas dengan sampah. Setiap orang, pasti menghasilkan
sampah. Menurunnya kualitas lingkungan yang disebabkan oleh sampah terkait dengan
adanya hubungan yang erat dan timbal balik antara jumlah penduduk, nilai dan perilaku
masyarakat terhadap perwujudan sampah, organisasi pengelola sampah, serta sistem
pengelolaan yang dilakukan. Di negara-negara berkembang termasuk Indonesia persoalan
sampah lebih banyak disebabkan masalah sosialnya, dibandingkan dengan masalah
teknologinya. Hal ini disebabkan karena persoalan teknologi pengolahan sampah
sebenarnya sudah ada. Hanya penerapannya saja yang memerlukan penyesuaian-
penyesuaian dengan kondisi setempat. Sedangkan persoalan sosial atau masyarakat
memerlukan pendalaman khusus karena terkait dengan nilai dan norma masyarakat.
Kehidupan manusia dan sampah berpengaruh signifikan pada keadaan lingkungan,
yaitu kualitas air, tanah dan udara. Penurunan kualitas air, tanah dan udara akan
membahayakan kesehatan manusia dan pada akhrnya akan merusak sistem ekologi.
Pengamatan indicator pencemaran, misalnya saja pencemaran air dapar ditinjau dari
beberapa indicator yakni indikator secara fisik, kimia dan biologi. Indikator fisik berupa
kejernihan/kekeruhan, perubahan suhu, rasa, dan warna. Indikator secara kimiawi berupa zat
kimia terlarut, radioaktivitas, perubahan pH serta indikator secara biologis: berdasar
mikroorganisme yang ada (ada tidaknya bakteri patogen).
C. Eksperimen
1. Pengamatan Keragaman Vegetasi Tanaman dan Organisme di Lokasi Pengambilan
Sampel.
a. Alat dan Bahan Praktikum.
1) Kamera
b. Prosedur Praktikum
1) Mengambil gambar wilayah Lokasi Pengambilan Sampel
2) Mencatat nama spesies tanaman dalam Tabel 1 serta hewan yang ditemukan
disekitar tempat pengambilan sampel pada Tabel 2.
b. Prosedur Praktikum
1) Uji Kandungan Timbal (Pb)
Sediakan 3 tabung reaksi.
Pada tabung reaksi 1, dimasukkan 3 tetes larutan PbNO 3 ke dalam tabung
reaksi dan ditambahkan 5 tetes larutan KI. Diamati perubahan yang terjadi.
Reaksi bertanda positif bila warna larutan berubah kuning dan muncul
endapan.
Pada tabung reaksi 2 , dimasukkan 3 tetes larutan PbNO 3 ke dalam tabung
reaksi dan ditambahkan 5 tetes larutan KI Kemudian ke dalam tabung reaksi
tersebut ditambahkan 5 tetes Na2CO3. Dicatat perubahan yang terjadi. Reaksi
positif muncul endapan putih. Tuliskan persamaan reaksinya
Pada tabung reaksi ketiga, dimasukkan 5 mL sampel dan ulangi langkah
kedua dan ketiga. Diamati apa yang terjadi.
2) Uji Kandungan Perak (Ag)
Sediakan 4 tabung reaksi.
Pada tabung reaksi 1, dimasukkan 3 tetes larutan AgNO3 dan ditambahkan 5
tetes larutan HCl. Diamati perubahan yang terjadi.
Pada tabung reaksi 2, dimasukkan 3 tetes larutan AgNO3 dan ditambahkan 5
tetes larutan HCl dan 5 tetes NaOH. Diamati perubahan yang terjadi.
Pada tabung reaksi 3, dimasukkan 3 tetes larutan AgNO3 dan ditambahkan 5
tetes larutan HCl, 5 tetes NaOH, dan 5 tetes KI. Diamati perubahan yang
terjadi.
Pada tabung reaksi 4, dimasukkan 5 mL sampel, dan ulangi langkah 2-4.
Diamati apa yang terjadi.
3) Uji Kandungan Besi (Fe)
Sediakan 2 tabung reaksi.
Tabung reaksi 1 ditambahkan FeCl3 3 tetes dan ditambahkan 5 tetes NaOH.
Diacatat apa yang terjadi. (Reaksi positif bila larutan berubah kemerahan dan
muncul endapan)
Tabung reaksi 2, dimasukkan 5 mL sampel dan diulangi langkah yang kedua.
Dicata apa yang terjadi.
4) Uji pH
Disiapkan sampel yang akan diuji, dan beberapa mL dimasukkan dalam gelas
kimia.
Diukur pHnya.
5) Mengukur Daya Hantar Listrik Sederhana
Dimasukkan beberapa mL sampel dalam gelas kimia dan dicelupkan 2 buah
paku yang telah dirangkai dengan rangkaian listrik.
Diamati selama beberapa menit
Bila air mengandung besi dan unsur lain, air akan keruh dan banyak gumpalan
pada paku
6) Uji Total Suspended Solid (TSS)
Ditimbang dan dicatat berat kertas saring bersih yang dipakai (berat A)
Sebanyak 500 mL sampel disaring dan disisihkan air yang telah disaring ke
dalam gelas piala.
Kertas saring yang telah digunakan dikeringkan dan didiamkan pada suhu
kamar. Kemudian ditimbang (berat B)
Dihitung padatan tersuspensi air sampel tersebut.
Rumus : TSS = 1000 x (B-A)
5. Uji Sampel Tanah
a. Penetapan Kadar Air Mutlak
1) Ditimbang 5,000 g contoh tanah kering udara dalam pinggan yang telah
diketahui bobotnya.
2) Dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC selama 3 jam.
3) Angkat pinggan dengan penjepit dan masukkan ke dalam eksikator.
4) Setelah contoh dingin kemudian timbang. Bobot yang hilang adalah bobot air.
b. Penetapan pH tanah
1) Sampel tanah yang diambil dari beberapa tempat dibersihkan dan dibuang
pengotornya.
2) Sampel tanah kemudian dikeringkan.
3) Ditimbang 10,00 g contoh tanah sebanyak dua kali, masing-masing dimasukkan
ke dalam botol kocok, ditambah 50 ml air bebas ion ke botol yang satu (pH
H2O) dan 50 ml KCl 1 M ke dalam botol lainnya (pH KCl). Kocok selama 30
menit. Suspensi tanah diukur dengan indicator pH.