Anda di halaman 1dari 12

ACARA I

INDIVIDU, POPULASI DAN KOMUNITAS DALAM LINGKUNGAN

1. Tujuan : Untuk menganalisis komponen-komponen biotik di dalam lingkungan yang termasuk


individu, populasi dan komunitas.
2. Bahan dan Alat :
a. Lingkungan tempat tinggal
b. Petunjuk untuk pengenalan taksonomi tumbuhan dan hewan
c. Alat tulis menulis
3. Prosedur Kerja
a. Pilih mana diantara komponen biotik yang ada di lokasi pengamatan saudara yang merupakan
individu dan mana yang merupakan populasi.
b. Jelaskan alasannya, mengapa komponen-komponen biotik tersebut termasuk individu ataupun
termasuk populasi.
4. Landasan Teori
Dalam ekologi istilah individu diartikan sebagai satuan makhluk hidup yang tidak dapat
dibagi lagi, seperti seekor ayam, sebatang pohon asam, dll. Bagaimana halnya dengan serumpun
tanaman jahe, apakah termasuk individu? Serumpun jahe tidak termasuk individu, karena dapat
dibagi-bagi, dan bagian-bagiannya itu dapat tumbuh membentuk individu baru yang memiliki sifat-
sifat sama dengan induk asalnya. Adapun pedoman untuk mendefinisikan individu adalah bahwa
individu harus selalu menggambarkan sifat tunggal dan dalam diri yang tunggal itu proses hidupnya
dilakukan sendiri.
Kumpulan individu makhluk hidup yang sejenis yang terdapat di suatu tempat pada waktu
tertentu disebut populasi. Dalam ekologi istilah populasi harus menyangkut aspek makhluk hidup
sejenis, ruang dan waktu tertentu. Maksudnya yaitu agar anggota-anggota populasi tersebut dapat
berbiak silang. Jika salah satu aspek tersebut tidak terpenuhi berarti bukan termasuk populasi, karena
tidak dapat berbiak silang. Oleh karena, apabila membicarakan populasi, harus menentukan juga
batas-batas jenis, waktu, tempat bahkan kuantitas/jumlahnya. Misalnya jumlah badak di Ujung Kulon
pada tahun 1984. Ciri khas suatu populasi adalah sifatnya yang dinamis, terutama pada golongan
hewan. Ada pertambahan populasi karena adanya kelahiran (natalitas) dan pengurangan populasi
karena kematian (mortalitas). Perubahan jumlah populasi juga dapat disebabkan oleh adanya migrasi;
kedatangan individu baru memasuki kelompok disebut imigrasi, sedangkan keluarnya individu dari
kelompok disebut emigrasi.
Pada suatu habitat tertentu, hidup berbagai macam spesies yang masing-masing spesies
membentuk populasi. Kumpulan berbagai spesies yang terdapat dalam suatu lingkungan hidup yang
mempunyai kondisi yang sama atau hampir sama disebut komunitas.
Ada interaksi antara sesama makhluk hidup pada suatu habitat, ternyata interaksi tersebut
tidak hanya terjadi antar makhluk hidup, tetapi antar makhluk hidup dan lingkungan abiotiknya.
Interaksi yang demikian disebut ekosistem. Oleh karena itu ilmu yang mempelajari interaksi atau
hubungan timbal balik antara sesama organisme atau faktor biotik dan dengan faktor abiotiknya
disebut ekologi.
5. Tabel Pengamatan
Tabel Identifikasi Komponen Biotik berupa Tumbuhan di Lingkungan
Komponen Biotik dalam Lingkungan
No Lokasi Pengamatan
Individu Populasi Komunitas
1
2
3
4
n..

Tabel Identifikasi Komponen Biotik berupa Hewan di Lingkungan


Komponen Biotik dalam Lingkungan
No Lokasi Pengamatan
Individu Populasi Komunitas
1
2
3
4
n..

ACARA II
RANTAI MAKANAN DAN JARING-JARING MAKANAN
1. Tujuan : Untuk mengenal rantai makanan sederhana yang terdapat di ekosistem buatan
2. Bahan dan Alat
a. Ekosistem daratan
b. Petunjuk untuk pengenalan taksonomi tumbuhan dan hewan
c. Kantung plastik dan stoples untuk koleksi tumbuhan dan hewan
d. Alat tulis menulis
3. Prosedur Kerja
a. Pilih lokasi (ekosistem daratan) yang memungkinkan untuk mengamati peristiwa makan
memakan antar komponen ekosistem.
b. Tentukan mata rantai makanan yang pertama dan mata rantai makanan yang kedua yaitu
konsumen I memakan produsen, misalnya ayam (konsumen I) memakan padi (produsen), kerbau
(konsumen I) memakan rumput (produsen) dan contoh lainnya.
c. Jika sudah mendapatkan mata rantai makanan I dan mata rantai makanan II, tentukan rantai
makanan III, dan seterusnya secara hipotetik.
d. Pilih lagi mata rantai makanan yang pertama dan mata rantai makanan kedua berikutnya sesuai
prosedur b dan c.
e. Lakukan prosedur yang sama untuk memilih rantai makanan yang ketiga dan seterusnya (sesuai
dengan jumlah rantai makanan yang anda temukan di lokasi pengamatan).
f. Setelah mendapatkan beberapa rantai makanan secara hipotetik pertama dengan mata rantai
makanan hipotetik kedua (yang dapat dihubungkan), dan seterusnya sehingga berbentuk jaring-
jaring makanan.
g. Buatlah gambar secara keseluruhan mengenai jarring-jaring makanan yang mungkin terdapat di
ekosistem buatan tersebut.
4. Landasan Teori
Rantai makanan merupakan perpindahan materi dan energi dari mahluk hidup yang satu ke
mahluk hidup yang lain melalui peristiwa makan memakan dengan urutan tertentu.
Rantai makanan ada dua yaitu rantai makanan perumput dan rantai makanan detritivus. Rantai
makanan perumput dimulai dari produsen, herbivora, karnivora I, karnivora II, dst. Rantai makanan
detritivus dimulai dari organisme yang telah mati (bahan organik), cacing belut, dst.
Di ekosistem terdapat lebih dari satu rantai makanan. Antara rantai makanan yang satu dan
rantai makanan yang lainnya saling terkait, artinya, jika salah satu mata rantai rusak (tidak berfungsi),
akan berpengaruh terhadap mata rantai yang lain. Untuk itu, eksistensi tiap mata rantai dalam rantai
makanan harus selalu diperhatikan agar ekosistem dapat berperan secara optimal.
Di ekosistem alami, rantai makanan biasanya lebih banyak dan lebih kompleks dibandingkan
dengan rantai makanan yang terdapat di ekosistem buatan, sehingga jarang terjadi ledakan populasi,
terutama populasi organisme pengganggu tanaman (OPT).
Sebaliknya di ekosistem buatan, misalnya ekosistem pertanian (agroekosistem), terutama untuk
tanaman-tanaman semusim, rantai makanannya relatif sederhana sehingga mudah terjadi guncangan
ekosistem, ditandai oleh seringnya terjadi serangan OPT.
5. Tabel Pengamatan

Rantai Makanan
Gambar Aliran Energi dalam Ekosistem Berupa Rantai Makanan

Jaring Makanan
Gambar Aliran Energi dalam Ekosistem Berupa Jaring-jaring Makanan
PROSEDUR PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN (ACARA 3 DAN 4)
PENCEMARAN AIR DAN TANAH
A. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum kimia lingkungan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menentukan status mutu air sungai dan mutu tanah di beberapa wilayah kota
Mataram.
2. Untuk menentukan nilai indikator biologi, fisika dan kimia pada beberapa sampel yang
diambil.
B. Landasan Teori
Pencemaran adalah peristiwa penyebaran bahan kimia dengan kadar tertentu yang
dapat merubah keadaan keseimbangan pada daur materi dalam lingkungan (keseimbangan
lingkungan)baik keadaan struktur maupun fungsinya sehingga dapat mengganggu
kesejahteraan/kelangsungan hidup manusia (Hadi, 2015). Ada beberapa factor penyebab
terjadinya pencemaran lingkungan yaitu :
a. Kecepatan hilangnya senyawa tertentu dari lingkungan lebih besar daripada kecepatan
masuknya senyawa pengganti.
b. Rusaknya atau putusnya alur siklus biokimia.
c. Kecepatan masuknya senyawa ke dalam lingkungan lebih besar daripada kecepatan
pengambilannya.
d. Masuknya senyawa yang tidak terdegredasi ke dalam lingkungan.
Saat ini wilayah perkotaan menjadi salah satu tempat yang pasti mengalami
pencemaran. Perkotaan merupakan perwujudan perkembangan yang alamiah dari suatu
proses globalisasi yang berkembang sangat pesat. Perkembangan tersebut menyebabkan
peningkatan jumlah penduduk yang sangat besar, dengan karateristik dan persoalan yang
berbeda dan spesifik. Oleh karenanya suatu perkotaan memerlukan pengelolaan tersendiri
dalam pemecahan persoalan yang dihadapi, salah satu persoalan perkotaan yang cukup
krusial adalah masalah sampah kota.
Kehidupan manusia tidak lepas dengan sampah. Setiap orang, pasti menghasilkan
sampah. Menurunnya kualitas lingkungan yang disebabkan oleh sampah terkait dengan
adanya hubungan yang erat dan timbal balik antara jumlah penduduk, nilai dan perilaku
masyarakat terhadap perwujudan sampah, organisasi pengelola sampah, serta sistem
pengelolaan yang dilakukan. Di negara-negara berkembang termasuk Indonesia persoalan
sampah lebih banyak disebabkan masalah sosialnya, dibandingkan dengan masalah
teknologinya. Hal ini disebabkan karena persoalan teknologi pengolahan sampah
sebenarnya sudah ada. Hanya penerapannya saja yang memerlukan penyesuaian-
penyesuaian dengan kondisi setempat. Sedangkan persoalan sosial atau masyarakat
memerlukan pendalaman khusus karena terkait dengan nilai dan norma masyarakat.
Kehidupan manusia dan sampah berpengaruh signifikan pada keadaan lingkungan,
yaitu kualitas air, tanah dan udara. Penurunan kualitas air, tanah dan udara akan
membahayakan kesehatan manusia dan pada akhrnya akan merusak sistem ekologi.
Pengamatan indicator pencemaran, misalnya saja pencemaran air dapar ditinjau dari
beberapa indicator yakni indikator secara fisik, kimia dan biologi. Indikator fisik berupa
kejernihan/kekeruhan, perubahan suhu, rasa, dan warna. Indikator secara kimiawi berupa zat
kimia terlarut, radioaktivitas, perubahan pH serta indikator secara biologis: berdasar
mikroorganisme yang ada (ada tidaknya bakteri patogen).

C. Eksperimen
1. Pengamatan Keragaman Vegetasi Tanaman dan Organisme di Lokasi Pengambilan
Sampel.
a. Alat dan Bahan Praktikum.
1) Kamera
b. Prosedur Praktikum
1) Mengambil gambar wilayah Lokasi Pengambilan Sampel
2) Mencatat nama spesies tanaman dalam Tabel 1 serta hewan yang ditemukan
disekitar tempat pengambilan sampel pada Tabel 2.

Tabel 1. Tabel Pengamatan Keragaman Vegetasi Tanaman


No. Nama Spesies Gambar
1
2
3

Tabel 2. Tabel Pengamatan Keragaman Hewan


No. Nama Spesies Gambar
1
2
3

2. Pengaruh Suhu dan detergent pada kelangsungan hidup organisme air.


a. Alat dan Bahan Praktikum
1) Air keran
2) Gelas Kimia
3) Hot Plate
4) Kamera
5) Stop watch
6) Pengaduk
7) Neraca Digital
8) Termometer
9) Ikan kecil 3 ekor
b. Prosedur Praktikum
1) Masukkan 250 mL air keran ke dalam 3 gelas kimia, A, B, dan C.
2) Air pada gelas A didiamkan, air pada gelas B dipansakan sampai suhu 50°C, dan
air pada gelas C dimasukkan detergent sebanyak 1 gram kemudian diaduk.
3) Ke dalam masing-masing gelas dimasukkan ikan kecil dan hitung kecepatan
pernafasan ikan dalam jangka waktu 1 menit pertama, 2 menit, dan 5 menit.
Amati apa yang terjadi.
4) Masukkan data dalam table.
5) Setelah 10 menit, angkat ikan dan catat keadaan ikan.
3. Uji Indicator Fisik (Warna, Bau, dan Perubahan Suhu air)
a. Alat dan Bahan Praktikum
1) Pipet tetes
2) Tabung Reaksi
3) Gelas Kimia
4) Saringan
5) Corong
6) Termometer
7) Sampel air
8) Plastik wrap
b. Prosedur Praktikum
1) Pengujian Warna
 Sampel air disaring, dan kotorannya dipisahkan.
 Diambil beberapa mL sampel air dan dimasukkan dalam tabung reaksi.
 Dilihat warnanya (keruh/tidak). Dicatat.
2) Pengujian Bau
 Diambil beberapa mL sampel air dan dimasukkan dalam tabung reaksi.
 Ditutup dengan plastic wrap dan diamkan selama 2 x 24 jam. Amati.
3) Pengujian Suhu
 Diambil beberapa mL sampel air dan dimasukkan dalam tabung reaksi.
 Ukuralah suhunya. Dicatat.
4. Uji Indikator Kimia (pH, Total Suspended Solid, Daya Hantar Listrik dan Logam Berat)
a. Alat dan Bahan Praktikum
1) Gelas Kimia 100 mL, dan 250 mL 14) Sampel Air
2) Tabung Reaksi 15) Indikator pH
3) Rak Tabung Reaksi 16) Larutan PbNO3 1 M
4) Batang Pengaduk 17) Larutan AgNO3 0,02M
5) Hot plate/Pemanas 18) Larutan FeCl3 1 M
6) Saringan 19) Larutan KI 0,15 M
7) Kertas Saring 20) Larutan Na2CO3 0,1 M
8) Corong 21) Larutan HCl 0,1 M
9) Lampu 22) Larutan NaOH 0,05M
10) Kabel 23) Satif dan Ring
11) Jepit Buaya 24) Kaki Tiga
12) Elektrode (paku) 25) Pemabakar Bunsen
13) Neraca Analitik 26) Spatula
27) Batre

b. Prosedur Praktikum
1) Uji Kandungan Timbal (Pb)
 Sediakan 3 tabung reaksi.
 Pada tabung reaksi 1, dimasukkan 3 tetes larutan PbNO 3 ke dalam tabung
reaksi dan ditambahkan 5 tetes larutan KI. Diamati perubahan yang terjadi.
Reaksi bertanda positif bila warna larutan berubah kuning dan muncul
endapan.
 Pada tabung reaksi 2 , dimasukkan 3 tetes larutan PbNO 3 ke dalam tabung
reaksi dan ditambahkan 5 tetes larutan KI Kemudian ke dalam tabung reaksi
tersebut ditambahkan 5 tetes Na2CO3. Dicatat perubahan yang terjadi. Reaksi
positif muncul endapan putih. Tuliskan persamaan reaksinya
 Pada tabung reaksi ketiga, dimasukkan 5 mL sampel dan ulangi langkah
kedua dan ketiga. Diamati apa yang terjadi.
2) Uji Kandungan Perak (Ag)
 Sediakan 4 tabung reaksi.
 Pada tabung reaksi 1, dimasukkan 3 tetes larutan AgNO3 dan ditambahkan 5
tetes larutan HCl. Diamati perubahan yang terjadi.
 Pada tabung reaksi 2, dimasukkan 3 tetes larutan AgNO3 dan ditambahkan 5
tetes larutan HCl dan 5 tetes NaOH. Diamati perubahan yang terjadi.
 Pada tabung reaksi 3, dimasukkan 3 tetes larutan AgNO3 dan ditambahkan 5
tetes larutan HCl, 5 tetes NaOH, dan 5 tetes KI. Diamati perubahan yang
terjadi.
 Pada tabung reaksi 4, dimasukkan 5 mL sampel, dan ulangi langkah 2-4.
Diamati apa yang terjadi.
3) Uji Kandungan Besi (Fe)
 Sediakan 2 tabung reaksi.
 Tabung reaksi 1 ditambahkan FeCl3 3 tetes dan ditambahkan 5 tetes NaOH.
Diacatat apa yang terjadi. (Reaksi positif bila larutan berubah kemerahan dan
muncul endapan)
 Tabung reaksi 2, dimasukkan 5 mL sampel dan diulangi langkah yang kedua.
Dicata apa yang terjadi.
4) Uji pH
 Disiapkan sampel yang akan diuji, dan beberapa mL dimasukkan dalam gelas
kimia.
 Diukur pHnya.
5) Mengukur Daya Hantar Listrik Sederhana
 Dimasukkan beberapa mL sampel dalam gelas kimia dan dicelupkan 2 buah
paku yang telah dirangkai dengan rangkaian listrik.
 Diamati selama beberapa menit
 Bila air mengandung besi dan unsur lain, air akan keruh dan banyak gumpalan
pada paku
6) Uji Total Suspended Solid (TSS)
 Ditimbang dan dicatat berat kertas saring bersih yang dipakai (berat A)
 Sebanyak 500 mL sampel disaring dan disisihkan air yang telah disaring ke
dalam gelas piala.
 Kertas saring yang telah digunakan dikeringkan dan didiamkan pada suhu
kamar. Kemudian ditimbang (berat B)
 Dihitung padatan tersuspensi air sampel tersebut.
Rumus : TSS = 1000 x (B-A)
5. Uji Sampel Tanah
a. Penetapan Kadar Air Mutlak
1) Ditimbang 5,000 g contoh tanah kering udara dalam pinggan yang telah
diketahui bobotnya.
2) Dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC selama 3 jam.
3) Angkat pinggan dengan penjepit dan masukkan ke dalam eksikator.
4) Setelah contoh dingin kemudian timbang. Bobot yang hilang adalah bobot air.
b. Penetapan pH tanah
1) Sampel tanah yang diambil dari beberapa tempat dibersihkan dan dibuang
pengotornya.
2) Sampel tanah kemudian dikeringkan.
3) Ditimbang 10,00 g contoh tanah sebanyak dua kali, masing-masing dimasukkan
ke dalam botol kocok, ditambah 50 ml air bebas ion ke botol yang satu (pH
H2O) dan 50 ml KCl 1 M ke dalam botol lainnya (pH KCl). Kocok selama 30
menit. Suspensi tanah diukur dengan indicator pH.

Anda mungkin juga menyukai