Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel yaitu
seorang ahli biologi berkebangsaan Jerman pada tahun 1869. Istilah ekologi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti tempat tinggal atau
rumah tempat hidup atau habitat, dan logos yang berarti ilmu, telaah, studi,
atau kajian. Oleh karena itu, secara harfiah ekologi berarti ilmu tentang
makhluk hidup dalam habitatnya atau ilmu tempat tinggal makhluk hidup
Ekologi sendiri adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya. Dimana hubungan timbal balik itu
merupakan kenyataan yang telah terbuktu sebagai respon organisme dalam
cara-caranya berhubungan dengan organisme lain maupun dengan semua
komponen lingkungannya. Hubungan timbal balik atau yang dikenal dalam
pengetahuan ekologi sebagai interaksi antara organisme dengan
lingkungannya sesungguhnya merupakan hubungan yang sangat erat dan
kompleks, sehingga ekologi disebut juga sebagai biologi lingkungan
(Indriyanto, 2006).
Ekologi hutan adalah cabang dari ekologi yang khusus mempelajari
ekosistem hutan. Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem karena
hubungan antara masyarakat tumbuh-tumbuhan pembentuk hutan dengan
binatang liar dan alam lingkungannya sangatlah erat. Oleh karena itu, hutan
yang dipandang sebagai suatu ekosistem dapat dipelajari dari segi autekologi
maupun segi sinekologinya. Dari segi autekologi, maka di hutan dapat
dipelajari pengaruh suatu factor lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnya
suatu jenis pohon yang sifat kajiannya mendekati fisiologi tumbuhan, dapat
juga dipelajari pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan
tumbuhnya suatu jenis binatang liar dan margasatwa. Dari segi sinekologi,
dapat dipelajari berbagai kelompok jenis tumbuhan sebagai suatu komunitas,
misalnya mempelajari pengaruh keadaan tempat tumbuh terhadap komposisi
dan struktur terhadap vegetasi, atau terhadap produksi hutan.
Ekosistem merupakan konsep sentral dalam ekologi karena ekosistem itu
terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Ekosistem juga merupakan suatu fungisional dasar dalam
ekologi, mengingat di dalamnya tercakup organisme dqan komponen abiotik
yang masing-masing saling mempengaruhi. Ekosistem juga memiliki ukuran
yang beraneka ragam besarnya tergantung terhadap tingkat organisasinya.
Oleh karena itu, untuk mengetahui gambaran tentang bentuk, cara, dan sifat
hubungan antara organisme dengan komponen biotik, dan organisme dengan
lingkungan abiotik, maka diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang
konsep ekosistem .
Dalam praktikum ini dilakukan pengamatan tentang proses suksesi
tumbuhan, pengenalan ekosistem yang ada pada hutan alam dan pinus,
analisis vegetasi hutan dan pembuatan diagram profil hutan.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
II.1 SUKSESI
II.1.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada hari kamis 7 September – 12
Oktober 2017 di Kampung Rimba Unhas, Makassar.
II.1.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
1. Meteran 20 m digunakan untuk mengukur panjang plot
2. Tali raffia digunakan untuk memberi batasan setiap plot dan
subpetak
3. Patok digunakan sebagai menandai batasan plot
4. Cangkul digunakan untuk membersihkan subpetak
5. Parang digunakan sebagai alat bantu cangkul
6. Tally sheet digunakan mencatat data hasil analisis
7. ATM digunakan untuk mencatat
II.1.3 Prosedur Kerja
1. Membuat plot ukuran 1m X 5m, kemudian dibagi menjadi 5
subpetak menggunakan tali rafiah
2. Amati yang ada dalam setiap subpetak
3. Catat jenis-jenis vegetasi
4. Bersihkan setiap subpetak sampai ke akar-akarnya
5. Selanjutnya, Melakukan pengamatan sekali sepekan selama 6
pekan
II.1.4 Analisis Data
1. Membuat grafik perubahan jumlah jenis dan jumlah individu
yang muncul

2. Membandingkan perubahan komunitas suksesi sebelum dan


sesudah diberi perlakuan dengan menggunakan analisis asosiasi
komunitas dengan rumus :

IS = 2W/(a+b)x100 %

Dimana : IS = Indeks of similatif

w = nilai yang lebih rendah atau sama dengan dari 2


komunitas yang dibandingkan (volume)

a = total komunitas sebelum diberi perlakuan

b = total komunitas setelah diberi perlakuan

3. Menentukan macam suksesi yang diamati, suksesi primer atau


sekunder

4. Ada berapa macam tahap suksesi yang diamati dan tentukan


jenis bioner dan jenis apa yang paling akhir muncul

II.2 PENGENALAN EKOSISTEM HUTAN


II.2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada hari Sabtu 28 Oktober 2017 di
Laboratorium Konservasi Sumberdaya Hutan, Bengo-bengo, Kabupaten
Maros.
II.2.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu:
1. Roll meter 20 m digunakan untuk mengukur panjang plot
2. Tali rafia digunakan untuk memberi batasan setiap plot dan
subpetak
3. Termometer digunakan untuk mengetahui suhu pada lokasi
praktikum
4. ATM digunakan untuk mencatat
5. Kaca pembesar digunakan untuk memperjelas vegetasi yng tidak
terlihat
6. Patok digunakan sebagai menandai batasan plot
7. Tally sheet digunakan mencatat data hasil analisis
8. Kompas digunakan untuk menentukan arah plot
II.2.3 Prosedur kerja
1. Membuat satu petak contoh pada ekosistem hutan alam berukuran
20 m x 20 m hutan pinus berukuran 10 m x 10 m. usahakan letak
petakcontoh tersebut representative (mewakili kondisi ekosistem
secara keseluruhan).
2. Membuat sub-sub petak contoh berukuran 5 m x 5 m pada petak
contoh di atas, sehingga di ekosistem hutan akan terdapat 16 sub-
petak contoh dan 4 sub-petak contoh ekosistem selain hutan.
3. Melakukan inventarisasi dan identifikasi pada setiap sub-petak
contoh terhadap jenis dan jumlah individu semua komponen biotik
(tumbuhan dan satwa) dan pengukuran terhadap komponen abiotik
(suhu dan ketinggian tempat). Inventarisasi dan identifikasi
komponen biotik dilakukan di setiap sub-petak contoh, sedangkan
pengukuran komponen abiotik hanya 1 (satu) pengukuran di setiap
petak contoh. Khusus untuk pengukuran terhadap satwa dan
komponen abiotik di lakukan sebanyak 2 (dua) kali, yakni pada pagi
dan siang hari..
4. Menyebutkan peranan komponen biotik dalam ekosistem tersebut,
misalnya sebagai produsen atau konsumen ; sebagai herbivora atau
karnivora atau lainya.
5. Buatlah piramida jumlah individu dari komponen abiotik
6. Buatlah jarring pangan dari semua komponen biotik yang terdapat di
dalam ekosistem yang dipelajari
7. Bahas perbedaan ekosistem hutan dan ekosistem selain hutan yang
dipraktekkan dari aspek biotik dan abiotik.
III.1 ANALISIS VEGETASI HUTAN
III.1.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada hari Sabtu 28 Oktober 2017 di
Laboratorium Konservasi Sumberdaya Hutan, Bengo-bengo, Kabupaten
Maros.
III.1.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini
yaitu:
1. Roll meter 20 m
2. Tali rafia
3. Kompas
4. Abney level
5. Patok
6. Pita meter
7. Plastik klip
8. Alkohol
III.1.3 Prosedur Kerja
1. Membuat petak ukuran 20 m x 20 m untuk hutan alam dan 10 m x
10 m untuk hutan tanaman.
2. Untuk pohon ukuran petak 10 x 10, tiang sub-petak 10 x 5, panca
sub-petak 5 x 5 dan panca sub-petak 2 x 2.
3. Mengidentifikasi semai, panca, tiang dan pohon
4. Mencatat hasil pengukuran di tally sheet.
III.1.4 Analisis Data
1. Kerapatan :
Ind / ha
2. Frekuensi
3. Dominsi

M2/ha
4. Indeks nilai penting dari masing-masing jenis
5. Indeks kekayaan dari Margalef
R1 = (s – 1)/ in (n)

Keterangan
RI = Indeks Margalef
S = Jumlah jenis
n = Jumlah total individu
6. Indeks keanekaragaman dari Shannon – Wieners

H’ = -∑[(ni/N) In (ni/N)]

Keterangan
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon – Wiener
S = Jumlah jenis
ni = Jumlah individu jenis ke-i
N = Total seluruh individu
7. Indeks Kemerataan
E = H’/ In (s)

Keterangan
E = Indeks Kemerataan
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon – Wiener
S = Jumlah jenis
IV.1 TEKNIK PEMBUATAN DIAGRAM PROFIL HUTAN
IV.1.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada hari Sabtu 28 Oktober 2017 di
Laboratorium Konservasi Sumberdaya Hutan, Bengo-bengo, Kabupaten
Maros.
IV.1.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini
yaitu:
1. Kompas
2. ATM
3. Kertas mm blok
4. Pita meter
5. Abney level
IV.1.3 Prosedur Kerja
1. Membuat petak contoh berbentuk jalur dengan arah tegak lurus
kontur (gradient perubahan tempat tumbuh).
2. Sumbu Y 10 m dan sumbu X 10 m
3. Mengukur diameterbatang pohon setinggi dada, tinggi total, dan
tinggi bebas cabang, serta gambar bentuk percabangan dan tajuk
4. Menggambar bentuk profil vertikal dan horizontal (penutupan tajuk)
pada kertas millimeter dengan skala yang memadai
5. Menentukan jenis dan jumlah pohon yang termasuk lapisan A, B,
dan C
6. Menentukan jenis dan jumlah pohon yang termasuk pohon masa
depan, pohon masa kini, dan pohon masa lampau.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1 Hasil
III.1.1 Suksesi Tumbuhan

Perubahan Jumlah Jenis


9

4 Perubahan Jumlah Jenis

0
Pekan 1 Pekan 2 Pekan 3 Pekan 4 Pekan 5 Pekan 6

Jumlah Individu
25

20

15

10

Nilai Indeks
0 Of Simulary (IS) = 2W/(a+b)x 100% Dimana
Pekan 1 Pekan 2 Pekan 3 Pekan 4 Pekan 5 Pekan 6
W = 18/8
Rumput 1 Rumput 2 Rumput 3 Rumput 4 Rumput 5

= 2(2,25)/(18+8)x100% = 2,25

=17%
III.1.2 Pengenalan Ekosistem Hutan
1. Jaring-jaring makanan Hutan Alam

Konsumen I
(Belalang dan Produsen
(Pohon pinus, pohon

Konsumen
III
(semut)

Konsumen II
(Laba-laba )

2. Gambar 2. Jaring-jaring Makanan Hutan Alam

Kupu-kupu

Barintonia,
Ficus Sp.,
Lebah
Lagersomia
speciosa, Lobe-
lobe, Sp 1 dan

Jangkrik Semu
t

Belalan
g
3. Piramida Makanan

Semut
Konsumen III
VI kip o r T

Laba-laba
Konsumen II
kip o r T

Belalangdan Kupu-kupu
II kip o r T Konsumen I

Pohon pinus, pohon Lipsea, loncong-


loncong, Gnapilum, Manggis Hutan, Sp 4, Sp
Produsen
I kip o r T 5, Sp 6, Sp 8, Sp 9

III.1.3 Analisis Vegetasi Hutan


DAFTAR PUSTAKA

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta

Soerianegara, I dan A. Indrawan. 1982. Ekologi Hutan Indonesia. Departemen

Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor

Syafei, Eden Surasana. 1990.  Pengantar Ekologi Tumbuhan.  ITB: Bandung.

Latifah, Siti. 2005. Analisis Vegetasi Hutan Alam. Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian.

Anda mungkin juga menyukai