Anda di halaman 1dari 12

Jurnal AGRIFOR Volume XIII Nomor 1, Maret 2014 ISSN : 1412 t 6885

PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN DAN REALISASI


PEMANFAATANNYA OLEH PT. MAHAKAM SUMBER JAYA DI
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Syaprudin1, Ismail Bakrie2, dan Legowo Kamarubayana3


1
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, Indonesia.
2
Fakultas Pertanian, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 75234, Indonesia.
syaprudin@untag-smd.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan aktual dari pemanfaatan hutan yang
dipinjam oleh perusahaan tambang batu bara PT Mahakan Sumber Jaya dan untuk menentukan implikasi
dari penerapan aturan pemanfaatan hutan dalam sistem pertambangan batubara dan berbagai aspek
penggunaan lahan dan kawasan hutan yang telah menempatkan pinjaman kepada pihak ketiga .
Perusahaan yang dipilih dalam penelitian ini terletak di Kabupaten Kutai , yaitu PT Mahakam Sumber Jaya
memakai meminjam areal sekitar 2.925,4 hektar . Pemilihan ini didasarkan pada ketersediaan data yang
dapat dianalisis serta salah satu perusahaan pertambangan batubara yang telah melakukan penambangan
dan reklamasi di beberapa daerah telah selesai dieksploitasi .
Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Survei, dan teknik pengambilan data merupakan
gabungan dari beberapa metode yaitu dengan quisioner, wawancara, studi pustaka dan dokumentasi. Teknik
Quisioner dan wawancara digunakan sebagai pelengkap data primer dan data sekunder serta dokumentasi
yang telah dilakukan. Sedangkan studi pustaka digunakan untuk menghimpun literatur dan bahan pendukung
awal yang digunakan untuk menyusun rencana penelitian. Adapun bahan yang dikumpulkan berupa hasil
penelitian serupa, laporan-laporan kegiatan maupun bahan-bahan lainnya yang berkaitan dengan
penelitian.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa pemanfaatan kawasan hutan pinjam pakai oleh PT.
Mahakam Jaya Lestari telah terealisasi hampir seluruhnya, yaitu 92,70%, dan pemanfaatan kawasan hutan
atau areal pinjam pakai oleh PT. Mahakam Jaya Lestari telah sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan
Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.38/Menhut-II/2012 Tentang Pedoman Pinjam Pakai
Kawasan Hutan. Kegiatan reklamasi dan revegetasi pada tahap I dan II telah terealisasi dengan baik,
dengan keberhasilan lebih dari 80%. Sebagian kecil areal bekas ekstraksi tanbang batu bara belum
dilakukan penutupan kembali.

Kata kunci : Kawasan Hutan, pinjam pakai

ABSTRACT
This study aims to determine the actual utilization of forest use borrowed by coal mining company PT
Mahakan Sumber Jaya and to determine the implications of the application of the rules of forest use in coal
mining systems and various aspects of land use and forest areas that have put the loan to a third party.
Companies selected in this study are located in the Kutai regency, namely PT Mahakam Sumber Jaya to
wear borrowed acreage is approximately 2925.4 hectares. The selection is based on the availability of data
that can be analyzed as well as one of the coal mining company that has been carrying out mining and
reclamation in some areas has been completed exploited.
The method used is the Survey Methods and techniques of data collection is a combination of several
methods is by questionnaires, interviews, library research and documentation. Questionnaires and interview
techniques are used to complement the primary data and secondary data and documentation that has been
done. While the literature is used to collect literature and supporting materials used to construct the initial
research plan. The material collected in the form of the results of similar studies, activity reports and other
materials relating to the study.

93
Pinjam Pakai Kawasan Hutan Y SyaprudinY

The survey results revealed that the utilization of forest area lend use by PT Mahakam Jaya Lestari
has been realized almost entirely, ie 92.70%, and the utilization of forest area or lease area by PT Mahakam
Jaya Lestari in accordance with the provisions of the Regulation of the Minister of Forestry of the Republic
of Indonesia Number P.38/Menhut-II/2012 About Guidelines Borrow and Use of Forest Area. Reclamation
and revegetation activities in stage I and II has been well realized, with over 80% success. A small part of
the area of the former coal extraction tanbang closure yet again.

Keywords : Forest areas, borrow and use Forest areas

1. PENDAHULUAN sudah tidak produktif lagi. Pemanfaatan


Hutan dan kawasan hutan selama ini
Hutan dan kawasan hutan sejak
tidak hanya dalam rangka pemanfaatan
lama telah menjadi kebutuhan ummat
kayu saja tapi juga non kayu dan untuk
manusia, sebagai tempat berteduh,
kepentingan yang lain di luar bidang
mencari makan dan membina kehidupan
kehutanan, seperti untuk pemukiman,
keluarga dan bermasyarakat di zaman
pertambangan minyak dan gas, tambang
prasejarah dan zaman-zaman setelahnya.
biji besi, emas, batu bara dan lain-lain.
Intensitas pemanfaatan hutan dan
Kerusakan akibat pemanfaatan kawasan
kawasan hutan oleh manusia sejalan
hutan yang tidak bijaksana dapat dilihat
dengan perkembangan jumlah penduduk,
melalui foto citra satelit atau foto udara,
budaya, tingkat pendidikan dan teknologi
yang memperlihatkan kawasan-kawasan
pemanfaatannya. Dimasa kini
hutan yang telah menjadi lahan-lahan
pemanfaatan hutan dan kawasan hutan
kritis yang terlantar.
sudah semakin maju, bahkan cenderung
Satu hal yang perlu diingat bahwa
bersifat merusak karena tingginya
hutan tidak saja menghasilkan kayu atau
intensitas pemanfaatan yang dibarengi
hasil hutan non kayu, tetapi sudah
dengan kurangnya pemahaman dan
diketahui bersama bahwa kawasan hutan
kepedulian terhadap keberadaan hutan.
juga menyimpan kekayaan alam yang
Tidak dapat dibantah bahwa saat ini
tidak ternilai berupa hasil-hasil tambang
hutan dan kawasan hutan kadang menjadi
beraneka macam jenisnya yang masih
rebutan oleh berbagai pihak yang ingin
tersimpan, sehingga menarik perhatian
memanfaatkan untuk mencukupi
banyak pihak untuk memanfaatkannya.
kebutuhannya. Hutan, hasil hutan dan
Sesungguhnya pemanfaatan hutan
kawasan hutan sudak lama menjadi
atau kawasan hutan dapat dilakukan
komoditi yang diperebutkan karena dapat
dengan tertib andai saja setiap orang mau
mendatangkan keuntungan.
mengikuti aturan yang telah dibuat oleh
Seperti dimaklumi bahwa
pemerintah. Cara-cara pemanfaatan
pemanfaatan hutan ataupun kawasan
hutan dan hasil hutan telah diatur
hutan di Indonesia secara intensif telah
sedemikian rupa agar hasil hutan dapat
dimulai lebih dari empat puluh tahun
dinikmati secara lestari, demikian pula
yang lalu, jejak-jejak yang berbekas
pemanfaatan kawasan hutan untuk
akibat dari pemanfaatan hutan berupa
kepentingan lain di luar Kehutanan telah
kegiatan eksploitasi atau ekstraksi hasil
di atur sedemikian rupa berupa sistem
hutan kayu saat ini dapat kita lihat secara
pinjam pakai kawasan agar kelestarian
kasat mata pada saat melakukan
kawasan hutan dapat terjamin.
perjalanan darat maupun udara yang
Banyak contoh penyimpangan
melintasi lokasi bekas HPH atau
pemanfaatan hutan, hasil hutan dan
IUPHHK yang ditinggalkan karena
kawasan hutan yang terjadi hampir di

94
Jurnal AGRIFOR Volume XIII Nomor 1, Maret 2014 ISSN : 1412 t 6885

seluruh Indonesia khususnya pada areal menjadi Peraturan Menteri Kehutanan RI.
bekas HPH yang telah tidak aktif lagi No. : P.38/Menhut-II/2012 Tentang
atau ditelantarkan, demikian juga bekas Perubahan Atas Peraturan Menteri
lahan-lahan tambang yang tersebar Kehutanan RI. No. : P.18/MENHUT-
hampir di seluruh wilayah Kalimantan II/2011 Tentang Pedoman Pinjam Pakai
Timur, yang pelaksananya melibatkan Kawasan Hutan, dan Keputusan Menteri
masyarakat, instansi, institusi, badan Kehutanan Nomor SK. 2796P/Menhut-
usaha swasta ataupun pemerintah. VII/IPSDH/2013 Tentang Penerapan Peta
Perusakan hutan dan kawasan hutan pada Indikatif Penundaan Pemberian Ijin Baru
dasarnya secara sadar tidak diinginkan Pemanfaatan Hutan, Penggunaan
oleh semua pihak baik oleh lembaga Kawasan Hutan dan Perubahan
kehutanan ataupun lembaga non Peruntukan Kawasan Hutan dan Areal
kehutanan, tetapi kenyataanya Penggunaan Lain (Revisi IV).
pemanfaatan hutan oleh instansi atau Sehubungan dengan permasalahan
lembaga non kehutanan telah di atas, penulis tertarik melakukan kajian
menimbulkan kerusakan yang nyata yang lebih mendalam mengenai
dilapangan, sebagai contoh pemanfaatan penerapan aturan sistem pinjam pakai
kawasan hutan untuk kegiatan kawasan hutan di bidang penambangan
penambangan batu bara yang telah batubara dan berbagai aspek
menjadi polemik di tengah masyarakat pemanfaatannya. Dengan tujuan untuk
mengenai dampak yang ditimbulkannya mengetahui realisasi dan implikasi dari
dan manfaat yang diperoleh negara dari penerapan aturan pinjam pakai kawasan
kegiatan tersebut. hutan.
Adanya laporan mengenai makin
meluasnya lahan di dalam kawasan hutan 2. METODA PENELITIAN
yang sudah tidak produktif lagi, dan 2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
menurunnya pendapatan negara di sektor Penelitian ini dilaksanakan selama
Kehutanan, telah mendorong Pemerintah lebih kurang 2 (dua) bulan, mulai dari
mengambil langkah kebijakan dalam tanggal 15 April sampai dengan 15 Juni
pemanfaatan kawasan hutan, yaitu 2013. Kegiatan penelitian termasuk
dengan mengijinkan pemanfaatan studi pustaka, orientasi lapangan,
kawasan hutan dengan sistem pinjam pengumpulan dan pengolahan data,
pakai. Pinjam Pakai Kawasan Hutan analisis data dan penyusunan skripsi.
sebagaimana dijelaskan Penelitian ini dilaksanakan di
di atas adalah pengggunaan atas wilayah kerja penambangan batu bara
sebagian kawasan hutan kepada pihak milik PT. Mahakam Sumber Jaya yang
lain untuk kepentingan pembangunan di berlokasi di wilayah Kabupaten Kutai
luar kegiatan Kehutanan tanpa mengubah Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur.
status, peruntukan dan fungsi kawasan
2.2. Obyek Penelitian
tersebut.
Obyek penelitian adalah
Ketentuan mengenai
Dokumen Laporan Kegiatan lapangan
pemanfaatan kawasan hutan oleh pihak
dalam rangka pemanfaatan kawasan
ketiga dilakukan melalui sistem pinjam
hutan yang dipinjam pakai oleh PT.
kapai kawasan yang telah diatur dalam
Mahakam Sumber Jaya dan Peraturan
Peraturan Menteri Kehutanan RI. No. :
Perundang-undangan yang terkait pinjam
P.18/Menhut-II/2011 tanggal 30 Maret
pakai kawasan hutan.
2011 Tentang Pedoman Pinjam Pakai
Kawasan Hutan dan telah di rubah 2.3. Bahan dan Peralatan

95
Pinjam Pakai Kawasan Hutan Y SyaprudinY

Bahan yang digunakan dalam Pengumpulan Data


penelitian ini adalah sebagai berikut : Metode pengambilan data yang
- Lembaran kuisioner digunakan adalah gabungan dari
- Peraturan Menteri Kehutanan RI. beberapa metode yaitu dengan
No. : P.18/Menhut-II/2011 quisioner, wawancara, studi pustaka
tanggal 30 Maret 2011 Tentang dan dokumentasi. Quisioner dan
Pedoman Pinjam Pakai Kawasan wawancara digunakan dalam
Hutan mengambil data primer dan
Sedangkan peralatan yang dipergunakan dokumentasi dipergunakan dalam
antara lain : pengambilan data sekunder.
- Alat tulis menulis untuk mencatat Sedangkan studi pustaka digunakan
hasil kuisioner untuk menghimpun literatur dan
- Kamera digital sebagai alat bahan pendukung awal yang
dokumentasi digunakan untuk menyusun rencana
- Komputer untuk penyusunan dan penelitian. Adapun bahan yang
pengolahan data. dikumpulkan berupa hasil penelitian
serupa, laporan-laporan kegiatan
2.4. Metode Penelitian
maupun bahan-bahan lainnya yang
Penentuan Objek Penelitian
berkaitan dengan penelitian.
Perusahaan yang dipilih dalam
Jenis Data
penelitian ini berlokasi di Kabupaten
Data yang dikumpulkan dalam
Kutai Kartanegara yaitu PT.
penelitian ini dibedakan atau
Mahakam Sumber Jaya dengan luas
dikelompokkan dalam 2 (dua)
areal yang dipinjam pakai adalah
kelompok yakni:
lebih kurang 2.925,4 Ha. Pemilihan
1. Data Primer
ini disasarkan pada ketersediaan data
Data ini diperoleh dan
yang dapat dianalisis dan juga sebagai
dikumpulkan secara langsung di
salah satu perusahaan penabangan
lapangan melalui metode
batubara yang telah melaksanakan
kuisioner, wawancara serta
penambangan dan juga reklamasi
observasi lapangan.
pada sebagian areal yang telah selesai
2. Data Sekunder
ditambang.
a. Data sekunder diperoleh dari
Penentuan Sampel
perusahaaan penambangan
Penentuan unit sampel tidak
batubara PT. Mahakam
dilakukan sebagaimana lazimnya
Sumber Jaya, baik dari
pengambilan sampel dari sebuah
lapangan maupun dari kantor
populasi, penentuan sampel dalam
di Samarinda meliputi :
penelitian ini dilakukan dengan
b. Peraturan perundangan yang
menggunakan teknik purposive
terkait dengan ijin
sampling, yaitu penentuan obyek
penambangan Batubara,
penelitian dengan sengaja, dan
c. Data kegiatan penambangan
dilakukan dengan berbagai
batu bara PT. Mahakam
pertimbangan yang mengarah kepada
Sumber Jaya.
keterwakilan masalah yang ingin
d. Data visual kegiatan
dikaji dan sesuai tujuan penelitian,
penambangan batubara PT.
yaitu areal yang sedang dalam
Mahakam Sumber Jaya.
peroses penambangan dan yang telah
selesai ditambang serta dalam proses
2.5. Metode Analisis Data
kegiatan pasca penambangan.

96
Jurnal AGRIFOR Volume XIII Nomor 1, Maret 2014 ISSN : 1412 t 6885

Setelah data-data tersebut Marangkayu yang pusat pemerintahannya


dikumpulkan, kegiatan selanjutnya berada di Desa Sebuntal luasnya 1.165,71
adalah pengolahan data melalui km2, jumlah penduduk tahun 2010
langkah-langkah sebagai berikut : adalah 23.516 jiwa dengan kepadatan
1. Editing Data : setelah semua data penduduk 20,17 jiwa/km2. Sama
terkumpul, perlu dilakukan seperti kecamatan di wilayah pesisir
penelaahan ulang terhadap data lainnya, Marangkayu juga menyimpan
tersebut agar dapat diketahui kekayaan alam berupa cadangan minyak
apakah data tersebut telah lengkap bumi dan gas alam. Selain PT.
untuk diproses lebih lanjut. Mahakam Sumber Jaya, diwilayah ini
2. Koding : Mengklasifikasikan telah lebih dulu beroperasi dan
sumber data dan melakukan eksploitasi dua perusahaan
mengklasifikasikan sesuai tujuan pertambangan minyak dan gas
penelitian. multinasional seperti Chevron Indonesia
3. Analisis Deskriptif : Pembahasan dan VICO Indonesia.
dituangkan dalam bentuk tulisan Konsesi penambangan batu bara
ilmiah yang bersumber dari data- milik PT. Mahakam Sumber Jaya seluas
data dan deskripsi kondisi terkini 2.925,4 Ha berada di wilayah Kawasan
lokasi yang termasuk dalam Hutan dengan fisiografi lahan berupa
wilayah pinjam pakai kawasan dataran tanah kering bergelombang
dan dengan menghubungkan pada ringan sampai berat.
beberapa aturan dan teori yang Kawasan hutan konsensi
relevan dengan hal yang berkaitan penambangan batu bara milik PT.
dengan pinjam pakai kawasan. Mahakam Sumber Jaya tersebut
Analisis terhadap evaluasi seluruhnya berupa hutan sekunder bekas
pelaksanaan penambangan kegiatan HPH yang telah ditinggalkan
batubara yang masih direncanakan beberapa tahun yang lalu dalam keadaan
dan yang telah dilaksanakan oleh yang sebagian besar sudah tidak
PT. Mahakam Sumber Jaya sesuai produktif lagi dan sebagian yang lainnya
perijinan yang diperoleh merupakan hutan semak belukar bekas
khususnya yang berada di wilayah kegiatan perladangan penduduk sekitar.
pinjam pakai kawasan hutan. Kondisi kawasan hutan yang dipinjam
oleh PT. Mahakam Sumber Jaya pada
3. HASIL PENELITIAN DAN mulanya pada umumnya sebagian besar
PEMBAHASAN (lebih kurang 80%) berupa semak belukar
Konsesi penambangan batu bara dan lebih kurang 20% berupa hutan
milik PT. Mahakam Sumber Jaya terletak sekunder yang tidak produktif lagi.
di wilayah Kecamatan Marangkayu Hasil penelitian realisasi
Kabupaten Kutai Kartanegara, tepatnya penggunaan areal pinjam pakai kawasan
secara geografis terletak antara 117o ¶ hutan atas nama PT. Mahakam Sumber
BT ± 117o ¶ GDQ o ¶ /6 ± 0o ¶ /6 Jaya terbagi atas dua kategori, yaitu
Secara administratif Kecamatan berupa data kuantitatif dan data visual,
Marangkayu berbatasan langsung dengan data kuantitatif:
Kota Bontang di sebelah utara, Selat
Kajian Berdasarkan Data Kuantitatif
Makassar di sebelah Timur, Kecamatan
Hasil pengumpulan data berupa
Sebulu dan Kecamatan Muara Kaman di
data kuantitatif yang akan menjadi bahan
sebelah Barat serta Kecamatan Muara
bahasan disajikan pada Tabel 1 dan 2
Badak di sebelah Selatan. Kecamatan
berikut ini:

97
Pinjam Pakai Kawasan Hutan Y SyaprudinY

Tabel 1. Rencana dan Realisasi Kegiatan Pemanfaatan Kawasan Hutan Pinjam Pakai dan
Reklamasi/Revegetasi Oleh PT. Mahakam Sumber Jaya Tahap I.
No. Jenis Kegiatan Rencana (Ha) Realisasi (Ha) Keterangan
A. Reklamasi
1. Pit 122,70 126,51 103,10%
2. Disposal 92,10 50,58 54,92%
Jumlah 204,80 177.09 86,47%
B. Revegetasi
1. Pit 133,74 170,38 127,37%
2. Disposal 135,40 159,08 117,49%
3. Mineout Area 293,15 109,21 37,25%
4. Jalan Angkutan 30,46 33,42 109,72%
5. Setpond 1,21 1,01 83,47%
6. Bengkel dan Kantor 00 00
7. Pit Aktif 00 0,71
Jumlah B 573,96 473,81 82,55%
Jumlah A+B 778,76 650,90 83,56%
Kesimpulan
1. Luas Lahan Terganggu 778,76 650,90 83,58%
2. Luas Lahan Tidak Terganggu 66,64 194,50 291,87%
Jumlah PPKH Tahap I 845,40 845,40 100,00%

Tabel 2. Rencana dan Realisasi Kegiatan Pemanfaatan Kawasan Hutan Pinjam Pakai dan Reklamasi/Revegetasi Oleh
PT. Mahakam Sumber Jaya Tahap II.
No. Jenis Kegiatan Rencana (Ha) Realisasi (Ha) Keterangan
A. Reklamasi
1. Pit 226,06 487,01 215,43%
2. Disposal 223,20 285,49 127,91%
Jumlah 489,26 772.50 157,89%
B. Revegetasi
1. Pit 276,33 172,42 62,39%
2. Disposal 518,80 429,53 82,79%
3. Mineout Area 178,63 139,86 78,30%
4. Jalan Angkutan 196,35 192,04 97,80%
5. Setpond 12,56 16,76 133,44%
6. Bengkel dan Kantor 18,45 4,15 22,49%
7. Pit Aktif 553,00 332,41 60,00%
Jumlah B 795,13 601,94 75,70%
Jumlah A+B 2.243,38 2.079,66 92,70%
Kesimpulan
1. Luas Lahan Terganggu 2.243,38 2.079,90 92,71%
2. Luas Lahan Tidak Terganggu 682,64 845,74 123,89%
Jumlah Seluruh PPKH
2.925,40 2.925,40 100,00
Tahap II

Secara umum yang harus lingkungan. Hal ini dapat dilihat dengan
diperhatikan dan dilakukan dalam hilangnya fungsi proteksi terhadap tanah,
merehabilitasi/ reklamasi atau revegetasi yang juga berakibat pada terganggunya
lahan bekas tambang yaitu dampak fungsi-fungsi lainnya, dimana permukaan
perubahan dari kegiatan pertambangan, tanah sebagian telah berubah menjadi
rekonstruksi tanah, revegetasi, kehitaman karena tercampur batu bara. Di
pencegahan air asam tambang, samping itu, juga dapat mengakibatkan
pengaturan drainase, dan tataguna lahan hilangnya keanekaragaman hayati,
pasca tambang. permukaan tanah menjadi gersang tanpa
Kegiatan pertambangan dapat ada vegetasi, terjadinya degradasi pada
mengakibatkan perubahan kondisi daerah aliran sungai, perubahan bentuk

98
Jurnal AGRIFOR Volume XIII Nomor 1, Maret 2014 ISSN : 1412 t 6885

lahan, dan terlepasnya logam-logam berat Perbaikan kondisi tanah meliputi


yang dapat masuk ke lingkungan perairan perbaikan ruang tubuh, pemberian tanah
karena tidak ada lagi daerah-daerah pucuk dan bahan organik serta
resapan, tertutup oleh tanah galian yang pemupukan dasar dan pemberian kapur.
bercampu batu bara. Kendala yang dijumpai dalam
Menurut Jordan (1985 dalam merestorasi lahan bekas tambang yaitu
Rahmawaty,2002), intensitas gangguan masalah fisik, kimia (nutrients dan
ekosistem dikategorikan menjadi dua, toxicity), dan biologi. Masalah fisik tanah
yaitu : Ringan, apabila struktur dasar mencakup tekstur dan struktur tanah.
suatu ekosistem tidak terganggu, sebagai Masalah kimia tanah berhubungan
contoh jika sebatang pohon besar mati dengan reaksi tanah (pH), kekurangan
atau kemudian roboh yang unsur hara, dan mineral toxicity. Untuk
menyebabkan pohon lain rusak, atau mengatasi pH yang rendah dapat
penebangan kayu yang dilakukan secara dilakukan dengan cara penambahan
selektif dan hati-hati; Ringan, apabila kapur. Sedangkan kendala biologi seperti
struktur hutannya rusak berat/hancur, tidak adanya penutupan vegetasi dan
namun produktifitasnya tanahnya tidak tidak adanya mikroorganisme potensial
menurun, misalnya penebangan hutan dapat diatasi dengan perbaikan kondisi
primer untuk ditanami jenis tanaman lain tanah, pemilihan jenis pohon yang cepat
seperti kopi, coklat, palawija dan lain- tumbuh dan dapat mengikat Nitrogen dari
lainnya; berat, apabila struktur hutannya udara, dan pemanfaatan mikroriza dari
rusak berat/hancur, yang disertai dengan tanaman kacang-kacangan .
produktifitasnya tanahnya yang menurun, Secara ekologi, spesies tanaman
misalnya penebangan hutan primer yang lokal dapat dengan cepat beradaptasi
diikuti oleh kegiatan pembukaan atau dengan iklim setempat, tetapi tidak
pengupasan lahan dan penggalian yang mudah untuk kondisi tanah yang
menyebabkan terangkutnya tanah merupakan bekas galian dan timbunan
permukaan dan pemadatan oleh aktifitas dimana tidak terdapat top soil yang
alat berat. mengandung unsur hara untuk tanaman.
Untuk mencapai tujuan restorasi Untuk itu diperlukan pemilihan spesies
perlu dilakukan upaya seperti yang cocok dengan kondisi setempat,
rekonstruksi lahan dan pengelolaan tanah terutama untuk jenis-jenis yang cepat
pucuk. Pada kegiatan ini, lahan yang tumbuh,misalnya sengon yang dibantu
masih belum rata harus terlebih dahulu dengan pupuk pada pertumbuhann
ditata dengan penimbunan kembali (back awalnya, dan ini telah banyak terbukti
filling) dengan memperhatikan jenis dan adaptif untuk wilayah tambang . Dengan
asal bahan urugan, ketebalan, dan ada dilakukannya penanaman sengon
tidaknya sistem aliran air (drainase) yang minimal dapat mengubah iklim mikro
kemungkinan terganggu. Pengembalian pada lahan bekas tambang tersebut.
bahan galian ke asalnya diupayakan Untuk menunjang keberhasilan dalam
mendekati keadaan aslinya. Ketebalan merestorasi lahan bekas tambang, maka
penutupan tanah (sub-soil) berkisar 70- dilakukan langkah-langkah seperti
120 cm yang dilanjutkan dengan re- perbaikan lahan pra-tanam, pemilihan
distribusi tanah pucuk. spesies yang cocok, dan penggunaan
Lereng dari bekas tambang dibuat bentuk pupuk.
teras, selain untuk menjaga kestabilan Untuk mengevaluasi tingkat
lereng, diperuntukan juga bagi keberhasilan pertumbuhan tanaman pada
penempatan tanaman revegetasi. lahan bekas tambang, dapat ditentukan

99
Pinjam Pakai Kawasan Hutan Y SyaprudinY

dari persentasi daya tumbuhnya, diwilayah Pit maupun wilayah Disposal.


persentasi penutupan tajuknya, hal ini terjadi karena rencana reklamasi
pertumbuhannya, perkembangan akarnya, disesuaikan dengan rencana luas daerah
penambahan spesies pada lahan tersebut, penambangan (Pit) yaitu seluas 226,06
peningkatan humus, pengurangan erosi, Ha). Biasanya pada kegiatan
dan fungsi sebagai filter alam. Dengan penambangan sulit membatasi wilayah
cara tersebut, maka dapat diketahui penambangan persis seperti yang
sejauh mana tingkat keberhasilan yang direncanakan karena terjadi dorongan-
dicapai dalam merestorasi lahan bekas dorongan tanah timbunan dan galian oleh
tambang (Rahmawaty, 2002). alat berat ke berbagai arah sehingga luas
Berdasarkan laporan realisasi lahan yang terbuka atau terganggu jadi
kegiatan reklamasi dan revegetasi bertambah luas walaupun tidak
kawasan bekas penambangan batu bara sesluruhnya merupakan bekas areal
PT. Mahakam Sumber Jaya terlihat penambangan, tetapi karena ikut menjadi
bahwa pada umumnya realisasi kegiatan rusak, tergerus atau tertimbun maka
reklamasi berjalan dengan baik dengan seluruhnya harus dilakukan reklamasi,
realisasi reklamasi pada tahap I sebesar sehingga dari data pengukuran jadi dua
86,47%. Demikian juga kegiatan kali lipat dari luas semula (215,43%), jadi
revegetasi berlangsung dengan baik, dari hal ini merupakan efek sampingan dari
areal pertambangan seluas 573,96 Ha, kegiatan pengupasan dan penimbungan
terealisasi penanaman seluas 473,81 Ha kawasan yang akan dilakukan ekstraksi
atau sebesar 83,58%. Hal ini berarti batubara. Demikian juga untuk kegiatan
bahwa PT. Mahakam Sumber Jaya telah Disposal dari rencana hanya 223,20 Ha
melaksanakan kewajibannya terhadap menjadi realisasi seluas 285,49 Ha
areal kawasan hutan yang dipinjam pakai (127,91%) juga lebih luas dari yang
dengan tingkat keberhasilan lebih dari direncanakan karena danpak sampingan
80%. Dari Tabel 2 juga dapat terlihat atau akibat dari kegiatan pengupasan dan
bahwa dari luas lahan pertambangan yang penimbunan yang meluas tanpa
direncanakan untuk kegiatan tahap I direncanakan sehingga teralisasi lebih
seluas 845,40 Ha telah direalisasikan luas dari yang direncanakan. Demikian
seluas 778,76 Ha, dimana dari luas juga kegiatan revegetasi berlangsung
tersebut telah dilakukan reklamasi dan dengan baik, dari rencvana areal
revegetasi seluas 650,90 Ha (83,56%), pertambangan seluas 795,13 Ha,
sesuai laporan realisasi kegiatan Bulan terealisasi penanaman seluas 601,94 Ha
Pebruari 2013. Berdasarkan kondisi ini atau sebesar 75,70%. Kagiatan
bahwa kekhawatiran kerusakan revegetasi di wilayah tambang aktif
lingkungan yang parah akan setelah setelah direklamasi telah ditanami seluas
kegiatan pertambangan selesai, tidak lebih dari 60%, demikian juga wilayah
terjadi sepenuhnya di wilayah Disposal dari rencana penanaman selouas
pertambangan PT. Mahakam Sumber 518,80 Ha terealisasi revegetasi seluas
Jaya , khususnys kegiatan pada tahap I. 429,53Ha (82,79%). Pada bekas jalan
Laporan realisasi kegiatan pada angkutan (Hauling) dari rencana
tahap II sebagaimana dapat diperiksa, revegetasi seluas 196,35 teralisasi
hasilnya tidak jauh berbeda dengan penanaman seluas 192,04 Ha (97,80%).
realisasi kegiatan pada tahap I, bahkan Hal ini berarti bahwa PT. Mahakam
dari dari tabel tersebut dapat terlihat Sumber Jaya telah melaksanakan
bahwa realisasi kegiatan reklamasi lebih kewajibannya terhadap areal kawasan
dari 100%, yaitu mencapai 157,89% baik hutan yang dipinjam pakai dengan tingkat

100
Jurnal AGRIFOR Volume XIII Nomor 1, Maret 2014 ISSN : 1412 t 6885

keberhasilan lebih dari 80%. Dari Tabel berdampak terhadap air tanah dan air
3 juga dapat terlihat bahwa dari luas permukaan, berlanjut secara fisik
lahan pertambangan yang direncanakan perubahan morfologi dan topografi lahan.
untuk kegiatan tahap II seluas 2.925,40 Lebih jauh lagi adalah perubahan iklim
Ha telah direalisasikan seluas 2.243,38 mikro yang disebabkan perubahan
Ha, dimana dari luas tersebut telah kecepatan angin, gangguan habitat
dilakukan reklamasi dan revegetasi seluas biologi berupa flora dan fauna, serta
2.079,66 Ha (92,70%), sesuai laporan penurunan produktivitas tanah dengan
realisasi kegiatan Bulan Pebruari 2013. akibat menjadi tandus atau gundul.
Jadi pada umumnya perusahaan Mengacu kepada perubahan tersebut
telah melaksanakan sebagian besar perlu dilakukan upaya reklamasi. Selain
kewajibannya sesuai ketentuan dalam bertujuan untuk mencegah erosi atau
Peraturan Menteri Kehutanan RI. No. : mengurangi kecepatan aliran air
P.18/Menhut-II/2011 tanggal 30 Maret limpasan, reklamasi dilakukan untuk
2011 Tentang Pedoman Pinjam Pakai menjaga lahan agar tidak labil dan lebih
Kawasan Hutan yang diantaranya : produktif. Akhirnya reklamasi diharapkan
a. Melaksanakan reklamasi dan reboisasi menghasilkan nilai tambah bagi
pada kawasan hutan yang sudah tidak lingkungan dan menciptakan keadaan
dipergunakan tanpa menunggu yang jauh lebih baik dibandingkan
selesainya jangka waktu pinjam pakai dengan keadaan sebelumnya.
kawasan hutan; Kegiatan penambangan batu bara
b. Menyelenggarakan perlindungan bila tidak ditangani dengan bijaksana
hutan; seringkali menyebabkan kerusakan
c. Menanggung seluruh biaya sebagai lingkungan, sehingga menyebabkan
akibat adanya pinjam pakaikawasan penurunan mutu lingkungan, berupa
hutan; kerusakan ekosistem yang selanjutnya
mengancam dan membahayakan
Kajian Berdasarkan Data Visual kelangsungan hidup manusia itu sendiri.
Kegiatan pertambangan Kegiatan seperti pembukaan hutan,
merupakan kegiatan usaha yang penambangan, pembukaan lahan
kompleks dan sangat rumit, sarat risiko, pertanian dan pemukiman, bertanggung
merupakan kegiatan usaha jangka jawab terhadap kerusakan ekosistem yang
panjang, melibatkan teknologi tinggi, terjadi. Akibat yang ditimbulkan antara
padat modal, dan aturan regulasi yang lain kondisi fisik, kimia dan biologis
dikeluarkan dari beberapa sektor. Selain tanah menjadi buruk, seperti contohnya
itu, kegiatan pertambangan mempunyai lapisan tanah tidak berprofil, terjadi bulk
daya ubah lingkungan yang besar, density (pemadatan), kekurangan unsur
sehingga memerlukan perencanaan total hara yang penting, pH rendah,
yang matang sejak tahap awal sampai pencemaran oleh logam-logam berat pada
pasca tambang. Pada saat membuka lahan bekas tambang, serta penurunan
tambang, sudah harus difahami populasi mikroba tanah.
bagaimana menutup tambang. Ekstraksi bahan mineral dengan
Rehabilitasi/reklamasi tambang bersifat tambang terbuka sering menyebabkan
progresif, sesuai rencana tata guna lahan terpotongnya puncak gunung dan
pasca tambang. menimbulkan lubang yang besar. Salah
Masalah utama yang timbul pada satu teknik tambang terbuka adalah
wilayah bekas tambang adalah perubahan metode strip minning (tambang bidang).
lingkungan. Perubahan kimiawi terutama Dengan menggunakan alat pengeruk,

101
Pinjam Pakai Kawasan Hutan Y SyaprudinY

penggalian dilakukan pada suatu bidang i. Terlepasnya gas methan dari tambang
galian yang sempit untuk mengambil batubara bawah tanah.
mineral. Setelah mineral diambil, dibuat Reklamasi adalah kegiatan yang
bidang galian baru di dekat lokasi galian bertujuan memperbaiki atau menata
yang lama. Batuan limbah yang kegunaan lahan yang terganggu sebagai
dihasilkan digunakan untuk menutup akibat kegiatan usaha pertambangan, agar
lubang yang dihasilkan oleh galian dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai
sebelumnya. Teknik tambang seperti ini peruntukannya. Pembangunan
biasanya digunakan untuk menggali berwawasan lingkungan menjadi suatu
deposit batubara yang tipis dan datar kebutuhan penting bagi setiap bangsa dan
yang terletak didekat permukaan tanah. negara yang menginginkan kelestarian
Menurut Sabtanto Joko Suprapto sumberdaya alam. Oleh sebab itu,
(2012) hal-hal pokok yang perlu sumberdaya alam perlu dijaga dan
mendapatkan perhatian pada kegiatan dipertahankan untuk kelangsungan hidup
ekstraksi dan pembuangan limbah/waste manusia kini, maupun untuk generasi
agar sejalan dengan upaya reklamasi yang akan datang (Arif,2007).
adalah : Reklamasi lahan bekas tambang
a. Luas dan kedalaman zona mineralisasi selain merupakan upaya untuk
b. Jumlah batuan yang akan ditambang memperbaiki kondisi lingkungan pasca
dan yangakan dibuang yang akan tambang, agar menghasilkan lingkungan
menentukan lokasi dandesain ekosistem yang baik dan diupayakan
penempatan limbah batuan. menjadi lebih baik dibandingkan rona
c. Kemungkinan sifat racun limbah awalnya, dilakukan dengan
batuan mempertimbangkan potensi bahan galian
d. Potensi terjadinya air asam tambang yang masih tertinggal. Untuk
e. Dampak terhadap kesehatan dan memudahkan kegiatan reklamasi dan
keselamatanyang berkaitan dengan revegetasi, lereng yang terlalu terjal
kegiatan transportasi,penyimpanan dibentuk menjadi teras-teras yang
dan penggunaan bahan peledak dan disesuaikan dengan kelerengan yang ada,
bahan kimia racun, bahan radio aktif terutama untuk menjaga keamanan lereng
di kawasan penambangan dan tersebut.
gangguan pernapasan akibat pengaruh Teknik rehabilitasi lahan bekas
debu. areal penambangan meliputi regarding,
f. Sifat-sifat geoteknik batuan dan reconturing, dan penaman kembali
kemungkinan untuk penggunaannya permukaan tanah yang tergradasi,
untuk konstruksi sipil (seperti untuk penampungan dan pengelolaan racun dan
landscaping, dam tailing, atau lapisan air asam tambang (AAT) dengan
lempung untuk pelapis tempat menggunakan penghalang fisik maupun
pembuangan tailing). tumbuhan untuk mencegah erosi atau
g. Pengelolaan (penampungan, terbentuknya AAT. Permasalahan yang
pengendalian dan pembuangan) perlu dipertimbangkan dalam penetapan
lumpur (untuk pembuangan rencana reklamasi meliputi :
overburden yang berasal dari sistem a. Pengisian kembali bekas tambang,
penambangan dredging dan semprot). penebaran tanah pucuk dan penataan
h. Kerusakan bentang lahan dan kembali lahan bekas tambang serta
keruntuhan akibat penambangan penataan lahan bagi pertambangan
bawah tanah. yang kegiatannya tidak dilakukan
pengisian kembali

102
Jurnal AGRIFOR Volume XIII Nomor 1, Maret 2014 ISSN : 1412 t 6885

b. Stabilitas jangka panjang, umur pertambangan sampai pasca


penampungan tailing, kestabilan tambang.
lereng dan permukaan timbunan, Tujuan jangka pendek rehabilitasi
pengendalian erosi dan pengelolaan adalah membentuk bentang alam
air Salah satu kegiatan pengakhiran (landscape) yang stabil terhadap erosi.
tambang, yaitu reklamasi, yang Selain itu rehabilitasi juga bertujuan
merupakan upaya penataan kembali untuk mengembalikan lokasi tambang ke
daerah bekas tambang agar bisa kondisi yang memungkinkan untuk
menjadi daerah bermanfaat dan digunakan sebagai lahan produktif.
berdayaguna. Bekas lokasi tambang yang telah
Reklamasi Lahan Pasca direhabilitasi harus dipertahankan agar
Penambangan adalah suatu upaya tetap terintegrasi dengan ekosistem
pemanfaatan lahan pasca penambangan bentang alam sekitarnya.
melalui rona perbaikan lingkungan fisik Perbaikan kondisi tanah meliputi
terutama pada bentang lahan yang telah perbaikan ruang tubuh, pemberian tanah
dirusak. Upaya ini dilakukan untuk pucuk dan bahan organik serta
mengembalikan secara ekologis atau pemupukan dasar dan pemberian kapur.
difungsikan menurut rencana Kendala yang dijumpai dalam
peruntukannya dengan melihat konsep merestorasi lahan bekas tambang yaitu
tata ruang dan kewilayahan secara masalah fisik, kimia (nutrients dan
ekologis. Kewajiban reklamasi lahan bisa toxicity), dan biologi. Masalah fisik
dilakukan oleh pengusaha secara tanah mencakup tekstur dan struktur
langsung mereklamasi lahan atau tanah. Masalah kimia tanah berhubungan
memberikan sejumlah uang sebagai dengan reaksi tanah (pH), kekurangan
jaminan akan melakukan reklamasi. unsur hara, dan mineral toxicity. Untuk
Yudhistira, (2008). mengatasi pH yang rendah dapat
Reklamasi tidak berarti akan dilakukan dengan cara penambahan
mengembalikan seratus persen sama kapur. Sedangkan kendala biologi seperti
dengan kondisi rona awal. Sebuah lahan tidak adanya penutupan vegetasi dan
atau gunung yang dikupas untuk diambil tidak adanya mikroorganisme potensial
isinya hingga kedalaman puluhan meter dapat diatasi dengan perbaikan kondisi
bahkan mungkin ratusan meter, tanah, pemilihan jenis pohon, dan
walaupun sistem gali timbun (back pemanfaatan mikroriza.
filling) diterapkan tetap akan Untuk mencapai realisasi
meninggalkan lubang besar seperti danau penanaman terbaik perlu dilakukan
(Herlina, 2004). pemilihan spesies yang cocok dengan
Pada prinsipnya kawasan atau kondisi setempat, terutama untuk jenis-
sumberdaya alam yang dipengaruhi oleh jenis yang cepat tumbuh,misalnya
kegiatan pertambangan harus sengon, yang telah terbukti adaptif untuk
dikembalikan ke kondisi yang aman dan tambang. Dengan dilakukannya
produktif melalui rehabilitasi. Kondisi penanaman sengon minimal dapat
akhir rehabilitasi dapat diarahkan mengubah iklim mikro pada lahan bekas
untuk mencapai kondisi seperti sebelum tambang tersebut. Untuk menunjang
ditambang atau kondisi lain yang telah keberhasilan dalam merestorasi lahan
disepakati. Kegiatan rehabilitasi bekas tambang, maka dilakukan langkah-
dilakukan merupakan kegiatan yang terus langkah seperti perbaikan lahan pra-
menerus dan berlanjut sepanjang tanam, pemilihan spesies yang cocok, dan
penggunaan pupuk.

103
Pinjam Pakai Kawasan Hutan Y SyaprudinY

Untuk mengevaluasi tingkat telah terealisasi hampir seluruhnya,


keberhasilan pertumbuhan tanaman pada yaitu 92,70%.
lahan bekas tambang, dapat ditentukan 2. Pemanfaatan kawasan hutan atau areal
dari persentasi daya tumbuhnya, pinjam pakai oleh PT. Mahakam Jaya
persentasi penutupan tajuknya, Lestari telah sesuai dengan ketentuan
pertumbuhannya, perkembangan akarnya, dalam Peraturan Menteri Kehutanan
penambahan spesies pada lahan tersebut, Nomor P.38/Menhut-II/2012 Tentang
peningkatan humus, pengurangan erosi, Pedoman Pinjam Pakai Kawasan
dan fungsi sebagai filter alam. Dengan Hutan.
cara tersebut, maka dapat diketahui 3. Kegiatan reklamasi dan revegetasi
sejauh mana tingkat keberhasilan yang pada tahap I dan II telah terealisasi
dicapai dalam merestorasi lahan bekas dengan baik, dengan keberhasilan
tambang (Rahmawaty, 2002). lebih dari 80%.
Akibat penambangan ini
mengakibatkan terjadinya pengikisan DAFTAR PUSTAKA
terhadap humus tanah, yaitu lapisan [1] ______, 2001. Penunjukan Kawasan
teratas dari permukaan tanah yang Hutan dan Perairan Provinsi
mengandung bahan organik yang disebut Kalimantan Timur SK. Menhut No.
dengan unsur hara dan berwarna gelap 79/Kpts-II/2001 tanggal 15 Maret
karena akumulasi bahan organik di 2001, Departemen Kehutanan,
lapisan ini yang merupakan tempat Jakarta.
tumbuhnya tanaman sehingga menjadi [2] Arif, I., 2007. Perencanaan
subur. Lapisan humus ini banyak Tambang Total Sebagai Upaya
digunakan oleh masyarakat untuk Penyelesaian Persoalan Lingkungan
menyuburkan pekarangan rumah. Adanya Dunia Pertambang-an, Universitas
lubang-lubang bekas penambangan Sam Ratulangi, Manado
mengakibatkan lahan tidak bisa [3] Herlina, 2004. Melongok Aktivitas
dipergunakan lagi (menjadi lahan yang Pertambangan Batu Bara Di
tidak produktif), pada saat musim hujan Tabalong, Reklamasi 100 Persen
lubang-lubang akan digenangi air Mustahil.Banjarmasin Post,
sehingga berpotensi sumber penyakit Banjarmasin.
karena menjadi sarang nyamuk. Di [4] Rahmawaty, 2002. Restorasi Lahan
Daerah Aliran Sungai (DAS) mengalami Bekas Tambang berdasarkan
perubahan yaitu permukaan sungai Kaidah Ekologi, Fakultas
melebar yang dapat mengakibatkan erosi. Pertanian, Universitas Sumatera
(Hasibuan, 2006). Utara, Medan.
[5] Tain, Z., Sutrisno, dan Suprapto, S.J.,
4. KESIMPULAN 2005. Pemantauan dan Evaluasi
Dari hasil penelitian dapat Konservasi Sumber Daya Mineral di
disimpulkan beberapa hal sebagai Kabupaten Halmahera Utara,
berikut: Provinsi Maluku Utara, Direktorat
1. Pemanfaatan kawasan hutan pinjam Inventarisasi Sumber Daya Mineral,
pakai oleh PT. Mahakam Jaya Lestari Bandung.

104

Anda mungkin juga menyukai