ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan aktual dari pemanfaatan hutan yang
dipinjam oleh perusahaan tambang batu bara PT Mahakan Sumber Jaya dan untuk menentukan implikasi
dari penerapan aturan pemanfaatan hutan dalam sistem pertambangan batubara dan berbagai aspek
penggunaan lahan dan kawasan hutan yang telah menempatkan pinjaman kepada pihak ketiga .
Perusahaan yang dipilih dalam penelitian ini terletak di Kabupaten Kutai , yaitu PT Mahakam Sumber Jaya
memakai meminjam areal sekitar 2.925,4 hektar . Pemilihan ini didasarkan pada ketersediaan data yang
dapat dianalisis serta salah satu perusahaan pertambangan batubara yang telah melakukan penambangan
dan reklamasi di beberapa daerah telah selesai dieksploitasi .
Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Survei, dan teknik pengambilan data merupakan
gabungan dari beberapa metode yaitu dengan quisioner, wawancara, studi pustaka dan dokumentasi. Teknik
Quisioner dan wawancara digunakan sebagai pelengkap data primer dan data sekunder serta dokumentasi
yang telah dilakukan. Sedangkan studi pustaka digunakan untuk menghimpun literatur dan bahan pendukung
awal yang digunakan untuk menyusun rencana penelitian. Adapun bahan yang dikumpulkan berupa hasil
penelitian serupa, laporan-laporan kegiatan maupun bahan-bahan lainnya yang berkaitan dengan
penelitian.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa pemanfaatan kawasan hutan pinjam pakai oleh PT.
Mahakam Jaya Lestari telah terealisasi hampir seluruhnya, yaitu 92,70%, dan pemanfaatan kawasan hutan
atau areal pinjam pakai oleh PT. Mahakam Jaya Lestari telah sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan
Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.38/Menhut-II/2012 Tentang Pedoman Pinjam Pakai
Kawasan Hutan. Kegiatan reklamasi dan revegetasi pada tahap I dan II telah terealisasi dengan baik,
dengan keberhasilan lebih dari 80%. Sebagian kecil areal bekas ekstraksi tanbang batu bara belum
dilakukan penutupan kembali.
ABSTRACT
This study aims to determine the actual utilization of forest use borrowed by coal mining company PT
Mahakan Sumber Jaya and to determine the implications of the application of the rules of forest use in coal
mining systems and various aspects of land use and forest areas that have put the loan to a third party.
Companies selected in this study are located in the Kutai regency, namely PT Mahakam Sumber Jaya to
wear borrowed acreage is approximately 2925.4 hectares. The selection is based on the availability of data
that can be analyzed as well as one of the coal mining company that has been carrying out mining and
reclamation in some areas has been completed exploited.
The method used is the Survey Methods and techniques of data collection is a combination of several
methods is by questionnaires, interviews, library research and documentation. Questionnaires and interview
techniques are used to complement the primary data and secondary data and documentation that has been
done. While the literature is used to collect literature and supporting materials used to construct the initial
research plan. The material collected in the form of the results of similar studies, activity reports and other
materials relating to the study.
93
Pinjam Pakai Kawasan Hutan Y SyaprudinY
The survey results revealed that the utilization of forest area lend use by PT Mahakam Jaya Lestari
has been realized almost entirely, ie 92.70%, and the utilization of forest area or lease area by PT Mahakam
Jaya Lestari in accordance with the provisions of the Regulation of the Minister of Forestry of the Republic
of Indonesia Number P.38/Menhut-II/2012 About Guidelines Borrow and Use of Forest Area. Reclamation
and revegetation activities in stage I and II has been well realized, with over 80% success. A small part of
the area of the former coal extraction tanbang closure yet again.
94
Jurnal AGRIFOR Volume XIII Nomor 1, Maret 2014 ISSN : 1412 t 6885
seluruh Indonesia khususnya pada areal menjadi Peraturan Menteri Kehutanan RI.
bekas HPH yang telah tidak aktif lagi No. : P.38/Menhut-II/2012 Tentang
atau ditelantarkan, demikian juga bekas Perubahan Atas Peraturan Menteri
lahan-lahan tambang yang tersebar Kehutanan RI. No. : P.18/MENHUT-
hampir di seluruh wilayah Kalimantan II/2011 Tentang Pedoman Pinjam Pakai
Timur, yang pelaksananya melibatkan Kawasan Hutan, dan Keputusan Menteri
masyarakat, instansi, institusi, badan Kehutanan Nomor SK. 2796P/Menhut-
usaha swasta ataupun pemerintah. VII/IPSDH/2013 Tentang Penerapan Peta
Perusakan hutan dan kawasan hutan pada Indikatif Penundaan Pemberian Ijin Baru
dasarnya secara sadar tidak diinginkan Pemanfaatan Hutan, Penggunaan
oleh semua pihak baik oleh lembaga Kawasan Hutan dan Perubahan
kehutanan ataupun lembaga non Peruntukan Kawasan Hutan dan Areal
kehutanan, tetapi kenyataanya Penggunaan Lain (Revisi IV).
pemanfaatan hutan oleh instansi atau Sehubungan dengan permasalahan
lembaga non kehutanan telah di atas, penulis tertarik melakukan kajian
menimbulkan kerusakan yang nyata yang lebih mendalam mengenai
dilapangan, sebagai contoh pemanfaatan penerapan aturan sistem pinjam pakai
kawasan hutan untuk kegiatan kawasan hutan di bidang penambangan
penambangan batu bara yang telah batubara dan berbagai aspek
menjadi polemik di tengah masyarakat pemanfaatannya. Dengan tujuan untuk
mengenai dampak yang ditimbulkannya mengetahui realisasi dan implikasi dari
dan manfaat yang diperoleh negara dari penerapan aturan pinjam pakai kawasan
kegiatan tersebut. hutan.
Adanya laporan mengenai makin
meluasnya lahan di dalam kawasan hutan 2. METODA PENELITIAN
yang sudah tidak produktif lagi, dan 2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
menurunnya pendapatan negara di sektor Penelitian ini dilaksanakan selama
Kehutanan, telah mendorong Pemerintah lebih kurang 2 (dua) bulan, mulai dari
mengambil langkah kebijakan dalam tanggal 15 April sampai dengan 15 Juni
pemanfaatan kawasan hutan, yaitu 2013. Kegiatan penelitian termasuk
dengan mengijinkan pemanfaatan studi pustaka, orientasi lapangan,
kawasan hutan dengan sistem pinjam pengumpulan dan pengolahan data,
pakai. Pinjam Pakai Kawasan Hutan analisis data dan penyusunan skripsi.
sebagaimana dijelaskan Penelitian ini dilaksanakan di
di atas adalah pengggunaan atas wilayah kerja penambangan batu bara
sebagian kawasan hutan kepada pihak milik PT. Mahakam Sumber Jaya yang
lain untuk kepentingan pembangunan di berlokasi di wilayah Kabupaten Kutai
luar kegiatan Kehutanan tanpa mengubah Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur.
status, peruntukan dan fungsi kawasan
2.2. Obyek Penelitian
tersebut.
Obyek penelitian adalah
Ketentuan mengenai
Dokumen Laporan Kegiatan lapangan
pemanfaatan kawasan hutan oleh pihak
dalam rangka pemanfaatan kawasan
ketiga dilakukan melalui sistem pinjam
hutan yang dipinjam pakai oleh PT.
kapai kawasan yang telah diatur dalam
Mahakam Sumber Jaya dan Peraturan
Peraturan Menteri Kehutanan RI. No. :
Perundang-undangan yang terkait pinjam
P.18/Menhut-II/2011 tanggal 30 Maret
pakai kawasan hutan.
2011 Tentang Pedoman Pinjam Pakai
Kawasan Hutan dan telah di rubah 2.3. Bahan dan Peralatan
95
Pinjam Pakai Kawasan Hutan Y SyaprudinY
96
Jurnal AGRIFOR Volume XIII Nomor 1, Maret 2014 ISSN : 1412 t 6885
97
Pinjam Pakai Kawasan Hutan Y SyaprudinY
Tabel 1. Rencana dan Realisasi Kegiatan Pemanfaatan Kawasan Hutan Pinjam Pakai dan
Reklamasi/Revegetasi Oleh PT. Mahakam Sumber Jaya Tahap I.
No. Jenis Kegiatan Rencana (Ha) Realisasi (Ha) Keterangan
A. Reklamasi
1. Pit 122,70 126,51 103,10%
2. Disposal 92,10 50,58 54,92%
Jumlah 204,80 177.09 86,47%
B. Revegetasi
1. Pit 133,74 170,38 127,37%
2. Disposal 135,40 159,08 117,49%
3. Mineout Area 293,15 109,21 37,25%
4. Jalan Angkutan 30,46 33,42 109,72%
5. Setpond 1,21 1,01 83,47%
6. Bengkel dan Kantor 00 00
7. Pit Aktif 00 0,71
Jumlah B 573,96 473,81 82,55%
Jumlah A+B 778,76 650,90 83,56%
Kesimpulan
1. Luas Lahan Terganggu 778,76 650,90 83,58%
2. Luas Lahan Tidak Terganggu 66,64 194,50 291,87%
Jumlah PPKH Tahap I 845,40 845,40 100,00%
Tabel 2. Rencana dan Realisasi Kegiatan Pemanfaatan Kawasan Hutan Pinjam Pakai dan Reklamasi/Revegetasi Oleh
PT. Mahakam Sumber Jaya Tahap II.
No. Jenis Kegiatan Rencana (Ha) Realisasi (Ha) Keterangan
A. Reklamasi
1. Pit 226,06 487,01 215,43%
2. Disposal 223,20 285,49 127,91%
Jumlah 489,26 772.50 157,89%
B. Revegetasi
1. Pit 276,33 172,42 62,39%
2. Disposal 518,80 429,53 82,79%
3. Mineout Area 178,63 139,86 78,30%
4. Jalan Angkutan 196,35 192,04 97,80%
5. Setpond 12,56 16,76 133,44%
6. Bengkel dan Kantor 18,45 4,15 22,49%
7. Pit Aktif 553,00 332,41 60,00%
Jumlah B 795,13 601,94 75,70%
Jumlah A+B 2.243,38 2.079,66 92,70%
Kesimpulan
1. Luas Lahan Terganggu 2.243,38 2.079,90 92,71%
2. Luas Lahan Tidak Terganggu 682,64 845,74 123,89%
Jumlah Seluruh PPKH
2.925,40 2.925,40 100,00
Tahap II
Secara umum yang harus lingkungan. Hal ini dapat dilihat dengan
diperhatikan dan dilakukan dalam hilangnya fungsi proteksi terhadap tanah,
merehabilitasi/ reklamasi atau revegetasi yang juga berakibat pada terganggunya
lahan bekas tambang yaitu dampak fungsi-fungsi lainnya, dimana permukaan
perubahan dari kegiatan pertambangan, tanah sebagian telah berubah menjadi
rekonstruksi tanah, revegetasi, kehitaman karena tercampur batu bara. Di
pencegahan air asam tambang, samping itu, juga dapat mengakibatkan
pengaturan drainase, dan tataguna lahan hilangnya keanekaragaman hayati,
pasca tambang. permukaan tanah menjadi gersang tanpa
Kegiatan pertambangan dapat ada vegetasi, terjadinya degradasi pada
mengakibatkan perubahan kondisi daerah aliran sungai, perubahan bentuk
98
Jurnal AGRIFOR Volume XIII Nomor 1, Maret 2014 ISSN : 1412 t 6885
99
Pinjam Pakai Kawasan Hutan Y SyaprudinY
100
Jurnal AGRIFOR Volume XIII Nomor 1, Maret 2014 ISSN : 1412 t 6885
keberhasilan lebih dari 80%. Dari Tabel berdampak terhadap air tanah dan air
3 juga dapat terlihat bahwa dari luas permukaan, berlanjut secara fisik
lahan pertambangan yang direncanakan perubahan morfologi dan topografi lahan.
untuk kegiatan tahap II seluas 2.925,40 Lebih jauh lagi adalah perubahan iklim
Ha telah direalisasikan seluas 2.243,38 mikro yang disebabkan perubahan
Ha, dimana dari luas tersebut telah kecepatan angin, gangguan habitat
dilakukan reklamasi dan revegetasi seluas biologi berupa flora dan fauna, serta
2.079,66 Ha (92,70%), sesuai laporan penurunan produktivitas tanah dengan
realisasi kegiatan Bulan Pebruari 2013. akibat menjadi tandus atau gundul.
Jadi pada umumnya perusahaan Mengacu kepada perubahan tersebut
telah melaksanakan sebagian besar perlu dilakukan upaya reklamasi. Selain
kewajibannya sesuai ketentuan dalam bertujuan untuk mencegah erosi atau
Peraturan Menteri Kehutanan RI. No. : mengurangi kecepatan aliran air
P.18/Menhut-II/2011 tanggal 30 Maret limpasan, reklamasi dilakukan untuk
2011 Tentang Pedoman Pinjam Pakai menjaga lahan agar tidak labil dan lebih
Kawasan Hutan yang diantaranya : produktif. Akhirnya reklamasi diharapkan
a. Melaksanakan reklamasi dan reboisasi menghasilkan nilai tambah bagi
pada kawasan hutan yang sudah tidak lingkungan dan menciptakan keadaan
dipergunakan tanpa menunggu yang jauh lebih baik dibandingkan
selesainya jangka waktu pinjam pakai dengan keadaan sebelumnya.
kawasan hutan; Kegiatan penambangan batu bara
b. Menyelenggarakan perlindungan bila tidak ditangani dengan bijaksana
hutan; seringkali menyebabkan kerusakan
c. Menanggung seluruh biaya sebagai lingkungan, sehingga menyebabkan
akibat adanya pinjam pakaikawasan penurunan mutu lingkungan, berupa
hutan; kerusakan ekosistem yang selanjutnya
mengancam dan membahayakan
Kajian Berdasarkan Data Visual kelangsungan hidup manusia itu sendiri.
Kegiatan pertambangan Kegiatan seperti pembukaan hutan,
merupakan kegiatan usaha yang penambangan, pembukaan lahan
kompleks dan sangat rumit, sarat risiko, pertanian dan pemukiman, bertanggung
merupakan kegiatan usaha jangka jawab terhadap kerusakan ekosistem yang
panjang, melibatkan teknologi tinggi, terjadi. Akibat yang ditimbulkan antara
padat modal, dan aturan regulasi yang lain kondisi fisik, kimia dan biologis
dikeluarkan dari beberapa sektor. Selain tanah menjadi buruk, seperti contohnya
itu, kegiatan pertambangan mempunyai lapisan tanah tidak berprofil, terjadi bulk
daya ubah lingkungan yang besar, density (pemadatan), kekurangan unsur
sehingga memerlukan perencanaan total hara yang penting, pH rendah,
yang matang sejak tahap awal sampai pencemaran oleh logam-logam berat pada
pasca tambang. Pada saat membuka lahan bekas tambang, serta penurunan
tambang, sudah harus difahami populasi mikroba tanah.
bagaimana menutup tambang. Ekstraksi bahan mineral dengan
Rehabilitasi/reklamasi tambang bersifat tambang terbuka sering menyebabkan
progresif, sesuai rencana tata guna lahan terpotongnya puncak gunung dan
pasca tambang. menimbulkan lubang yang besar. Salah
Masalah utama yang timbul pada satu teknik tambang terbuka adalah
wilayah bekas tambang adalah perubahan metode strip minning (tambang bidang).
lingkungan. Perubahan kimiawi terutama Dengan menggunakan alat pengeruk,
101
Pinjam Pakai Kawasan Hutan Y SyaprudinY
penggalian dilakukan pada suatu bidang i. Terlepasnya gas methan dari tambang
galian yang sempit untuk mengambil batubara bawah tanah.
mineral. Setelah mineral diambil, dibuat Reklamasi adalah kegiatan yang
bidang galian baru di dekat lokasi galian bertujuan memperbaiki atau menata
yang lama. Batuan limbah yang kegunaan lahan yang terganggu sebagai
dihasilkan digunakan untuk menutup akibat kegiatan usaha pertambangan, agar
lubang yang dihasilkan oleh galian dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai
sebelumnya. Teknik tambang seperti ini peruntukannya. Pembangunan
biasanya digunakan untuk menggali berwawasan lingkungan menjadi suatu
deposit batubara yang tipis dan datar kebutuhan penting bagi setiap bangsa dan
yang terletak didekat permukaan tanah. negara yang menginginkan kelestarian
Menurut Sabtanto Joko Suprapto sumberdaya alam. Oleh sebab itu,
(2012) hal-hal pokok yang perlu sumberdaya alam perlu dijaga dan
mendapatkan perhatian pada kegiatan dipertahankan untuk kelangsungan hidup
ekstraksi dan pembuangan limbah/waste manusia kini, maupun untuk generasi
agar sejalan dengan upaya reklamasi yang akan datang (Arif,2007).
adalah : Reklamasi lahan bekas tambang
a. Luas dan kedalaman zona mineralisasi selain merupakan upaya untuk
b. Jumlah batuan yang akan ditambang memperbaiki kondisi lingkungan pasca
dan yangakan dibuang yang akan tambang, agar menghasilkan lingkungan
menentukan lokasi dandesain ekosistem yang baik dan diupayakan
penempatan limbah batuan. menjadi lebih baik dibandingkan rona
c. Kemungkinan sifat racun limbah awalnya, dilakukan dengan
batuan mempertimbangkan potensi bahan galian
d. Potensi terjadinya air asam tambang yang masih tertinggal. Untuk
e. Dampak terhadap kesehatan dan memudahkan kegiatan reklamasi dan
keselamatanyang berkaitan dengan revegetasi, lereng yang terlalu terjal
kegiatan transportasi,penyimpanan dibentuk menjadi teras-teras yang
dan penggunaan bahan peledak dan disesuaikan dengan kelerengan yang ada,
bahan kimia racun, bahan radio aktif terutama untuk menjaga keamanan lereng
di kawasan penambangan dan tersebut.
gangguan pernapasan akibat pengaruh Teknik rehabilitasi lahan bekas
debu. areal penambangan meliputi regarding,
f. Sifat-sifat geoteknik batuan dan reconturing, dan penaman kembali
kemungkinan untuk penggunaannya permukaan tanah yang tergradasi,
untuk konstruksi sipil (seperti untuk penampungan dan pengelolaan racun dan
landscaping, dam tailing, atau lapisan air asam tambang (AAT) dengan
lempung untuk pelapis tempat menggunakan penghalang fisik maupun
pembuangan tailing). tumbuhan untuk mencegah erosi atau
g. Pengelolaan (penampungan, terbentuknya AAT. Permasalahan yang
pengendalian dan pembuangan) perlu dipertimbangkan dalam penetapan
lumpur (untuk pembuangan rencana reklamasi meliputi :
overburden yang berasal dari sistem a. Pengisian kembali bekas tambang,
penambangan dredging dan semprot). penebaran tanah pucuk dan penataan
h. Kerusakan bentang lahan dan kembali lahan bekas tambang serta
keruntuhan akibat penambangan penataan lahan bagi pertambangan
bawah tanah. yang kegiatannya tidak dilakukan
pengisian kembali
102
Jurnal AGRIFOR Volume XIII Nomor 1, Maret 2014 ISSN : 1412 t 6885
103
Pinjam Pakai Kawasan Hutan Y SyaprudinY
104