Anda di halaman 1dari 38

SILVIKULTUR HUTAN TANAMAN

DOSEN PENGAMPU:

Prof. Dr. Ir. MARJENAH, M.P., IPU., ASEAN Eng.


KISWANTO, S.hut., M.P., Ph.D.

2023
I. PENDAHULUAN

OLEH

Prof. Dr. Ir. MARJENAH, M.P., IPU., ASEAN Eng.

LAB. BUDIDAYA HUTAN/SILVIKULTUR


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2023
K1: 07/02/2023
SILVIKULTUR HUTAN TANAMAN
•SILVIKULTUR adalah praktik pengendalian
proses penanaman, pertumbuhan,
komposisi, kesehatan, dan kualitas
suatu hutan demi mencapai aspek-aspek
ekologi dan ekonomi
Silvikultur berfokus pada perawatan
tegakan hutan untuk menjamin
produktivitasnya.
RUANG LINGKUP SILVIKULTUR HUTAN TANAMAN

• Silvikultur hutan tanaman mempelajari


tentang teknik penanganan benih,
persemaian hingga pemanenan berbagai
jenis pohon di hutan tanaman. Hasil hutan
tersebut mencakup bahan untuk produksi
pulp dan kertas, kayu, plywood, dan kayu
mewah. Selain itu, dalam MK ini juga
mempelajari jenis pohon penghasil produk
selain kayu.
TUJUAN PEMBANGUNAN HUTAN
TANAMAN
• Pembangunan hutan tanaman merupakan
salah satu kegiatan penting dalam
pemanfaatan lahan tropis, pembangunan
hutan tanaman dapat memenuhi berbagai
fungsi pokok produksi seperti kayu, bahan
baku industri dan lain-lain. Fungsi perlindungan
seperti pelestarian kawasan, konservasi tanah
dan air.
PERENCANAAN PEMBANGUNAN HUTAN
TANAMAN

• Ruang lingkup keilmuan ini ditekankan pada


perencanaan pembangunan hutan tanaman,
meliputi pengertian, fungsi, unsur, dan ilmu
penunjang lain dalam bidang perencanaan hutan
tanaman, fungsi dan keterkaitan dalam
pembangunan hutan tanaman di Indonesia,
termasuk teknik dan metode pengambilan
keputusan.
URGENSI HUTAN TANAMAN
Dengan melihat keadaan hutan alam, keperluan akan kayu serta
faktor-faktor internal dan eksternal, pembangunan hutan tanaman
sangat diperlukan karena berbagai hal sebagai berikut:
1. Perkembangan industri pengolahan kayu yang begitu pesat
sampai melampaui dari kapasitas produksi hutan alam secara
lestari. Apalagi saat ini hutan alam telah mengalami banyak kerusakan.
Oleh karena itu apabila tidak segera digalakkan pembangunan
hutan tanaman, maka hampir dapat dipastikan bahwa industri-indusri
pengolahan kayu yang saat inipun telah kekurangan kayu akan tutup,
kecuali bila kita akan impor kayu bulat besar-besaran dengan
konsekwensi pengurangan devisa.
2. Luasnya lahan kosong dan lahan tidak produktif dalam kawasan
hutan produksi (± 18 juta ha atau 30% dari hutan produksi, yang
apabila tidak segera ditanami akan mengakibatkan erosi tanah
yang tinggi. Hal ini disebabkan karena sebagian hutan yang
kosong atau tidak produktif ini rnemiliki tipe tanah podzolik merah
kuning yang peka terhadap erosi, sementara itu juga memiliki
curah hujan yang tinggi (rata-rata lebih dari 2000 mm/tahun).
3. Produk-produk hasil hutan yang masuk pasaran dunia sudah
waktunya dikenakan sertifikasi sesuai dengan hasil kesepakatan sidang
ITTO di Bali tahun 1990.
4. Dari segi volume hasil hutan kayu, hutan tanaman memiliki volume
yang jauh lebih besar dari volume kayu dari hutan alam pada luas
yang sama. Dari hutan alam yang terbaik di Kalimantan Timur
maksimum dapat diproduksi secara lestari l 00 m3/ha (hutan sebaik itu
saat ini hampir tidak ada lagi). Sedangkan rata-rata hanya dapat
diperoleh 50 m3/ha. Bahkan di lrian Jaya (Papua) yang hutannya masih
cukup luas dan belum pernah ditebang, hanya dapat diperoleh volume kayu
30 - 40 m3/tahun. Sementara itu dari hutan tanaman tanpa penjarangan saat
ini diperoleh rata-rata 200 m/ha untuk kayu pulp.
5. Pengusahaan hutan tanaman merupakan kegiatan yang padat karya, yang
jauh lebih besar dari pemanfaatan hutan alam. Hal ini disebabkan karena:
• Penebangan hutan alam dilaksanakan secara tebang pilih,
dengan volume kayu jauh lebih kecil dari volume kayu dari hutan
tanaman.
• Penanaman pada hutan alam hanya berupa pengayaan pada
lokasi-lokasi yang tidak cukup terdapat banyak pohon, sedangkan
pada hutan tanaman harus diadakan pada seluruh areal.
• Pada hutan tanaman, bila penanaman tidak dilakukan dengan
sungguh-sungguh (bibit unggul, teknologi yang tepat, kehati-hatian
petugas dan lain-lain), maka hasilnya akan tidak memuaskan.
• Apabila kayu-kayu diolah untuk keperluan pertukangan, misalnya
untuk penggergajian atau moulding atau bahkan perabot (furniture)
diperlukan tenaga kerja yang Iebih besar lagi.
6. Apabila kita dapat membangun hutan tanaman dengan cukup, maka
hutan alam tidak perlu ditebang lagi atau ditebang dalam jumlah yang
relatif kecil sehingga sisanya dapat dikonservasikan. Hal ini akan sangat
meningkatkan martabat bangsa Indonesia sebagai bangsa yang
memiliki dan dapat memelihara stok mega biodiversity atau
keanekaragaman hayati yang raksasa.
7. Dana Reboisasi (DR) yang ditarik dari setiap kayu yang diproduksi dari
hutan alam yang setiap tahun dapat dikumpulkan sebesar Rp 800
milyar. Disamping itu saat ini telah tersedia DR yang cukup besar.
Menurut ketentuan DR harus kembalil ke hutan namun apabila DR ini
tidak segera dipakai untuk pembangunan hutan tanaman yang
sekaligus dapat memperbaiki hutan- hutan yang rusak/ kosong, maka
dikhawatirkan akan terpakai atau dipakai untuk keperluan lain yang
menyimpang.
HAMBATAN DAN LANGKAH-
LANGKAH YANG DIPERLUKAN
• Beberapa hambatan yang perlu diantisipasi
terhadap perkernbangan dan keberhasilan dari hutan
tanaman adalah sebagai berikut:
1. Kepastian Lahan
• Lahan yang tidak produktif atau kosong tersebar cukup
luas. Berdasarkan hasil analisis satelit Badan Planologi
Kehutanan dan Perkebunan, di dalam hutan produksi
terdapat 30% dari luas hutan produksi yang diusahakan
sehingga luasnya ± 21 juta ha Namun seringkali lahan-
Iahan tersebut ada yang sudah menjadi perladangan
rakyat.
2. Konflik Sosial

Saat ini konflik sosial sering muncul dalam hubungannya dengan masalah lahan.
Untuk mengatasi, disamping diperlukan ketelitian status lahan seperti tersebut di
atas, masyarakat sekitar hutan perlu diikutsertakan di dalam kegiatan
pembangunan hutan tanaman. Disamping sebagai tenaga kerja di dalam
perusahaan, masyarakat dapat diajak dalam berbagai pola/bentuk
kerjasama, partisipasi, antara lain:
a. Rakyat diberi bibit tanaman untuk ditanam pada lahannya sendiri, serta
diberi bibit tanaman tumpang sari. Hasil pohon yang ditanam dapat dipasok
kepada perusahaan pengolah kayu. Cara ini telah dilaksanakan di beberapa
pembangunan HTI
b. Rakyat di suatu kampung dibangunkan kebun sebagai kompensasi lahan-
lahan bekas perladangannya yang dibangun hutan tanaman. Lahan bekas
perladangan tersebut seringkali statusnya hutan produksi, dan hal ini dapat
terjadi karena penentuan status hutan produksi yang hanya di atas kertas,
atau karena hutan produksi yang dirambah rakyat.
• Contoh di Kalimantan Barat, rakyat dibangunkan kebun karet unggul seluas 5 %
dari luas tanaman HTI, dibangun tanaman pohon serba guna (multi purpose
tree species (MPTS) seluas 5 % luas hutan tanaman HTI, diberikan kompensasi
terhadap dibangunnya jalan-jalan, serta diberikan bagian dari hasil panen hutan
tanamannya.
c. Penanaman hutan menyerupai pola tumpang sari di Jawa, yaitu dengan cara
mengolah lahan (dengan traktor) dan menanam tanaman pertanian diantara
tanaman pohon-pohon, bersama rakyat. Hasil dari tanaman tumpang sari ini
diberikan kepada rakyat. Mungkin harga pupuk dapat dikembalikan dari hasil
panen tumpang sari, sehingga dapat dipakai lagi untuk pemupukan pada lokasi
tanaman yang lain.
d. Kerja sama juga dapat dilaksanakan dengan kombinasi dari pola-pola
tersebut di atas atau dengan variasi-variasi tertentu.
e. Disamping kerja sama dalam penanaman, keikutsertaan rakyat sekitar hutan
juga dapat dilaksanakan di dalam kegiatan pemeliharaan atau pemanenan.
f. Kerja sama dalam bentuk saham dapat pula dipertimbangkan, karena dengan
demikian masyarakat ikut memiliki tanaman.
3. Hambatan dari dalam
Hambatan dari dalam yang dimaksud adalah hambatan yang mungkin
berasal dari kebijaksanaan pemerintah atau prosedur yang kurang atau tidak
mendukung. Kebijakan pemerintah yang mengarah kepada BUMNisasi pemanfaatan
hutan akan menghambat keinginan swasta untuk investasi langsung dalam
pembangunan hutan tanaman. Disamping menghambat investasi langsung,
issue perumisasi juga dapat menggoyahkan investasi swasta langsung yang
sudah ada atau sudah dikembangkan lagi.
4. Hambatan dari pesaing
Yang dimaksud dengan hambatan dari pesaing adalah usaha-usaha dari
perusahaan atau negara lain yang khawatir akan mendapat saingan dari
pembangunan hutan tanaman di Indonesia. Hal itu disebabkan karena
negara-negara sub tropis dan temperate (beriklim dingin) memerlukan waktu yang
lebih lama untuk pertumbuhan pohonnnya dari pohon-pohon yang ditanam di
Indonesia. Di Finlandia dan Kanada misalnya, untuk memanen kayu-kyu pulp
diperlukan waktu 20 tahun, sementara itu jenis-jenis kayu pulp di Indonesia cukup
hanya 8 tahun bahkan mungkin dapat dipersingkat lagi menjadi 6 tahun.
MACAM-MACAM HUTAN TANAMAN
•Hutan Tanaman Industri (HTI)
•Hutan Tanaman Rakyat
•Hutan Kemasyarakatan
•Hutan Tanaman Energi (HTE), dll.
PENGERTIAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI
• Hutan Tanaman Industri (HTI) adalah hutan yang
memproduksi tanaman dengan menerapkan budidaya
kehutanan untuk memenuhi bahan baku industri.
• Aturan khusus tentang tipe hutan ini diatur dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 1990 tentang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman
Industri.
• Menurut peraturan tersebut, HTI merupakan hutan
tanaman yang dibangun dalam rangka meningkatkan
potensi dan kualitas hutan produksi dengan
menerapkan silvikultur intensif untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku industri hasil hutan.
PEMBANGUNAN HTI
• Hutan tanaman industri diarahkan untuk dibangun di kawasan hutan alam
yang sudah tidak produktif lagi. Menurut Kementrian
Kehutanan kriteria hutan alam yang tidak produktif dicirikan oleh tiga hal,
pertama, pohon yang berdiameter kurang dari 20 cm tidak lebih dari 25
batang per hektar. Kedua, pohon induk kurang dari 10 batang per hektar.
Ketiga, kemampuan permudaan alamnya sudah menurun: semai ≤ 1000
batang/hektar, pancang ≤ 240 batang/hektar dan tiang ≤ 75
batang/hektar.
• Dalam pelaksanaannya, hutan tanaman industri harus menerapkan
manajemen budidaya kehutanan yang intensif. Pada awalnya, semua
pepohonan ditebang habis, kemudian dilakukan permudaan buatan.
Perusahaan yang akan membuka HTI diwajibkan mempekerjakan
profesional di bidang kehutanan.
Tata ruang untuk hutan tanaman industri
adalah sebagai berikut:
• Areal tanaman pokok 70%
• Areal tanaman unggulan 10%
• Areal tanaman tanaman kehidupan 5%
• Kawasan lindung 10%
• Sarana dan pra sarana 5%
TUJUAN PEMBANGUNAN HTI
• Secara spesifik, Direktorat Bina Pembangunan
Hutan Tanaman pada tahun 2009
menyatakan tujuan dibangunnya HTI sbb:
1) Memenuhi kebutuhan bahan baku industri
berupa perkayuan.
2) Memberdayakan masyarakat khususnya
daerah hutan agar lebih sejahtera secara
ekonomi.
3) Memperbaiki dan meningkatkan kualitas
lingkungan
4) Meningkatkan produktivitas sebagai hutan produksi
5) Menyediakan lapangan usaha dan lapangan kerja
6) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
7) Mendorong daya saing produk dalam negeri
khususnya bahan baku industri kayu seperti pulp, kayu
lapis, kertas, penggergajian, mebel, kayu
pertukangan, dan lain-lain
8) Menciptakan hasil industri hutan untuk kebutuhan
masyarakat dalam negeri serta untuk ekspor ke luar
negeri
9)Meningkatkan devisa dan nilai tambah
HUTAN TANAMAN RAKYAT (HTR)
• Hutan Tanaman Rakyat yang selanjutnya
disingkat HTR adalah hutan
tanaman pada hutan produksi yang dibangun
oleh kelompok masyarakat untuk
meningkatkan potensi dan
kualitas hutan produksi dengan menerapkan
silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian
sumber daya hutan.
• Hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik maupun hak
lainnya di luar kawasan hutan dengan ketentuan luas minimal 0,25 ha,
penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan/atau jenis tanaman lainnya
lebih dari 50%”(Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 9 Tahun 2013).
• ”MAKSUD Mewujudkan tanaman hutan di luar kawasan hutan negara
(lahan milik rakyat) sebagai upaya rehabilitasi lahan tidak produktif (lahan
kosong/ kritis) di DAS prioritas
• TUJUAN- Untuk memulihkan fungsi dan meningkatkan produktivitas lahan
dengan berbagai hasil tanaman berupa kayu dan non kayu,- Memperbaiki
kualitas lingkungan dan mengurangi tekanan penebangan liar di dalam
kawasan hutan negara (illegal logging)- Memberikan peluang kesempatan
kerja dan berusaha, meningkatkan pendapatan masyarakat,- Menjadi
alternatif sumber bahan baku potensial bagi industri kehutanan
KARAKTERISTIK HUTAN RAKYAT
• Tersebar atau tidak mengelompok.Lahan relatif kurang suburPola tanam
sangat beragam (mono- kultur, multi-kultur, agro-forestry).Pengelolaan
berbasis pada usaha keluarga.Sistem pemanenan belum
mempertimbangkan aspek kelestarianMekanisme perdagangan kayu
belum berpihak pada petani Hutan rakyat.
• Potensi Hutan RakyatHutan rakyat memiliki potensi cukup besar dalam
menyediakan kayu bulat baik untuk industri kayu pertukangan maupun kayu
bakar.Luas hutan rakyat Indonesia mencapai 34,8 juta Ha dengan komposisi
dan potensi:Di Pulau Jawa : 2,7 juta Ha, dengan potensi kayu 78,7 juta
m3Luar Pulau Jawa : 32,1 juta Ha, dengan potensi kayu 912 juta m3
• Hutan rakyat memasok 46,9% dari kebutuhan kayu log
nasional.
Ke depan peranannya dalam pasokan kayu dapat terus
ditingkatkan, seiring dengan penggunaan benih
bersertifikat, penanganan hama dan penyakit, dan upaya-
upaya lainnya.Pembangunan hutan rakyat ke depan
menjadi target kita bersama. Pembangunan diutamakan di
lahan kritis pada 80 DAS Prioritas.Inilah surga yang kita
bangun di dunia. Ada pohon, ada air, ada air ada
kehidupan, ada kehidupan ada kesejahteraan.Maka, kalau
mau membuat “surga” di dunia, kita bisa lakukan.Semua
tergantung pada kita sendiri. Caranya adalah dengan
membangun hutan rakyat.
HUTAN KEMASYARAKATAN
• Pengertian Hutan Kemasyarakatan
Menurut Pasal 1 Peraturan Menteri Kehutaan
No.P.37/Menhut-II/007
tentang Hutan Kemasyarakatan, hutan masyar
akat adalah hutan Negara yang
pemanfaatan utamanya ditujukan untuk
memberdayakan masyarakat setempat .
HUTAN TANAMAN ENERGI (HTE)

• Hutan Tanaman Energi (HTE) merupakan masa


depan energi biomassa Indonesia, karena
menjadi sumber bahan baku energi biomasa
secara berkelanjutan bagi pembangkit
tenaga listrik, memasok kelebihan energi listrik
ke PLN dan diekspor.
ENERGI KAYU SKALA RUMAH
TANGGA

• Kayu bakar merupakan sumber energi tradisional tertua


yang digunakan oleh manusia terutama pada tingkat
pedesaan.

• Kayu bakar sebagai sumber energi terbarukan memiliki


peran dalam menunjang kehidupan sehari-hari.
Penggunaan kayu bakar belum sepenuhnya dapat
tergantikan oleh jenis energi lain seperti minyak tanah dan
gas.

• Faktor jumlah penduduk dan penyebaran secara geografi


dan umur, pendapat konsumen dan distribusinya, harga
dan komoditas serta pelayanan lain, serta cita rasa
konsumen.
JENIS PRODUKSI KAYU ENERGI

Jenis Produksi Perusahaan


Pembudidaya Tanaman Kehutanan 2015 2016 2017 2018 2019
A. JUMLAH KAYU BULAT (M3) 23 229 295 28 545 026 36 907 366 41 360 644 41 457 584
B. KAYU BAKAR 128 447 9 820 9 348 10 929 7 639
C. GETAH/RESIN (KG) 51 287 476 45 280 193 77 706 026 73 065 482 76 412 559
D. DAUN KAYU PUTIH (KG) 40 514 739 20 896 368 28 398 958 27 567 530 35 946 612
JENIS-JENIS KAYU ENERGI
PENGEMBANGAN KAYU ENERGI
• Pemilihan Jenis Kayu Energi

Secara umum, kayu sebagai bahan organik dapat dijadikan sebagai sumber
energi. Kayu dapat dibakar untuk menghasilkan energi panas secara langsung.
Ada jenis kayu tertentu yang dapat dan ada jenis kayu yang harus dikeringkan
agar mudah terbakar

• Pemilihan Bibit Unggul

Penggunaan bibit unggul dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi dan


diameter yang optimal, sehingga pada daur yang pendek dapat memperoleh
hasil yang maksimal.

• Perlakuan Persemaian

Tujuan penyemaian benih adalah untuk mengurangi akibat tanaman yang


belum siap dengan kondisi lahan, baik itu melindunginya dari cuaca ataupun
gangguan lainnya.

• Penanaman Monokultur

• Penanaman Sistem Campur

Penanaman sistem campur dilakukan dengan mengombinasikan tanaman


sumber energi dengan tanaman bawah yang menganut pola agroforestri.
PENGEMBANGAN KAYU ENERGI
• Pemupukan
Pemupukan pada lahan hutan biasanya
dilakukan dengan menggunakan bahan
organik berupa seresah atau pupuk
kendang dalam jumlah besar karena
mencakup areal yang luas.

• Hama dan Penyakit


Hama merupakan salah satu jenis
organisme pengganggu tanaman yang
keberadaannya sangat tidak diinginkan
karena besarnya kerugian yang
ditimbulkan akibat aktivitas hidup dari
organisme ini pada pertanaman
SILVIKULTUR HUTAN TANAMAN KAYU ENERGI DI INDONESIA
• Pertimbangan Karakteristik Kayu Energi, Kayu merupakan sumber bahan baku energi biomassa yang
sangat potensial untuk mensubtitusi energi fosil yang semakin berkurang. Karakterisasi dan sifat-sifat
kayu potensial sebagai bahan baku energi biomassa yang perlu menjadi pertimbangan
yaitu:

1. Kadar Air
Semakin tinggi kadar air kayu maka efisiensi energi menjadi semakin rendah karena dalam proses
konversi energi dari kayu tersebut akan lebih banyak kalor yang dibutuhkan untuk mengeluarkan air
menjadi uap sehingga energi yang tersisa dalam bahan bakar menjadi lebih kecil.

2. Kerapatan Kayu
Kerapatan kayu sering dijadikan parameter penduga kesesuaian kayu sebagai bahan baku energi
biomassa. Tiruno dan Sabit (2011) menyatakan bahwa kerapatan kayu memiliki korelasi dengan nilai
kalor yang dihasilkan. Nilai kalor cenderung semakin besar untuk jenis kayu berkerapatan tinggi.

3. Kadar Zat Terbang


Senyawa hidrokarbon, hidrogen dan nitrogen. Fauziah (2009) mengatakan semakin rendah kadar zat
terbang, maka semakin tinggi nilai karbon terikat yang menunjukkan semakin baik kayu sebagai
sumber energi.
4. Kadar Abu
Analisis kadar abu untuk kayu sebagai bahan energi sangat penting, karena akan
mempengaruhi mutu bahan bakar. Menurut Jamilatun (2011) abu yang terkandung dalam
bahan bakar padat adalah mineral yang tidak dapat terbakar dan tertinggal setelah
proses pembakaran dan reaksi-reaksi yang menyertainya selesai.
5. Kadar Karbon Terikat
Karbon terikat (fixed carbon) merupakan fraksi karbon selain fraksi abu, air, dan zat terbang
(Djatmiko 1981). Karbon terikat sangat berpengaruh pada rendemen arang dalam proses
karbonisasi dan berkontribusi pada nilai kalor kayu.
6. Nilai Kalor
Nilai kalor merupakan parameter utama yang digunakan untuk menilai bahan baku energi.
Nilai kalor merupakan hasil interaksi dari komponen kimia penyusun biomassa. Beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap nilai kalor kayu yaitu kadar karbon, zat terbang, kadar
abu, dan kadar air bahan (Basu 2012).
7. Jenis pohon Potensial sebagai kayu energi
JENIS POHON POTENSIAL SEBAGAI KAYU ENERGI
• Pilihan spesies untuk tanaman kayu energi bergantung pada laju pertumbuhan yang cepat, produksi biomassa
yang tinggi, ketahanan terhadap penyakit, opsi biokonversi, iklim, dan kondisi tanah (McKendry 2002; Laureysenset
al. 2004). Secara umum ciri-ciri jenis pohon bioenergi yang cocok antara lain:

1. Pertumbuhan awal yang kuat dan cepat selama rotasi;

2. Hasil tinggi (produksi maksimum bahan kering per hektar);

3. Kemampuan untuk mentolerir berbagai macam iklim dan kondisi lahan;

4. Mampu tumbuh secara monokultur;

5. Kemudahan perbanyakan dari biji dan stek;

6. Kemudahan pengelolaan, dengan biaya pengelolaan yang rendah;

7. Kebutuhan nutrisi yang rendah;

8. Karakteristik penebangan yang baik dengan kemampuan melakukannya dalam beberapa rotasi;

9. Ketahanan terhadap hama dan penyakit;

10. Periode rotasi pendek;

11. Silvikultur sederhana dan mudah.


PENGELOLAAN BIOMASSA KAYU SEBAGAI SUMBER ENERGI
Beberapa contoh hasil pengolahan biomassa dari kayu yang sering
kita jumpai antara lain :

1, Biobriket
• Biobriket merupakan bahan bakar padat yang mengandung karbon,
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan dapat menyala dalam
waktu yang lama. Biobriket ini merupakan arang yang diperoleh
dengan membakar biomassa kering tanpa udara dan dimampatkan
dengan bantuan perekat sehingga bentuknya menjadi lebih
teratur.Dengan penggunaan biobriket sebagai bahan bakar
maka kita dapat menghemat penggunaan kayu sebagai hasil utama
dari hutan.Dengan memanfaatkan serbuk gergaji sebagai bahan
pembuatan biobriket maka akan memanfaatkan limbah hasil hutan
sekaligus mengurangi pencemaran udara, karena selama ini serbuk
gergaji kayu yang ada hanya dibakar begitu saja.
2. Briket Kayu
• Briket kayu merupakanserpihan atau serbuk kayu yang diubah
bentuk, ukuran dankerapatannya dengan cara pengempaan
campuran serbuk kayu dengan bahan perekat mejadi produk yang
lebih efisien dalam penggunaannya sebagai bahan bakar.

3. Arang Kayu
• Arang kayu adalah ssuatu bahan padat yang berpori-pori
dan merupakan hasil pembakaran dari bahan berkayu yang
mengandung unsur karbon (C). Sebagian besar dari pori-porinya
masih tertutup dengan hidrokarbon dan senyawa organik
lain(Sudradjat, 2006). Komponen-komponennya terdiri dari
fixed carbon, abu, air,nitrogen dan sulfur. Bentuknya berupa
bongkahan-bongkahan berukuran kecil sekitar 5–10 cm dan
berwarna hitam pekat.
POTENSI KETERSEDIAAN SPESIES UNTUK
HUTAN TANAMAN
• Jati
• Sengon
• Gmelina
• Ekaliptus
• Kaliandra
• Balsa
• Pinus
• Kayu kuku, dll.
Terimakasih
Semoga
Bermanfaat
K1: 07/02/2023

Anda mungkin juga menyukai