Anda di halaman 1dari 16

RENCANA USAHA BUDIDAYA SENGON

RENCANA USAHA BUDIDAYA SENGON


Untuk Memenuhi : Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan
Dosen Pengajar : Ir. Setyo Indroprahasto, M.Si

DISUSUN OLEH:
GALIH INDRA PERMANA (20100212030)

FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN (INTAN) YOGYAKARTA
2013

l. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Usaha

Kerusakan hutan yang sangat parah dengan laju yang mencapai 1,8 juta hektar pertahun (data
Dep Hut), menyebabkan hutan alam tidak mampu lagi menjadi pemasok kayu utama untuk
bahan industri, padahal kebutuhan kayu tiap tahunnya sangat tinggi. Kerusakan hutan
mengakibatkan efek berantai, mulai dari kerusakan ekosistem, punahnya flora dan fauna,
serta munculnya berbagai bencana alam yang justru merugikan manusia, untuk itu
dibutuhkan solusi yang dapat mengatasi kerusakan hutan yang terus menerus sekaligus dapat
mencukupi kebutuhan perkayuaan. Keputusan Perhutani menjadi lembaga stabilisator harga
kayu tidak melulu karena bisnis. Ada alasan strategis dan tanggung jawab Perhutani sebagai
pengelola hutan jawa untuk menjaga daya dukung lingkungan di pulau yang terdapat di
Indonesia ini. Luas lahan hutan yang dikelola Perhutani hanya sekitar 19%. Padahal, tutupan
vegetasi hutan yang ideal untuk daya dukung lingkungan optimal adalah 30% dari luas
daratan. Di sinilah hutan rakyat memegang peranan penting untuk memenuhi kebutuhan
tutupan vegetasi hutan.
Pada awalnya sengon hanyalah pohon biasa yang tumbuh secara bebas di kebun-kebun rakyat
yang penanamannya belum memperhatikan kaidah-kaidah pembudidayaan tanaman. Saat itu
masyarakat mengenal sengon taklebih dari sekedar pohon yang kayunya dapat dijadikan kayu
bakar, daunnya untuk pakan ternak, dan pohonnya dapat dijadikan peneduh di perkebunan-
perkebunan teh, kopi atau vanili. Dengan adanya perkembangan dalam bidang perkayuan
yang sangat pesat dan semakin menipisnya ketersediaan kayu, saat ini sengon (paraserianthes
falcataria) merupakan jenis pohon yang cukup potensial untuk dikembangkan dalam dunia
perkayuaan, dikarenakan pertumbuhannya cepat, masa tebang lebih pendek, budidayanya
lebih mudah, dapat ditanam diberbagai kondisi tanah, kayunya cenderung lebih lurus,
produktivitasnya tinggi serta memiliki banyak manfaat dalam segi lingkungan.

B. PERUMUSAN MASALAH
Desa gunungsari, kecamatan Tlogowungu, kabupaten Pati, Provinsi Jawa tengah, merupakan
desa yang sebagian besar masyarakatnya bermatapencaharian sebagai petani. Kebanyakan
para petani melakukan budidaya tanaman palawija yang hasilnya tidak dapat meningkatkan
kesejahteraan hidupnya, padahal didaerah tersebut memiliki potensi lahan yang cocok sekali
untuk ditanami tanaman kayu, terutama tanaman sengon. Karena kuranya sosialisasi dari
pemerintah dan keterbatasan SDM yang dimiliki masyarakat desa tersebut, sehingga potensi
yang seharusnya bisa dikembangkan tidak dapat dilakukan.

C. Tujuan Usaha Budidaya Sengon


Adapun tujuan yang ingin di capai dalam usaha ini adalah:
1. Menumbuhkan minat petani untuk gemar menanam pohon.
2. Membatu petani dalam mengoptimalkan lahan milik/ pekarangan/ kebun yang tidak
produktif menjadi bernilai ekonomi, serta ramah lingkungan.
3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tanggap terhadap lingkungan.
4. Membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar.
5. Menciptakan usaha untuk meningkatkan perekonomiaan.
6. Mengikuti program pemerintah untuk dapat meningkatkan produksi hasil hutan berupa
kayu khususnya di daerah Pati.
7. Membantu menghambat pemanasan global yang saat ini kita rasakan.
8. Menyelamatkan lingkungan.

D. Alasan Usaha Budidaya Sengon


Di daerah Pati memiliki lahan yang cocok sekali untuk ditanami sengon. Lokasi relatif datar
dengan kemiringan maksimum 25%, dan ketinggian tempat antara 10-800m dpl, dengan
curah hujan tahunan rata-rata 2.000-4.000 mm.Lapisan solum tanah cukup tebal.Sengon
memiliki prospek menjanjikan untuk dibudidayakan baik sekala kecil maupun besar. Hal itu
di dukung oleh faktor-faktor berikut:
1. Cepat Panen
Tidak seperti bisnis kayu keras lainnya, bisnis sengon itu cepat panen. Ini artinya cepat
mendatangkan keuntungan. Hanya perlu waktu lima atau enam tahun untuk bisa memanen.
Bahkan, menikmati bisnis sengon bisa dimulai pada tahun ketiga (penjarangan tahap pertama,
saat itu kita memanen 10% dari pohon tertananam) dan tahun keempat (penjarangan tahap
kedua di mana kita memanen sebanyak 10%).

2. Investasi Murah
Siapapun bisa memasuki bisnis sengon. Ini disebabkan karena investasinya murah. Per
hektare membutuhkan total nilai investasi sampai panenhanya Rp 90.000.000,-
3. Mudah Pemeliharaan
Memelihara sengon itu gampang. Masyarakat Desa yang sudah turun temurun menanam
sengon secara tradisional, biasanya hanya memelihara sampai setinggi 2 meter, yang penting
sudah tidak dijangkau oleh kambing (Kambing adalah musuh utama sengon pada tahun
pertama), setelah itu benar-benar ditinggal dan lima tahun kemudian bisa panen. kenapa ini
bisa terjadi? karena Sengon pada hakekatnya mudah memeliharanya. Pola pemeliharaan
tradisional seperti ini tentu hasilnya tidak optimal, biasanya lima tahun hanya mendapapat
diameter 15 Cm.
Sengon bisa hidup dijenis tanah apa saja, kecuali tanah berlumpur. Sengon juga tidak
membutuhkan air banyak. Cukup ketika menanam pas di musim hujan (biasanya Desember -
Februari plus tiga minggu terakhir bulan April). Asal kena hujan minimal tiga kali dalam
seminggu setelah ditanam Sengon bisa hidup normal.
4. Daya Hidup Tinggi
Sengon juga mempunyai karakteristik unik; Mempunyai Daya Hidup Tinggi. Menanam
sengon tidak perlu risau, tidak perlu perlakuan khusus. Misalnya ketika dalam proses
pengangkutan bibit ke lokasi tanam ada yang patah batang, Sengon masih bisa ditanam
karena dalam waktu singkat bisa tumbuh trubus baru.
Kenapa Sengon punya daya hidup tinggi? Ini sangat terkait dengan kultur perakaran Sengon
yang menghunjam ke dalam dan melebar ke samping. Bahkan antara besaran batang dan
besaran akar hampir seimbang. Artinya kalau diameter batang 10 Cm, maka diameter akar
juga hampir 10 Cm. Daya jangkau akar yang luas dan mendalam inilah yang menyebabkan
Sengon mempunyai daya hidup yang tinggi, karena mempunyai jangkauan yang luas untuk
menyerap makanan dari dalam tanah.
5. Penyakit Ganas tapi Mudah Ditanggulangi
Dari sekitar 12 jenis penyakit Sengon, hanya dua yang perlu diwaspadai; Karat Puru
(kankernya Sengon) dan ulat Penggerek (Uter).
6. Tingginya Permintaan Pasar
Permintaan pasar terhadap kayu sengon cukup tinggi dan masih belum terpenuhi, sehingga
peluang pasar masih terbuka lebar.
7. Secara Bisnis Sangat Menguntungkan
Per ha, dengan jarak tanam 1X3 (3.300 pohon per ha), kita panen tahun ke 6 sebesar 70% dari
pohon tertanam, diameter batang antara 25-30 Cm ke atas dan harga jual Rp500 ribu per m3,
maka keuntungan bersih per ha Rp 576.959.800,-. Di mana total investasi hanya Rp
90.000.000,- . Jadi keuntungan Sengon itu berlipat-lipat.
8. Penyelamat Lingkungan
Alasan ini yang penting; Menyuburkan dan menghijaukan Bumi. Menanam sengon itu bisa
makin menyuburkan tanah, menjaga sumber-sumber air dan tentu menghijaukan bumi.
9. Lahan masih luas
Lahan untuk berbudidaya sengon masih tersedia luas, baik mengoptimalkan lahan
milik/pekarangan/kebun yang tidak produktif menjadi bernilai ekonomi serta ramah
lingkungan.

E. Volume Pasar
PT SGS sebagai penguasa pasar Sengon di Indonesia memprediksi bahwa dalam 5-10 tahun
yang akan datang kebutuhan Sengon akan naik 10 kali lipat. Setidaknya ada beberapa hal
yang menyebabkan ini terjadi;
Pertama, pada 5 tahun mendatang, negara tujuan ekspor seperti Amerika, Eropa dan Jepang
hanya mau menerima kayu hasil budidaya bukan kayu hasil hutan. Inilah yang menyebabkan
Sengon, sebagai salah satu kayu hasil budidaya akan mengambil posisi penting dalam
percaturan pasar ekspor dunia.

Kedua, ada 12 perusahaan besar di Indonesia yang fokus di Sengon, dan mereka tiap tahun
menaikkan kapasitas produksi sampai 20% dalam kondisi pasokan bahan baku masih kurang.
Kebijakan inilah yang terus memicu antara kebutuhan dan pasokan Sengon tidak akan pernah
seimbang.

Ketiga, masa panen yang lima tahun. Meski Sengon dikenal sebagai tanaman keras yang
masa panennya paling cepat, tapi tetap saja menyebabkan pasokan Sengon di pasar dalam dan
luar negeri terus kekurangan. Ini terjadi karena kebutuhan pabrik menyerap sengon per bulan
1,2 juta m3 baru terpenuhi 50% saja. Jadi intinya, kebutuhan tiap hari terus saja terjadi,
sementara panennya tiap lima tahun sekali.

Keempat, beberapa perusahaan besar seperti SGS kini telah memodifikasi mesin-mesinnya
agar bisa menyerap kebutuhan Sengon lebih besar. Sebelumnya, bentuk kayu yang harus
menyesuaikan mesin. Kini setelah ada modifikasi, bentuk mesin yang menyesuaikan kayu
Sengon. Efek dari kebijakan ini adalah SGS kini bisa menerima kayu Sengon pada diameter 8
Cm, sebelumnya hanya minimal 13-15 Cm.
Kelima, fungsi bahan substitusi yang terus naik prosentasenya. Semisal adalah bahan baku
tripleks. Sebelumnya komponen tripleks dari bahan Sengon hanya 60% saja, sekarang
Tripleks sudah 100% dari bahan baku Sengon. Efek dari itu semua, harga kubikasi Sengon
pun terus merangkak naik.

II. GAMBARAN UMUM USAHA


A. Latar belakang perusahaan
 Nama Perusahaan
Usaha ini nantinya akan di beri nama GARIFU SENGON.
 Perijinan
Bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 31/Menhut-II/2005 telah
ditetapkan ketentuan tentang pelepasan kawasan hutan dalam rangka pengembangan usaha
budidaya perkebunan.
 Struktur Organisasi Perusahaan
Pimpinan (saya sendiri)

Karyawan (masyarakat sekitar lahan)

 Upah Tenaga Kerja


Pemberian upah tenaga kerja akan diberikan dengan sitem harian. Tenaga kerja akan
diberikan upah sebesar Rp.25.000/hari.
 Jumlah tenaga kerja
Dalam luasan 1 ha, saya membutuhkan 10 orang tenaga kerja.

B. Financial
Modal
Untuk menjalankan usaha ini diperlukan modal untuk biaya produksi sebesar Rp.90.000.000,-
. Modal yang digunakan adalah modal saya pribadi.

Harga Jual
Jumlah tanaman per hektar lahan adalah berkisar 3.300 batang dan prediksi susut sebesar
10% atau sejumlah 330 batang. Maka setiap Ha lahan akan menghasilkan kayu yang dapat
dipanen sebanyak 2.970 batang. Harga jual yang saya rencanakan adalah sebesar
Rp.500.000,-/m3
lIl. PROSES USAHA

A. Lokasi Usaha
Usaha budidaya sengon ini berlokasi di Desa Gunungsari, Kecamatan Tlogowungu,
kabupaten Pati, Provinsi Jawa tengah. Alasan memilih lokasi tersebut karena biaya tenaga
kerja lebih murah, lokasi strategis dan lahannya cocok sekali ditanami sengon.
Layout Fasilitas Fisik

Keterangan :
A : Jalan
B : Gudang
C, D, E : Lahan

B. Sarana dan Prasarana Produksi

Bahan
 Bibit sengon
 Pupuk kandang/organik.
 Pupuk kimia
 Obat-obatan

Sarana dan Prasarana Produksi


 Lahan
 Sabit
 Cangkul
 Golok
 Ajir
 Sprayer 14 lt
C. Proses Produksi

1. Persiapan Lahan
Penyiapan lahan pada prinsipnya membebaskan lahan dari tumbuhan pengganggu atau
komponen lain dengan maksud untuk memberikan ruang tumbuh kepada tanaman yang akan
dibudidayakan. Cara pelaksanaan penyiapan lahan digolongkan menjadi 3 cara, yaitu cara
mekanik, semi mekanik dan manual. Jenis kegiatannya terbagi menjadi dua tahap ;

Pembersihan lahan, yaitu berupa kegiatan penebasan terhadap semak belukar dan
padangrumput. Selanjutnya ditumpuk pada tempat tertentu agar tidak mengganggu ruang
tumbuh tanaman.

Pengolahan tanah, dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah dengan cara mencanggkul
atau membajak (sesuai dengan kebutuhan).

2. Penanaman
a. Persiapan Tanam
Penanaman sengon diawali dengan pengaturan jarak tanam dan pembuatan lubang tanam.
Jarak tanam misalnya ditentukan 3x1 meter, dan ditandai dengan pemasangan ajir dari
bambu. Pada tempat inilah hendak di buat lubang tanam. Adapun ukuran tiap lubang adalah
panjang 30cm, lebar 30 cm, dan dalamnya 30 cm.
Ketika membuat lubang, tanah cangkulan bagian atas(20-25 cm) dan bagian bawah(5-10
cm)di pisahkan. Pada tanah-tanah cangkulan tersebut diberikan pupuk kandang. Pemberian
pupuk kandang di lakukan satu bulan sebelum tanam, dan kebutuhannya 20 t0n/hektar. Dua
minggu sebelum masa tanam, tanah bekas cangkulan dimasukan kembali kedalam lubang
seperti sediakala. Tanah cangkulan bagian bawah dikembalikan ke bagian bawah, dan tanah
cangkulan bagian atas juga dikembalikan kebagian atas
b. Cara Tanam
Sengon sebaiknya ditanam pada awal musim penghujan, atau pada bulan november-
desember, karna bibit tanaman ini cukup peka terhadap kekeringan. Namu boleh saja bibit
sengon ditanam diluar musim penghujan. Dalam hal ini, tentu saja membutuhkan penyiraman
pagi dan sore.
Sedangkan cara tanamnya adalah sebagai berikut: tanah pada lubang tanam tadi di gali
kembali sesuai kebutuhan besarnya bibit sengon. Lalu, kantong plasik bibit sengon disobek
dan dibuang. Masukan bibit sengon beserta tanahnya kedalam lubang tanam, lantas tanah
bekas galian ditimbunkan dan dipadatkan.

3. Pemeliharaan
Sesudah bibit sengon ditanam, tidak berarti seluruh pekerjaan selesai. Dalam kenyataan,
sering kali pengusahaan sengon tidak memperhatikan segi pemeliharaannya. Akibatnya sudah
dapat diduga, yakni produksi kayu sengon yang didapatkan pastilah dibawah rata-rata.
Untuk memperoleh produksi dan mutu kayu sengon yang sesuai dengan harapan kita,
tindakan pemeliharaan tidak boleh dilupakan. Tidak jauh berbeda dengan manusia, yang
sejak bayi perlu dirawat secara baik, demikian pula tanaman pada umumnya – termasuk
sengon – mutlak membutuhkan pemeliharaan. Pemeliharaan tanaman sengon meliputi:
penyulaman, penyiangan, pemupukan, penjarangan, serta pengendalian hama dan penyakit.
a. Penyulaman
Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan pemeriksaan ke kebun sengon. Bila
ditemukan pertumbuhan sengon yang layu, atau malah sudah mati, secepatnya dilakukan
penyulaman. Agar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman lain,
sebaiknya dipilih bibit yang baik disertai pemeliharaan yang intensif. Penyulaman ini berguna
untuk mengetahui jumlah tanaman yang sesungguhnya, dan nantinya digunakan untuk
memprediksi produk sengon yang dihasilkan.
b. Penyiangan
Gulma yang tumbuh liar di sekeliling tanaman sengon hendaknya dibersihkan, agar
kemampuan kerja akar dalam menyerap unsur-unsur hara dapat berjalan secara optimal.
Disamping itu, tindakan penyiangan juga dimaksudkan untuk mencegah datangnya hama dan
penyakit yang biasanya menjadikan rumput atau gulma lain sebagai sebagai tempat
persembunyian, sekaligus untuk memutus daur hidupnya.
Pada tahun-tahun permulaan sejak penanaman, tindakan penyiangan merupakan hal yang
amat penting untuk dilakukan, agar pertumbuhan tanaman sengon tidak kerdil atau
terhambat. Penyiangan selanjutnya dilakukan pada awal maupun akhir musim penghujan,
karena pada waktu itu banyak gulma yang tumbuh.
c. Pemupukan
Untuk mendapatkan produksi kayu sengon yang sesuai dengan harapan kita, tidak ada
salahnya jika kita memanfaatkan jasa pemupukan. Selain pupuk kandang yang telah
diberikan pada saat pembuatan lubang tanam, juga disusul dengan penggunaan pupuk
anorganik. Pada umur 3-4 bulan sejak tanam, diberikan pupuk sebanyak 40 kg urea, 80 kg
ZA, 120 kg TSP, dan 160 kg KCl. Kemudian, dengan dosis yang sama diulangi lagi pada
awal tahun kedua. Caranya pupuk tersebut dimasukkan ke dalam tanah, melingkari tanaman
sengon, berjarak 10-15 cm.

d. Penjarangan
Tujuan penjarangan adalah untuk memberikan kesempatan tumbuh lebih leluasa bagi
tanaman sengon yang tinggal. Biasanya penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 3
tahun, karena tajuknya sudah merapat. Penjarangan ini dapat menghasilkan tambahan
pendapatan, karena batang sengon sudah mencapai diameter sekitar 10-15 cm, sehingga dapat
digunakan bahan baku pembuatan kertas.
Cara penjarangan, pohon-pohon sengon ditebang menurut sistem “untu walang” (gigi
belalang) yakni:dengan menebang selang satu pohon pada tiap barisan dan lajur penanaman.
e. Pengendalian Hama dan Penyakit
Dari sekitar 12 jenis penyakit sengon, hanya dua yang perlu diwaspadai; karat puru
(kankernya sengon) dan ulat penggerek (uter). penyakit dan hama lainnya seperti kambing,
serbuan ribuan ulat, jamur nyaris lebih mudah ditanggulangi. bahkan serbuan ribuan ulat
yang sampai menghabiskan daun sampai 100% juga tidak perlu dirisaukan. penyakit tahunan
ini bahkan menjadi hiburan tersendiri karena ketika serangan itu terjadi, kita seperti
mendengar musik alam yang serempak "krak..krak..krak..." sangkin banyaknya ulat memakan
daun dalam waktu bersamaan.
Kita bahas dulu hama uter (ulat penggerek). jenis ulat ini mulai memakan batang sejak umur
0 tahun. biasanya mereka masuk ke batang, kemudian memangsa habis bagian tengah sebagai
inti sel penyalur makanan dari akar. akibatnya pohon mengalami layu batang pada daun
bagian atas, akibat suplai makanan terhenti. tapi saat menyerang batang berumur 3-5 tahun
menyebabkan batang berlubang tapi tidak sampai menyebabkan kematian. hanya
menyebabkan harga jual berkurang rp200 ribu per m3. Hama ini mudah sekali diketahui
gejalanya. kalau pohon tiba-tiba layu dan ada lubang kecil di batangnya, itu tanda sengon
terserang uter. nah, kalau lihat gejalanya segera lakukan pencegahan, caranya kupas kulit
batang sengon dari atas sampai bawah, laiknya orang telanjang. cara ini terbukti bisa
mencegah uter sampai 98%. menelanjangi pohon menyebabkan inti batang menjadi panas.
dan akan menyebabkan uter mati secara per lahan. dan lobang batang akan tertutup kembali.
Uter juga bisa dicegah dengan cara dikorek pada lubang yang terkena hama sampai ketemu
ulatnya (biasnya berwarna coklat) kemudian disemprot dengan insektisida. uter biasanya
menyerang hanya 10% saja dari sengon tertanam. jadi mudah dilokalisir dan segera dicegah.
Bagaimana dengan karat puru? di jawa timur hanya dalam enam bulan sebesar 120 ribu
hektare kebun sengon mati. dan penyakit ganas ini sudah mewabah secara hebat ke jawa
tengah, jawa barat, dan bali. sebaran penyakit ini selalu muncul di mana sentra sengon
berkembang. dan sebaran ini di bawa oleh angin, kayu panenan atau bibit dari daerah yang
sudah terserang. Tapi mari kita lihat bagaimana masyarakat ciamis menanggulangi karat puru
dengan cara mereka. hanya dengan larutan yang sangat sederhana, penyakit ini bisa dibasmi
sampai 92%. Meski ganas, karat puru juga mudah diketahui gejalanya. muncul bintil-bintil
hitam di daun. lalu apa yang pekebun ciamis lakukan? begitu muncul bintil-bintil pada daun,
daun kemudian dipangkas dan dikubur (jangan dibakar). setelah itu daun disemprot dan
batang dicat dengan campuran tiga jenis zat, yaitu kapur (1 kg), garam (0,1 kg) dan air (10
liter untuk semprot daun dan 5 liter untuk labur batang). lakukan dua minggu sekali. dengan
cara ini karat puru bisa dicegah secara sempurna.
f. Strategi Untuk Memperkecil Tingkat Kematian Di Lapangan
Saya memiliki strategi untuk memperkecil tingkat kematian pohon sengon di lapangan
dengan cara memberi kebebasan kepada para pekerja untuk mengolah tanah, disela-sela
tanaman pokok(sengon) dengan tanaman tumpangsari, pada jarak tanam yang 3 m. Tapi
dengan catatan, disamping para pekerja memelihara tanaman tumpangsarinya, juga sekaligus
menjaga tanaman pokok(sengon), yaitu dengan melakukan pengawasan rutin, kalau misalnya
ada pohon sengon yang terserang hama, penyakit atau bahkan mati, bisa langsung segera
ditangani. Dalam pemilihan jenis tanaman tumpang sari, kita juga harus benar-benar
memperhatikan jenis tanaman tumpangsari yang ditanam, jangan sampai tanaman
tumpangsari tersebut mengganggu pertumbuhan tanaman pokok(sengon). Jenis - jenis
tanaman tumpangsari yang tidak boleh ditanam pada sela-sela budidaya sengon, yaitu jenis
tanaman yang rakus sama unsur hara.

D. Produksi
Produksi kayu sengon selain dipengaruhi oleh teknologi pembudidayaannya, juga umur
tanaman itu sendiri. Semakin tua sengon semakin besar diameter kayunya, dan karna itu
Produksinya juga semakin tinggi. Besarnya diameter kayu yang hendak ditebang hendaknya
disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Jika kayu sengon hendak dijadikan bahan industri
kayu lapis, tentu membutuhkan diameter lebih besar dibandingkan untuk kotak kas, dan
sebagainya.
Sebaiknya prihal menebang pohon sengon kita memperhatikan juga pelestarian kemampuan
lingkungan. Artinya sebelum dilakukan penebangan sudah kita siapkan bibit-bibit sengon
yang baru.
E. Rencana Pemasaran
1. Pemasaran
Pemasaran kayu sengon relatif lebih mudah, karena kayu sengon merupakan jenis kayu yang
tingkat konsumsinya tinggi.Industri-industri yang menyerap kayu sengon diantara lain ;kayu
lapis, industri mainan anak, industri mebel, industri korek api, industri pulp, industri alas
sepatu, industri bahan bangunan, industri desain interior, industri seni arsitektur, industri
kertas, industri konstruksi dan non konstruksi.Pemasaran sengon di beberapa wilayah
biasanya dilakukan oleh tengkulak atau langsung dijual ke pabrik pemotongan kayu
(sawmill). Harga pasar kayu sangat beragam dan berbeda antara daerah satu dengan lainnya.
Saat ini asumsi harga kayu sengon Rp. 500.000/m3.

2. Target Penjualan
Dalam usaha budidaya sengon saya mencoba menargetkan penjualan 100% dari penyediaan
bahan baku, rencananya akan saya jual kepada tengkulak atau salah satu depo kayu sengon di
Pati, yang siap menerima kapasitas kayu sengon berapapun jumlahnya.

IV. ANALISA (SWOT)


Faktor Internal
Kekuatan Memiliki pengetahuan yang dibutuhkan serta sudah berpengalaman.
Kelemahan Membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengontrol dan mengawasi jalannya
usaha.

Faktor Eksternal
Peluang  Lahan pertanian yang masih cukup luas
 Peluang pasar masih terbuka lebar
 Sedikitnya pesaing
Ancaman  Kurangnya perhatian pemerintah terhadap para petani
 Iklim yang tidak menentu

Rencanajangka pendek : Memperluas lahan produksi budidaya sengon


Rencana jangka menengah : Melakukan perkembangan inovasi yang lain, contoh : melakukan
sistem tumpang sari budidaya tanaman empon-empon dibawah tegakan sengon.
Rencana jangka panjang : Dapat mengolah hasil produksi kayu sengon bulat menjadi kayu
gergajian atau kayu lapis.

V. ANALISA KELAYAKAN USAHA


CASH FLOW USAHA BUDIDAYA SENGON SELAMA SATU TAHUN
NO URAIAN HARGA TAHUN KE-1
Rp. UNIT JUMLAH
A. MODAL (Modal Pribadi) 90.000.000
B. BIAYA 41.651.000
B.1 Biaya Langsung 39.051.000
B.1.1 Biaya Sarana Produksi 16.251.000
1. Sewa Tanah 4.000.000/th 1Ha 4.000.000
2. Cangkul 50.000 10 500.000
3. Sabit 15.000 10 150.000
4. Golok 30.000 10 300.000
5.Sprayer 14 lt 400.000 1 400.000
5. Transportasi 2.500.000
6. Bibit Sengon 1.000 3.300 3.300.000
7. Ajir 500 3.300 1.650.000
8. Pupuk
Pupuk Kandang 100.000 30 3.000.000
Urea 2.000/kg 40 40.000
TSP 2.100/kg 120 126.000
ZA 1.500/KG 80 60.000
9. Obat-obatan 225.000
Insektisida 50.000 3
Fungisida 15.000 5

B.1.2 Biaya Tenaga Kerja 22.800.000


1. Persiapan Lahan 25.000 15 HOK 3.750.000
2. Gaji Manager 900.000 6thn 10.800.000
3. Pembuatan Lubang 25.000 4 HOK 1.000.000
4. Penanaman 25.000 7 HOK 1.750.000
5. Penyulaman 25.000 2 HOK 500.000
6. Penyiangan 25.000 10 HOK 2.500.000
7. Pemupukan 25.000 8 HOK 2.000.000
8. Pengendalian 25.000 2 HOK 500.000

B.2 Biaya Tidak Langsung 2.600.000


1. Biaya Penyusutan 600.000/thn 1 Ha 600.000
3. Biaya Overhead 5 % 2.000.000

Proyeksi PendapatanJika Modal Di Dapat Dari Modal Pribadi

Harga Jual kayu =Rp.500.000,-/m3


a. Penjarangan tahap I (umur 3 tahun)
Diameter 15 Cm atau untuk mencapai 1m3 perlu 4 pohon
Dipanen 330 pohon (10% dari pohon tertanam)
330 : 4 X 300.000 Rp 24.600.000
b. Penjarangan tahap II (umur 4 tahun)
Diameter 20 Cm atau untuk mencapai 1m3 perlu 3 pohon
Dipanen 330 pohon (10% dari pohon tertanam)
330 : 3 X 400.000 Rp 44.000.000
c. Panen Keseluruhan (umur 6 tahun)
Diameter 30 Cm atau untuk mencapai 1m3 perlu 2 pohon
Dipanen 2.310 pohon (70% dari pohon tertanam)
2.310 : 2 X 500.000 Rp 577.500.000

 Proyeksi Keuntungan
Keuntungan=Pendapatan – Total Pengeluaran
=Rp 646.100.000,-. – Rp 69.500.200,-
=Rp576.599.800,-
 Break Event Point (BEP)
• BEP Harga Produksi = Total Biaya Produksi
Jumlah kayu yang dijual(m3)
=Rp 92.840.200,-
1.247,5 m3
=Rp 74.400,-/m3
Titik impas harga produksi diperoleh bila harga jual sengon Rp 74.400,-/m3 dengan harga
jual pohon sengon Rp.500.000,-/m3, maka titik impas tercapai. Artinya usaha penjualan usah
budidaya sengon menguntungkan.

BEP Volume Produksi =Total Biaya Produksi


Harga Jual kayu Sengon
= Rp 92.840.200,-
Rp 500.000,-/m3
= 185,680 m3
Titik impas volume produksi diperoleh bila volume produksi pohon sengon 185,680 m3,
sedangkan volume produksi selama proses pengusahaan adalah 1.247,5 m3. Dengan
demikian titik impas tercapai. Artinya usaha budidaya sengon menguntungkan.
B/C ratio = KEUNTUNGAN
BIAYA TOTAL
= Rp576.599.800,-
Rp 69.500.200,-
= 8,29 %
Benefit cost ratio adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui besaran
keuntungan/kerugian serta kelayakan suatu proyek. Dalam hal ini Benefit cost ratio
mempunyai nilai 8,29 % sehingga usaha ini layak dijalankan karena usaha ini dapat
menguntungkan.

Proyeksi Pendapatan Jika Modal Di Dapat Dari Pinjam Bank


Jika saya melakukan usaha ini dengan meminjam modal dari bank, saya akan memilih
meminjam uang di PD.BPR Bank daerah Pati yang terkenal memiliki bunga yang rendah,
Jika saya meminjam uang sebesar Rp. 90.000.000,- dalam jangka waktu pengembalian 6
tahun, saya akan dikenai bunga sebesar 10,8 %. Angsuran hutang Bank dan biaya bunga tiap
bulannya yaitu sebesar Rp. 2.060.000,-. Jadi selama 6 tahun, biaya yang harus saya keluarkan
untuk membayar angsuran Bank dan bunganya yaitu sebesar Rp. 148.320.000,-
Proyeksi Keuntungan
Keuntungan = Pendapatan –(Total Pengeluaran + Angsuran Bank dan Bunganya)
= Rp. 646.100.000 – (Rp. 69.500.200 + Rp. 148.320.000)
= Rp. 646.100.000 – Rp. 217.820.200
=Rp. 428.279.800,-
 Break Event Point (BEP)
• BEP Harga Produksi = Total Biaya Produksi
Jumlah kayu yang dijual(m3)
= Rp 217.820.200,-
1.247,5 m3
=Rp 174.605,-/m3
Titik impas harga produksi diperoleh bila harga jual sengon Rp 174.605,-/m3 dengan harga
jual pohon sengon Rp.500.000,-/m3, maka titik impas tercapai. Artinya usaha penjualan
usaha budidaya sengon menguntungkan.
BEP Volume Produksi =Total Biaya Produksi
Harga Jual kayu Sengon
= Rp 217.820.200,-
Rp 500.000,-/m3
= 435,640 m3
Titik impas volume produksi diperoleh bila volume produksi pohon sengon 435,640 m3,
sedangkan volume produksi selama proses pengusahaan adalah 1.247,5 m3. Dengan
demikian titik impas tercapai. Artinya usaha budidaya sengon menguntungkan.
B/C ratio = KEUNTUNGAN
BIAYA TOTAL
= Rp576.599.800,-
Rp. 217.820.200
= 2,64 %
Benefit cost ratio adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui besaran
keuntungan/kerugian serta kelayakan suatu proyek. Dalam hal ini meskipun modal awal
didapat dari pinjam Bank , Benefit cost rationya masih mempunyai nilai 8,29 % sehingga
usaha ini layak dijalankan karena usaha ini dapat menguntungkan.

ANALISA KELAYAKAN USAHA DENGAN SISTEM PERBANDINGAN

Perbandingan Modal Jika Di Tabung DI Bank Dengan Modal Yang Dipergunakan Untuk
Usaha
Jika saya memiliki uang sebesar Rp. 90.000.000,- kemudian saya depositokan di Bank
dengan jangka waktu 6 tahun, maka saya akan mendapatkan bunga sebesar 8 % per bulan,
dengan ketentuan pengambilan bunga bisa dilakukan 1 tahun sekali pada akhir periode.
Bunga yang saya terima tiap bulannya yaitu sebesar Rp. 480.000,-. Jadi total hasil bunga
selama 6 tahun sebesar Rp. 34.650.000,-. Maka jumlah uang saya setelah 6 tahun menjadi Rp.
124.650.000,-
SEDANGKAN
Jika saya memiliki uang sebesar Rp. 90.000.000,- kemudian saya pergunakan untuk usaha
budidaya sengon, maka jumlah uang saya setelah 6 tahun yaitu sebesar Rp. 576.599.800,-
Dengan demikian usaha budidaya sengon ini layak untuk dijalankan.

VI. KESIMPULAN

1. Dalam menjalankan usaha budidaya sengon denan skala luasan 1 ha memiliki prospek
yang bagus hal itu terlihat dari rencana laporan laba rugi rata-rata per tahun yang
digambarkan dalam 6(enam) tahun kedepan.
Dalam 6(enam)Tahun Ke depan
NO TAHUN PENGELUARAN PENDAPATAN KEUNTUNGAN KETERANGAN
1 Tahun ke-1 41.651.000 Proses produksi
2 Tahun ke-2 21.851.000
3 Tahun ke-3 21.375.000 24.600.000
4 Tahun ke-4 21.375.000 44.000.000
5 Tahun ke-5 21.413.100
6 Tahun ke-6 31.905.100 577.500.000 576.599.800 Sengon sudah diproduksi
Jumlah 159.500.200 646.100.000 576.599.800 Sdh di potong PPN

Pengembalian modal dilakukan pada tahun ke-6 sesudah produksi.


Dari berbagai analisa usaha yang saya lakukan, jika modal didapat dari modal pribadi
ataupun jika modal dari pinjaman, usaha ini tetap menguntungkan. Jadi Usaha Budidaya
Sengon Ini Layak Untuk Dijalankan.

AKUNTANSI PERKEBUNAN DAN


PETERNAKAN
Kamis, 13 April 2017
Agrikultur

PERKEMBANGAN PERTANIAN DI DUNIA


Berdasarkan bukti-bukti peninggalan artefak, para ahli prasejarah saat ini bersepakat
bahwa praktik pertanian pertama kali berawal di daerah "bulan sabit yang subur" di
Mesopotamia sekitar 8000 SM. Pada waktu itu daerah ini masih lebih hijau daripada keadaan
sekarang. Berdasarkan suatu kajian, 32 dari 56 spesies biji-bijian budidaya berasal dari daerah
ini.
Daerah ini juga menjadi satu dari pusat keanekaragaman tanaman budidaya (center of
origin) menurut Nikolai Vavilov. Jenis-jenis tanaman yang pertama kali dibudidayakan di sini
adalah gandum, jelai (barley), buncis (pea), kacang arab (chickpea), dan flax (Linum
usitatissimum). Di daerah lain yang berjauhan lokasinya dikembangkan jenis tanaman lain
sesuai keadaan topografi dan iklim. Di Tiongkok, padi (Oryza sativa) dan jewawut (dalam
pengertian umum sebagai padanan millet) mulai didomestikasi sejak 7500 SM dan diikuti
dengan kedelai, kacang hijau, dan kacang azuki. Padi (Oryza glaberrima) dan sorgum
dikembangkan di daerah Sahel, Afrika 5000 SM. Tanaman lokal yang berbeda mungkin
telahdibudidayakan juga secara tersendiri di Afrika Barat, Ethiopia, dan Papua. Tiga daerah
yang terpisah di Amerika (yaitu Amerika Tengah, daerah Peru-Bolivia, dan hulu Amazon)
secara terpisah mulai membudidayakan jagung, labu, kentang, dan bunga matahari.
Kondisi tropika di Afrika dan Asia Tropik, termasuk Indonesia, cenderung
mengembangkan masyarakat yang tetap mempertahankan perburuan dan peramuan karena
relatif mudahnya memperoleh bahan pangan. Migrasi masyarakat Austronesia yang telah
mengenal pertanian ke wilayah kepulauan Indonesia membawa serta teknologi budi daya padi
sawah serta perladangan.

PERKEMBANGAN PERTANIAN DI INDONESIA


Sejarah pembangunan pertanian berawal pada masa orde baru. Pada awal masa ordebaru
pemerintahan menerima beban berat dari buruknya perekonomian orde lama. Tahun1966-1968
merupakan tahun untuk rehabilitasi ekonomi. Pemerintah orde baru berusahakeras untuk
menurunkan inflasi dan menstabilkan harga. Dengan dikendalikannya inflasi,stabilitas politik
tercapai yang berpengaruh terhadap bantuan luar negeri yang mulai terjamin dengan adanya
IGGI. Maka sejak tahun 1969, Indonesia dapat memulai membentukrancangan pembangunan
yang disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA).
AKUNTANSI AGRIKULTUR
1. Pengertian dan Gambaran Umum tentang Aset Biologis
Bagi entitas yang bergerak di industri perkebunan atau peternakan, maka akan
munculjenis aset yang khusus pada sederet klasifikasi aset yang dilaporkannya. Aset khusus
yang menjadi pembeda tersebut adalah aset biologis. Aset biologis adalah hewan atau tanaman
hidup (PSAK 69). Aktivitas agrikultur (agricultural activity) adalah manajemen transformasi
biologis dan panen aset biologis oleh entitas untuk dijual atau untuk dikonversi menjadi produk
agrikultur atau menjadi aset biologis tambahan.
Aset biologis adalah aset entitas berupa hewan dan atau tanaman (IAS 41). Sesuai
dengan karakteristik mengenai aset, maka aset biologis ini pun juga merupakan hasil dari
transaksi ekonomi entitas di masa lalu, dikendalikan sepenuhnya oleh entitas, dan juga
diharapkan akan memberikan manfaat bagi entitas di masa mendatang. Karakteristik khusus
yang melekat pada aset biologis terletak pada adanya proses transformasi atau perubahan
biologis atas aset ini sampai pada saatnya aset ini dapat dikonsumsi atau dikelola lebih lanjut
oleh entitas.

2. Kalsifikasi Aset Biologis


Transformasi biologis (biological transformation) terdiri dari proses pertumbuhan, degenerasi,
produksi, dan prokreasi yang mengakibatkan perubahan kualitatif atau kuantitatif aset biologis.
Tanaman produktif (bearer plant) adalah tanaman hidup yang:

1. digunakan dalam produksi atau penyediaan produk agrikultur;


2. diharapkan untuk menghasilkan produk untuk jangka waktu lebih dari satu periode; dan
(c) memiliki kemungkinan yang sangat jarang untuk dijual sebagai produk agrikultur,
kecuali untuk penjualan sisa yang insidental (incidental scrap).

Berikut ini bukan merupakan tanaman produktif (bearer plants):

1. tanaman yang dibudidayakan untuk dipanen sebagai produk agrikultur (sebagai contoh,
pohon yang ditanam untuk digunakan sebagai potongan kayu);
2. tanaman yang dibudidayakan untuk menghasilkan produk agrikultur ketika terdapat
kemungkinan yang sangat jarang bahwa entitas juga akan memanen dan menjual
tanaman tersebut sebagai produk agrikultur, selain sebagai penjualan sisa insidental
(sebagai contoh, pohon yang dibudidayakan baik untuk buahnya maupun potongan
kayu);
3. tanaman semusim (annual crops) (sebagai contoh, jagung dan gandum). Ketika
tanaman produktif tidak lagi digunakan untuk menghasilkan produk agrikultur,
tanaman tersebut dapat ditebang dan dijual sebagai sisa, sebagai contoh, untuk
digunakan sebagai kayu bakar. Penjualan sisa insidental tersebut tidak akan
menghalangi tanaman tersebut dari pemenuhan defi nisi tanaman produktif (bearer
plants).

PSAK 69
ED PSAK 69: Agrikultur memberikan pengaturan akuntansi yang meliputi pengakuan,
pengukuran, serta pengungkapan aktivitas agrikultur. ED PSAK 69 juga memberikan panduan
defi nisi beberapa istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini.
Secara umum ED PSAK 69 mengatur bahwa aset biologis atau produk agrikultur diakui
saat memenuhi beberapa kriteria yang sama dengan kriteria pengakuan aset. Aset tersebut
diukur pada saat pengakuan awal dan pada setiap akhir periode pelaporan keuangan pada nilai
wajar dikurangi biaya untuk menjual. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan
nilai wajar aset diakui dalam laba rugi periode terjadinya. Pengecualian diberikan apabila nilai
wajar secara jelas tidak dapat diukur secara andal.
ED PSAK 69 memberikan pengecualian untuk aset produktif yang dikecualikan dari ruang
lingkup Pernyataan ini. Pengaturan akuntansi aset produktif mengacu ke PSAK 16: Aset Tetap.
ED PSAK 69 memberikan pengaturan akuntansi atas hibah pemerintah tanpa syarat yang
terkait dengan aset biologis untuk diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan
diakui dalam laba rugi ketika, dan hanya ketika, hibah pemerintah tersebut menjadi piutang.
Namun ED PSAK 69 tidak mengatur tentang pemrosesan produk agrikultur setelah masa
panen; sebagai contoh, pemrosesan buah anggur menjadi minuman anggur (wine) dan wol
menjadi benang.
ED PSAK 69 berlaku efektif untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal
1 Januari 2017 dan dicatat sesuai dengan PSAK 25: Kebijakan Akuntansi, Perubahan
Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan. Penerapan dini diperkenankan. Entitas mengungkapkan
fakta tersebut jika menerapkan opsi penerapan dini.

IAS 41
IAS 41 mengatur mengenai perlakuan akuntansi, penyajian, dan pengungkapan
laporan keuangan terkait dengan aset biologis dan produk hasil pertanian pada saat masa panen
sejauh ada kaitannya dengan kegiatan pertanian. Menurut IAS 41 (2008:10) terkait dengan
pengakuan awal atas aset biologis adalah:
"Suatu entitas harus mengakui aset biologis atau pertanian memproduksi hanya ketika entitas
mengendalikan aset sebagai akibat dari peristiwa masa lalu, besar kemungkinan manfaat
ekonomi masa depan akan mengalir ke entitas, dan nilai wajar atau biaya aset dapat diukur
andal. "
Terkait dengan hasil produk agrikultur, maka entitas harus mengukurnya pada saat panen
sebesar nilai wajar dikurangi biaya penjualan. Tidak ada pengecualian terhadap nilai wajar atas
bagian produk yang tidak dapat diukur dengan andal karena nilai wajar produk agrikultur selalu
dapat diukur dengan andal. Persyaratan dalam pengukuran sesuai dengan IAS 41 adalah
sebagai berikut:

1. dikutip harga pasar di pasar aktif untuk aset biologis atau hasil pertanian adalah dasar
yang paling dapat diandalkan untuk menentukan nilai wajar dari aset tersebut. Jika
pasar aktif tidak ada, IAS 41 memberikan panduan untuk memilih dasar pengukuran
lain. pilihan pertama akan menjadi harga yang ditentukan pasar seperti harga pasar
terbaru untuk jenis aset, atau harga pasar untuk aset sejenis atau terkait (IAS41, 2008:
17-19).
2. Jika harga berbasis pasar yang dapat diandalkan tidak tersedia, nilai sekarang dari arus
kas bersih yang diharapkan dari aset harus digunakan, diskon pada tingkat yang
ditentukan pasar saat ini (IAS 41, 2008: 20).
3. Dalam keadaan yang terbatas, biaya merupakan indikator dari nilai wajar, di mana
sedikit transformasi biologis telah terjadi atau dampak dari transformasi biologis pada
harga tidak diharapkan untuk menjadi bahan (IAS 41, 2008: 24).
4. Nilai wajar aset biologis didasarkan pada harga pasar saat ini dan tidak disesuaikan
untuk mencerminkan harga sebenarnya dalam kontrak penjualan yang mengikat yang
menyediakan untuk pengiriman di masa mendatang (IAS 41, 2008: 16).

Secara umum, serangkaian aturan dalam negeri yang membahas mengenai akuntansi untuk
aset biologis masih cenderung menggunakan pendekatan akuntansi dengan konsep biaya
historis. Sedangkan untuk standar yang internasional, yaitu IAS 41, otomatis menggunakan
kerangka konseptual nilai wajar dalam memperlakukan aset biologisnya.
Berdasarkan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa poin kesimpulan mengenai
perlakuan akuntansi untuk aset biologis, yaitu:

 Pengukuran awal dalam menentukan nilai aset biologis dilakukan dengan


menggunakan metode biaya historis.
 Aset biologis akan mengalami tiga tahap reklasifikasi untuk pengakuan di dalam akun-
akun di laporan posisi keuangan, yaitu tahap Tanaman Belum Menghasilkan, Tanaman
Menghasilkan, dan Persediaan.
 Penurunan nilai aset biologis dilakukan berupa tanaman tahunan dapat dialami oleh
entitas pada masa aset berada dalam kualifikasi TBM, TM, maupun dalam bentuk hasil
produk tanamannya
 IAS 41 mengatur mengenai perlakuan akuntansi, penyajian, dan pengungkapan laporan
keuangan terkait dengan aset biologis dan produk hasil pertanian pada saat masa panen
sejauh ada kaitannya dengan kegiatan pertanian.

Sesuai dengan rerangka konseptual yang diterapkan dalam IFRS, maka IAS 41 ini
menggunakan metode akuntansi dengan menerapkan konsep fair value accounting. Penerapan
revaluation model dalam pencatatan terhadap kelompok akun aset tetap, termasuk akun
tanaman perkebunan (aset biologis), dilakukan berdasarkan nilai wajarnya.

 Penyajian aset biologis, berupa tanaman perkebunan, dikelompokkan dalam akun


persediaan dan akun aset tidak lancar. Akun persediaan akan menampung tanaman
perkebunan yang telah siap dijual menurut jenis usaha entitas. Akun aset tidak lancar
akan menampung tanaman perkebunan milik entitas yang belum bisa dijual karena
masih mengalami proses pertumbuhan. Klasifikasi yang selanjutnya adalah tanaman
perkebunan yang disajikan sebagai aset tidak lancar entitas. Di lingkungan industri
perkebunan, aset tidak lancar berupa aset biologis ini sering juga disebut dengan akun
tanaman produksi. Tanaman produksi disajikan dalam laporan posisi keuangan entitas
sebagai tanaman perkebunan yang merupakan bagian dari kelompok aset tidak lancar.
 Pengukuran menggunakan konsep fair value ini menjawab kelemahan penyajian aset
biologis jika menggunakan konsep biaya historis. Dengan konsep ini, entitas tetap dapat
mengetahui laba atau rugi bersih yang dialaminya pada periode-periode selama proses
transformasi biologis pada tanaman perkebunan sampai tanaman tersebut dapat
menghasilkan manfaat ekonomis bagi entitas.

Diposting oleh Unknown di 09.18 Tidak ada komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Beranda
Langganan: Postingan (Atom)

Arsip Blog
 ▼ 2017 (1)
o ▼ April (1)
 Agrikultur

Tema Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai