Anda di halaman 1dari 22

Pembangunan Hutan Tanaman

Kompetensi Utama: Profesional


Kompetensi Inti Guru: Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
Kompetensi Dasar: Memahami konsep dan prinsip pembangunan hutan tanaman,
Menerapkan Teknik-Teknik Penebangan Hasil Hutan Kayu Yang
Ramah Lingkungan (Reduced Impact Logging)

Pembangunan hutan tanaman merupakan salah satu program Kementerian Kehutanan


yang sedang digalakkan. Di masa depan hutan tanaman diharapkan menjadi pemasok utama
industri perkayuan dalam negeri dan untuk memenuhi kebutuhan kayu untuk masyarakat.
Menurut Data Release Ditjen Bina Usaha Kehutanan (2011) jumlah IUPHHK-HTI sampai
Triwulan II tahun 2011 sebanyak 245 unit dengan luas lahan 9.927.792 ha. Pencadangan
areal untuk Hutan Tanaman Rakyat (HTR) di 103 kabupaten/kota yang tersebar di 26
provinsi sampai Triwulan II tahun 2011 seluas 650.662,73 ha.
Hutan tanaman memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan hutan alam.
Keuntungan hutan tanaman antara lain:
1. Produktivitas tegakan tinggi. Dengan jumlah tanaman pada akhir panen 200-400
pohon per ha dapat dihasilkan kayu 150-250 m3 per hektar melalui teknik silvikultur
yang intensif (SILIN)
2. Kayu yang dihasilkan seragam meliputi jenis yang seragam, ukuran kayu pada saat
panen yang relatif sama besarnya sehingga memudahkan untuk bahan baku industri
perkayuan
3. Menyediakan lapangan kerja yang cukup banyak mulai dari persiapan lahan,
penanaman pohon, pemeliharaan sampai penebangan. Tenaga kerja yang diserap
khususnya tenaga kasar (buruh) cukup banyak sehingga dapat mengurangi
pengangguran
4. Dampak pembangunan hutan tanaman baik langsung maupun tidak langsung dapat
menggerakkan perekonomian di suatu lokasi. Misalnya hutan tanaman mangium di

Sumber Belajar PLPG 2016 Halaman ke 1 dari 22 halaman


Sumatera Selatan (PT Musi Hutan Persada) dan di Riau (PT Riau Andalan Pulp and
Paper).
Indonesia memiliki berbagai keunggulan dalam pembangunan hutan tanaman diantaranya :
posisi Indonesia di daerah tropis dimana cahaya matahari sekitar 12 jam dan tidak terdapat
musim dingin; Curah hujan yang sangat penting bagi pertumbuhan pohon terdapat dalam
jumlah yang cukup sehingga pertumbuhan pohon dapat dicapai secara maksimum. Sebagai
contoh pertumbuhan pohon sengon sangat cepat dimana pada umur lima tahun mencapai
diameter 20-25 cm dan sudah dapat dipanen; tenaga kerja di Indonesia cukup banyak
sehingga tidak sulit memperoleh tenaga; lahan utnuk penanaman tersedia cukup luas
dimana Kementerian Kehutanan telah mencadangkan lahan cukup luas untuk pembangunan
hutan tanaman.
Progam penanaman satu milyar pohon pada tahun 2011 dan tahun-tahun berikutnya dan
pembangunan hutan tanaman oleh perusahaan dan masyarakat perlu didukung oleh hasil-
hasil IPTEK diantaranya yang terkait dengan Pemilihan jenis pohon yang tepat.
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi yang terkait dengan Pemilihan Jenis
Pohon untuk Pembangunan Hutan Tanaman. Diharapkan tulisan ini bermanfaat bagi para
pengguna terutama para penyuluh kehutanan.

TUJUAN PENANAMAN
Sebelum melaksanakan pembangunan hutan tanaman , perlu ditetapkan tujuan
pembangunan hutan tanaman.
Tujuan Pembangunan Hutan Tanaman bervariasi diantaranya untuk menghasilkan :
1. Kayu pertukangan termasuk kayu lapis, kayu gergajian, ukiran dll
2. Kayu serat seperti bahan baku pulp dan kertas
3. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) diantaranya rotan, sagu, penghasil getah, penghasil
buah, penghasil kulit, minyak atsiri dll
4. Kayu energi seperti wood pellet, kayu bakar, arang, arang aktif dll
5. Rehabilitasi lahan kritis seperti padang alang-alang, sempadan sungai dll

KESESUAIAN JENIS POHON DAN TAPAK


Pembangunan hutan tanaman bertujuan untuk memperoleh hasil sesuai yang diharapkan
seperti produktivitas yang tinggi, tumbuh secara baik dan normal serta daur yang ekonomis.

Sumber Belajar PLPG 2016 Halaman ke 2 dari 22 halaman


Berkaitan dengan itu jenis pohon yang akan ditanam haruslah sesuai dengan tapak (Species
site matching). Jenis yang tumbuh di rawa tidak cocok bila ditanam dilahan kering. Begitu
pula jenis pohon yang tumbuh di dataran rendah tidak akan tumbuh maksimal bila ditanam
di dataran tinggi. Jenis pohon di daerah tropik umumnya tumbuh kurang baik di daerah
temperate. Jenis pohon yang tumbuh pada daerah-daerah dengan curah hujan tinggi kurang
cocok ditanam pada daerah dengan curah hujan yang rendah.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pembangunan hutan tanaman khususnya
kesesuaian jenis dan tapak (site) adalah:
1. Ketinggian diatas permukaan laut atau altitude
2. Curah hujan tahunan dan hari hujan pada lokasi yang akan ditanam haruslah
memenuhi persyaratan tumbuh jenis yang akan ditanam
3. Jenis tanah pada tapak yang akan dibangun hutan tanaman. Sebagai contoh jenis
pohon jati mempunyai kualitas yang baik jika ditanam pada tanah berkapur dengan
musim kemarau dan musim hujan yang jelas misalnya di daerah Cepu (Jawa Tengah).
4. Kebutuhan cahaya (naungan). Jenis-jenis pohon paling tidak terdiri dari jenis yang
perlu cahaya penuh (full light demanders) misalnya Acacia mangium, jenis yang perlu
nanungan pada umur muda misalnya jenis-jenis meranti merah
5. Suhu dan kelembaban di pada lokasi tanaman

JENIS-JENIS POHON TUMBUH CEPAT (FAST GROWING SPECIES)


Jenis-jenis pohon yang dikategorikan kedalam jenis pohon tumbuh cepat umumnya
mempunyai daur tebang atau panen pohon dalam waktu kurang dari 10 tahun. Indonesia
memiliki banyak jenis-jenis pohon asli yang tumbuhnya cepat bahkan sangat cepat bila
menggunakan teknik penanaman yang tepat.
Contoh jenis-jenis pohon tumbuh cepat diantaranya adalah:
1. Sengon (Falcataria moluccana)
2. Mangium (Acacia mangium Wild)
3. Ekaliptus (Eucalyptus pellita, E.urolhylla, E.eurograndis)
4. Nyawai (Ficus variegata)
5. Jabon (Anthocephalus cadamba)
6. Tisuk (Hibiscus macrophyllus Roxb.)

Sumber Belajar PLPG 2016 Halaman ke 3 dari 22 halaman


7. Manglid (Manglietia glauca Bl.)

JENIS-JENIS POHON TUMBUH SEDANG DAN LAMBAT (MODERATE AND SLOW GROWING)
Masa panen atau daur tebang jenis pohon tumbuh sedang berkisar antara 10-30 tahun dan
jenis pohon tumbuh lambat mempunyai daur tebang lebih dari 30 tahun. Umumnya kayu
pertukangan, kayu untuk mebel dan ukiran termasuk dalam jenis tumbuh sedang dan
lambat.
Contoh jenis pohon tumbuh sedang antara lain:
1. Meranti merah (Shorea leprosula, S.parvifolia, S.johorensis )
2. Kapur (Dryobalanops lanceolata, D.aromatica)
3. Pulai (Alstonia scholaris, A.sngustiloba)
4. Mahoni (Swietenia macrophylla)
5. Kayu bawang (Disoxylum molissinum )
6. Bambang lanang (Michelia champaka)
7. Cempaka (Elmerillia champaca)
8. Jelutung (Dyera polyohylla Miq.)
9. Mahoni Afrika (Khaya anthorheca)
10. Kayu Afrika (Maesopsis eminii Engl.)
11. Pinus (Pinus merkusii)
Contoh jenis pohon tumbuh lambat antara lain:
1. Ulin (Eusideroxylon zwageri )
2. Eboni (Diospyros celebica)
3. Jati (Tectona grandis L.f)
4. Tembesu (Fagraea fragrans)
5. Sungkai (Peronema canescens Jack)
6. Bangkirai (Shorea laevis)
7. Sonokeling (Dalbergia latifolia )

PEMILIHAN JENIS POHON


Pemilihan jenis pohon yang akan ditanam dalam pembangunan hutan tanaman sangat
penting. Mengingat investasi yang besar dan waktu yang dibutuhkan untuk panen cukup
lama yaitu berkisar antara 10-30 tahun maka penentuan jenis pohon jangan sampai salah,

Sumber Belajar PLPG 2016 Halaman ke 4 dari 22 halaman


apalagi biula dikaitkan dengan selera pasar pada saat panen nantinya.
Untuk jenis pohon tumbuh cepat yang umumnya digunakan untuk bahan baku pulp dan
bahan bangunan ringan waktu yang dibutuhkan relatif lebih singkat dibandingkan dengan
jenis tumbuh sedang dan lambat, karena itu jenis yang dipilih harus tepat dengan
mempertimbangkan berbagai aspek.
Menurut Ditjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (2004) dalam Mile (2007) berbagai
produk dan jasa yang mempunyai nilai komersial untuk pengembangan hutan rakyat
diantaranya :
1. Hasil hutan berupa kayu pertukangan untuk bangunan, mebel, perkakas kerajinan
2. Kayu lapis, pulp dan kertas
3. Hasil hutan bukan kayu yang dihasilkan dari tanaman serbaguna (MPTS) berupa
buah-buahan, biji-bijian, bunga-bungaan, getah-getahan, rotan bamboo, gaharu,
damar, minyak resin , lebah madu dan sutera alam
4. Hasil pertanian berupa buah-buahan, sayur-sayuran umbi-umbian dan bunga-
bungaan
5. Hasil tanaman industri berupa tanaman rempah, tanaman obat dan minyak resin
serat
6. Jasa lingkungan dari ekosistem hutan yang dapat dikembangkan sebagai obyek
wisata alam
7. wisata petualangan, hutan pendidikan dan hutan penelitian

Selanjutnya Winrock International (1992) mengemukakan kriteria umum dalam pemilihan


jenis untuk ditanam yaitu :
1. Mudah beradaptasi terhadap kondisi tanah dan iklim yang ada
2. Tahan terhadap hama dan penyakit
3. Sedikit biaya dan waktu untuk pengolahan
4. Tahan terhadap kekeringan dan tekanan iklim lainnya
5. Toleran terhadap perlakuan pemangkasan dan trubusan
6. Memiliki pertumbuhan awal yang cepat
7. Mempunyai percabangan rendah yang dapat dengan mudah dipotong dengan
peralatan sederhana dan mudah diangkut
8. Mempunyai kadar air kayu yang rendah sehingga mudah dikeringkan

Sumber Belajar PLPG 2016 Halaman ke 5 dari 22 halaman


9. Mempunyai kegunaan lain yang dapat menyokong kehidupan petani
10. Mempunyai karakteristik akar yang baik

Beberapa persyaratan dalam pemilihan jenis pohon untuk tujuan reboisasi dan pemulihan
lahan terdegradasi dikemukakan oleh Gintings et.al., 1995 sebagai berikut:
1. Mampu tumbuh ditempat terbuka
2. Dapat bersaing dengan alang-alang secara cepat
3. Jenis yang dipilih disenangi oleh masyarakat disekitar
4. Mudah memperoleh biji
5. Mudah bertunas setelah terbakar
6. Dapat bersimbiose dengan jasad renik tanah

Arsyad (1989) dalam Kosasih et.al., (2009) mengemukakan jenis-jenis pohon untuk ditanam
pada lahan-lahan terdegradasi sebaiknya memenuhi criteria yang berikut:
1. Termasuk dalam kategori jenis cepat tumbuh
2. Dapat menghasilkan serasah yang banyak
3. Memiliki sistem perakaran yang melebar dan kuat
4. Mempunyai nilai ekonomi
5. Mampu memperbaiki tanah misalnya jenis lamtoro
6. Mempunyai tajuk pohon yang lebat.
7. Keselamatan Pekerjaan
8. Jarak aman
Sebelum penebangan dilakukan, Anda harus memastikan bahwa tidak ada orang
dalam jarak setidaknya dua kali tinggi pohon dari pohon yang akan Anda
jatuhkan. Anda dan rekan kerja Anda harus menggunakan pakaian atau jaket
berwarna atau rompi agar mudah terlihat satu sama lain dan orang yang lewat di
sekitar area penebangan.

Sumber Belajar PLPG 2016 Halaman ke 6 dari 22 halaman


Rencanakan penebangan
Mulai perencanaan pekerjaan penebangan sebelum Anda menebang. Tentukan
arah rebah. Perhatikan faktor-faktor yang berbeda yang dapat mempengaruhi
penebangan, seperti arah angin, kekuatan angin, kemiringan dan hambatan di
seluruh daerah kerja.
Pelajari pohon. Apakah sudah rusak oleh pembusukan, retak atau ada beberapa
faktor lainnya? Apakah ada risiko cabang/ranting kering atau rusak jatuh dari
pohon atau dari pohon yang berdekatan? Apakah pohon condong ke satu arah
tertentu? Ke arah mana harus pohon ditebang, perhitungkan pekerjaan awal
agar memudahkan pekerjaan berikutnya?
Untuk pekerjaan limbing berikutnya, disarankan untuk mengambil ketinggian
kerja yang sesuai. Misalnya, Anda dapat memastikan bahwa pohon itu dijatuhkan
ke arah batang pohon yang sudah jatuh, batu atau elevasi lainnya di area itu.
Hati-hati terhadap bagian bawah pohon yang ditebang karena bisa saja ada
hentakan di situ.

Sumber Belajar PLPG 2016 Halaman ke 7 dari 22 halaman


Seberapa jauh pohon akan mencapai jarak untuk jatuh?
Ketika menebang pohon dekat dengan bangunan, penting untuk memperhatikan
jarak jatuh pohon. Salah satu cara adalah dengan menggunakan prinsip-prinsip
geometris sederhana dan menentukan titik di tanah yang membentuk segitiga
sama sisi dan siku-siku, yaitu jarak yang sama dengan tinggi pohon. Prinsip ini
dapat ditentukan dengan menggunakan tongkat kayu. Pegang tongkat sehingga
jarak mata Anda ke tongkat sama dengan panjang tongkat, dan sudut antara dua
sisi segitiga menjadi lurus. Ketinggian mata Anda terhadap tanah sama dengan
ketinggian pada pohon yang tidak dihitung pada prinsip perhitungan ini. Hasil
yang didapat pada perhitungan ketinggian pohon tadi akan ditambahkan jarak
dari tanah ke mata Anda.

Jatuhkan ke arah alami jatuh jika mungkin Sebagian besar pohon memiliki arah
alami jatuh. Hal ini dipengaruhi oleh kecondongan pohon, bentuk cabang dan
setiap beban yang ada. Jika Anda tidak yakin dengan bentuk pohon yang
condong, bergerak sedikit menjauh dari pohon dan periksa dengan
mistar/pengukur tegak lurus.

Sumber Belajar PLPG 2016 Halaman ke 8 dari 22 halaman


Pada tingkat tertentu, memungkinkan bagi Anda untuk mengarahkan jatuhnya
pohon sesuai pada musim gugur, tapi cara ini membutuhkan biaya dan
meningkatkan risiko serta aktivitas fisik tambahan. Hal ini membutuhkan
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman bersama dengan alat pendukung
yang tepat. Pohon dengan kayu yang sudah lemah, seperti pohon yang mati atau
membusuk, harus selalu ditebang ke arah termudah.

Pohon yang condong ke arah tertentu, bentuk pohon, panjang pohon, diameter
pohon, jenis pohon dan pembusukan merupakan faktor yang mempengaruhi
penebangan pohon, serta kemiringan tanah, arah angin, saluran udara, jalan dan
bangunan juga harus diperhatikan.

Pemanenan terdiri dari 3 kegiatan utama yaitu penebangan, penyaradan (memindahkan


kayu dari petak tebang ke TPN) dan pengangkutan (mengeluarkan kayu dari hutan menuju
tempat tujuan pengangkutan). Pemanenan merupakan kegiatan kehutanan dengan resiko
kesehatan dan kecelakaan kerja serta menimbulkan kerusakan lingkungan yang tinggi
sehingga pengetahuan tentang teknik pemanenan sesuai standar dan prosedur yang benar
sangat diperlukan. Dengan memiliki pengetahuan tersebut diharapkan saat bekerja di
lapangan akan sesuai dengan standar dan prosedur yang benar. Saat ini telah dikembangkan

Sumber Belajar PLPG 2016 Halaman ke 9 dari 22 halaman


pendekatan penerapan teknik pemanenan yang ramah lingkungan yang dikenal dengan RIL
(Reduce Impact Logging).

RIL adalah suatu pendekatan sistematis dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi pemanenan kayu yang memperhatikan fungsi produksi dan konservasi hutan. RIL
bertujuan untuk mengurangi pengaruh negatif pemanenan kayu terhadap lingkungan dan
dapat menghasilkan pemanfaatan sumber daya hutan yang maksimal dan lestari.

Dalam konsep RIL ada 6 titik krusial perbaikan teknik dan teknologi pemanenan kayu yaitu:
1. Perncanaan sebelum pemanenan
2. Pembukaan wilayah hutan
3. Operasi penebangan
4. Operasi penyaradan
5. Operasi pengangkutan
6. Operasi perbaikan terhadap kerusakan setelah pemanenan kayu

Ciri – ciri penerapan RIL adalah:


1. Peta pohon dan garis kontur berskala besar
2. Peta rencana pemanenan kayu yang memuat informasi
a. Garis kontur
b. Areal yang dilindungi
c. Lokasi pohon masak tebang, pohon inti, pohon dilindungi dan pohon induk
d. Jaringan jalan, TPN dan jaringan jalan sarad
e. Rencana arah penyaradan dan arah rebah pohon yang akan ditebang
3. Penggunaan peta pemanenan kayu dalam operasi penebangan dan penyaradan
4. Penebangan sesuai dengan arah rebah yang direncanakan dan menggunakan teknik
yang tepat
5. Pembuatan jalan sarad sesuai dengan rencana
6. Menggunakan teknik winching
7. Koordinasi operator chainsaw dan operator traktor penyarad
8. Training terhadap pekerja, operastor chainsaw, operator traktor, mandor, supervisor
dan inspector blok secara teratur

Sumber Belajar PLPG 2016 Halaman ke 10 dari 22 halaman


9. Breefing rutin mengenai prosedur teknik
10. Menerapkan tarif upah yang adil dan transparan

a. Teknik Penebangan

Penebangan adalah proses merubah pohon berdiri menjadi batang rebah dengan
dampak yang kecil. Penebangan dilakukan untuk memperoleh kayu untuk suatu
keperluan dan dalam rangka pemeliharaan hutan (penjarangan). Prinsip dalam
melakukan penebangan adalah meminimalkan kecelakaan, kerusakan terhadap pohon
yang ditebang, tegakan sisa, tanah dan air.

Satu regu tebang terdiri dari 1 orang operator chainsaw dan 4 -5 helper. Helper memiliki
tugas untuk membantu persiapan sebelum penebangan, membersihkan cabang dan
ranting dan melakukan pengukuran saat pembagian batang.

Hutan hujan tropis seperti di Indonesia merupakan sebuah lingkungan kerja dengan
tingkat bahaya yang tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh tinggi pohon yang diatas 40 m, serta
tajuk yang lebar dan tidak teratur. Selain itu, tajuk yang saling terkait antara pohon
menyulitkan untuk menentukan arah rebah dalam penebangan.

Dengan memperhatikan kondisi tersebut maka terdapat beberapa kondisi yang


menimbulkan resiko dalam kegiatan penebangan, yaitu:
1. Kayu mungkin tersangkut cabang dan liana saat akan tumbang
2. Cabang dari pohon yang ditebang ataupun pohon didekatnya dapat patah saat
proses jatuhnya pohon
3. Pohon yang berdekatan saat penebangan akan memicu “kick-back” dengan arah
yang tidak dapat diprediksi
4. Liana dapat patah dan berbalik arah dengan arah yang tidak dapat diprediksi
5. Tumbangnya pohon dapat menekan pohon lain sehingga dampak yang ditimbulkan
2 kali tinggi pohon yang tumbang
Selanjutnya perlu dilakukan usaha untuk meminimalisir resiko kerja dalam penebangan.
Beberapa hal yang perlu dilakukan adalah :

Sumber Belajar PLPG 2016 Halaman ke 11 dari 22 halaman


1. Penebang selalu dibantu oleh helper. Komunikasi sebelum pohon jatuh harus baik
sehingga final cut tidak dilakukan sebelum helper menyatakan kondisi aman
2. Selalu menjaga jarak aman antara regu tebang
3. Menunggu beberapa saat setelah pohon jatuh sebelum dilakukan pembagian
batang, untuk menghindari cabang yang tersangkut pada pohon lain
4. Saat bekerja dekat jalan atau tempat dengan banyak orang, berikan peringatan akan
adanya pohon yang akan tumbang
5. Pastikan saat ada orang lain masuk area penebangan telah memakai alat pelindung
diri
6. Pastikan penebang memahami teknik penebangan sehingga akan meminimalkan
resiko kerja dan limbah kayu
7. Perusahaan harus melengkapi penebang dengan alat-alat keselamatan diri

Beberapa alat keselamatan diri yang harus digunakan dalam penebangan adalah:
1. Helm
2. Sarung tangan
3. Penutup telinga
4. Kaca penutup muka
5. Baju dan celana panjang
6. Sepatu boot
7. Chainsaw harus dilengkapi
dengan penghenti rantai otomatis
Sebelum melakukan penebangan maka penebang perlu memiliki beberapa pengetahuan
dasar antara lain:
1. Kemampuan menentukan arah rebah ke arah jalan sarad
2. Kemampuan menebang dengan dampak yang kecil
3. Pohon yang akan dipanen pada periode berikutnya menjadi salah satu faktor
pertimbangan dalam menentukan arah rebah
4. Pengalaman menebang akan dapat menghindari jatuh pohon di tanah yang tidak
rata, batang retak yang akan mengurangi volume kayu

Sumber Belajar PLPG 2016 Halaman ke 12 dari 22 halaman


5. Penebangan harus dilengkapi dengan peta topografi yang menggambarkan area
penyangga, daerah yang curam dan peta pohon sehingga dapat mengarahkan arah
rebah ke jalan sarad sehingga penyaradan lebih efektif
6. Lebih baik apabila memiliki buku saku kebijakan penebangan di perusahaan

Persiapan sebelum penebangan:

Persiapan sebelum penebangan merupakan hal mutlak yang harus dilakukan. Setelah regu
tebang mempersiapkan chainsaw, memastikan kondisi alat baik dan dapat beroperasi,
termasuk mempersiapkan bahan bakar. Beberapa hal yang harus dilakukan sebelum
melakukan penebangan adalah:
1. Menentukan arah rebah
2. Membersihkan bagian bawah pohon dan mempersiapkan gergaji mesin
3. Liana pada pohon harus dipotong
4. Helper membersihkan daerah disekitar pohon dan area penyelamatan
5. Membuat takik rebah menghadap arah rebah

Gambar 1: copyright Operational consideration for reduce impact logging

Sumber Belajar PLPG 2016 Halaman ke 13 dari 22 halaman


Kegiatan membersihkan rintangan berupa liana bertujuan untuk meminimalisir bahaya
kecelakaan kerja, kerusakan alat dan mempermudah pekerjaan penebangan. Pada
perusahaan kegiatan ini biasanya disebut pengimasan. Kegiatan ini juga bertujuan untuk
memudahkan membuat takik rebah dan takik belas serta memotong banir pohon sheingga
memungkinkan tunggul yang ditinggalkan rendah (di atas banir untuk pohon berbanir) dan
sekitar 5 – 10 cm diatas tanah untuk pohon tidak berbanir. Pelaksanaan pengimasan
dilakukan saat akan menebang namun pada perusahaan besar dapat dilakukan 1 bulan
sebelum penebangan sebagai persiapan penebangan.

Dalam Endom, Wesman dan Sukanda. 2009. Disampaikan bahwa di perusahaan Hutan
Tanaman Industri (HTI) tertentu telah menjadi prosedur bahwa sebelum dilakukan
penebangan ada kegiatan pengupasan kulit dalam keadaan berdiri. Hal tersebut
dimaksudkan untuk memperingan pekerjaan saat pengupasan lanjutan setelah kayu
ditebang. Pengupasan dilakukan dari pangkal bawah sekitar 5 cm dari tanah dan dapat
dipakai sebagai tanda batas tinggi tunggul. Dengan menggunakan parang, pengupasan kulit
kayu sampai kira-kira 4-8 meter dari pangkal pohon. Ada pula pengupasan yang dilakukan
setelah pohon ditebang dan dipotong-potong sesuai dengan ukuran (sortimen) tertentu.
Pengupasan setelah penebangan dilakukan minimal 95%. Kulit kayu, ranting dan cabang
yang tidak terpakai diletakkan di jalur sarad secara merata dan jalur sarad harus terbebas
dari kayu yang masih dimanfaatkan.

Penentuan arah rebah

Setelah melakukan pembersihan bagian bawah pohon maka berikutnya adalah kegiatan
menentukan arah rebah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan arah
rebah:
1. Keadaan pohon, posisi tumbuhnya pohon, percabangan, tajuk, liana/tumbuhan yang
terkait dengan pohon lain
2. Arah angin
3. Keamanan pekerja (jarak antar regu tebang min 2 x tinggi pohon)
4. Keadaan lapangan (usahakan pohon jatuh kearah lereng bukit yang datar/rata)

Sumber Belajar PLPG 2016 Halaman ke 14 dari 22 halaman


5. Keselamatan kayu (batang jatuh usahakan tidak menimpa batu, tunggak, selokan,
parit atau batang kayu lain)
6. Arah penyaradan

Prosedur penentuan arah rebah:


1. Arah rebah yang terbaik adalah mendekati jalan sarad dengan pola sirip ikan (sudut
30 – 45 derajat) atau arah rebah sejajar diatas jalan sarad dengan arah berlawanan
dengan arah penyaradan
2. Bila memungkinkan arah rebah diarahkan ke tempat kosong dan pada tajuk yang
sudah ditebang sebelumnya
3. Pada areal curam arah rebah kesamping lereng (kontur)

Teknik penebangan sesuai Reduce Impact Logging


Pada dasarnya penebangan dilakukan dengan membuat takik rebah, takik balas dan
membuat engsel. Takik rebah dibuat dengan membuat potongan datar (alas takik) dan
potongan miring (atap takik) yang bertujuan untuk mengarahkan rebahan pohon sehingga
pohon akan rebah sesuai arah rebah yang ditentukan, mencegah terjadinya ungkitan pada
tunggak, penuntun terciptanya engsel setelah takik rebah dibuat dan untuk menentukan
letak takik balas. Takik rebah dibuat searah dengan arah rebah yang dibuat. Selanjutnya
takik balas adalah potongan datar yang dibuat lebih tinggi dari alas takik rebah dan
berlawanan dengan takik rebah bertujuan untuk mengurangi kekuatan serat pada bagian
tersebut sehingga mempermudah rebahnya pohon. Engsel dibuat dengan menyisakan
bagian pohon antara takik balas dan takik rebah yang bertujuan untuk mengurangi
kecepatan jatuhnya pohon sehingga dapat menghindari rusaknya kayu hasil penebangan.
Teknik pembuatan takik rebah, takik balas dan engsel adalah:

Sumber Belajar PLPG 2016 Halaman ke 15 dari 22 halaman


Teknik memotong takik balas adalah:

Beberapa teknik penebangan pohon berdasarkan pedoman Reduce Impact Logging adalah:
a. Teknik Penebangan pada Pohon normal

Tahapan kerja:
1. Buat takik rebah dengan membuat potongan datar sedalam ¼ - 1/3 diameter pohon
pada ketinggian maksimum 50 cm (lebih rendah akan lebih baik)
2. Buat potongan atap/miring takik rebah dengan sudut 45 derajat terhadap potongan
datar
3. Buat potongan datar dari belakang takik rebah setinggi 5 – 10 cm dari potongan
datar takik rebah
4. Tinggalkan engsel selebar 1/10 – 1/6 diameter pohon

b. Teknik menebang pohon miring

Sumber Belajar PLPG 2016 Halaman ke 16 dari 22 halaman


- Takik rebah dibuat sesuai dengan arah rebah yang diinginkan
- Buat engsel asimetris dimana lebar kayu negsel lebih sempit disisi arah miring pohon
- Gunakan baji untuk membantu mengarahkan arah rebah pohon

1. Teknik menebang pohon kecil yang miring


Tahapan:
1. Buat takik rebah
2. Buat takik balas dengan pemotongan dari
sisi kiri dan kanan takik balas
3. Potong dari depan takik balas

2. Teknik menebang pohon besar yang miring

Tahapan kerja:
1. Buat takik rebah
2. Buat takik balas dengan cara menusuk dari samping kiri takik balas
3. Pemotongan dengan cara menusuk dari samping kanan takik balas
4. Pemotongan takin balas dari depan takik balas

c. Teknik menebang pohon besar


1. Membuat takik rebah

2. Membuat lubang pusat

Sumber Belajar PLPG 2016 Halaman ke 17 dari 22 halaman


3. Membuat takik balas setinggi 10-20 cm diatas takik rebah

d. Teknik menebang pohon berbanir


Banir merupakan bagian pohon yang khas berupa akar yang menganjur keluar
menyerupai dinding penopang pohon pada pangkal pohon. Saat akan menebang pohon
berbanir ada beberapa teknik memanfaatkan batang berbanir antara lain:
1. Merimbas banir setelah pohon rebah

2. Banir besar dipotong sebelum penebangan

Teknik menebang pohon berbanir

Sumber Belajar PLPG 2016 Halaman ke 18 dari 22 halaman


Keterangan gambar: a. Arah rebah
1. Takik rebah b. Tinggi takik rebah
2. Menghilangkan banir samping c. Tinggi takik balas
3. Takik balas d. Engsel
e. baji

tahapan kerja:
1. buat takik rebah
2. hilangkan banir di samping kiri dan kanan takik balas
3. buat takik balas

f. teknik menebang pohon berbanir yang miring

Keterangan gambar:
a. arah rebah sama dengan arah miring pohon
b. Arah rebah berlawanan dengan arah miring pohon
c. Arah rebah menyerong ke kiri atau ke kanan arah miring pohon
Bilangan 1, 2, 3 dan 4 menunjukan urutan/tahapan kerja (membuat takik rebah,
menghilangkan banir, pembuatan takik balas dan memotong banir penahan)

Sumber Belajar PLPG 2016 Halaman ke 19 dari 22 halaman


Saat pembuatan takik tidak sesuai dengan ketentuan maka akan mengakibatka banyak
kerugaian secara ekonomi dan meningkatkan resiko kerja. Beberapa akibat yang
ditimbulkan akibat pembuatan takik balas yang tidak sesuai adalah:
1. Terlalu tinggi = Pemborosan kayu
2. Dua takik rebah = arah rebah meragukan
3. Terlalu tinggi dan miring = pemborosan kayu dan arah rebah meragukan

b. Pembagian batang
Pembagian batang adalah kegiatan yang dilakukan setelah pohon rebah berupa membagi
batang menjadi ukuran-ukuran tertentu. Pembagian batang bertujuan untuk mendapatkan
kayu sesuai ukuran dan standar yang dibutuhkan atau dipesan oleh pembeli. Hal ini menjadi
penting karena apabila terjadi salah pengukuran dalam pembagian batang, kayu tidak akan
laku di jual atau nilai ekonominya menjadi turun, bahkan hanya akan menjadi limbah. Untuk
itu, pengetahuan dan keterampilan dalam kegiatan pembagian batang sangat penting untuk
dikuasai oleh operator.
Sebelum kegiatan pembagian batang, perlu dilakukan pembersihan cabang dan ranting.
Seluruh cabang dan ranting dari pohon yang rebah dibersihkan, dipapras/dipotong dengan
dengan menggunakan chainsaw atau parang sehingga batang bersih dan menjadi kayu bulat
(log). Usahakan pemotongan cabang dan ranting tersebut tidak merusak bagian kayu bulat
(log) karena akan menimbulkan cacat dan mengurangi nilai kayu.

Sumber Belajar PLPG 2016 Halaman ke 20 dari 22 halaman


Sebelum pemotongan batang perlu dilakukan pengukuran dan pembagian batang. Dalam
pengukuran dan pembagian batang biasanya diberikan kelebihan ukuran (spilasi) dari
ukuran yang dipersyaratkan. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi kesalahan pemotongan.
Teknik pembagian batang sesuai Reduce Impact Logging
Beberapa teknik pemotongan batang sesuai Reduce Impact Logging adalah:
1. Pemotongan batang harus tegak lurus sumbu batang, tidak boleh miring melebihi 10
derajat terhadap sumbu vertikal.

2. Teknik Pemotongan batang yang ada tegangan


Potong bagian yang mengalami tekanan (a) lalu potong bagian yang mengalami
regangan (b)

3. Teknik memotong batang

Rangkuman:
1. RIL adalah suatu pendekatan sistematis dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring
dan evaluasi pemanenan kayu yang memperhatikan fungsi produksi dan konservasi
hutan. RIL bertujuan untuk mengurangi pengaruh negatif pemanenan kayu terhadap

Sumber Belajar PLPG 2016 Halaman ke 21 dari 22 halaman


lingkungan dan dapat menghasilkan pemanfaatan sumber daya hutan yang maksimal
dan lestari.
2. Penebangan adalah proses merubah pohon berdiri menjadi batang rebah dengan
dampak yang kecil. Penebangan dilakukan untuk memperoleh kayu untuk suatu
keperluan dan dalam rangka pemeliharaan hutan (penjarangan).
3. Penebangan merupakan kegiatan yang memiliki resiko kecelakaan kerja yang tinggi
sehingga dalam melakukannya perlu dilengkapi dengan alat pelindung diri, persiapan
kerja yang baik (pemeriksaan kondisi chainsaw dan bahan bakar, pembersihan liana,
penentuan arah rebah) dan teknik penebangan yang benar (takik rebah, takik balas,
engsel)
4. Pembagian batang adalah kegiatan yang dilakukan setelah pohon rebah berupa
membagi batang menjadi ukuran-ukuran tertentu. Pembagian batang bertujuan untuk
mendapatkan kayu sesuai ukuran dan standar yang dibutuhkan atau dipesan oleh
pembeli.

Sumber Belajar PLPG 2016 Halaman ke 22 dari 22 halaman

Anda mungkin juga menyukai