TUJUAN PENANAMAN
Sebelum melaksanakan pembangunan hutan tanaman , perlu ditetapkan tujuan
pembangunan hutan tanaman.
Tujuan Pembangunan Hutan Tanaman bervariasi diantaranya untuk menghasilkan :
1. Kayu pertukangan termasuk kayu lapis, kayu gergajian, ukiran dll
2. Kayu serat seperti bahan baku pulp dan kertas
3. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) diantaranya rotan, sagu, penghasil getah, penghasil
buah, penghasil kulit, minyak atsiri dll
4. Kayu energi seperti wood pellet, kayu bakar, arang, arang aktif dll
5. Rehabilitasi lahan kritis seperti padang alang-alang, sempadan sungai dll
JENIS-JENIS POHON TUMBUH SEDANG DAN LAMBAT (MODERATE AND SLOW GROWING)
Masa panen atau daur tebang jenis pohon tumbuh sedang berkisar antara 10-30 tahun dan
jenis pohon tumbuh lambat mempunyai daur tebang lebih dari 30 tahun. Umumnya kayu
pertukangan, kayu untuk mebel dan ukiran termasuk dalam jenis tumbuh sedang dan
lambat.
Contoh jenis pohon tumbuh sedang antara lain:
1. Meranti merah (Shorea leprosula, S.parvifolia, S.johorensis )
2. Kapur (Dryobalanops lanceolata, D.aromatica)
3. Pulai (Alstonia scholaris, A.sngustiloba)
4. Mahoni (Swietenia macrophylla)
5. Kayu bawang (Disoxylum molissinum )
6. Bambang lanang (Michelia champaka)
7. Cempaka (Elmerillia champaca)
8. Jelutung (Dyera polyohylla Miq.)
9. Mahoni Afrika (Khaya anthorheca)
10. Kayu Afrika (Maesopsis eminii Engl.)
11. Pinus (Pinus merkusii)
Contoh jenis pohon tumbuh lambat antara lain:
1. Ulin (Eusideroxylon zwageri )
2. Eboni (Diospyros celebica)
3. Jati (Tectona grandis L.f)
4. Tembesu (Fagraea fragrans)
5. Sungkai (Peronema canescens Jack)
6. Bangkirai (Shorea laevis)
7. Sonokeling (Dalbergia latifolia )
Beberapa persyaratan dalam pemilihan jenis pohon untuk tujuan reboisasi dan pemulihan
lahan terdegradasi dikemukakan oleh Gintings et.al., 1995 sebagai berikut:
1. Mampu tumbuh ditempat terbuka
2. Dapat bersaing dengan alang-alang secara cepat
3. Jenis yang dipilih disenangi oleh masyarakat disekitar
4. Mudah memperoleh biji
5. Mudah bertunas setelah terbakar
6. Dapat bersimbiose dengan jasad renik tanah
Arsyad (1989) dalam Kosasih et.al., (2009) mengemukakan jenis-jenis pohon untuk ditanam
pada lahan-lahan terdegradasi sebaiknya memenuhi criteria yang berikut:
1. Termasuk dalam kategori jenis cepat tumbuh
2. Dapat menghasilkan serasah yang banyak
3. Memiliki sistem perakaran yang melebar dan kuat
4. Mempunyai nilai ekonomi
5. Mampu memperbaiki tanah misalnya jenis lamtoro
6. Mempunyai tajuk pohon yang lebat.
7. Keselamatan Pekerjaan
8. Jarak aman
Sebelum penebangan dilakukan, Anda harus memastikan bahwa tidak ada orang
dalam jarak setidaknya dua kali tinggi pohon dari pohon yang akan Anda
jatuhkan. Anda dan rekan kerja Anda harus menggunakan pakaian atau jaket
berwarna atau rompi agar mudah terlihat satu sama lain dan orang yang lewat di
sekitar area penebangan.
Jatuhkan ke arah alami jatuh jika mungkin Sebagian besar pohon memiliki arah
alami jatuh. Hal ini dipengaruhi oleh kecondongan pohon, bentuk cabang dan
setiap beban yang ada. Jika Anda tidak yakin dengan bentuk pohon yang
condong, bergerak sedikit menjauh dari pohon dan periksa dengan
mistar/pengukur tegak lurus.
Pohon yang condong ke arah tertentu, bentuk pohon, panjang pohon, diameter
pohon, jenis pohon dan pembusukan merupakan faktor yang mempengaruhi
penebangan pohon, serta kemiringan tanah, arah angin, saluran udara, jalan dan
bangunan juga harus diperhatikan.
RIL adalah suatu pendekatan sistematis dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi pemanenan kayu yang memperhatikan fungsi produksi dan konservasi hutan. RIL
bertujuan untuk mengurangi pengaruh negatif pemanenan kayu terhadap lingkungan dan
dapat menghasilkan pemanfaatan sumber daya hutan yang maksimal dan lestari.
Dalam konsep RIL ada 6 titik krusial perbaikan teknik dan teknologi pemanenan kayu yaitu:
1. Perncanaan sebelum pemanenan
2. Pembukaan wilayah hutan
3. Operasi penebangan
4. Operasi penyaradan
5. Operasi pengangkutan
6. Operasi perbaikan terhadap kerusakan setelah pemanenan kayu
a. Teknik Penebangan
Penebangan adalah proses merubah pohon berdiri menjadi batang rebah dengan
dampak yang kecil. Penebangan dilakukan untuk memperoleh kayu untuk suatu
keperluan dan dalam rangka pemeliharaan hutan (penjarangan). Prinsip dalam
melakukan penebangan adalah meminimalkan kecelakaan, kerusakan terhadap pohon
yang ditebang, tegakan sisa, tanah dan air.
Satu regu tebang terdiri dari 1 orang operator chainsaw dan 4 -5 helper. Helper memiliki
tugas untuk membantu persiapan sebelum penebangan, membersihkan cabang dan
ranting dan melakukan pengukuran saat pembagian batang.
Hutan hujan tropis seperti di Indonesia merupakan sebuah lingkungan kerja dengan
tingkat bahaya yang tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh tinggi pohon yang diatas 40 m, serta
tajuk yang lebar dan tidak teratur. Selain itu, tajuk yang saling terkait antara pohon
menyulitkan untuk menentukan arah rebah dalam penebangan.
Beberapa alat keselamatan diri yang harus digunakan dalam penebangan adalah:
1. Helm
2. Sarung tangan
3. Penutup telinga
4. Kaca penutup muka
5. Baju dan celana panjang
6. Sepatu boot
7. Chainsaw harus dilengkapi
dengan penghenti rantai otomatis
Sebelum melakukan penebangan maka penebang perlu memiliki beberapa pengetahuan
dasar antara lain:
1. Kemampuan menentukan arah rebah ke arah jalan sarad
2. Kemampuan menebang dengan dampak yang kecil
3. Pohon yang akan dipanen pada periode berikutnya menjadi salah satu faktor
pertimbangan dalam menentukan arah rebah
4. Pengalaman menebang akan dapat menghindari jatuh pohon di tanah yang tidak
rata, batang retak yang akan mengurangi volume kayu
Persiapan sebelum penebangan merupakan hal mutlak yang harus dilakukan. Setelah regu
tebang mempersiapkan chainsaw, memastikan kondisi alat baik dan dapat beroperasi,
termasuk mempersiapkan bahan bakar. Beberapa hal yang harus dilakukan sebelum
melakukan penebangan adalah:
1. Menentukan arah rebah
2. Membersihkan bagian bawah pohon dan mempersiapkan gergaji mesin
3. Liana pada pohon harus dipotong
4. Helper membersihkan daerah disekitar pohon dan area penyelamatan
5. Membuat takik rebah menghadap arah rebah
Dalam Endom, Wesman dan Sukanda. 2009. Disampaikan bahwa di perusahaan Hutan
Tanaman Industri (HTI) tertentu telah menjadi prosedur bahwa sebelum dilakukan
penebangan ada kegiatan pengupasan kulit dalam keadaan berdiri. Hal tersebut
dimaksudkan untuk memperingan pekerjaan saat pengupasan lanjutan setelah kayu
ditebang. Pengupasan dilakukan dari pangkal bawah sekitar 5 cm dari tanah dan dapat
dipakai sebagai tanda batas tinggi tunggul. Dengan menggunakan parang, pengupasan kulit
kayu sampai kira-kira 4-8 meter dari pangkal pohon. Ada pula pengupasan yang dilakukan
setelah pohon ditebang dan dipotong-potong sesuai dengan ukuran (sortimen) tertentu.
Pengupasan setelah penebangan dilakukan minimal 95%. Kulit kayu, ranting dan cabang
yang tidak terpakai diletakkan di jalur sarad secara merata dan jalur sarad harus terbebas
dari kayu yang masih dimanfaatkan.
Setelah melakukan pembersihan bagian bawah pohon maka berikutnya adalah kegiatan
menentukan arah rebah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan arah
rebah:
1. Keadaan pohon, posisi tumbuhnya pohon, percabangan, tajuk, liana/tumbuhan yang
terkait dengan pohon lain
2. Arah angin
3. Keamanan pekerja (jarak antar regu tebang min 2 x tinggi pohon)
4. Keadaan lapangan (usahakan pohon jatuh kearah lereng bukit yang datar/rata)
Beberapa teknik penebangan pohon berdasarkan pedoman Reduce Impact Logging adalah:
a. Teknik Penebangan pada Pohon normal
Tahapan kerja:
1. Buat takik rebah dengan membuat potongan datar sedalam ¼ - 1/3 diameter pohon
pada ketinggian maksimum 50 cm (lebih rendah akan lebih baik)
2. Buat potongan atap/miring takik rebah dengan sudut 45 derajat terhadap potongan
datar
3. Buat potongan datar dari belakang takik rebah setinggi 5 – 10 cm dari potongan
datar takik rebah
4. Tinggalkan engsel selebar 1/10 – 1/6 diameter pohon
Tahapan kerja:
1. Buat takik rebah
2. Buat takik balas dengan cara menusuk dari samping kiri takik balas
3. Pemotongan dengan cara menusuk dari samping kanan takik balas
4. Pemotongan takin balas dari depan takik balas
tahapan kerja:
1. buat takik rebah
2. hilangkan banir di samping kiri dan kanan takik balas
3. buat takik balas
Keterangan gambar:
a. arah rebah sama dengan arah miring pohon
b. Arah rebah berlawanan dengan arah miring pohon
c. Arah rebah menyerong ke kiri atau ke kanan arah miring pohon
Bilangan 1, 2, 3 dan 4 menunjukan urutan/tahapan kerja (membuat takik rebah,
menghilangkan banir, pembuatan takik balas dan memotong banir penahan)
b. Pembagian batang
Pembagian batang adalah kegiatan yang dilakukan setelah pohon rebah berupa membagi
batang menjadi ukuran-ukuran tertentu. Pembagian batang bertujuan untuk mendapatkan
kayu sesuai ukuran dan standar yang dibutuhkan atau dipesan oleh pembeli. Hal ini menjadi
penting karena apabila terjadi salah pengukuran dalam pembagian batang, kayu tidak akan
laku di jual atau nilai ekonominya menjadi turun, bahkan hanya akan menjadi limbah. Untuk
itu, pengetahuan dan keterampilan dalam kegiatan pembagian batang sangat penting untuk
dikuasai oleh operator.
Sebelum kegiatan pembagian batang, perlu dilakukan pembersihan cabang dan ranting.
Seluruh cabang dan ranting dari pohon yang rebah dibersihkan, dipapras/dipotong dengan
dengan menggunakan chainsaw atau parang sehingga batang bersih dan menjadi kayu bulat
(log). Usahakan pemotongan cabang dan ranting tersebut tidak merusak bagian kayu bulat
(log) karena akan menimbulkan cacat dan mengurangi nilai kayu.
Rangkuman:
1. RIL adalah suatu pendekatan sistematis dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring
dan evaluasi pemanenan kayu yang memperhatikan fungsi produksi dan konservasi
hutan. RIL bertujuan untuk mengurangi pengaruh negatif pemanenan kayu terhadap