Anda di halaman 1dari 16

Rangkuman Bahan kuliah Silvikultur Hutan Tropika

Prof. Dr. Suryo Hardiwinoto

SUMBERDAYA ALAM HUTAN


Kumpulan atau asosiasi pohon-pohon yang cukup rapat pada areal yang cukup luas
sehingga mampu menciptakan kondisi iklim dan kondisi ekologi yang khas dan
berbeda dengan areal diluarnya
Kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati Yang
didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya Yang satu
dengan lainnya tidad dapat dipisahkan

MANFAAT SUMBERDAYA ALAM HUTAN


1) Manfaat Ekonomi
Manfaat lahan/kawasan hutan untuk pemukiman, pertanian,
perkebunan,Industri, dll
Manfaat produksi
a. Kayu : kayu perkakas dan bangunan, kayu bakar, pulp dan kertas dan
industri lain
b. Non kayu : buah, bunga, getah, damar, resin, tanin, bahan ekstraktif,
bambu, rotan, satwa liar, dll
2) Manfaat Ekologi
1. Menjaga stabilitas daur air di suatu kawasan
2. Menjaga kualitas udara
3. Konservasi sumberdaya genetik, dll

LINGKUNGAN HUTAN TROPIKA


Daerah hutan hujan tropika
diantara 2327 lu ls.
diantara garis isoterm, 18c
pada bulan terdingin.
mencakup 30% luas permukaan
bumi.
Hutan hujan tropika (tropical rain forest)
= hutan tropika humida

Areal seluas 4 juta km, mencakup :


Lembah Amazon-Orinoko di amerika latin = terluas.
Lembah Kongo dan satu kompleks kecil di Afrika Barat.
Di asia tenggara = India, Srilanka, Thailand, Indochina, Indonesia, Malaysia, Philiphina
dan kompleks kecil di pantai Timur Queensland.
Faktor iklim yang erat kaitannya dengan aspek silvikultur:
1. Temperatur
Di atas 18C.
Perubahan suhu terpanas dan terdingin sangat rendah (suhu udara hampir sama
sepanjang tahun).
Perubahan suhu harian tinggi.

Perbedaan temperatur berkaitan erat dengan perbedaan tinggi tempat.


Semakin tinggi suatu tempat=Suhu akan semakin turun.
Penambahan tinggi 100 m=Suhu akan turun 0,4C 0,7 C.

Curah Hujan
Curah hujan tinggi, di sekitar equator mempunyai curah hujan yang tertinggi dan
semakin jauh dari equator curah hujan akan semakin berkurang.
Curah hujan akan semakin besar dengan bertambahnya ketinggian tempat,
namun pada tempat yang lebih tinggi lagi curah hujannya akan semakin
berkurang.
Cahaya
1. Lama penyinaran yang tinggi dan merata sepanjang tahun.
2. Pohon yang tertinggi yang menerima cahaya secara penuh.
3. Lapisan tajuk bagian bawah akan menerima cahaya yang semakin
berkurang hingga pada lantai hutan hanya berkisar 1 %.
4. Cahaya merupakan faktor penting untuk ruangan diantara lapisan tajuk
bagian tengah dan permukaan tanah.

Tanah Hutan
1. Mengandung unsur-unsur yang berbeda dengan batuan induknya; miskin
unsur mineral dan kandungan Fe dan Al yang tinggi.
2. Fungsi penyimpanan unsur hara pada hutan tropis yang belum terganggu
dilakukan oleh humus.
3. Produktivitas bahan organik sangat tinggi (10-20 ton/ha/th). Tapi tidak kaya
akan humus. Humus hanya terdapat pada lapisan tanah bagian atas.
4. Proses pelapukan berlangsung cepat

Pemanenan dan pemanfaatan sumberdaya hutan akan berakibat pada penurunan


produktivitas, apabila dilakukan tanpa memperhatikan kelestarian dan keberlanjutan
tegakan hutan.

Untuk itu perlu dilakukan kegiatan pembangunan dan pemeliharaan tegakan hutan.
Pembangunan hutan tanaman yang produktif, kompetitif, efisien, sehat dan lestari
merupakan pilihan yang seharusnya dilakukan.

SILVIKULTUR (BUDIDAYA HUTAN) merupakan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni


pembangunan dan pemeliharaan hutan dengan mendasarkan pada pengetahuan
silvika sehingga komposisi, struktur dan pertumbuhannya sesuai dengan tujuan.

Tujuan pembangunan kembali lahan kritis:


1. Sosial-ekonomis :
peningkatan produktivitas,
kesinambungan bahan baku kayu dan nonkayu
2. Ekologis-lingkungan :
ketersediaan air dan udara yang bersih
terpeliharanya sumberdaya genetik
panorama lingkungan yang indah, unik dan menarik
SILVIKULTUR: PENGATURAN TEGAKAN HUTAN
1. Pengaturan tegakan diimplementasikan melalui penggunaan berbagai metode
dalam praktek pengelolaan vegetasi pepohonan dan lingkungannya dalam suatu
tegakan hutan.
2. Dalam mempergunakan teknik silvikultur, rimbawan dapat memilih dan
menentukan pilihan apakah untuk meningkatkan nilai (kuantitas dan kualitas) dari
tegakan yang telah ada, atau untuk merubah karakteristik tegakan untuk
menghasilkan produk barang atau jasa yang betul-betul berbeda dengan tegakan
semula.
3. S.A.F. (Society of American Forester),TEGAKAN (STAND): suatu kelompok pohon-
pohon atau tumbuh-tumbuhan lain yang terdapat pada suatu wilayah tertentu
yang cukup seragam susunan spesiesnya, susunan umurnya dan keadaannya
sehingga dapat dibedakan dengan kelompok tumbuh-tumbuhan lain yang
terdapat di wilayah di dekatnya.
Suatu tegakan tidak selalu harus terdiri dari pohon-pohon

PENGATURAN TEGAKAN
1. Penghasil bahan baku kayu (baik kayu pertukangan, pulp, plywood atau
lainnya) dengan jenis dan kualitas tertentu Akan memerlukan banyak
perombakan, atau mungkin bahkan merombak sama sekali tegakan asal
(alam).
2. Kawasan perlindungan sumberdaya alam hayati atau sebagai kawasan
perlindungan sistem tata-air Hanya sedikit sekali tindakan-tindakan
pengelolaan, atau bahkan pilihan tindakan manajemen yang terbaik adalah
dengan membiarkan tegakan tersebut secara alamiah sebagai mana aslinya
(Nyland, 1996).

TUJUAN PENGATURAN TEGAKAN


1. Implementasi pengaturan tegakan umumnya diarahkan pada pembangunan
dan pemeliharaan tegakan hutan yang paling memenuhi tujuan
pengelolaan dari pemilik lahan.
2. Tujuan yang paling umum dari pengelolaan suatu tegakan hutan melalui
implementasi teknik silvikultur adalah untuk menghasilkan produk barang
yang berupa kayu.
3. Dalam beberapa dekade akhir ini perhatian para praktisi kehutanan
terhadap hasil hutan non-kayu baik yang berupa barang atau jasa juga
menjadi semakin meningkat (produk air, satwa liar, sebagai tempat
perlindungan keanekaragaman hayati, sebagai sarana untuk kepentingan
jasa wisata alam dan bentuk-bentuk pemanfaatan lain baik yang langsung
dapat dimanfaatkan oleh manusia maupun yang tidak langsung).
4. Adanya tuntutan dan persyaratan kualitas dan kuantitas terhadap produk
bahan kayu tertentu dalam waktu yang tertentu
Mengontrol Komposisi Jenis
1. Salah satu tujuan pengaturan tegakan adalah untuk mengatur komposisi
jenis dalam tegakan hutan yang paling baik dan sesuai ditinjau dari aspek
ekonomi dan ekologi.
2. Tegakan hutan yang dikelola akan mempunyai jumlah jenis yang lebih
rendah dibanding dengan jumlah jenis pada hutan alam yang tidak dikelola.
Jenis tumbuhan yang tidak dikehendaki umumnya tumbuh dengan
suburnya di dalam tegakan hutan sehingga mengorbankan jenis-jenis yang
dikehendaki; oleh karena itu tindakan silvikultur dengan mengatur
komposisi jenis perlu untuk dilakukan (Smith 1986).

KOMPOSISI JENIS DAPAT DIKONTROL:


1. Pengaturan jenis dan tingkat perlakuan perombakan tegakan selama
periode pembangunan tegakan baru.
2. Kondisi lingkungan diatur dan dibuat sesuai dengan proses suksesi alamiah
yang akan menghasilkan tegakan yang didominasi oleh jenis-jenis berharga
yang dikehendaki.
3. Proses suksesi alam tidak selalu dalam kondisi yang mampu menghasilkan
suatu komposisi jenis yang diharapkan

Sasaran dari pengaturan komposisi jenis adalah untuk mencapai suatu komposisi
yang paling cocok dan layak antara tujuan pengelolaan dengan kendala alam yang
timbul (Smith 1986).
penanaman dan pengayaan atau dengan penaburan biji-biji langsung pada
tempat-tempat tertentu
penanaman jenis-jenis berharga eksotik yang dapat beradaptasi dengan
lingkungan setempat

Tegakan akan berubah sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Rimbawan akan
berperan untuk merubah sebagian dari ekosistem menjadi suatu ekosistem baru dan
sebagian yang lain akan dibiarkan beradaptasi dengan lingkungan yang telah ada
(Smith, 1986)

Tujuan Perlakuan Silvikultur


Pemanenan hasil hutan
Menciptakan pemandangan yang bagus dan menarik untuk kepentingan
wisata alam
Mengontrol populasi hama binatang
Mengurangi kerusakan oleh angin dan air
Struktur dari suatu tegakan akan ditentukan oleh beberapa pertimbangan seperti :
~ Variasi jenis
~ Variasi kelas umur
~ Penataan lapisan tajuk yang berbeda-beda
~ Distribusi kelas diameter

Silvikultur dimaksudkan untuk mencapai tujuan dengan mengatur berbagai macam


variasi dari struktur tegakan tersebut (Smith, 1986).

MENGATUR KERAPATAN TEGAKAN


Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan diameter dan tinggi
1. Kerapatan tegakan merupakan salah satu faktor yang dijadikan indikator untuk
menilai suatu tegakan hutan karena nilai suatu tegakan hutan akan ditentukan
oleh ukuran diameter dan tinggi dari masing-masing pohon penyusun tegakan
serta jumlah pohon per satuan luas tegakan hutan.
2. Tegakan yang terlalu rapat akan berakibat pada pertumbuhan diameter pohon
yang lambat.
3. Tegakan yang mempunyai kerapatan tinggi akan memacu pertumbuhan tinggi
dan dapat menstimulasi terjadinya prunning secara alami.
4. Tegakan dengan tingkat kerapatan tinggi akan dapat menghasilkan pohon-
pohon penyusun tegakan yang mempunyai batang bebas cabang yang panjang.

Pertumbuhan diameter yang lebih cepat maka kerapatan tegakan harus diturunkan
melalui kegiatan penjarangan.

Bagi tegakan hutan yang ditujukan sebagai penghasil kayu pertukangan maka
pertumbuhan diameter dan tinggi serta terjadinya prunning secara alami merupakan
hal yang mendapat perhatian khusus karena harga kayu pertukangan salah satu
faktor penentunya adalah ukuran diameter dan batang bebas cabang.

Rendahnya kerapatan tegakan akan dapat memacu pertumbuhan cabang dan


mengurangi peluang untuk terjadinya prunning secara alami.

Fungsi kerapatan tinggi:


Memacu pertumbuhan tinggi dan prunning alami.
Menaikkan total produksi kayu per satuan luas
Kerapatan yang tepat bagi masing-masing jenis penyusun akan berbeda
satu dengan lainnya, sehingga perlu diketahui sifat dari masing-masing jenis
tersebut.
Kombinasi jenis-jenis yang mempunyai sistem perakaran dan kebutuhan
cahaya yang berbeda dilakukan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan
ruang.
PENGENDALIAN PERTUMBUHAN pada dasarnya adalah memberikan ruang tumbuh
yang optimal bagi jenis-jenis tanaman pokok.
Informasi yang perlu dipertimbangkan: ruang tumbuh, kemampuan berkompetisi,
dan kombinasi produk

ROTASI merupakan waktu yang diperlukan untuk melakukan tindakan-tindakan


silvikultur mulai dari penanaman yang kemudian diikuti dengan tindakan
pemeliharaan tanaman muda dan penjarangan untuk memberikan ruang tumbuh
yang optimal sampai dengan pohon penyusun tegakan dipanen.

Secara umum telah diketahui bahwa pada saat muda pertumbuhan pohon akan
berjalan cepat dan setelah melewati umur tertentu pertumbuhan akan melambat,
kemudian berhenti dan akhirnya mati.
Silvikulturis akan mengambil tindakan silvikultur berupa pemanenan atau
penebangan pohon setelah pertumbuhan mulai melambat.
Pengendalian rotasi dapat dimanipulasi dengan cara mengatur kerapatan,
pemupukan dan manipulasi lingkungan lainnya sehingga rotasi dapat diperpendek

PRINSIP DASAR IMPLEMENTASI TINDAKAN SILVIKULTUR


Menurut Daniel, dkk. (1992):
Tindakan teknis silvikultur tidak hanya untuk mendapatkan produk yang kuantitas
dan kualitasnya terbaik, tetapi juga harus mampu memberikan keuntungan yang
maksimal

Tenik Silvikultur mempelajari dan mengembangkan berbagai teknik budidaya


tanaman kehutanan mulai dari teknik perbenihan, persemaian, penanaman di
lapangan, pemeliharaan sampai dengan pohon siap untuk dipanen, serta teknik
penanaman kembali setelah pemanenan.
SISTEM SILVIKULTUR
Smith (1986) mendefinisikan sistem silvikultur sebagai suatu program terencana dari
tindakan-tindakan silvikultur yang dilakukan selama periode satu daur dari suatu
tegakan, yang tidak hanya meliputi tebang reproduksi, tetapi juga mencakup tebang
pemeliharaan

Nyland (1996) menjelaskan bahwa sistem silvikultur merupakan suatu program


jangka panjang dalam mengelola tegakan hutan secara lestari untuk serangkaian
tujuan.

Sistem siilvikultur mencakup 3 fase komponen dasar atau fungsi, yaitu regenerasi
(permudaan), pemeliharaan dan pemanenan.
Permudaan Alam atau Buatan = penanaman dengan biji atau dengan bibit
Pemeliharaan = Pruning, Penjarangan,Tebang antara
Pemanenan = Tebang pilih, Shelterwood, Seed tree, Tebang habis

Sistem silvikultur dan kelestarian hasil hutan non-kayu (nonwood forest products)
seperti :
1. Peningkatan populasi vegetasi penghasil bunga, buah, biji, getah, serta bahan
baku obat herbal dan energi terbarukan
2. Menghasilkan makanan dan habitat bagi berbagai jenis ternak yang dipelihara
3. Peningkatan habitat untuk populasi dari serangga, jamur, dan mikroorganisme
penting baik indegenous maupun exotic
4. konservasi habitat untuk binatang liar dan tumbuhan asli
5. keberlanjutan hasil air, kualitas air, dan jaminan habitat yang sesuai bagi ikan-
ikan asli
6. perlindungan tapak dan ekosistem: menjaga stabilitas dan kesuburan tanah,
pencegahan erosi, pelestarian keanekaragaman hayati
7. Alokasi areal untuk peningkatan kualitas pemandangan bentang alam dan
menciptakan kesempatan yang lebih baik bagi terselengarakannya kegiatan
wisata alam

Kriteria sistem silvikultur (Nyland, 1996):


Optimalisasi hasil panen
Peningkatan kualitas pohon dan tegakan
Pemendekan periode investasi
Optimalisasi investasi
Pelestarian ekosistem dan produktivitasnya

TEBANG PILIH TANAM INDONESIA


Suatu sistem silvikultur yang mengatur cara penebangan dengan batas (limit)
diameter dan permudaan hutan yang diterapkan pada hutan-hutan alam tak
seumur.
1. TPTI 1989, SK Dirjen Pengusahaan Hutan Nomor: 564/Kpts/IVBPHH/1989
2. TPTI 1993, SK Dirjen Pengusahaan Hutan No. 151/KPTS/IVBPHH/1993

TEBANG PILIH (SELECTIVE CUTTING)


Dalam metode ini penebangan dilakukan secara selektif terhadap pohon-pohon yang
telah mempunyai nilai jual. Penebangan dilakukan terhadap individu pohon dalam
bentuk sendirisendiri atau dalam bentuk group-group kecil dalam waktu yang relatif
singkat
DASAR-DASAR TEBANG PILIH
1. Limit diameter : misal yang boleh ditebang diameter >30cm, atau >20cm
2. Pohon inti untuk siklus tebang berikutnya: komersial, sehat dan tidak cacat,
dengan ukuran diameter tertentu
3. Enrichment planting (restocking), permudaan buatan: pada lahan terbuka
yang telah dipanen dengan jenis niagawi
4. Pemeliharaan tegakan tinggal dengan tebang pembebasan vertikal atau
horizontal
5. Perlindungan tapak dan ekosistem

Sistim Silvikultur Tebang Dan Tanam Jalur


SK Menteri Kehutanan No.435/KPTS/II/1997
Sasaran:
1. Memudahkan pelaksanaan Pembinaan hutan
2. Meningkatkan potensi hutan pd LOA
Ex: menanam jenis komersial (terutama jenis Dipterocarpaceae).
3. Mengatur pemanfaatan kayu yang optimal pada hutan alam produksi

Keterangan :
A-B = 10 m ; Jalur tanam adl jalur bersih dari pohon yang menaungi
C-D = 3 m ; Jalur bersih dari semak/belukar
E-F = 25 m ; Jarak antara jalur tanam (dari garis sumbu jalur tanam)
B-G = 15 m ; Jarak antara jalur tanam (dari batas jalur tanam), merupakan jalur
penebangan dengan batas diameter >= 40 cm
H- I = 5 m; Jarak tanam dalam satu larikan tanaman
SISTEM SILVIKULTUR DALAM AGROFORESTRY
Agroforestri (Hutan Tanaman Rakyat) merupakan sistem penggunaan lahan yang
mensinergikan antara sektor pertanian, kehutanan dan lingkungan yang telah
diterima secara luas sebagai salah satu cara untuk menangani masalah degradasi
sumberdaya alam.

Agroforestri sesuai untuk keperluan itu karena kemampuannya melayani berbagai


fungsi, menjadi sumber kehidupan sekaligus melayani kepedulian perlindungan
lingkungan (Sabarnurdin, 2008).

Praktek agroforestri dalam pengelolaan lahan telah lama dilakukan di berbagai


tempat di Indonesia. Agroforestri lanjut yang dikembangkan di Kabupaten
Gunungkidul dengan jenis utama Jati merupakan contoh keberhasilan dalam
rehabilitasi lahan kritis. Repong damar di Lampung, rimba Karet di Jambi menjadi
rujukan penting dalam praktek agroforestri berbasis hasil hutan bukan kayu
(nonwood forest product).

Agroforestri berbasis jenis pohon cepat tumbuh (fast growing species) seperti
Sengon, telah lama berkembang di Jawa. Model agroforestri berbasis pohon
penghasil buah juga sudah lama dikembangkan di daerah di Jawa, Kalimantan,
Sulawesi dan Papua (Sabarnurdin dkk., 2011).

Agroforestri umumnya dibangun dan dipelihara oleh masyarakat dalam sekala kecil
dikawasan pedesaan

Sesuai dengan kondisi lingkungan lahan terdegradasi yang mendapatkan cahaya


penuh maka tahap awal penanaman dengan menggunakan jenis intoleran.

Jenis gap-opportunis, semi-toleran dan toleran dapat ditanam kemudian guna


meningkatkan efisiensi pemanfaatan ruang tumbuh dan produktivitas tegakan.

Jenis pohon yang seharusnya dipilih dalam program agroforestri adalah jenis-jenis
pohon yang tidak hanya menghasilkan kayu tapi juga menghasilkan produk yang
non-kayu, seperti getah, buah, biji, dll.

Hutan tanaman rakyat dibangun sebagai suatu tegakan hutan campuran yang
disusun oleh jenis vegetasi yang beraneka ragam jenis, umur yang bervariasi, tajuk
yang berlapis dan jarak tanam yang tidak teratur.
Tegakan hutan campuran mempunyai banyak keuntungan khususnya apabila dilihat
dari aspek ekologi (lingkungan).
1. mempunyai tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi;
2. daur hara lebih baik karena proses dekomposisi yang lebih cepat sehingga
terbentuk lapisan tanah yang subur dan mempunyai daya resap dan simpan
air yang relatif tinggi;
3. ruang tajuk yang berlapis dapat memanfaatkan cahaya lebih efisien;
4. iklim mikro tegakan lebih baik dan lebih tahan terhadap berbagai jenis
gangguan.

Kekurangan dari tegakan campuran dalam sistem Agroforestry:


1. Tidak semua jenis merupakan jenis yang tinggi nilai ekonominya,
2. Pengelolaannya relatif lebih rumit dan tidak mudah,
3. Pemungutan hasilnya memerlukan biaya yang relatif mahal dan cara
permudaannya relatif lebih sulit.

Sistem silvikultur yang digunakan dalam pengelolaan hutan rakyat adalah dengan
sistem tebang pilih yang diikuti dengan permudaan buatan.
Dalam metode ini penebangan dilakukan secara selektif terhadap pohon yang tua,
besar dan telah mempunyai nilai jual.

Hutan Tanaman Monokultur


Keuntungan:
1. dapat mengatur kerapatan, jarak tanam, komposisi jenis dan penggunaan bibit
unggul secara lebih tepat;
2. serta dapat menggunakan mesin-mesin modern dengan tingkat efisiensi yang
tinggi pada waktu pelaksanaan kegiatan pemanenan, penyiapan lahan,
penanaman.
3. Penyeragaman jenis dan ukuran pohon dapat meningkatkan efisiensi biaya
investasi dan mengurangi kesulitan dalam pengolahan kayu.

Kelemahan:
1. kurang fleksibel dalam memenuhi perubahan permintaan pasar,
2. nilai estetis yang umumnya kurang menarik, kurang mendukung kehidupan
satwa liar yang beragam, dan
3. peka terhadap berbagai jenis gangguan hama dan penyakit
Tujuan Tebang Habis:
1. Pemanenan Kayu
2. Mengubah tegakan dari potensi rendah menjadi tinggi
3. Sumber biji meningkat
4. Habitat Kehidupan binatang liar
PERMUDAAN BUATAN (ARTIFICIAL REGENERATION)
suatu proses peremajaan kembali dari suatu tegakan yang dilakukan oleh manusia,
dilakukan pada areal-areal yang telah dipanen (bekas tebangan), dan pada areal-
areal yang tidak produktif baik di dalam atau di luar kawasan hutan.
PRINSIP DAN TAHAPAN INTENSIFIKASI SILVIKULTUR
Program peningkatan produktivitas hutan melalui intensifikasi silvikultur akan
berhasil apabila pohon dan tanaman yang ditanam mampu hidup dan tumbuh
dengan baik.

Faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon adalah faktor genetik dan
lingkungan. Tidak ada batas yang jelas apakah pertumbuhan lebih dipengaruhi oleh
faktor genetik atau lingkungan, karena keduanya saling mempengaruhi.

Faktor genetik dapat diperbaiki melalui seleksi dan pemuliaan, sedang faktor
lingkungan dapat ditingkatkan melalui tindakan silvikultur.

Penanaman dan pengembangan melalui berbagai tahapan penelitian uji/test, yaitu:


1. Uji-Jenis (Species Trial)
mengumpulkan informasi tentang spesies target yang akan dikembangkan.
Informasi dapat diperoleh dari hasil inventarisasi biologi dan phisik
kawasan, hasil penelitian yang telah dilakukan, serta hasil orientasi
lapangan.
Langkah ini ditujukan untuk mendapatkan gambaran langsung mengenai
jenis-jenis yang diprioritaskan, termasuk di dalamnya nilai ekonomis-
ekologis, kecepatan pertumbuhan, kemudahan reproduksi baik secara
vegetatif maupun generatif.

Uji Species
Pemilihan jenis yang akan dikembangkan seharusnya dilakukan melalui uji-
jenis, yaitu suatu uji pertanaman dengan jalan menanam
berbagai jenis pada suatu lokasi dengan tujuan untuk memilih jenis yang
paling sesuai untuk lokasi di mana pengujian dilakukan, atau di
lokasi yang kondisi lingkungan tempat tumbuhnya sesuai dengan lokasi
pengujian

Penanaman jenis/ras yang tidak tepat


1) Kematian/kerusakan karena tidak sesuai dengan tempat tumbuh.
2) Permulaan tumbuh baik, lama kelamaan mundur & tidak produktif.
3) Jenis yang tidak sesuai sering peka terhadap hama & penyakit.
4) Pada tempat yang tidak sesuai kualitas produk kayu dan non-kayu dapat
berubah.
Daerah tropika dicirikan dengan tingkat keanekaragaman jenis flora fauna yang
sangat tinggi (mega biodiversity)
Secara umum variasi dapat terjadi karena adanya:
~ variasi geografis (antar provenans).
~ variasi lokal (antar tempat tumbuh).
~ variasi antar pohon pada suatu tempat tumbuh.
~ variasi didalam pohon

Akibat perbedaan keadaan lingkungan (environmental variation) = dapat diubah


dengan tindakan silvikultur

Akibat perbedaan susunan genetis (genetic variation) = dapat diubah dengan seleksi
& pemuliaan

Tidak Ada Batas Yang Jelas Antara Variasi Oleh Genetis & Lingkungan
pertumbuhan tinggi & bentuk batang = lebih dipengaruhi faktor genetis ?
pertumbuhan diameter = lebih dipengaruhi faktor lingkungan ?

Anda mungkin juga menyukai