Anda di halaman 1dari 57

TipeTipe Ekosistem

Tipe-tipe Ekosistem
Berdasarkan besarnya derajat campur tangan manusia kedalam
ekosistem, ekosistem dapat dibagi 2:
1. Ekosistem Alami (lengkap)
2. Ekosistem binaan atau buatan (kurang lengkap)
Ekosistem Binaan:
Komponen-komponen yang membangun ekosistem disesuaikan
dengan kebutuhan dan keinginan manusia. Komponen yang
mengganggu manusia dihilangkan dan komponen lain yang
dibutuhkan akan diintroduksikan kedalam ekosistem.
Penamaan Ekosistem
Penamaan dari ekosistem dapat bermacam-macam dan ditentukan
oleh lingkungan biotik dan abiotik yang membangunnya
Berdasarkan pada tingkat energi yang masuk kedalam
ekosistem, maka ekosistem dapat dibedakan 3 macam:

1. Ekosistem alam tenaga surya tak bersubsidi


Contoh Ekosistem Samudera dan Hutan
Disebut sistem yg tak bersubsidi krn tdk ada energi selain
energi surya
Pada umumnya sistem ini mpunyai produktifitas yg agak
rendah
2. Ekosistem Alami Tenaga Surya Bersubsidi. Contoh:
Ekosistem Estuaria (muara)
Ekosistem Terumbu karang
Ekosistem Hutan Hujan
Selain menggunakan energi surya secara langsung juga
menerima subsidi alami dalam bentuk :

Pasang surut (terjadi aliran bolak balik) pada ekosistem estuaria maka
akan terjadi siklus nutrien dn transport bahan makanan & buangan

Aliran air arus gelombang pada ekosistem terumbu karang maka akan
terjadi pengangkutan bahan makanan maupun buangan

Curah hujan tinggi dan tetap pada ekosistem hutan hujan maka
tumbuhan akan menyisihkan energi yg dibutuhkn utk mengatasi
kekeringan pd waktu tidak ada hujan
Fungsi dari Ekosistem alami tenaga surya bersubsidi:
Menyediakan bahan makanan, obat-obatan, bahan
kosmetik , serat dll
3. Ekosistem Tenaga Surya Bersubsidi Manusia contoh:
Pertanian
Peternakan
Perikanan
Perkotaan
Energi yang dimasukkan seperti irigasi, pemupukan, bahan
makanan, bahan bakar utk transportasi,seleksi genetika
pengendalian hama dll.
Tujuan memasukan energi adalah untuk meningkatkan
produktifitas ekosistem serta untuk mengatasi faktor-faktor
pembatas
Ekosistem tenaga surya bersubsidi manusia salah satu
contoh adalah Ekosistem Pekarangan

Pekarangan dapat ditanam jenis tanaman obat-obatan,


sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias,
memelihara ternak dan kolam ikan.
Dengan demikian pekarangan dapat dianggap sebagai
apotik hidup, warung hidup sebagai penyedia
sumber karbohidrat, mineral, vitamin, protein nabati
ataupun protein hewani
Pekarangan berfungsi sebagai estetika, fungsional dan
pelestarian lingkungan.
Dalam hal ini ekosistem pekarangan, termasuk
ekosistem yang stabil karena:
1. Permukaan pekarangan datar, karenanya
tidak terdapat erosi
2. Tanaman dipekarangan beraneka ragam,
dengan tajuk yg berlapis lapis, sehingga dpt
menahan air hujan yg jatuh, sehingga dpt
mengurangi air larian
3. Terbentuknya iklim mikro yg lebih baik
4. Terbentuknya humus tanah pekarangan terus
menerus
5. Dapat dilaksanakan daur ulang limbah rumah
tangga
Perkembangan Ekosistem
Seperti halnya makhluk hidup, ekosistem juga mengalami
pertumbuhan dan perkembangan melalui beberapa
tahap, dari tahap muda sampai tahap dewasa.

Proses pertumbuhan dan perkembangan komunitas


secara teratur dalam ekosistem disebut dengan Proses
Suksesi Ekologi.

Proses suksesi ekologi berjalan dari tahap rendah atau


tahap pemula sampai tahap tertinggi/klimak yang
merupakan akhir dari proses suksesi atau tercapainya
kondisi yg stabil
Suksesi ekologi dapat didefenisikan dari 3
parameter:
1.Merupakan suatu proses perkembangan
komunitas yg teratur yg dapat diramalkan

2.Suksesi mrpkn hasil dari modifikasi lingkungan


fisik oleh komunitas

3.Titik akhirnya adalah ekosistem yg stabil dgn


kandungan biomasa tinggi
Berdasarkan status pada saat perubahan, suksesi dibagi 2
tipe:

1. Suksesi Primer: terjadi pada tempat-tempat yg baru


terbentuk, misalnya bekas gunung meletus yg semua
komunitas sudah punah.

2. Suksesi Secunder : terjadi disuatu tempat yg telah


memiliki kehidupan organisme sebelumnya, misal bekas
pertanian yg ditinggal atau bekas pembakaran hutan
Tipologi Ekosistem

1. Ekosistem Darat
Luas bumi 510.056.000 km, 29,24% terdiri dari
daratan (149.137.00 km).
Permukaan daratan ditutupi oleh tanah.
Tanah berbeda dari suatu tempat ketempat lain
dsebabkan oleh perbedaan:
Batuan dasar
Iklim
Vegetasi
Iklim (temperatur, cahaya, kelembaban, curah hujan)
dan tanah secara bersama berinteraksi dengan makhluk
hidup, akan menentukan sifat dari ekosistem daratan
Hutan merupakan salah satu tipe ekosistem darat memiliki nilai
penting bagi manusia karena sesuai dg fungsi hutan yaitu:
Perlindungan
Pengaturan
Produksi
Perlindungan
- Kestabilan tanah
- Perlindungan daerah aliran sungai
- Iklim lokal
- Hidrologi tanah
- Efisiensi siklus antara tanah dan tumbuhan
Pengaturan:
Pengurangan kadar CO di atmosfer
Menghasilkan O yang sangat dibutuhkan makhluk hidup

Produksi:
- Kayu untuk Industri & konstruksi
- Senyawa kimia untuk obat-obatan, kosmetik, minyak
atsiri dll
- Habitat bagi berbagai jenis tumbuhan dan hewan
- Tempat mengembangkan ilmu pengetahuan dengan
melakukan penelitian-penelitian
Tipe Hutan Tropis Menurut Iklim di Indonesia

1. Hutan Tropis Basah


Hutan tropis basah adalah hutan yang
memperoleh curah hujan yang tinggi, sering juga
kita kenal dengan istilah hutan pamah. Hutan
jenis ini dapat dijumpai di Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku Bagian Utara dan Papua. Jenis-
jenis yang umum ditemukan di hutan ini, yaitu :
Meranti (Shorea dan Parashorea), keruing
(Dipterocarpus), Kapur (Dryobalanops), kayu besi
(Eusideroxylon zwageri), kayu hitam (Diospyros
sp).
Tipe Hutan Tropis Menurut Iklim di Indonesia

2. Hutan Muson Basah


Hutan muson basah merupakan hutan yang
umumnya dijumpai di Jawa Tengah dan Jawa
Timur, periode musim kemarau 4-6 bulan.
Curah hujan yang dialami dalam satu tahun
1.250 mm-2.000 mm. Jenis-jenis pohon yang
tumbuh di hutan ini antara lain jati, mahoni,
sonokeling, pilang dan kelampis.
Tipe Hutan Tropis Menurut Iklim di Indonesia

3. Hutan Muson Kering


Hutan muson kering terdapat di ujung timur
Jawa, Bali, Lombok dan Sumbawa. Tipe hutan
ini berada pada lokasi yang memiliki musim
kemarau berkisar antara 6-8 bulan. Curah
hujan dalam setahun kurang dari 1.250 mm.
Jenis pohon yang tumbuh pada hutan ini yaitu
Jati dan Eukaliptus.
Tipe Hutan Tropis Menurut Iklim di Indonesia

4. Hutan Savana
Hutan savana merupakan hutan yang banyak
ditumbuhi kelompok semak belukar diselingi
padang rumput dengan jenis tanaman berduri.
Periode musim kemarau 4 6 bulan dengan
curah hujan kurang dari 1.000 mm per tahun.
Jenis-jenis yang tumbuh di hutan ini umumnya
dari Famili Leguminosae dan Euphorbiaceae. Tipe
Hutan ini umum dijumpai di Flores, Sumba dan
Timor.
Tipe-tipe Hutan pada Kondisi Khusus (Azonal)

Hutan pada tipe azonal umumnya dipengaruhi oleh kondisi


tanah dan air serta kondisi tempat tumbuh yang miskin hara.

1. Hutan Mangrove
Hutan yang berada di tepi pantai, didominir oleh pohon-
pohon tropika atau belukar dari genus Rhizophora,
Languncularia, Avicennia dan lain-lain.
2. Hutan Gambut (Peak Forest)
Hutan yang tumbuh pada tanah organosol dengan lapisan
gambut yang memiliki ketebalan 50 cm atau lebih,
umumnya terdapat pada daerah yang memiliki tipe iklim A
atau B menurut klasifikasi tipe iklim Schmidt dan
Ferguson.Banyak terdapat di pulau Sumatera dan
Kalimantan
Tipe Hutan pada kondisi khusus

3. Hutan Rawa (Swamp Forest)


Hutan yang tumbuh pada daerah-daerah yang
selalu tergenang air tawar, tidak dipengaruhi
iklim. Pada umumnya terletak dibelakang
hutan payau dengan jenis tanah aluvial.
Tegakan hutan selalu hijau dengan pohon-
pohon yang tinggi bisa mencapai 40 m dan
terdiri atas banyak lapisan tajuk
Ekosistem Pesisir dan Lautan
Indonesia merupakan negara kepulauan terluas di dunia terdiri
dari:
- 17.500 pulau-pulau besar dan kecil
- Panjang garis pantai 809.790 km
- Luas laut 3,1 juta km
Laut merupakan sumber:
Pangan terutama protein hewani
Pada kedalaman 2.000 5.000 m terdapat nikel, perak, kobalt,
tembaga, besi, minyak dan gas bumi
Pada wilayah pesisir:
Pertambangan, pertanian, perikanan, rekreasi dan pariwisata
dan pemukiman
Beranekaragam tipe ekosistem di wilayah pesisir:
Hutan Mangrove, Terumbu karang, Padang Lamun, Rumput
laut dan Estuaria
Ekosistem Hutan Mangrove
Pengertian:
Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai
tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon
mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang
pada daerah pasang surut pantai berlumpur.
Hutan mangrove Indonesia merupakan hutan
mangrove terluas di dunia , yaitu 27 % berada di
Indonesia
Kalau dibandingkan dgn luas mangrove yg terdapat di
Asia Tenggara, maka 75% terdapat di Indonesia
Kekhasan ekosistem mangrove Indonesia adalah memiliki
keragaman jenis yang tertinggi di dunia. Sebaran mangrove
di Indonesia terutama di wilayah pesisir Sumatera,
Kalimantan dan Papua. Namun demikian, kondisi
mangrove Indonesia baik secara kualitatif dan
kuantitatif terus menurun dari tahun ke tahun.

Saat ini, tercatat Indonesia mempunyai hutan mangrove


seluas 9,36 juta hektar yang tersebar di seluruh Indonesia.
Sekitar 48 persen atau seluas 4,51 juta hektar rusak sedang
dan 23 persen atau 2,15 juta hektare lainnya rusak berat.
Kerusakan hutan mangrove di Indonesia sebagian besar
diakibatkan oleh ulah manusia. Baik berupa konversi
mangrove menjadi sarana pemanfaatan lain seperti
pemukiman, industri, rekreasi dan lain sebagainya.
Karakteristik Habitat Hutan Mangrove

Umumnya tumbuh pada daerah jenis tanah


berlumpur, berlempung, atau berpasir
Daerahnya tergenang air laut secara berkala, baik
setiap hari maupun yang hanya tergenang pada saat
pasang purnama
Terlindung dari gelombang besar dan arus pasang
surut yang kuat
Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat
Air bersalinitas payau (2-22 per mil) hingga asin
sampai 38 per mil
Zona Hutan Mangrove

Zona Api-api (Avicenia-Sonneratia)


Terletak paling jauh/luar atau dekat dengan laut, keadaan
tanah berlumpur dalam, kaya bahan organik dan kadar garam
agak tinggi.
Zona Bakau (Rhizophora.sp)
Lebih agak ke darat, terletak di belakang zona api-api dan
keadaan tanah berlumpur dangkal
Zona Tancang (Bruguiera)
Terletak di belakang zona bakau, keadaan tanah berlumpr
agak keras
Zona Nipah ( Nypa fructicane)
Transisi antara hutan mangrove dengan hutan daratan
rendah, keadaan tanah keras
Zona Api api
Zona Bakau
Bakau
Zona Tancang
Zona Nipah
Skema pohon mangrove dg lingkungan
biotik
Adaptasi Pohon Mangrove
Adaptasi terhadap kadar oksigen rendah
Pohon mangrove memiliki bentuk perakaran seperti akar lutut, akar
papan, akar cakar ayam dan akr tunjang/tongkat penyangga

Adaptasi terhadap kadar garam tinggi


Memiliki sel-sel khususu dalam daun, berfungsi menyimpan garam
Berdaun tebal dan kuat yang banyak mengandung air untuk
mengatur keseimbangan garam
Daun memiliki struktur stomata khusus untuk mengurangi
penguapan

Adaptasi terhadap tanah kurang stabil dan adanya pasang surut.


Struktur akar dapat berkembang sangat ekstensif dan membentuk
kearah horizontal yang lebar
Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove
Sebagai peredam gelombang dan angin badai,puting beliung,
pelindung dari abrasi, perembesan air laut, penahan lumpur
dan perangkap sedimen
Penghasil sejumlah besar detritus dari daun dan akar pohon
mangrove
Daerah asuhan (nursery grounds), daerah mencari makan
(Feeding grounds) dan daerah pemijahan (Spawning grounds)
berbagai jenis ikan, udang dan biota laut lainnya
Penyerap bahan pencemar, gas buang kendaraan, industri
terutama CO penyebab perubahan iklim dll
Penghasil kayu untuk bahan konstruksi, kayu bakar, bahan
baku arang, bahan baku kertas (pulp)
Pemasok larva ikan, udang dan biota laut lainnya
Sebagai tempat pariwisata
Rantai makanan pada Ekosistem Hutan Mangrove
Serasah dari Tumbuhan Mangrove

Dekomposisi oleh bakteri dan fungi Sbagai partikel serasah(detritus)

Zat hara (nutrien) Ikan kecil, udang


kepiting (Detrivora) M
a
-Fitoplankton Ikan-ikan besar n
-Alga (Karnivora kecil) u
-Tumbuhan Mangrove s
i
Ikan besar, burung a
ikan pari dll(karnivora besar)
Permasalahan Hutan Magrove
Konversi kawasan hutan mangrove menjadi berbagai peruntukan
lain seperti tambak, pemukiman dan kawasan industri secara tidak
terkendali.
Belum adanya kejelasan tata ruang dan rencana pengembangan
wilayah pesisir sehinnga banyak terjadi tumpang tindih
pemanfaatan kawasan hutan mangrove utk berbagai kegiatan
pembangunan.
Penebangan mangrove utk kayu bakar, bahan bangunan dan
kegunaan lainnya melebihi kemampuan utk pulih kembali.
Pencemaran akibat buangan limbah minyak, industri dan rumah
tangga.
Pengendapan (sedimentasi) akibat pengelolaan kegiatan lahan atas
yang kurang baik.
Proyek pengairan yang dapat mengurangi aliran masuk air tawar
(unsur hara) kedalam ekosistem mangrove
Proyek pembangunan yg dapat mengurangi sirkulasi arus pasang
surut
EKOSISTEM TERUMBU KARANG
Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang
bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga(ganggang)
Ganggang merupakan produsen pada ekosistem terumbu
karang , karena dapat melakukan fotosintesis
Jenis ganggang yang berperan adalah:

1. Ganggang endozoic, tergolong dinoflagelata dan terdapat di


dalam endoderm polip binatang karang
2. Ganggang filamen yang kaya klorofil. Ganggang ini
memberikan warna yang kehijau hijauan pada masa karang
yang hidup
3. Ganggang kerangka (skeletal alga), termasuk anggota
klorophyta (ganggang hijau)
Indonesia dikenal sebagai pusat distribusi terumbu karang
untuk seluruh Indo-Pasifik. Indonesia memiliki areal terumbu
karang seluas 60.000 km2 lebih.

Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem


laut yang penting karena menjadi sumber kehidupan bagi
beraneka ragam biota laut.

Di dalam ekosistem terumbu karang ini pada umumnya hidup


lebih dari 300 jenis karang, yang terdiri dari sekitar 200 jenis
ikan dan berpuluhpuluh jenis moluska, crustacean, sponge,
alga, lamun dan biota lainnya (Dahuri, 2000).

Terumbu karang bisa dikatakan sebagai hutan tropis


ekosistem laut. Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang
hangat dan bersih dan merupakan ekosistem yang sangat
penting dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat
tinggi.
Tipe-tipe Terumbu Karang Berdasarkan Jenis

Terumbu karang keras ( hard coral ) merupakan karang batu


kapur yang keras yang membentuk terumbu karang. Karang
batu ini menjadi pembentuk utama ekosistem terumbu
karang. Walaupun terlihat sangat kuat dan kokoh, karang
sebenarnya sangat rapuh, mudah hancur dan sangat rentan
terhadap perubahan lingkungan.

Terumbu karang lunak ( soft coral ) tidak membentuk karang.


Tipe Terumbu Karang Berdasarkan Lokasi dan Bentuk

1. Terumbu karang tepi atau pantai (fringing reefs)

Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas


pesisir pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa
mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke
arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya,
terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya
bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi
pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas
mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), Pulau
Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali), Irian jaya, Kepulauan Riau,
Mentawai.
2. Terumbu karang penghalang (barrier reefs)
Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif
jauh dari pulau, sekitar 0.52 km ke arah laut lepas
dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga
75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air)
atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan
kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di
sekitar pulau sangat besar atau benua dan
membentuk gugusan pulau karang yang terputus-
putus. Contoh: Batuan Tengah (Bintan, Kepulauan
Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan), Kepulauan
Banggai (Sulawesi Tengah).
3. Terumbu karang cincin (atolls)

Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari


pulau pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat
perbatasan dengan daratan dan biasanya terdapat di laut dalam.
Dijumpai di lepas pantau flores, Taka Bone (Sulawesi), Maratua
(Kalimantan Selatan), Pulau Dana (NTT), Mapia (Papua)

4. Terumbu karang datar/Karang lepas

Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal


dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI
Jakarta), kepulauan ujung batu (Aceh) sedikit diUjung Pandang.
Terumbu karang tepi
Terumbu karang Atolls
Manfaat Ekosistem Terumbu Karang
Dari segi ekonomi ekosistem terumbu karang memiliki nilai
estetika dan tingkat keanekaragaman biota yang tinggi yang
dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan, bahan obat
obatan bahan bangunan ataupun sebagai objek wisata bahari.

Fungsi ekologisnya, terumbu karang yang sangat penting dalam


menjaga keseimbangan lingkungan dan menyumbangkan
stabilitas fisik, yaitu mampu menahan hempasan gelombang
yang kuat sehingga dapat melindungi pantai dari abrasi.
Sebagai tempat tinggal, berlindung, mencari makan dan
berkembang biak bagi biota laut seperti ikan, udang, kepiting dll

Adapun dari sisi social ekonomi, terumbu karang adalah sumber


perikanan yang produktif sehingga dapat meningkatkan
pendapatan nelayan, penduduk pesisir, dan devisa Negara yang
berasal dari devisa perikanan dan pariwisata bahari.
Persyaratan Hidup Terumbu Karang
Air jernih
Cahaya matahari cukup
Suhu (15 30)C
Salinitas 27 40 per mil
Ada arus membawa makanan dan substrat

Kegiatan yang menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu karang:


Eksploitasi karang secara berlebihan
Pengerukan pasir disekitar terumbu karang (tambang pasir)
Peledakan terumbu karang
Adanya bangunan bangunan pengeboran minyak lepas pantai dan
termasuk sistem pengangkutan minyak mentah yg kurang baik,
kegiatan penambangan mineral dan logam didasar laut
menyebabkab air menjadi keruh dan mengancam kehidupan
terumbu karang
Contoh Gambar Spesies Karang
Contoh gambar spesies karang

Hard coral Soft coral


Ekosistem Terumbu Karang
Ekosistem Terumbu Karang
Ekosistem Terumbu karang
Ekosistem Terumbu Karang
Soft coral
Karang meja (Hard coral)
EKOSISTEM PADANG LAMUN
Pola hidup lamun sering berupa hamparan maka dikenal
juga istilah padang lamun (Seagrass bed) yaitu hamparan
vegetasi lamun yang menutup suatu area pesisir/laut
dangkal, terbentuk dari satu jenis atau lebih dengan
kerapatan padat atau jarang. Lamun umumnya
membentuk padang lamun yang luas di dasar laut yang
masih dapat dijangkau oleh cahaya matahari yang
memadai bagi pertumbuhannya. Lamun hidup di perairan
yang dangkal dan jernih, dengan sirkulasi air yang baik. Air
yang bersirkulasi diperlukan untuk menghantarkan zat-zat
hara dan oksigen, serta mengangkut hasil metabolisme
lamun ke luar daerah padang lamun.
Di Indonesia terdapat di Selat malaka, Teluk Jakarta,
Kepulauan Seribu dan kepulauan Riau
Fungsi Padang Lamun

Fungsi ekologis padang lamun:

Produsen detritus dan zat hara.


Menstabilkan dasar perairan dg sitem perakaran
yang padat dan saling menyilang.
Sebagai tempat berlindung, mencari makan,
tumbuh besar, dan memijah bagi beberapa jenis
biota laut, terutama yang melewati masa
dewasanya di lingkungan ini.
Pelindungi pantai dengan cara meredam arus.
Penghasil oksigen dan mereduksi karbondioksida
di dasar perairan
Fungsi Ekonomis Padang Lamun
Terdapat 360 spesies ikan, 117 makro alga, 24
jenis moluska, 70 jenis krustasea dan 45 jenis
ekodermata sprt teripang. Selain itu padang
lamun bisa dimanfaatkan utk pembuatan tikar,
bahan kima dan obat-obatan
Ekosistem Padang lamun
Ekosistem Padang lamun

Anda mungkin juga menyukai