Anda di halaman 1dari 15

Kelompok 1

1. Wildan Babul Rayyan 2013041021


2. Ni Luh Erawati 2013041030
3. Yusnaida Eka Setiani 2013041035
4. Berliana Gustina Siregar 2013041036
5. Andrea Nicalys Rumbarar 2013041039
EKOSISTEM DARAT HUTAN DAN
PERTANIAN
Bab IV. 4.1 Ekosistem Darat
4.2 Ekosistem Hutan
4.3 Ekosistem Pertanian (agroekostem)

LINGKUNGAN TROPIKA DAN


KARAKTERISTIKNYA

Bab V. 5.1 Lingkungan Tropika


5.2 Beberapa Corak Ekologi Etika Daerah Tropika
5.3 Pulasi Daerah Tropika
5.4 Habitat, Habitat Mikro Dan Relung Ekologi
5.5 Hipotesis untuk Keanekaragaman yang Tinggi pada
Spesies dalam Komunitas

EKOSISTEM HUTAN TROPIS


Bab VI. 6.1 Ekosistem Hutan Tropis
Ekosistem Darat
Sesuai dengan namanya, ekosistem darat merupakan ekosistem (yakni interaksi antara makhluk hidup dan juga lingkungannya) yang berada
di wilayah daratan. Sehingga ekosistem darat ini merupakan kehidupan makhluk hidup dan lingkungannya yang ada di wilayah daratan.

ciri- cici dari ekosistem darat:


● Ekosistem yang memiliki lingkungan fisik berupa daratan.
● Memiliki tipe struktur vegetasi dominan dalam skala luas.
● Jenis tumbuhan dan juga hewan beradaptasi pada lingkungan atau wilayah daratan
komponen yang ada di dalam ekosistem darat.
● Komponen biotik. Komponen biotik atau komponen yang berupa makhluk hidup yang ada di ekosistem daratan banyak sekali
jenisnya, yakni binatang, tumbuhan, manusia, serta organisme- organisme lainnya.
● Komponen abiotik. Selain komponen yang hidup, ada pula komponen yang tidak hidup. Meskipun tidak hidup namun keberadaan
komponen ini bisa mempengaruhi komponen- komponen lain yang ada di ekosistem tersebut. Berikut merupakan komponen abiotik
atau komponen yang tidak hidup di ekosistem darat, yaitu suhu, cahaya matahari, air, iklim, tanah, garam batu, dan lain sebagainya .
Jenis jenis Ekosistem Darat
● Bioma hutan gugur
● Bioma sabana
● Bioma tundra
● Bioma gurun
● Bioma taiga
● Bioma hutan hujan tropis
● Padang rumput
Ekosistem hutan
Ekosistem hutan adalah salah satu ekosistem dengan cakupan wilayah alami berupa hutan Di dalam hutan inilah makhluk hidup saling
berinteraksi satu dengan lainnya. Selain itu, ekosistem ini dinilai sebagai tempat berkumpul beberapa populasi tumbuhan dan hewan.

Menyoal keseimbangan ekosistem hutan dikategorikan bersifat dinamis karena adanya interaksi antar makhluk hidup. Baik itu interaksi
langsung ataupun tidak langsung. Bahkan, sejak zaman dahulu hutan mendapat julukan “paru- paru Bumi”.

Komponen dari ekosistem hutan juga terbentuk berdasarkan makanan yang terbagi dua. Pertama, komponen autotrof yaitu komponen dapat
menyediakan makanan atau membuat makanan sendiri. Umumnya makhluk hidup dari komponen autotrof memiliki klorofil atau zat hijau
daun, contohnya rumput dan pepohonan. Kedua, komponen heterotrofik yakni makhluk hidup yang memanfaatkan bahan makanan yang
diperoleh dari autotrof. Contohnya, hewan, jasad renik, rayap, hingga jamur.

jenis-jenis ekosistem hutan:

1. Letak geografis
• Hutan tropis, yakni wilayah hutan dilewati dengan garis khatulistiwa.
• Hutan temperate, yakni hutan dengan 4 musim.
• Hutan boreal, berada di wilayah kutub- kutub Bumi.
2. Musim
Ekosistem hutan juga dilihat dari perubahan musim yang terjadi sepanjang tahun, yakni :
• Hutan hujan, merupakan hutan dengan curah hujan yang tinggi dan terjadi rutin sepanjang tahun.
• Hutan hijau (evergreen forest), yaitu hutan dengan vegetasi tumbuhan hijau terlihat sepanjang tahun.
• Hutan gugur (deciduous forest), merupakan hutan yang memiliki berbagai tanaman dapat menggugurkan daun saat waktu musim gugur
tiba. Ketika musim dingin datang, air dalam hutan gugur akan menjadi beku.
• Hutan Sabana (savannah forest), merupakan hutan yang berada dalam area yang waktu musim kemaraunya panjang. Biasanya berupa
padang rumput luas yang hanya diselingi sedikit pohon.
3. Ketinggian Wilayah
Ekosistem hutan dilihat dari ketinggian wilayahnya, antara lain:
• Hutan pantai (beach forest), merupakan hutan yang letaknya di area pantai atau dekat pantai.
• Hutan dataran rendah (lowland forest)
• Hutan pegunungan bawah (submountain forest) terletak pada wilayah paling bawah pegunungan.
• Hutan pegunungan atas (mountain forest), terletak pada puncak atau dataran tinggi dari wilayah pegunungan.
• Hutan kabut (mist forest) dan hutan elfin (alpine forest).
4. Kondisi Tanah
Kondisi tanah ternyata mempengaruhi ekosistem hutan, sehingga terbagi sebagai berikut:
• Hutan tanah kapur (limestone forest), hutan yang kondisi tanahnya berupa gamping dan kapur. Dampaknya sangat sulit ditumbuhi
pepohonan, salah satu pohon yang dapat tumbuh disini yaitu pohon jati.
• Hutan kerangas (health forest).
• Hutan rawa gambut (peat swamp- forest), hutan yang kondisi tanah didominasi oleh rawa gambut.
• Hutan rawa air- tawar (freshwater swamp- forest)
EKOSISTEM PERTANIAN ( AGROEKOSISTEM )
Agroekosistem atau ekosistem pertanian merupakan satu bentuk ekosistem binaan manusia yang perkembangannya
ditujukan untuk memperoleh produk pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Terdapat
perbedaan ekosistem yang sangat nyata amtara ekosistem alami dan agroekosistem . perbedaan tersebut adalah
No Sifat Ekosistem alami
1. Kemantapan ekologis stabil
2. Keanekaragaman kelompok biotic Tinggi
3. Produktivitas Rendah
4. Manfaat langsung relative untuk manusia Rendah

1. Keanekaragaman
Salah satu perbedaan yang kontras antara ekosistem pertanian dengan ekosistem hutan alam adalah jumlah dan jenis
tanaman ataupun hewan . hutan alam memiliki jumlah dan jenis tanaman- tanaman yang banyak . sementara
pertanian hanya memiliki jumlah dan jenis tanam-tanaman yang sangat terbatas . bahkan dalam perkembangan ,
dalam satu areal pertanian hanya ditanami satu jensi tanaman ( mono cropping system) . hal ini tentu saja tidak
efektif dalam segala aspek apalagi kalua kita berbicara soal keanekaragaman hayati .
2. Persoalan Hama
Hampir bisa dikatakan tidak ada persoalan hama di hutan alam. Tidak akan pernah kita menemukan satu jenis tanaman di serang hama dan
sampai merusak seluruh tanaman yang ada di dalam hutan. Sebaliknya di areal pertanian , permasalahan hama menjadi sangat serius dan
tidak jarang mengakibatkan kegagalan panen. Petani biasanya menggunakan pestisida untuk mengendalikan hama .

3. Kesuburan Tanah
Berbicara tentang kesuburan tanah , hutan alam memiliki system perawatan dan penjagaan kesuburan tanah yang paling ideal . kesuburan
tanah yang paling ideal. Kesuburan tanah secara alamiah meningkat dan berlangsung terus- menerus. Tidak terjadi kelihangan unsur hara
atau mineral. Hal ini disebabkan karena mata rantai makanan ( nutrient cycle) terus berlangsung . pasokan daun-daun yang jatuh serta
kotoran hewan bercampur di tanah , kemudian mikroorganisme mengubah bentuknya menjadi unsur hara .

4. Produksi Bio-masa
Hutan mampu memproduksi biomassa yang sangat besar. Besarnya hamper dua kali lipat dari jumlah bio-massa di areal pertanian.
Penyebab utamanya adalah struktur dari lapisan atas tanah dan tidak terganggunya mata rantai makanan. Penyebab lain karena hutan alam
mampu mempergunakan secara maksimal energi seperti matahari, air hujan , udara dan lain-lain. Aspek lain yang lebih penting karena
pasokan untuk keberlangsungan mata rantai makanan terus terjaga .
Energi yang dimasukkan sebagai subsidi pada agroekosistem adalah:
● Energi mekanik yang dipergunakan untuk pengolahan tarah, pengelolaan ekosistem,
● Energi kimia yang berupa pupuk dan pestisida serta pemilihan bibit unggul.
● Energi listrik yang dipergunakan untuk sarana-sarana penunjang.
Lingkungan tropika

Garis lintang merupakan garis maya yang mengelilingi bumi, membentang dari arah barat ke timur, maupun sebaliknya, dan sejajar
dengan ekuator(khatulistiwa). Garis lintang terus melingkari bumi, dari equator ke bagian kutub utara dan kutub selatan bumi. Menurut
penamaannya, kelompok garis yang berada di sebelah selatan equator disebut Lintang Selatan (LS). Sedangkan kelompok garis yang beator
disebut Lintang Utara (LU). Garis khatulistiwa sering juga disebut dengan arah tropika/tropis adalah daerah di permukaan Bumi, yang secara
geografis berada di yang dibatasi oleh dua garis lintang 23.5 derajat LS dan 23.5 derajat LU atau Garis Balik (GBU tropic ofCancer) di utara
dan Garis Balik Selatan (GBS, Tropic of Capricorn
Lingkungan tropika, terdiri dari wilayah khatulisti wa dan wilayah yang meluas ke utara sampai sekitar garis balik utara (GBU, 231/ 으
lintang utara) dan ke selatan sampai garis balik selatan (GBS, 231/ lintang selatan). Akan tetapi dalam hal yang terkait dengan hewan dan
tumbuhan, daerah tropic disebut. Karena banyak tumbuhan dan hewan khas daerah tropika juga dapat ditemukan di luar garis lintang tersebut .
tersebut. Yaitu tempat yang aliran arus lautnya bergerak dari khatulistiwa menuju ke kutub. Massa daratan dengan laut yang dilalui arus
tersebut menjadi lebih hangat dibandingkan daerah lainnya.

Ada juga beberapa daerah di luar wilayah tropika yang vegetasinya adalah hujan hutan tropika Contohnya ditemukan di Myanmar bagian
utara, Brazil bagian timur dan Australia bagian timur. Perlu diketahui bahwa pada daerah tropika sering ditemukan keadaan yang bertentangan,
yaitu pada daerah dengan ketinggian yang besar, seperti daerah dengan flora pegunungan, yang terdiri atas tumbuhan khas daerah iklim
sedang. Di antara garis lintang 23/2 Utara dan 23/2 Selatan, yang merupakan batas utama daerah tropika, matahari terdapat tepat pada puncak
atau pada ketinggian maksimumnya dua kali setahun, sedangkan di luar daerah tropika kejadian itu hanya berlangsung sekali setahun. Sudut
datang sinar surya juga lebih curam daripada di daerah lintang iklim sedang, sehingga hamparan cahaya pada tanah lebih merata di daerah
tropika dan arah kemiringan lahannya tidak begitu penting daripada di daerah lintang iklim sedang.batnya adalah terdapatnya suhu yang cukup
tinggi sepanjang tahun di hampir semua dari eadapan ini menguntungkan bagi pertukaran zat (metabolisme) yang tetap.
Populasi daerah tropika
Tumbuhan daerah tropis biasanya berdaun lebar dan hijau abadi (tidak menggugurkan daun), atau jika memiliki perilaku peluruh
mereka tidak dipengaruhi oleh suhu atau durasi radiasi Matahari melainkan oleh ketersediaan air di tanah. Wilayah tropis di seluruh
dunia dikenal dalam biogeografi sebagai wilayah pantropis ("seluruh tropis"), untuk dipertentangkan dengan wilayah per benua, seperti
Amerika tropis, atau Asia tropis.
daerah beriklim tropis meliputi negara Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Singapura, dan sekitarnya. Fauna atau hewan yang
terdapat didaerah ini antara lain: gajah, orang utan, harimau, kerbau, rusa.
daerah beriklim sedang meliputi Amerika, Kanada, Inggris, belanda, Italia, dan sekitarnya. Fauna atau hewan yang terdapat didaerah
ini antara lain: rubah, rakun, beruang.
daerah beriklim dingin meliputi greenland, dan daerah kutub utara , kutub selatan. Fauna atau hewan yang terdapat didaerah ini antara
lain: penguin, beruang kutub, rusa kutub.
Hutan hujan tropis adalah tipe hutan dengan pohon-pohon yang tinggi, iklim yang
hangat, dan curah hujan yang tinggi. Di beberapa hutan hujan, curah hujannya
lebih besar dari 1 inchi per hari. Hutan hujan dapat ditemukan di Afrika, Asia,
Australia, serta Amerika Tengah dan Selatan. Hutan hujan terbesar di dunia adalah
hutan hujan Amazon. Hutan hujan dapat dijumpai di daerah tropis, daerah di
antara Capricorn Tropis dan Cancer Tropis. Di daerah ini, matahari bersinar sangat
kuat dan dengan kuantitas waktu yang sama setiap hari sepanjang tahun, sehingga
menjadikan iklim hangat dan stabil. Banyak negara memiliki hutan hujan. Negara-
negara dengan jumlah hutan hujan terbesar adalah: (1) Brazil, (2) Kongo Republik
Demokratik, (3) Peru, (4) Indonesia, (5) Kolombia, (6) Papua Nugini, (7)
Venezuela, (8) Bolivia, (9) Meksiko, dan (10) Suriname
HABITAT, HABITAT-MIKRO DAN RELUNG EKOLOGI
1. Habitat
Habitat adalah tempat suatu makhluk hidup tinggal dan berkembang biak. Pada dasarnya, habitat adalah lingkungan menuju
lingkungan fisik di sekeliling populasi suatu spesies yang memengaruhi dan dimanfaatkan oleh spesies tersebut. Menurut Clements
dan Shelford (1939), habitat adalah lingkungan fisik yang ada di sekitar suatu spesies, atau populasi spesies, atau kelompok
spesies, atau komunitas. Dalam ilmu ekologi, bila pada suatu tempat yang sama hidup berbagai kelompok spesies (mereka berbagi
habitat yang sama) maka habitat tersebut disebut sebagai biotop Terdapat beberapa golongan habitat: hutan rimba, hutan kecil,
gurun, lereng pegunungan, kolam, sungai, rawa, dan laut. Area padang rumput tertentu seperti Pampas di Argentina adalah contoh
suatu habitat. Habitat yang lebih luas seperti padang belantara atau hutan hujan dinamakan Bioma.

2. Habitat – mikro ( lingkungan – mikro )


Dalam suatu komunitas yang mepunyai habitat umum yang sama, dapat terjadi bahwa beberapa diantara jasadnya sebenarnya hidup
dalam badan yang jauh berbeda dari keadaannya yang umum. Sebagai contoh, di dalam busut rayap kelembapan jauh lebih tinggi
dan suhu kurang beragam daripada dalam habitat sekitarnya. Daerah kecil – kecil ini sering dinamakan lingkungan – mikro. Iklim
– mikro atau habitat – mikro. Pentingnya iklim yang sesuai untuk jasad digambarkan oleh perilaku dua spesies nyamuk dalam
hutan hujan di Trinidad. Ternyata di tempat itu spesies nyamuk anopheles homonoulus memerlukan atmosfer yang lebih lembab
daripada anopheles billater. Jenis yang pertamaselalu tinggal lebih dekat ke tanah daripada jenis ke dua, karena kelengasanya
dibawah lebih tinggi . dengan turunya kelembaban karena terbitnya matahari di pagi hari sampai tengah hari, kedua spesies
nyamuk itu baik lebih tinggi di dalam hutan, tetapi tetap mempertahankan kedudukan nisbi masing – masing.
3. Relung Ekologi

Relung ekologi (ecological niche) adalah jumlah total semua penggunaan sumberdaya biotik dan abiotik oleh organisme di
lingkungannya. Salah satu cara unuk menangkap konsep itu adalah melalui analogi yang dibuat oleh ahli ekologi Eugene Odum : Jika
habitat suatu organisme adalah alamatnya, relung adalah pekerjaannya. Dengan kata lain, relung suatu organisme adalah peranan
ekologisnya bagaimana ia “cocok dengan” suatu ekosistem. Relung suatu populasi kadal pohon tropis, misalnya terdiri dari banyak
variabel, antara lain kisaran suhu yang dapat ia tolerir, ukuran pohon dimana ia bertengger, waktu siang hari ketika ia aktif, serta ukuran
dan jenis serangga yang ia makan. Istilah relung fundamental (fundamental niche) mengacu pada kumpulan sumberdaya yang secara
teoristis mampu digunakan oleh suatu populasi dibawah keadaan ideal. Pada kenyataannya, masing-masing populasi terlibat dalam jaring-
jaring interaksi dengan populasi spesies lain, dan pembatas biologis, seperti kompetisi, predasi, atau ketidakhadiran beberapa sumberdaya
yang dapat digunakan, bisa memaksa populasi tersebut untuk hanya menggunakan sebagian relung fundamentalnya Sekarang kita dapat
menyatakan kembali prinsip eksklusi kompetitif untuk menyatakan bahwa dua spesies tidak dapat hidup bersama-sama dalam suatu
komunitas jika relungnya identik.

Habitat dan relung. Tempat hidup seekor hewan disebut habitatnya, sejumlah habitat umum , antara lain: tanah berlumpur, bendungan,
kuala, gurun, dan sebagainya. Dalam golongan-golongan besar ini terdapat pembagian-pembagian lagi. Jadi beberapa hewan di daerah tepi
danau meliang di dalam lumpur sedangkan yang lain hidup di antara tumbuhan ini. Subdivisi habitat demikian itu disebut mikrohabitat.
Relung ekologis suatu organisme harus tersedia di dalam habitatnya. Akan tetapi, konsep relung menyangkut pertimbangan yang tidak
hanya sekedar tempat tinggal organisme
HIPOTESIS UNTUK KEANEKARAGAMAN YANG TINGGI PADA SPESIES
DALAM KOMUNITAS

● Spesies tropika dapat lebih teggang terhadap relung ekologi yang tumpah tindih, dengan menganggap relung itu
sebagi corak ragam lingkungan – mikro pada habitat tropika majemuk, terutama di dalam hutan.
 
● Hipotesis lain mencoba menerangkan keanekaragaman yang lebih besar pada spesies tropika berdasarkan
tersedianya sumberdaya, terutama hal pakan. Di sini diperdebatkan bahwa karena tingkat produksi di daerah tropika
tinggi, maka selamanya terdapat sumber daya makanan yang memadai untuk spesies baru, sehingga memungkinkan
spesies itu memasuki komunitas itu.

● Masih ada hipotesis lain yang mengemukakan bahwa banyaknya pemangsaan dan parasitisme dalam lingkungan
tropika cenderumg membatasi berlimpahnya spesies tertentu, dan dengan demikian mempersulit banyak spesies
untuk menambah kerapatan spesiesnya.

● Yang terakhir, yaitu hepotesis yang mengemukakan bahwa daerah tropika pada masa silam telah memberikan lebih
banyak kesempatan pembentukan spesies, tetapi spesies ini lamban penyesuaian terhadap iklim yang mencangkup
musim dingin
Ekosistem Hutan Tropis
Ekosistem hutan hujan tropis merupakan suatu sistem ekologi pada suatu wilayah luas yang didominasi oleh
kumpulan pohon – pohon tinggi yang didalamnya terdapat keanekaragaman spesies yang terbentuk pada daerah
beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi dan suhu lembab
Mengenal Ekosistem Hutan Tropis Indonesia
Deskripsi Schimper tentang hutan tropis masih relevan dan digunakan hingga saat ini.  Menurutnya, hutan tropis
dicirikan dengan pepohonan setinggi minimal 30 meter, menyerap air, selalu hijau, dan basah.  Komunitas tumbuhan
dipenuhi oleh liana berbatang, dan epifit yang menempel di mana-mana.
Hutan tropis ternyata bukan saja memiliki curah hujan tinggi, tetapi mencakup pula hutan musim atau hutan monsun. 
Tipe hutan monsun dicirikan dengan gugur daun pada musim panas (Whitmore 1984).  Collins et al. (1991)
menyatakan bahwa hutan monsun tropis di Indonesia dapat ditemui di Jawa Timur, Madura, Bali dan Nusa Tenggara.  Penyebaran hutan
monsun ini sampai ke bagian Selatan Papua dan ke utara Sulawesi bagian Selatan.
Schimper membagi dua macam hutan tropis (Collin et al. 1991, Whitmore 1998), yaitu hutan hujan tropis dan hutan monsun tropis. 
Pembahasan hutan monsun tropis lebih sedikit jika dibandingkan dengan hutan hujan tropis. 
Maka kadangkala pembahasan hutan hujan tropis, juga meliputi hutan monsun tropis. 
Ciri utama hutan monsun tropis adalah curah hujan bulanan lebih dari 3 bulan di bawah 60 mm.
Pembagian tipe ekosistem hutan dan definisi ekosistem hutan berbeda-beda antara satu ahli dengan ahli lainnya. 
Meski demikian melalui ciri-ciri umum, kita bisa mengenali tipe sebuah ekosistem di kawasan tropis. 
Untuk menentukan tipe suatu ekosistem, salah satunya dapat dilihat dari vegetasinya.
Klasifikasi vegetasi dapat dibedakan berdasarkan iklim, elevasi, substrat (tempat tumbuh), dan struktur vegetasi. 
Jika dirinci, Indonesia memiliki 57 tipe ekosistem alami di Indonesia (Kartawinata 2013). 
Namun secara umum tipe vegetasi di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi beberapa tipe ekosistem utama

Anda mungkin juga menyukai