Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH EKOLOGI TUMBUHAN

EKOSISTEM TERESTRIAL

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Tumbuhan

Dosen Pembimbing :

Dr. Arwin Surbakti, M.Si.

Wisnu Juli Wiono, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 6B :

Reny Septina Dewi (2013024004)

Frinsma Liszia Zhafira Aldy (2013024024)

Sisilia Dela Anggraini (2013024040)

Anjelita Audina Ali (2013024052)

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2022

BAB I
PENDAHULUAN
Ekologi merupakan studi mengenai interaksi antar organisme dengan organisme lain
(biotik) dan organisme dengan lingkungannya (abiotik). Interaksi-interaksi tersebut
mempengaruhi kepadatan populasi dan jumlah individu suatu organisme di dalam suatu
ekosistem, seperti populasi tumbuhan, hewan, dan organisme lainnya (Stiling, 2012). Dengan
demikian, komposisi vegetasi pada suatu ekosistem merupakan cerminan hasil interaksi
berbagai organisme dan faktor lingkungan. Perubahan komposisi dan struktur vegetasi hutan
sangat dipengaruhi oleh adanya gangguan alami maupun antropogenik (Lugo & Lowe, 1995).
Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal
balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem sebagai suatu
tatanan kesatuan yang secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup
dan saling mempengaruhi. Ekosistem sebagai penggabungan dari setiap unit biosistem.
Melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran
energinya menuju pada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi siklus materi antara
organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energy, dalam ekosistem,
organisme pada  komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu
sistem. Organisme kemudian beradaptasi lagi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme
juga memengaruhi lingkungan fisik untuk kelangsungan hidupnya. Menurut A.G. Tansley
(1935), ekosistem merupakan suatu unit ekologi dimana di dalamnya terdapat struktur dan
fungsi. Struktur dalam ekosistem tersebut berhubungan dengan keanekaragaman spesies atau
dalam bahasa inggris merupakan species diversity. Pada ekosistem yang memiliki struktur
kompleks, maka akan terdapat keanekaragaman spesies yang cukup tinggi. Sedangkan fungsi
yang dimaksudkan adalah yang berhubungan dengan siklus materi serta arus energi melalui
komponen ekosistem.
Menurut Odum (1993) (Indriyanto, 2015, hlm. 20) mengatakan bahwa “Ekosistem
yaitu unit fungsional dasar dalam ekologi yang di dalamnya tercakup organisme dan
lingkungannya (lingkungan biotik dan abiotik) dan di antara keduanya saling memengaruhi”.
Selain itu, Soemarwoto (1983) (Indriyanto, 2015, hlm. 20) mengatakan “Ekosistem yaitu
suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya”. Selain itu, Cartono & Nahdiah, R. (2008, hlm.22) mengatakan
“Ekosistem merupakan konsep sentral dalam ekologi yaitu suatu sistem ekologi yang
terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya”.
Berdasarkan hal tersebut maka disimpulkan bahwa ekosistem adalah hubungan timbal balik
antara makhluk hidup (hewan, tumbuhan, mikroorganisme) dengan lingkungannya baik
lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik sehingga membentuk suatu sistem yang saling
memengaruhi. Lingkungan biotik yang dimaksud yaitu lingkungan hidup seperti hewan,
tumbuhan, dan mikroorganisme sedangkan lingkungan abiotik yaitu lingkungan tak hidup
seperti air, suhu, kelembapan, cahaya matahari, dan lain-lain.
Secara umum ada tiga tipe ekosistem, yaitu ekositem air, ekosisten darat, dan
ekosistem buatan. Pada kesempatan kali ini, kami akan membahas mengenai ekosistem darat
atau yang biasa dikenal juga dengan ekosistem terrestrial. Apasih ekosistem terrestrial itu?
Ekosistem terestrial (darat) adalah suatu tipe ekosistem yang sebagian besar lingkungan
fisiknya berupa daratan. Ekosistem terestrial memiliki bagian daerah yang luas dengan habitat
dan komunitas tertentu, disebut bioma. Pada ekosistem darat terdapat enam tipe bioma, yaitu
bioma hutan musim, padang rumput, gurun, taiga, tundra, dan hutan hujan tropik. Ekosistem
terestrial meliputi komponen biotik dan abiotik, faktor-faktor abiotik ini secara garis besar
dapat di bagi atas faktor fisika dan faktor kimia. Faktor fisika antara lain suhu, kadar air,
porositas, dan tekstur tanah, sedangkan faktor kimia antara lain salinitas, PH, kadar organik
tanah, dan unsur-unsur mineral tanah (Suin ,1997). Sifat fisika tanah merujuk pada perilaku
mekanik termal, optik, koloidal, dan hidrologi tanah. Perilaku ini menghadirkan sejumlah
parameter yang dapat diamati dan diukur. Sifat kimia tanah meliputi keasaman dan senyawa
organik tanah. Keasaman bersumber dari sejumla senyawa. Air adalah sumber kecil ion H
karena disosiasi molekul H2O lemah. Faktor abiotik lainnya adala iklim mikro
(Notohadiprawiro, 1998). Iklim mikro adalah variasi iklim pada skala beberapa kilometer,
meter atau bahkan centimeter, biasanya diukur dalam waktu yang terlalu pendek. Iklim mikro
mempengaruhi bentuk permukaan yang meliputi ketinggian, vegetasi, warna tanah, topografi
dan temperatur (Molles,2000). Adanya pepohonan mempengaruhi struktur tanah dan erosi,
sehingga mempengaruhi pengadaan air dalam tanah. Tajuk pohon dan serasah mencegah
jatuhnya air hujan langsung pada permukaan tanah sehingga mencegah erosi, sedangkan
humus memperbesar daya serap tanah terhadap air (Soetrisno, 1988).

Pada pembahasan kali ini penulis akan memaparkan materi mengenai ekologi tumbuhan
pada ekosistem terestrial yang beraneka ragam dan memiliki vegetasi yang bervariasi antar
biomanya. Mulai dari ciri-ciri umum bioma hingga persebaran dan ciri-ciri vegetasi pada
setiap bioma, serta kaitan dan interaksi antara vegetasi dengan organisme lain, dan
lingkungannya. Makalah ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin terlintas di
kepala kalian, seperti apakah tanaman yang tumbuh di halaman rumahmu juga dapat tumbuh
di hutan? Atau apakah tanaman yang tumbuh di hutan dapat tumbuh di halaman rumah? Serta
berbagai pertanyaan lainnya akan penulis jawab di dalam makalah ini.

1.1 Indikator
1.1.1 Memahami perbedaan bioma berdasarkan vegetasi dominan tiap bioma daratan
1.1.2 Mengetahui persebaran tumbuhan di bioma daratan
1.1.3 Mengetahui ciri-ciri vegetasi pada setiap bioma
1.1.4 Membedakan setiap vegetasi dominan antar tiap bioma daratan
1.1.5 Mengidentifikasi tumbuhan dan menentukan bioma yang tepat untuk tumbuhan
tersebut

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hutan Tropis
Ekosistem hutan hujan tropis berada pada daerah dengan curah hujan lebih
dari 2.000 mm per tahun, dengan curah hujan terendah tidak lebih dari empat bulan
berturut-turut. Ciri lainnya adalah suhu bulanan relatif konstan, dengan suhu rata-rata
18°C. Perbedaan suhu antara bulan terpanas dan bulan terdingin kurang dari 5°C.
Variasi suhu tahunan juga relatif kecil (Morley, 2001; Jermy & Chapman, 2002).
Gambar 2.1.1 Bioma
Hutan Tropis ( Sumber :
jogja.suara.com)

Hutan hujan tropis dicirikan oleh spesies pepohonan yang relatif banyak.
Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinggi dan berdaun lebat
hingga membentuk tudung (kanopi) (Gambar 7.2). Daerah tudung cukup mendapat
sinar matahari, variasi suhu dan kelembaban tinggi, suhu sepanjang hari sekitar 25 °C.
Terdapat dua tanaman khas yaitu liana (rotan) dan anggrek.

Gambar 2.1.2 Karakteristik


hutan hujan tropik (Sumber:
www.pinterest.com/lmcgu/
trees-and-plants/)

Vegetasi pada hutan hujan tropis didominasi oleh pepohonan malar hijau
berdaun lebar (pohon malar: pohon yang berdaun sepanjang tahun), tanaman
merambat seperti rotan serta terdapat banyak tanaman epifit jenis anggrek dan
bromeliad. Sementara pada hutan kering tropis, pepohonan didominasi oleh pohon
yang menggugurkan daunnya selama musim kemarau, dan terdapat banyak semak
berduri serta tanaman sukulen.

2.2 Gurun
Daerah gurun banyak terdapat di daerah tropis dan berbatasan dengan padang
rumput. Keadaan alam dari padang rumput ke arah gurun biasanya makin jauh makin
gersang. Curah hujan di gurun sangat rendah, yaitu sekitar 250 mm/tahun atau kurang.
Pancaran matahari sangat terik dan penguapan tinggi sehingga suhu siang hari sangat
panas. Pada musim panas, suhu dapat lebih dari 40ºC. Perbedaan suhu siang dan
malam hari (amplitudo harian) sangat besar. Tumbuhan yang hidup menahun di gurun
adalah tumbuhan yang dapat beradaptasi terhadap kekurangan air dan penguapan yang
cepat.

Gambar 2.2.1 Gurun


Kalahari (Sumber :
www.amazine.co)

Vegetasi di daerah gurun memiliki karakteristik yang unik. Pada umumnya,


tumbuhan yang hidup di gurun berdaun kecil seperti duri atau tidak berdaun. Salah
satu sifat xeromori terpenting dari tumbuhan xeroit adalah rasio permukaan luas
eksternal terhadap volumenya, yang bernilai kecil. Berbagai strategi adaptasi
dilakukan oleh tumbuhan yang hidup di daerah gurun untuk mengatasi kondisi
lingkungan yang sangat ekstrem, diantaranya:
1) Memiliki daun yang kecil seperti duri, atau bahkan tidak berdaun, untuk
mengurangi penguapan, misalnya pada kaktus.
2) Memiliki akar yang sangat panjang agar dapat mengambil air di tempat
yang dalam.
3) Terdapat jenis tumbuhan tertentu yang dapat memanfaatkan semaksimal
mungkin curah hujan yang sangat minimal untuk menyelesaikan siklus
hidupnya dengan sesingkat mungkin (ephemeral plant). Apabila hujan
turun, tumbuhan tersebut akan segera tumbuh, berbunga, dan berbuah
dengan cepat. Hal ini dapat terjadi dalam beberapa hari saja (10 hari)
setelah hujan, tetapi sempat menghasilkan biji untuk berkembang lagi
dalam musim berikutnya. Contohnya pada Boerhavia repens L.
(Nyctaginaceae).
Gambar 2.2.2 Boerhavia
repens L. (Sumber :
Invasive.org)

2.3 Sabana
Bioma savana terdapat di wilayah beriklim sedang sampai tropis dengan
curah hujan 25 cm sampai 75 cm per tahun, di Indonesia bioma ini dapat ditemukan
di Sumbawa, NTB. Tumbuhan yang dominan di bioma ini adalah rumput.
(Ferdinand, 2009: 135).

Gambar 2.3.1. Bioma Savana

Vegetasi sabana akan berubah menjadi semak belukar apabila


pembentukannya mengarah ke daerah yang intensitas hujannya makin rendah.
Sebaliknya, vegetasinya akan berubah menjadi hutan basah apabila mengarah ke
daerah yang intensitas hujannya makin tinggi. Beberapa jenis vegetasi yang sering
ditemukan di sabana, diantaranya: a) tumbuhan berkayu, misalnya Acacia nilotica
Lam. (Mimosaceae), Cryptostegia grandilora R. Br. (Apocynaceae), Prosopis spp.,
Lantana sp., dan Opuntia spp., b) tumbuhan herba, misalnya Chloris sp., Cenchrus
ciliaris L. (Poacea), Sporobolus pyramidalis P.Beauv., Parthenium hysterophorus
L. (Asteraceae), dan Stylosanthes spp., dan c) berbagai spesies Legum.
Gambar 2.3.2 Acacia
nilotica (Sumber :
antropocene.it)

2.4 Padang Rumput


Padang rumput umumnya terdapat di daerah dengan curah hujan kurang lebih
25-30cm per tahun, hujan turun tidak teratur, porositas (peresapan air) tinggi, dan
drainase (aliran air) cepat. Padang rumput terdapat di daerah yang terbentang dari
daerah tropik ke subtropik. Di Indonesia, padang rumput tersebar di daerah yang
suhu udaranya tinggi dengan curah hujan sedikit sekali, misalnya Nusa Tenggara
Timur dan Sulawesi Tengah.

Gambar 2.4.1 Padang Rumput di


NTT (Sumber : phinemo.com)

Vegetasi yang mendominasi di daerah padang rumput adalah rerumputan.


Ukuran rumput yang hidup di daerah padang rumput yang relatif basah dapat
mencapai tiga meter, misalnya rumput Bluestem (Andropogon gerardii Vitman) dan
Indian Grasses (Sorghastrum nutans L.). Sementara itu, rumput yang tumbuh di
daerah padang rumput kering, ukurannya pendek-pendek, misalnya rumput Blue
Grama (Bouteloua gracilis Willd. ex Kunth) dan Buffalo Grasses (Bouteloua
dactyloides Nutt.)
Gambar 2.4.2 Andropogon
gerardii Vitman (Sumber :
michiganwildflowerfarm.com)

2.5 Chaparral
Bioma chaparral memiliki ciri-ciri suhu yang sangat tinggi saat musim
banyak hewan seperti burung dan reptil di bioma ini. Sementara itu, jenis vegetasi
bioma chaparral antara lain rumput, semak, dan pohon-pohon kecil. Chaparral
adalah bioma dengan curah hujan musiman yang berkisar antara 30-50cm per tahun.
Daerah ini terdapat pada daerah pesisir benua, contohnya Chaparral fynbos di Afrika
selatan.

Gambar 2.5.1. Panorama


Chaparral Fynbos di Afrika
(Sumber: Thefynbosguy.com)

Tumbuhan yang mendominasi bioma ini adalah semak-semak, pepohonan


kecil, rerumputan, dan tanaman herba. Keanekaragaman tumbuhan tinggi, dengan
banyak spesies yang terbatas di areal geografis tertentu. Bioma ini diominasi oleh
rumput, karena bioma ini sangat mudah terbakar secara alami sehingga tanaman yang
dapat tumbuh adalah tanaman yang memiliki daya tumbuh cepat dan biji yang dapat
bertahan lama seperti rerumputan. (Campbell, 2010: 348)
Gambar 2.5.2. Bioma
chaparral (Dok. Pixabay)

2.6 Taiga
Taiga sendiri berasal dari bahasa Rusia yang berarti hutan. Taiga adalah jenis
hutan yang terdiri dari satu spesies yang daunnya menyerupai jarum. Bioma taiga
dikenal sebagai hutan konifer, merupakan bioma terluas di bumi. Bioma ini memiliki
curah hujan 35 cm sampai dengan 45 cm per tahun. Daerah ini sangat basah karena
penguapan yang rendah. Tanah di bioma taiga bersifat asam. Bioma taiga terdapat di
daerah yang beriklim sedang, dengan curah hujan sekitar 100-300 cm per tahun.
Terdapat di Amerika bagian utara dan selatan, Eropa bagian barat, dan Asia bagian
timur. Suhu pada bioma ini sangat dingin, pada musim dingin dapat mencapai -50 oC,
dan 20oC di musim panas. (Ferdinand, 2009: 135, dan Campbell, 2010: 349). Hutan
taiga merupakan hutan yang selalu tampak hijau (ever green) sepanjang tahun,
walaupun suhu ketika musim dingin mencapai di bawah nol derajat. Tipe hutan ini
banyak tersebar di daerah antar subtropika dengan jenis keanekaragaman yang hanya
didominasi oleh satu jenis tanaman saja.
Tumbuhan yang hidup di bioma taiga umumnya penghasil runjung (buah)
yakni konifer, spruce, fir, hemlock, dan pinus. Bentuk pohon yang kerucut sangat
berguna untuk mencegah salju tidak menumpuk dan memtahkan cabang pohon.
Akibat kondisi yang ekstrim, herba dan rerumputan sangat rendah biodiversitasnya
di bioma ini. (Campbell, 2010: 349).
Gambar 2.6.1 Bioma taiga
(Sumber: thoughtco.com)

Gambar 2.6.2 Pohon Pinus

2.7 Hutan Gugur


Hutan gugur ini terletak di 30o-40o LU dan LS dengan wilayah beriklim
sedang. Contohnya, di Amerika Serikat bagian timur, Asia Tengah, serta Asia TImur
seperti Tiongkok, Korea, dan Jepang. Hutan gugur merupakan hutan yang
mengalami empat musim, yaitu panas, dingin, semi, dan gugur. Salah satu ciri khas
dari bioma ini adalah pada 'kebiasaan' pepohonannya. Pohon-pohon di hutan gugur
akan meranggas atau menggugurkan daunnya pada saat-saat tertentu. Meranggas
dilakukan sebagai fungsi pertahanan dan penyesuaian diri terhadap lingkungan.
Dengan melakukan pengguguran daun, pohon dapat mengurangi penguapan air yang
biasa terjadi di daun. Alhasil, pohon punya cadangan air lebih setelah setelah
mengugurkan daunnya. Pepohonan di hutan ini menggugurkan daunnya sebelum
musim dingin, sehingga saat suhu rendah dan air membeku pepohonan tidak perlu
melakukan pengambilan air yang kemungkinan membeku dari tanah (karena daya
hisap daun menipis) untuk fotosintesis karena metabolisme fotosintesis telah
berkurang. (Campbell, 2010: 350).
Ciri-ciri ekosistem hutan gugur yaitu sebagai berikut:
1) Memiliki Curah Hujan sekitar 750 mm-1.000 mm/tahun.
2) Mempunyai empat musim didalamnya, yaitu musim semi, musim panas,
musim dingin dan musim gugur.
3) Tumbuhan yang ada pada iklim sedang menggugurkan daunnya pada waktu
musim dingin, sedangkan yang berada pada iklim tropis menggugurkan
daunnya pada musim panas.
4) Jenis pohon yang tumbuh sedikit dan tidak terlalu rapat dikarenakan oleh
unsur cahaya matahari yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan hanya terjadi
pada musim panas dan semi.
5) Tanahnya cukup subur karena saat daun berguguran, daun tersebut banyak
tergeletak dan mengalami pembusukkan, lalu nutrisi yang terkandung dalam
daun diserap oleh lapisan tanah.

Gambar 2.7.1. Hutan gugur (Sumber:


Nps.gov)

2.8 Tundra
Bioma tundra terdapat di bumi bagian utara, yaitu di kutub utara yang
memiliki curah hujan yang rendah (20-60cm per tahun) dengan suhu rendah -10-
30oC. Oleh karena itu, hutan tidak dapat berkembang di daerah ini. Pada musim
dingin, air dalam tanah dingin dan membeku membentuk lapisan ibun abadi
(permafrost) yang membatasi pertumbuhan akar tumbuhan sehingga tumbuhan tidak
dapat tumbuh besar. Produsen utama di bioma ini adalah lichenes dan lumut, namun
terdapat rerumputan, herba, forb, dan semak-semak kerdil. (Ferdinand, 2009: 135,
dan Campbell, 2010: 350).
Ciri-ciri tanaman tundra adalah bisa beradaptasi dengan suhu rendah dan
musim pertumbuhan yang pendek Banyak klasifikasi yang menyebutkan bahwa
tundra adalah rangkaian dari semi gurun atau bioma gurun karena salju sedikit dan
suhu dingin membatasi air bagi pertumbuhan tanaman. Tundra arktik, antaktika, dan
alpen adalah jenis vegetasi berukuran pendek, biasanya beberapa senti atau
desimeter tingginya, padat, dan kompleks.

Gambar 2.8.1 Bioma Tundra


(Dok. Pixabay)
BAB III
RANGKUMAN

Jadi, ekosistem terestrial merupakan ekosistem yang berada di daratan dan


lingkungannya ditentukan oleh suhu dan curah hujan. Ekosistem terestrial juga memiliki
perairan sebagai pelengkap ekosistemnya. Ekosistem teresterial merupakan ekosistem yang
mengacu pada keterkaitan antara faktor buotik dan abiotik. Ekosistem terestrial (darat)
adalah suatu tipe ekosistem yang sebagian besar lingkungan fisiknya berupa daratan.
Ekosistem terestrial memiliki bagian daerah yang luas dengan habitat dan komunitas
tertentu, disebut bioma. Pada ekosistem darat terdapat enam tipe bioma, yaitu bioma hutan
musim, padang rumput, gurun, taiga, tundra, dan hutan hujan tropik.
BAB IV
LATIHAN SOAL

1. .
2. .
3. .
4. .
5. .
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N. A. et al., Biologi. Terjemahan: Damaring Tyas Wulandari. Edisi kedelapan


Jilid 3. Jakarta : Erlangga, 2008.
Ferdinand, Fictor, dkk. 2009. Praktis Belajar Biologi 1: untuk Kelas X Sekolah Menengah
Atas. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Negara.

Scanlan, J. C. (1988). Managing tree and shrub populations. Native pastures in Queensland
their resources and management. W. H. Burrows, J. C. Scanlan and M. T.
Rutherford. Queensland, Queensland Government Press

S R Akbar dan I R Dewanti. 2020. Ekologi Tumbuhan Pada Ekosistem Terestrial.

Arif, A. (2001). Hutan dan Kehutanan. Yogyakarta: Kanisiuss

MM Abdillah. Terestrial Bioma & Aquatic Bioma. Jurnal biologi Makassar

Anda mungkin juga menyukai