Abstrak
Hutan sebagai sumber utama penghasil kayu dari waktu ke waktu kondisinya sudah sangat
memprihatinkan. Untuk menyelamatkan hutan perlu ditempuh berbagai cara, baik secara
manajerial, kebijakan-kebijakan, politis dan sebagainya. Satu hal penting dan mendesak guna
memperkecil kerusakan hutan adalah mencari alternatif pengganti kayu. Diketahui bahwa
substitusi terdekat kayu yang cenderung mudah dalam pengusahaannya adalah bambu. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi kekuatan komposit bambu petung (Dendrocalamus
Asper Backer) dari bagian pangkal, tengah dan ujung batang berdasarkan variasi susunan lapisan
serat sejajar, serat silang dan lapisan dalam menggunakan kayu sengon yang tumbuh di Bengkulu.
Pengolahan data menggunakan analisis sidik ragam RAL, BNT dan DMRT. Dari hasil penelitian
uji impak charpy yang telah dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Bengkulu terhadap komposit bambu betung dapat ditarik kesimpulan yaitu Posisi terbaik uji
ketahanan impak ada pada bagian ujung sebesar 0,525 j/mm 2, kemudian bagian pangkal sebesar
0,462 j/mm2 dan yang paling rendah ketahanannya ada pada bagian tengah sebesar 0,371 j/mm 2.
Hasil uji impak terhadap variasi susunan serat dapat di urutkan ketahanannya yaitu pola susunan
serat sejajar memiliki ketahanan yang paling kuat sebesar 0,588 j/mm2, kemudian pola susunan
serat lapisan tengah (core) kayu sengon sebesar 0,539 j/mm2 dan hasil yang paling rendah
ketahanannya pada susunan serat menyilang sebesar 0,213 j/mm2.
keanekaragaman hayati yang penting dan bebas dari genangan air (Widyana, 2001).
bernilai ekonomi adalah bambu. Tumbuhan bambu dapat ditemukan di daerah
Potensi bambu dalam menopang tropis di Asia, Afrika dan Amerika. Benua
keberlanjutan hutan dinilai ekonomis dimasa Asia merupakan daerah penyebaran bambu
depan. Hutan sebagai sumber utama terbesar. Penyebaran bambu terbesar
penghasil kayu dari waktu ke waktu meliputi wilayah Indonesia, India, Cina dan
kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Jepang. Selain daerah tropis, bambu juga
Keadaan ini disebabkan adanya tindakan menyebar ke daerah subtropis (Berlian dan
eksploitasi dengan cara yang tidak bijaksana, Rahayu, 1995). Bambu dapat tumbuh pada
tanpa memperhatikan keberlangsungan dan iklim A/B dan pada berbagai macam jenis
kelestarian hutan itu sendiri. Pertambahan tanah, seperti jenis tanah Ultisol, Andosol,
penduduk yang pesat, serta nilai ekonomi Podsolik merah kuning dan Inseptol, dengan
yang terkandung dalam hutan merupakan tekstur tanah yang berpasir sampai
beberapa hal pemicu semakin cepatnya berlempung. Bambu dapat tumbuh di hutan
kerusakan hutan (Gunardja, 1995). primer, sekunder, di sepanjang sungai, di atas
Untuk menyelamatkan hutan perlu bukit, pada tempat-tempat yang terjal dan di
ditempuh berbagai cara, baik secara pinggir-pingir jalan. Dapat ditemui berbaris
manajerial, kebijakan-kebijakan, politis dan membentuk suatu garis pembatas dari suatu
sebagainya. Satu hal penting dan mendesak wilayah. Tanaman bambu dapat tumbuh
guna memperkecil kerusakan hutan adalah dengan cepat, dalam sehari dapat tumbuh 60
mencari alternatif pengganti kayu. Diketahui cm bahkan lebih tergantung kondisi tanah
bahwa substitusi terdekat kayu yang dan iklimnya.
cenderung mudah dalam pengusahaannya Bambu tidak saja dipakai untuk
adalah bambu. Bambu keberadaan nya kebutuhan dalam negeri juga merupakan
tersebar mulai dari dataran rendah hingga ke komoditi ekpor. Sebagai komoditi ekspor,
dataran tinggi, mulai dari pedesaan sampai ke menurut data Biro Pusat Statistik
perkotaan. Demikian pula pertumbuhan (tahun2009), dalam kurun waktu selama lima
bambu tidak memerlukan habitat khusus, tahun (1986-1990) ekspor bambu dan bentuk
oleh sebab itu bambu merupakan jawaban olahannya dalam bentuk mebel dan kerajinan
alternatif pengganti kayu di masa depan terus menerus mengalami peningkatan. Pada
(Anonim, 2010). tahun 1989 volume ekspor meubel bambu
Tanaman bambu merupakan tanaman adalah 16,789 kg dengan nilai sebesar US
yang mudah untuk dibudidayakan. Bambu 230,714. Dengan semakin berkembangnya
dapat tumbuh didaerah yang beriklim kering ilmu pengetahuan, bambu memiliki
hingga yang beriklim basah, dari dataran keunggulan untuk memperbaiki
rendah hingga pegunungan dan biasanya sumbertangkapan air yang sangat baik,
ditempat-tempat terbuka yang daerahnya
3
sehingga mampu meningkatkan aliran air meja, lantai gedung, kusen pintu dan kusen
bawah tanah secara nyata (Berlian, 1995). jendela, ukuran bambu lamina harus cukup
Berdasarkan penelitian yang telah tebal (ukuran balok) sehingga diperlukan
dilakukan Sulastiningsih pada tahun 2014, jumlah lapisan yang cukup banyak. Konversi
penelitian penyempurnaan teknologi bambu bulat menjadi bilah bambu sampai
pembuatan bambu komposit (bambu lamina) siap untuk direkat menjadi bambu lamina
dengan sistem laminasi silang diterapkan memerlukan waktu, energi dan biaya yang
dengan target ketebalan 6 cm. Sebagai upaya cukup tinggi. Oleh karena itu untuk efisiensi
untuk mendapatkan ukuran yang cukup tebal, bahan baku dan menekan biaya produksi
lebar dan panjang (seperti balok kayu) serta maka komposisi lapisan bambu lamina
biaya produksi yang relatif murah maka dikombinasikan dengan kayu agar diperoleh
komposisi dan arah lapisan bambu komposit bambu lamina yang relatif tebal. Sementara
perlu diatur dan dikombinasikan dengan itu bilah bambu sebagai bahan dasar bambu
kayu. Bilah bambu yang memiliki kekuatan lamina memiliki kekuatan yang tinggi serta
tinggi serta bersifat fancy harus ditempatkan bersifat fancy karena memiliki corak
pada lapisan luar (lapisan atas dan lapisan penampilan serat yang bagus dan unik
bawah) dalam produk bambu komposit. dengan adanya buku pada bilah tersebut
Penggunaan lapisan silang pada lapisan sehingga sebaiknya bilah ditempatkan di
dalam bambu akanmenurunkan nilai bagian luar. Oleh karena itu lapisan bambu
keteguhan lentur dan keteguhan tekan bambu yang bernilai tinggi tersebut harus
komposit tetapi meningkatkan kestabilan ditempatkan pada lapisan luar (lapisan atas
dimensi bambu. dan lapisan bawah) dalam produk lamina
Dalam penelitian ini peneliti yang komposisi lapisannya dikombinasikan
menggunakan bahan bambu betung sebagai dengan kayu.
komposit bambu yang akan di analisis Lapisan dalam (core) kayu sengon
kekuatan mekanik dengan uji impak. Bambu sebagai bahan komposit karena belum
betung dipilih karena memiliki dimensi optimalnya pemanfaatan kayu jenis ini,
ketebalan, kekokohan, serat dan panjang ruas disebabkan kayu olahan yang dapat
yang lebih dibandingkan jenis bambu yang dimanfaatkan untuk prodak dari sebatang
lainnya, sehingga sesuai dengan tujuan pohon hanya ±40 % saja, sedangkan sisanya
peneliti untuk melakukan pengujian kekuatan terbuang akibat proses pemotongan dan cacat
mekanik komposit bambu sebagai bahan mata kayu.
alternatif pengganti kayu.
TINJAUAN PUSTAKA
Sebagai substitusi kayu pertukangan,
bambu komposit memiliki dimensi seperti Bambu merupakan salah satu jenis tumbuhan
papan dan balok kayu. Untuk bahan mebel tumbuh cepat. Rebung yang muncul akan
dan konstruksi ringan seperti kaki kursi, kaki menyelesaikan pertumbuhan vertikalnya
4
dalam waktu setahun, sedang tahun tahun lapisan bambu andong atau mayan pada
berikutnya merupakan proses penuaan, dan balok kayu damar atau kayu jabon dalam
pada akhir tahun ketiga batang bambu bambu komposit dapat meningkatkan
tersebut sudah dapat ditebang. Untuk barang keteguhan lentur dan keteguhan tekan dari
kerajinan berupa anyaman, banyak bambu kayu yang digunakan. Besarnya peningkatan
yang ditebang pada akhir tahun kedua. Oleh nilai keteguhan lentur dan keteguhan tekan
karena itu pembudidayaan bambu merupakan tersebut pada bambu komposit dengan
usaha yang cepat menghasilkan karena dalam lapisan luar 2 lapis bambu berturut-turut
waktu empat tahun sudah dapat melakukan bervariasi antara 26% hingga 73,6% untuk
pemanenan yang pertama (Sulthoni, 1994). keteguhan lentur dan antara 25,5% hingga
Pada tahun 2012, Sulastiningsih telah 37,4% untuk keteguhan tekan.
dilakukan penelitian pembuatan produk Bambu komposit dari bambu andong dan
bambu komposit dengan tujuan bambu mayan dengan berbagai komposisi
menyempurnakan teknik pembuatan bambu lapisan dan kombinasi jenis kayu pada
lamina untuk bahan mebel dan konstruksi umumnya setara dengan kayu kelas kuat III.
ringan serta meningkatkan diversifikasi Penambahan lapisan bambu pada balok kayu
produk pengolahan bambu. Sasarannya meningkatkan kelas kuat kayu tersebut dari
adalah tersedianya data dan informasi teknis kelas kuat IV menjadi kelas kuat III dan
mengenai penyempurnaan teknik pembuatan permukaan bambu komposit yang dihasilkan
bambu lamina untuk bahan mebel dan memiliki corak penampilan serat yang bagus
konstruksi ringan. Untuk bahan konstruksi dan unik dengan adanya buku pada bilah
ringan ukuran bambu lamina harus cukup bambu penyusun bambu komposit tersebut
tebal sehingga diperlukan jumlah lapisan sehingga penampilan permukaannya indah
yang cukup banyak. Oleh karena itu untuk atau fancy, sedangkan penggunaan kayu yang
efisiensi bahan baku maka komposisi lapisan cukup tebal sebagai lapisan tengah bambu
bambu lamina dikombinasikan dengan kayu komposit dapat menekan biaya pembuatan
untuk mendapatkan bambu lamina yang bambu komposit.
relatif tebal.
Kualitas perekatan bambu komposit 5
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
lapis yang dibuat dari bambu andong maupun
kerapatan bambu komposit sangat
bambu mayan dengan menggunakan perekat
dipengaruhi oleh jenis bambu, jenis kayu dan
isosianat dan variasi komposisi arah lapisan
komposisi lapisan penyusun bambu
cukup baik. Penggunaan lapisan silang pada
komposit. Kualitas perekatan bambu
lapisan dalam bambu komposit menurunkan
komposit yang dibuat dari bambu andong
nilai keteguhan lentur dan keteguhan tekan
dan bambu mayan dengan berbagai
bambu komposit tetapi meningkatkan
komposisi lapisan dan kombinasi kayu damar
kestabilan dimensi bambu komposit yang
dan kayu jabon cukup baik. Penambahan
dihasilkan.
5
agar antar belah bambu memiliki ketebalan klem C atau kempa dingin. Dengan tekanan
dan kehalusan permukaan yang sama. tenaga maksimum manusia laki-laki dewasa
Sj 0,588 b
Tabel 8 menunjukkan bahwa
BNT α 5% 0,049
kombinasi posisi sampel dan susunan serat
antara bagian pangkal (P) dan tengah (T)
Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan
untuk susunan serat menyilang tidak
serat silang berbeda nyata terhadap perlakuan
menunjukkan perbedaan yang nyata.
serat core sengon dan serat sejajar. Namun
Demikian pula untuk bagian tengah (T) dan
tidak ada perbedaan yang nyata antara
ujung (U) untuk serat menyilang. Hal yang
perlakuan serat core sengon dan serat sejajar.
sama juga ditunjukkan oleh hasil uji
Namun demikian susunan serat sejajar dan
kombinasi antar bagian ujung untuk serat
core kayu sengon memiliki rata-rata harga
menyilang dan bagian tengah untuk susunan
impak yang lebih tinggi jika dibandingkan
core sengon. Tetapi terdapat perbedaan yang
dengan pola serat silang.
nyata antara hasil uji impak antara bagian
Hasil analisis varian terhadap kombinasi
tengah, pangkal dan ujung untuk core
posisi sampel (P) dan susunan serat (S)
sengon. Hasil uji kombinasi serat sejajar
menunjukan pengaruh berbeda nyata
untuk bagian tengah dan ujung tidak
signifikan maka dilakukan analisis lanjut
menunjukkan perbedaan yang nyata, namun
dengan uji jarak berganda Duncan (DMRT) α
berbeda nyata dengan bagian antara ujung
5%, seperti pada Tabel 8 dengan perhitungan
serat core sengon dan bagian pangkal serat
selengkapnya pada Lampiran 4, Lampiran 5
sejajar. Hasil uji kombinasi bagian pangkal
dan Lampiaran 6.
serat core sengon dan bagian tengah serat
sejajar tidak menunjukkan perbedaan yang
Tabel 8. Hasil uji DMRT kombinasi posisi
nyata, demikian pula untuk bagian ujung
sampel dan susunan serat
serat sejajar. Hasil yang sama ditunjukkan
Perlakuan Rata-rata oleh hasil uji kombinasi antara bagaian ujung
serat core sengon dan bagian pangkal serat
Psi 0,056 a
sejajar juga tidak menunjukkan perbedaan
Tsi 0,063 ab yang nyata.
Usi 0,112 bc
Tse 0,14 c
Pse 0,168 de
Tsj 0,168 ef
Usj 0,182 f
Use 0,231 g
17
5.6%
0.23 0.24
0.25
0.18 Pembahasan
0.2 0.170.17
0.14 Hasil analisis varian menunjukkan
0.15 0.11
bahwa pengaruh posisi sampel bagian
0.1
0.06 0.06
pangkal, tengah dan ujung (P, T, U) dan
0.05
perlakuan susunan serat menunjukkan
0
PSi TSi USi Tse Pse TSj Usj USe PSj pengaruh yang berbedanyata, sehingga
dilakukan uji lanjut yaitu uji beda nyata
terkecil (BNT). Hasil analisis BNT
Gambar 10. Grafik perbandingan rata-rata
menunjukan bahwa posisi terbaik
kombinasi harga impak posisi sampel dan
ketahanannya ada pada bagian ujung 0,525
pola susunan serat berdasarkan analisis
j/mm2, kemudian bagian pangkal 0,462 j/mm2
DMRT.
dan bagian tengah 0,371 j/mm 2. Hal ini
diduga di pengaruhi oleh nilai berat jenis dari
Hasil pengukuran kadar air
masing-masing posisi sampel seperti yang
Hasil pengamatan kadar air yang telah
terlihat pada tabel 10. Hasil pengamatan BJ
dilakukan sebagai data penunjang dalam
menunjukan rata-rata berat jenis yang paling
penelitian ini selengkapnya tercantum pada
tinggi dimiliki oleh posisi ujung yaitu 0,77,
Tabel 9.
kemudian berat jenis pada posisi pangkal
Tabel 9. Hasil pengukuran kadar air dari 9
0,56 dan nilai berat jenis yang paling rendah
bagian bambu yang dijadikan sampel.
ada pada posisi tengah 0,55.
Posisi Berat Berat Kadar Uji lanjut BNT α 5% juga dilakukan
Kering Kering Air terhadap susunan serat untuk melihat
Udara Tanur (KA) % perbedaan antar ketiga perlakuan susunan
(BKU) / (BKT) / serat tersebut. Hasil uji BNT menunjukkan
gram gram bahwa dari ketiga perbedaan susunan serat,
P 3,01 2,72 10,6
P 3,72 3,30 12,7 perlakuan serat silang berbeda nyata terhadap
P 3,34 2,89 15,5 perlakuan serat core sengon dan serat sejajar.
Rata-rata
Namun tidak ada perbedaan yang nyata
12.8%
antara perlakuan serat core sengon dan serat
T 3,83 3,28 16,7
T 2,95 2,65 11,3 sejajar.
T 2,63 2,46 6,9
Komposit bambu betung dengan
Rata-rata
susunan serat silang memiliki ketahanan
11.6%
U 3,82 3,60 6,1 paling rendah dibandingkan kedua perlakuan
U 3,58 3,34 7,1
lain nya. Hal ini diduga disebabkan karena
U 4,07 3,93 3,5
Rata-rata susunan lapisan dalam bambu yang
18
air dalam suatu batang bambu berubah-ubah menyumbangkan kekuatan bilah bambu.
menurut tinggi dari bambu tersebut. Bagian Oleh karena sel sklerenkim terdapat pada
bawah batang selalu mengandung lebih ikatan pembuluh, maka jumlah sel
banyak air dari pada bagian atasnya. sklerenkim pada setiap penampang bambu
Perbedaan ini dapat mencapai 50% atau lebih adalah sebanding dengan jumlah ikatan
(Yap, 1967 dikutip oleh Sulistijo, 1988). pembuluhnya. Kerapatan ikatan pembuluh
Selain perbedaan tinggi, kadar air juga yang lebih tinggi cenderung membuat bambu
dipengaruhi oleh perbedaan umurnya. lebih kuat dan awet (Bahtiar, 2013)
Menurut Yap (1967) dikutip oleh Sulistijo Pengamatan berat jenis dilakukan
(1988), bambu yang lebih tua (6-9 tahun) pada saat bambu masih segar atau baru
mengandung lebih sedikit air dari pada ditebang. Sampel untuk pengamatan berat
bambu yang muda (3-4 tahun). Bagian jenis di ambil dari bagian batang yang di uji
dalam batang bambu mengandung lebih yaitu pangkal, tengah dan ujung, dengan 3
banyak air dari pada bagian luar. Buku-buku ulangan sehingga berjumlah 9 sampel yang di
mengandung 10% lebih sedikit air dari pada uji. Setelah dilakukan pengamatan maka
bagian ruas-ruasnya. didapatkan nilai rata-rata berat jenis pada
Hasil penelitian M. Loiwatu (2008) masing-masing posisi sampel yaitu pangkal
tentang sifat dasar bambu berdasarkan bagian 0,56, tengah 0,55 dan ujung 0,77. Kita
batang menyatakan bahwa jumlah sel pori ketahui bahwa semakin tinggi nilai berat
lebih banyak di bagian pangkal batang jenis suatu benda maka benda tersebut
(14,60%) dibandingkan tengah (13,43%) dan semakin baik terhadap sifat mekaniknya.
ujung (13,13%) sehingga menyebabkan Berat jenis (BJ) merupakan
kadar air segar lebih besar dibagian pangkal perbandingan antara berat bambu pada kering
batang dibandingkan tengah dan ujung tanur dengan berat air yang dipindahkan oleh
karena hasil penelitian Ulfah (1999) kadar air bambu tersebut pada temperatur air 4 0C
segar 3 jenis bambu yaitu bambu apus, ori mempunyai kerapatan sebesar 1 gram per
dan wulung menunjukan kadar air segar cm3. Perubahan kerapatan air relatif kecil
bagian pangkal (126,85%) lebih besar dari oleh perubahan suhu, sehingga perubahannya
pada bagian tengah (95,76%) dan ujung dapat di abaikan jika pengukurannya
(35,31%). dilakukan pada temperatur kamar
Secara umum terlihat bahwa jumlah (wicaksono, 2008). Menurut Tamolang et al.
ikatan pembuluh menurun dari tepi ke dalam, (1980) dikutip oleh Yuliati (2005) berat jenis
namun ukuran luas masing-masing ikatan bambu cenderung naik ke bagian ujung,
pembuluh semakin kecil (gambar 14). Ikatan dibagian kadar airnya menurun. Menurut
pembuluh terdiri atas sel sklerenkim, Sharma dan Mehra (1970) dikutip oleh
protoxylem dan floem. Dibanding ketiga sel Syafii (1984), dinding bambu bagian luar
lainnya, sel sklerenkim yang dominan
20
mempunyai berat jenis yang lebih besar ujung berkisar antara 0,77-0,89. Hasil ini
dibandingkan bagian dalamnya. menunjukan kesesuaian berat jenis yang
Jika dibandingkan dari hasil penelitian diperoleh peneliti dengan penelitian yang
kekuatan dan kekakuan bambu betung oleh telah dilakukan oleh Wicaksono (2008)
Wicaksono (2008), diperoleh hasil dimana nilai BJ paling besar terdapat pada
perhitungan berat jenis untuk posisi pangkal posisi ujung 0,77, kemudian posisi pangkal
berkisar antara 0,76-0,82, pada posisi tengah 0,56 dan yang terendah pada posisi tengah
berkisar antara 0,75-0,86 dan pada posisi 0,55.