Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS KEKUATAN KOMPOSIT BAMBU BETUNG

(Dendrocalamus asper Backer) SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI KAYU


DENGAN TEKNIK LAMINASI BAMBU

Zulhadia1, Syafrin Tiaif2, Nani Nuriyatin3


Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
Jl.WR Supratman Kandang Limun Bengkulu (0736) 38371
Email : zulhadia@ymail.com

Abstrak
Hutan sebagai sumber utama penghasil kayu dari waktu ke waktu kondisinya sudah sangat
memprihatinkan. Untuk menyelamatkan hutan perlu ditempuh berbagai cara, baik secara
manajerial, kebijakan-kebijakan, politis dan sebagainya. Satu hal penting dan mendesak guna
memperkecil kerusakan hutan adalah mencari alternatif pengganti kayu. Diketahui bahwa
substitusi terdekat kayu yang cenderung mudah dalam pengusahaannya adalah bambu. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi kekuatan komposit bambu petung (Dendrocalamus
Asper Backer) dari bagian pangkal, tengah dan ujung batang berdasarkan variasi susunan lapisan
serat sejajar, serat silang dan lapisan dalam menggunakan kayu sengon yang tumbuh di Bengkulu.
Pengolahan data menggunakan analisis sidik ragam RAL, BNT dan DMRT. Dari hasil penelitian
uji impak charpy yang telah dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Bengkulu terhadap komposit bambu betung dapat ditarik kesimpulan yaitu Posisi terbaik uji
ketahanan impak ada pada bagian ujung sebesar 0,525 j/mm 2, kemudian bagian pangkal sebesar
0,462 j/mm2 dan yang paling rendah ketahanannya ada pada bagian tengah sebesar 0,371 j/mm 2.
Hasil uji impak terhadap variasi susunan serat dapat di urutkan ketahanannya yaitu pola susunan
serat sejajar memiliki ketahanan yang paling kuat sebesar 0,588 j/mm2, kemudian pola susunan
serat lapisan tengah (core) kayu sengon sebesar 0,539 j/mm2 dan hasil yang paling rendah
ketahanannya pada susunan serat menyilang sebesar 0,213 j/mm2.

Kata kunci : Komposit, bambu, sejajar, menyilang, laminasi

PENDAHULUAN hayati yang melimpah.Keanekaragaman


hayati menyediakan berbagai barang dan
Sumber daya alam, baik yang ada di
jasa, seperti pangan, energi dan bahan
permukaan maupun yang di dalam perut
produksi hingga sumberdaya genetik bahan
bumi merupakan karunia Tuhan Yang Maha
dasar pemuliaan tanaman komoditas serta
Esa. Kekayaan yang kita miliki ini perlu di
obat. Selain itu keanekaragaman hayati juga
manfaatkan sebesar-besarnya untuk
berfungsi untuk mendukung sistem
kemakmuran rakyat tanpa mengabaikan
kehidupan, seperti menjaga kualitas tanah,
aspek kelestariannya. Manusia sebagai
menyimpan dan menjadi reservoir air,
pengelola alam berkewajiban untuk
menjaga siklus pemurnian udara, siklus
menggunakan dan melestarikan sumberdaya
karbon dan nutrisi. Indonesia menduduki
alam dengan penuh tanggung jawab agar
posisi yang penting dalam peta
sumberdaya alam saat ini dapat di nikmati
keanekaragaman hayati dunia karena
oleh generasi yang akan datang (Nurkaya,
termasuk dalam sepuluh negara dengan
1998).
kekayaan keanekaragaman hayati tertinggi
Indonesia memiliki hutan hujan tropis
(Primack ec al, 1998). Salah satu
yang luas dan menyimpan keanekaragaman
2

keanekaragaman hayati yang penting dan bebas dari genangan air (Widyana, 2001).
bernilai ekonomi adalah bambu. Tumbuhan bambu dapat ditemukan di daerah
Potensi bambu dalam menopang tropis di Asia, Afrika dan Amerika. Benua
keberlanjutan hutan dinilai ekonomis dimasa Asia merupakan daerah penyebaran bambu
depan. Hutan sebagai sumber utama terbesar. Penyebaran bambu terbesar
penghasil kayu dari waktu ke waktu meliputi wilayah Indonesia, India, Cina dan
kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Jepang. Selain daerah tropis, bambu juga
Keadaan ini disebabkan adanya tindakan menyebar ke daerah subtropis (Berlian dan
eksploitasi dengan cara yang tidak bijaksana, Rahayu, 1995). Bambu dapat tumbuh pada
tanpa memperhatikan keberlangsungan dan iklim A/B dan pada berbagai macam jenis
kelestarian hutan itu sendiri. Pertambahan tanah, seperti jenis tanah Ultisol, Andosol,
penduduk yang pesat, serta nilai ekonomi Podsolik merah kuning dan Inseptol, dengan
yang terkandung dalam hutan merupakan tekstur tanah yang berpasir sampai
beberapa hal pemicu semakin cepatnya berlempung. Bambu dapat tumbuh di hutan
kerusakan hutan (Gunardja, 1995). primer, sekunder, di sepanjang sungai, di atas
Untuk menyelamatkan hutan perlu bukit, pada tempat-tempat yang terjal dan di
ditempuh berbagai cara, baik secara pinggir-pingir jalan. Dapat ditemui berbaris
manajerial, kebijakan-kebijakan, politis dan membentuk suatu garis pembatas dari suatu
sebagainya. Satu hal penting dan mendesak wilayah. Tanaman bambu dapat tumbuh
guna memperkecil kerusakan hutan adalah dengan cepat, dalam sehari dapat tumbuh 60
mencari alternatif pengganti kayu. Diketahui cm bahkan lebih tergantung kondisi tanah
bahwa substitusi terdekat kayu yang dan iklimnya.
cenderung mudah dalam pengusahaannya Bambu tidak saja dipakai untuk
adalah bambu. Bambu keberadaan nya kebutuhan dalam negeri juga merupakan
tersebar mulai dari dataran rendah hingga ke komoditi ekpor. Sebagai komoditi ekspor,
dataran tinggi, mulai dari pedesaan sampai ke menurut data Biro Pusat Statistik
perkotaan. Demikian pula pertumbuhan (tahun2009), dalam kurun waktu selama lima
bambu tidak memerlukan habitat khusus, tahun (1986-1990) ekspor bambu dan bentuk
oleh sebab itu bambu merupakan jawaban olahannya dalam bentuk mebel dan kerajinan
alternatif pengganti kayu di masa depan terus menerus mengalami peningkatan. Pada
(Anonim, 2010). tahun 1989 volume ekspor meubel bambu
Tanaman bambu merupakan tanaman adalah 16,789 kg dengan nilai sebesar US
yang mudah untuk dibudidayakan. Bambu 230,714. Dengan semakin berkembangnya
dapat tumbuh didaerah yang beriklim kering ilmu pengetahuan, bambu memiliki
hingga yang beriklim basah, dari dataran keunggulan untuk memperbaiki
rendah hingga pegunungan dan biasanya sumbertangkapan air yang sangat baik,
ditempat-tempat terbuka yang daerahnya
3

sehingga mampu meningkatkan aliran air meja, lantai gedung, kusen pintu dan kusen
bawah tanah secara nyata (Berlian, 1995). jendela, ukuran bambu lamina harus cukup
Berdasarkan penelitian yang telah tebal (ukuran balok) sehingga diperlukan
dilakukan Sulastiningsih pada tahun 2014, jumlah lapisan yang cukup banyak. Konversi
penelitian penyempurnaan teknologi bambu bulat menjadi bilah bambu sampai
pembuatan bambu komposit (bambu lamina) siap untuk direkat menjadi bambu lamina
dengan sistem laminasi silang diterapkan memerlukan waktu, energi dan biaya yang
dengan target ketebalan 6 cm. Sebagai upaya cukup tinggi. Oleh karena itu untuk efisiensi
untuk mendapatkan ukuran yang cukup tebal, bahan baku dan menekan biaya produksi
lebar dan panjang (seperti balok kayu) serta maka komposisi lapisan bambu lamina
biaya produksi yang relatif murah maka dikombinasikan dengan kayu agar diperoleh
komposisi dan arah lapisan bambu komposit bambu lamina yang relatif tebal. Sementara
perlu diatur dan dikombinasikan dengan itu bilah bambu sebagai bahan dasar bambu
kayu. Bilah bambu yang memiliki kekuatan lamina memiliki kekuatan yang tinggi serta
tinggi serta bersifat fancy harus ditempatkan bersifat fancy karena memiliki corak
pada lapisan luar (lapisan atas dan lapisan penampilan serat yang bagus dan unik
bawah) dalam produk bambu komposit. dengan adanya buku pada bilah tersebut
Penggunaan lapisan silang pada lapisan sehingga sebaiknya bilah ditempatkan di
dalam bambu akanmenurunkan nilai bagian luar. Oleh karena itu lapisan bambu
keteguhan lentur dan keteguhan tekan bambu yang bernilai tinggi tersebut harus
komposit tetapi meningkatkan kestabilan ditempatkan pada lapisan luar (lapisan atas
dimensi bambu. dan lapisan bawah) dalam produk lamina
Dalam penelitian ini peneliti yang komposisi lapisannya dikombinasikan
menggunakan bahan bambu betung sebagai dengan kayu.
komposit bambu yang akan di analisis Lapisan dalam (core) kayu sengon
kekuatan mekanik dengan uji impak. Bambu sebagai bahan komposit karena belum
betung dipilih karena memiliki dimensi optimalnya pemanfaatan kayu jenis ini,
ketebalan, kekokohan, serat dan panjang ruas disebabkan kayu olahan yang dapat
yang lebih dibandingkan jenis bambu yang dimanfaatkan untuk prodak dari sebatang
lainnya, sehingga sesuai dengan tujuan pohon hanya ±40 % saja, sedangkan sisanya
peneliti untuk melakukan pengujian kekuatan terbuang akibat proses pemotongan dan cacat
mekanik komposit bambu sebagai bahan mata kayu.
alternatif pengganti kayu.
TINJAUAN PUSTAKA
Sebagai substitusi kayu pertukangan,
bambu komposit memiliki dimensi seperti Bambu merupakan salah satu jenis tumbuhan
papan dan balok kayu. Untuk bahan mebel tumbuh cepat. Rebung yang muncul akan
dan konstruksi ringan seperti kaki kursi, kaki menyelesaikan pertumbuhan vertikalnya
4

dalam waktu setahun, sedang tahun tahun lapisan bambu andong atau mayan pada
berikutnya merupakan proses penuaan, dan balok kayu damar atau kayu jabon dalam
pada akhir tahun ketiga batang bambu bambu komposit dapat meningkatkan
tersebut sudah dapat ditebang. Untuk barang keteguhan lentur dan keteguhan tekan dari
kerajinan berupa anyaman, banyak bambu kayu yang digunakan. Besarnya peningkatan
yang ditebang pada akhir tahun kedua. Oleh nilai keteguhan lentur dan keteguhan tekan
karena itu pembudidayaan bambu merupakan tersebut pada bambu komposit dengan
usaha yang cepat menghasilkan karena dalam lapisan luar 2 lapis bambu berturut-turut
waktu empat tahun sudah dapat melakukan bervariasi antara 26% hingga 73,6% untuk
pemanenan yang pertama (Sulthoni, 1994). keteguhan lentur dan antara 25,5% hingga
Pada tahun 2012, Sulastiningsih telah 37,4% untuk keteguhan tekan.
dilakukan penelitian pembuatan produk Bambu komposit dari bambu andong dan
bambu komposit dengan tujuan bambu mayan dengan berbagai komposisi
menyempurnakan teknik pembuatan bambu lapisan dan kombinasi jenis kayu pada
lamina untuk bahan mebel dan konstruksi umumnya setara dengan kayu kelas kuat III.
ringan serta meningkatkan diversifikasi Penambahan lapisan bambu pada balok kayu
produk pengolahan bambu. Sasarannya meningkatkan kelas kuat kayu tersebut dari
adalah tersedianya data dan informasi teknis kelas kuat IV menjadi kelas kuat III dan
mengenai penyempurnaan teknik pembuatan permukaan bambu komposit yang dihasilkan
bambu lamina untuk bahan mebel dan memiliki corak penampilan serat yang bagus
konstruksi ringan. Untuk bahan konstruksi dan unik dengan adanya buku pada bilah
ringan ukuran bambu lamina harus cukup bambu penyusun bambu komposit tersebut
tebal sehingga diperlukan jumlah lapisan sehingga penampilan permukaannya indah
yang cukup banyak. Oleh karena itu untuk atau fancy, sedangkan penggunaan kayu yang
efisiensi bahan baku maka komposisi lapisan cukup tebal sebagai lapisan tengah bambu
bambu lamina dikombinasikan dengan kayu komposit dapat menekan biaya pembuatan
untuk mendapatkan bambu lamina yang bambu komposit.
relatif tebal.
Kualitas perekatan bambu komposit 5
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
lapis yang dibuat dari bambu andong maupun
kerapatan bambu komposit sangat
bambu mayan dengan menggunakan perekat
dipengaruhi oleh jenis bambu, jenis kayu dan
isosianat dan variasi komposisi arah lapisan
komposisi lapisan penyusun bambu
cukup baik. Penggunaan lapisan silang pada
komposit. Kualitas perekatan bambu
lapisan dalam bambu komposit menurunkan
komposit yang dibuat dari bambu andong
nilai keteguhan lentur dan keteguhan tekan
dan bambu mayan dengan berbagai
bambu komposit tetapi meningkatkan
komposisi lapisan dan kombinasi kayu damar
kestabilan dimensi bambu komposit yang
dan kayu jabon cukup baik. Penambahan
dihasilkan.
5

Berdasarkan nilai keteguhan lentur, Pada umumnya komposit yang dibuat


secara keseluruhan bambu komposit 5 lapis terbagi ke dalam tiga jenis yaitu:
dari bambu andong maupun bambu mayan 1. Komposit Matrik Polimer
dengan berbagai variasi komposisi arah (Polymer Matrix Composites-
lapisan setara dengan kayu kelas kuat II. PMC)
Nilai keteguhan tekan bambu komposit 5 2. Komposit Matrik Logam (Metal
lapis yang dibuat dari bambu andong yang Matrix Composites-MMC)
semua lapisannya disusun sejajar serat setara 3. Komposit Matrik Keramik
dengan kayu kelas kuat I (satu). Keteguhan (Ceramic Matrix Composites-
tekan bambu komposit 5 lapis yang dibuat CMC)
dari bambu andong maupun bambu mayan Komposit matrik polimer (PMC)
dengan lapisan ketiga (tengah) disusun merupakan bahan komposit yang sering
menyilang terhadap lapisan lainnya setara digunakan, disebut Polimer Berpenguatan
dengan kayu kelas kuat II (dua), sedangkan Serat (FRP-Fibre Reinforeed polymers or
bambu komposit 5 lapis dengan lapisan plastic) bahan ini menggunakan suatu
kedua dan keempat yang disusun menyilang polimer berdasar resin sebagai matriksnya,
terhadap lapisan didekatnya setara dengan dan suatu jenis serat seperti kaca, karbon dan
kayu kelas kuat III (tiga). aramid (kevlar) sebagai penguatannya.
Komposit Komposit matrik logam (MMC) ditemukan
Komposit adalah bahan yang terdiri berkembang pada industri otomotif, bahan ini
dari dua atau lebih bahan yang berbeda yang menggunakan suatu logam seperti aluminium
digabung atau dicampur secara makroskopis sebagai matrik dan penguatnya dengan serat
menjadi suatu bahan yang berguna (Jones, seperti silikon kurbida. Komposit matrik
2005). Bahan komposit merupakan bahan keramik (CMC) digunakan pada lingkungan
gabungan secara makro, maka bahan bertemperatur sangat tinggi, bahan ini
komposit dapat didefinisikan sebagai suatu menggunakan keramik sebagai matrik dan
sistem material yang tersusun dari diperkuat dengan serat pendek, atau serabut-
campuran/kombinasi dua atau lebih unsur- serabut (wlhiskers) dimana terbuat dari
unsur utama yang secara makro berbeda di silikon karbida atau boron nitrida.
dalam bentuk dan atau komposisi material Dalam buku ilmu pengetahuan bahan
yang pada dasarnya tidak dapat dipisahkan (Surdia, 2000) polimer diartikan sebagai
(Schwartz, 1984). Komposit terdiri dari gabungan beberapa satuan struktur
suatu bahan utama (matrik-matrik) dan suatu (monomer) yang tersusun secara berulang-
jenis penguatan (reinforcement) yang ulang dan diikat oleh gaya tarik menarik
ditambahkan untuk meningkatkan kekuatan yang kuat yang disebut ikatan kovalen. Ada
dan kekakuan matrik. Penguatan ini biasanya dua macam polimer yang umum yaitu
dalam bentuk serat (fiber). polimer termoset dan termoplastik.
6

Perbedaan yang jelas di antara keduanya sedangkan serat sintetik adalah


adalah bahwa termoplastik dapat di daur rayon, polyester, akril dan nilon.
ulang sedangkan termoset tidak. Salah satu Masih banyak serat lainnya
contoh dari termoplastik yang banyak di dibuat untuk memenuhi
gunakan adalah polypropylene. keperluan sedangkan yang
Penyusun Komposit disebut di atas adalah jenis yang
Pada umumnya bahan komposit terdiri paling di kenal.
dari dua unsur, yaitu serat (fiber) dan bahan Secara garis besar dapat
pengikat serat tersebut yang disebut matriks. disebutkan bahwa serat alam
Adanya dua penyusun komposit atau lebih adalah kelompok serat yang
menimbulkan beberapa daerah dan istilah dihasilkan dari tumbuhan,
penyebutannya; Matrik (penyusun dengan binatang dan mineral.
fraksi volume terbesar), Penguat (penahan Penggunaan serat alam di
beban utama), Interphase (pelekat antar dua industri tekstil dan kertas secara
penyusun), Interface (permukaan phase yang luas tersedia dalam bentuk serat
berbatasan dengan phase lain). sutera, kapas, kapuk, rami kasar
Penguat komposit pada umumnya (flax), goni, rami halus dan serat
mempunyai sifat kurang ulet tetapi lebih daun.
kaku serta lebih kuat. Fungsi utama dari Salah satu unsur penyusun
penguat adalah sebagai penopang kekuatan bahan komposit adalah serat.
dari komposit, sehingga tinggi rendahnya Serat inilah yang terutama
kekuatan komposit sangat tergantung dari menentukan karakteristik bahan
penguat yang digunakan, karena tegangan komposit, seperti kekakuan,
yang dikenakan pada komposit mulanya kekuatan, serta sifat-sifat
diterima oleh matrik akan diteruskan kepada mekanik lainnya. Serat inilah
penguat, sehingga penguat akan menahan yang menahan sebagian besar
beban sampai beban maksimum. Oleh gaya-gaya yang bekerja pada
karena itu penguat harus mempunyai bahan komposit.
tegangan tarik dan modulus elastisitas yang Komposit dengan penguat
lebih tinggi daripada matrik penyusun serat (fibrous composites)
komposit. sangat efektif, karena bahan
dalam bentuk serat jauh lebih
a. Serat kuat dan kaku dibanding bahan
Banyak jenis serat alam yang sama dalam bentuk padat
maupun serat sintetik. Serat (bulk). Kekuatan serat terletak
alam yang utama adalah kapas, pada ukurannya yang sangat
wol, sutra dan rami (hemp), kecil, kadang-kadang dalam
7

orde mikron. Ukuran yang kecil 3. Mempunyai penyusutan yang kecil


tersebut menghilangkan cacat- pada saat pengawetan.
cacat dan ketidaksempurnaan 4. Memiliki kelengketan yang baik
kristal yang biasa terdapat pada dengan bahan penguat
bahan berbentuk padatan besar, 5. Mempunyai sifat baik dari bahan
sehingga serat menyerupai yang diawetkan.
kristal tunggal yang tanpa cacat, Tidak ada bahan yang dapat memenuhi
dengan demikian kekuatannya semua persyaratan tetapi pada saat ini paling
sangat besar. banyak dipakai adalah polyester tak jenuh
(Surdia, 2000). Sebagai bahan penyusun
b. Matriks (Resin) utama dari komposit, matrik harus mengikat
Matriks adalah fasa dalam penguat (serat) secara optimal agar beban
komposit yang mempunyai yang diterima dapat diteruskan oleh serat
bagian atau fraksi volume secara maksimal sehingga diperoleh kekuatan
terbesar (dominan). Matrik, yang tinggi. Pada dasarnya matrik berfungsi
umumnya lebih ulet tetapi untuk :
mempunyai kekuatan dan 1. Melindungi dari pengaruh
kekakuan yang lebih rendah. lingkungan yang merugikan.
2. Mencegah permukaan serat dari
Menurut Gibson (1994), matrik dalam gesekan mekanik.
struktur komposit dapat berasal dari bahan 3. Memegang dan mempertahankan
polimer, logam, maupun keramik. Polimer posisi serat agar tetap pada
(plastik) merupakan bahan umum yang biasa posisinya.
digunakan. Matrik juga umumnya dipilih 4. Memberikan sifat-sifat tertentu bagi
dari kemampuannya menahan panas. komposit, seperti keuletan,
Polyester, vinilester dan epoksi adalah ketangguhan, ketahanan panas dan
bahan-bahan polimer yang sejak dahulu telah lain-lain.
dipakai sebagai bahan matrik. Persyaratan di Klasifikasi Bahan komposit
bawah ini perlu dipenuhi sebagai bahan Bahan komposit dapat diklasifikasikan
matriks untuk pencetakan bahan komposit: ke dalam beberapa jenis, tergantung pada
1. Resin yang dipakai perlu memiliki geometri dan jenis seratnya. Sifat-sifat dari
viskositas rendah, dapat sesuai bahan komposit, seperti kekakuan, kekuatan,
dengan bahan penguat dan keliatan dan ketahanan tergantung pada
permeable. geometri dan sifat-sifat seratnya (Santoso,
2. Dapat diukur pada temperatur 2011).
kamar dalam waktu yang optimal. Berdasarkan penempatannya terdapat
beberapa tipe serat pada komposit, yaitu :
8

a. Continuous Fiber Composite adalah sifat mekanik yang masih di


Continuous atau uni-directional, bawah dari penguatan dengan serat
mempunyai susunan serat panjang dan lurus pada jenis serat yang sama.
lurus, membentuk lamina diantara
d. Hybrid fiber composite
matriknya. Jenis komposit ini paling
Hybrid fiber composite merupakan
banyak di gunakan. Kekurangan tipe
komposit gabungan antara tipe serat
ini adalah lemahnya kekuatan antar
lurus dengan serat acak.
lapisan. Hal ini dikarenakan kekuatan
Pertimbangannya supaya dapat
antar lapisan dipengaruhi matriksnya.
mengeliminir kekurangan sifat dari
b. Woven fiber composite (bi-
kedua tipe dan dapat menggabungkan
directional)
kelebihannya.
Komposit ini tidak mudah
Sistem Pelapisan
terpengaruh pemisahan antar lapisan
Sistem pelapisan dalam produk
karena susunan seratnya juga mengikat
komposit telah diuraikan oleh Bodig dan
antar lapisan. Akan tetapi susunan
Jayne (1993). Dua prinsip yang memandu
serat memanjangnya yang tidak begitu
atau menjadi tujuan dalam merancang produk
lurus mengakibatkan kekuatan dan
laminasi adalah memaksimumkan kinerja
kekakuan tidak sebaik continuous
dalam pemakaian dan meminimumkan
fiber.
penggunaan bahan serta biaya produksi.
c. Discontinuous fiber composite
Kedua tujuan tersebut jarang dicapai
(chopped fiber composite)
sekaligus sehingga hanya kombinasi
Komposit dengan tipe serat pendek
optimumnya yang dicari. Oleh karena itu
masih dibedakan lagi menjadi (Gibson,
desain dalam laminasi mempertimbangkan
1994):
dan menerapkan prinsip ekonomi dan teknis.
1. Aligned discontinuous fiber
Bahan alami seperti kayu gergajian
2. Off-axis aligned discontinuous
atau dolok, merupakan produk yang paling
fiber
tidak efisien ketika dipakai sebagai material
3. Randomly oriented
yang difokuskan untuk menahan beban
discontinuous fiber
karena adanya cacat seperti mata kayu yang
Randomly oriented discontinuous
menyebabkan perlemahan pada kayu tersebut
fiber merupakan komposit dengan
ketika dipakai sebagai material konstruksi,
serat pendek yang tersebar secara acak
sehingga keberadaan mata kayu tersebut
diantara matriksnya. Tipe acak sering
perlu dihilangkan. Suatu teknik yang dipakai
digunakan pada produksi dengan
untuk memaksimalkan penggunaan kayu
volume besar karena faktor biaya
sebagai bahan konstruksi yaitu laminasi
manufakturnya yang lebih murah.
kayu.
Kekurangan dari jenis serat acak
9

Dengan menggergaji balok yang produk baru yang memiliki ukuran


mengandung cacat menjadi lembaran atau seperti balok .
papan yang tipis dan merekatkan kembali g. Membentuk balok I (I-beam) atau
dengan papan-papan tipis lainnya sehingga balok kotak (box-beam) dengan
diperoleh produk laminasi (Supartini, 2012) menggabungkan beberapa bahan
sebagai berikut : dengan bentuk penampang lintang
a. Laminasi kayu dengan keberadaan yang berbeda untuk memperbaiki
cacat mata kayu yang didistribusikan kekuatan dan kekakuannya.
secara acak pada arah horizontal. Sistem laminasi yang diterapkan pada
Produk ini kuat tetapi tidak selalu bahan baku kayu tersebut dapat diterapkan
lebih kaku. pada bahan baku berlignoselulosa selain kayu
b. Laminasi kayu dengan keberadaan antara lain adalah bambu dengan lapiasan
cacat mata kayu yang didistribusikan dalam (core) mengunakan papan kayu. Pada
secara vertikal dan ditempatkan pada umumnya produk lamina yang dibuat
bidang netral. Bentukan ini memiliki sekarang adalah konstruksi seimbang yaitu
bending stress yang minimum strukturnya simetri dengan bidang netral
c. Laminasi kayu dengan keberadaan selalu dipertahankan selama pembuatannya.
cacat mata kayu yang distribusinya Pengujian Bahan
dikombinasikan antara vertikal dan Sifat mekanik menyatakan
horizontal pada bagian tengah balok. kemampuan suatu bahan untuk menerima
Bentukan ini menghasilkan balok beban/gaya/energi tanpa menimbulkan
yang lebih baik. kerusakan pada bahan/komponen tersebut.
d. Lapisan penyusunnya telah Pengujian sifat mekanik bertujuan untuk
dihilangkan cacat mata kayunya mengetahui sifat mekanik suatu bahan,
kemudian disambung dengan seperti kekuatan (Strength), regangan
sambungan jari sebelum disusun (Strain), keuletan (Ductility) dan kekerasan
menjadi kayu lamina. (Hardness). Oleh karena itu pengujian yang
e. Lamina yang tersusun atas material dilakukan adalah uji impak.
kayu yang mengandung cacat mata Energi impak adalah besarnya energi
kayu ditempatkan sebagai lapisan yang diserap oleh material pada saat
dalam (core), sedangkan lapisan pembebanan sampai material mengalami
luarnya (face layer) digunakan patah. Sifat material yang berhubungan
material kayu yang memiliki dengan kerja yang di butuhkan untuk
kekuatan dan kekakuan yang tinggi. menyebabkan patahan dinamakan
f. Merubah kayu menjadi chip yang ketangguhan. Material yang ulet bisa
kemudian disusun kembali menjadi berubah menjadi getas disebabkan oleh
beberapa hal, misalnya :
10

1. Adanya takikan (notch) dilakukan secara purposive sampling


2. Kecepatan pembebanan yang (disengaja) yang ada di wilayah administrasi
tinggi yang dapat menyebabkan kabupaten Bengkulu Utara. Pengambilan
regangan yang tinggi pula. bambu sebanyak 1 batang setiap rumpun dari
3. Temperatur linkungan yang 3 rumpun yang berbeda dalam 1 lokasi.
rendah Karakter rumpun bambu yang dipilih yaitu
Untuk mengetahui fenomena tersebut, maka rimbun, batang dengan tinggi mencapai 12 m
dilakukan pengujian impak. Pada uji impak, lebih dan merupakan tegakan tua. Bambu
perhitungan energi yang dibutuhkan untuk yang diambil dipilih bambu yang sudah tua,
menyebabkan patah adalah sangat penting. berdiameter besar, tinggi, lurus dan bebas
Dasar pengujian impak ini adalah penyerapan cacat (bebas busuk). Bambu betung diambil
energi potensial dari pendulum beban yang dengan cara menebang bagian pangkal pohon
berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menggunakan golok atau gergaji tangan.
menabrak benda uji sehingga benda Bambu yang sudah tua ditandai dengan
mengalami deforma. warna hijau pucat, warna batang pucat kotor ,
kelopak bambu sudah lepas, berdiameter 5-
METODE PENELITIAN 10 cm. Setelah batang rebah, kemudian
Bahan batang dibersihkan dari ranting-rantingnya.
Bahan-bahan yang akan di gunakan Setelah bambu terkumpul, tahap berikutnya
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: adalah pemotongan dan pembelahan bambu.
1. Bambu betung Pemotongan bambu dilakukan dengan
2. Papan kayu sengon menggunakan gergaji tangan. Bambu yang
3. Resin EPOXY HQ 501 R RESIN diambil adalah bambu bagian pangkal,
Tahapan Pengambilan Bahan dan tengah dan sedikit ke bagian ujung.
Pembuatan Sampel Uji Bagian batang bambu yang diambil
Observasi lapangan sebagai sampel yaitu ruas pertama dari
Observasi lapangan adalah tahap bagian pangkal rumpun bambu hingga ujung
awal penelitian ini, dalam rangka pencarian sepanjang 6 m, kemudian membelah ruas
tempat-tempat keberadaan rumpun bambu pertama dari pangkal batang bambu sebagai
betung yang tumbuh di Argamakmur posisi pangkal sampel uji, kemudian
kabupaten Bengkulu utara. Dalam kegiatan melewatkan ruas berikutnya yaitu pada ruas
ini dipastikan juga keberadaan bahan dan ketiga dari posisi pangkal sebagai posisi
alat. tengah sampel uji dan kelang satu ruas
Pengambilan dan pemotongan bambu berikutnya ke arah ujung dari posisi tengah
Langkah selanjutnya adalah yaitu ruas ke lima sebagai posisi ujung
pengambilan bambu betung sebagai bahan sampel uji. Dengan demikian sampel uji yang
sampel penelitian. Pengambilan bambu diambil sebagai posisi pangkal, tengah dan
11

ujung masing-masing posisi melewati atau Ilustrasi penyusunan lapisan


klang satu ruas pada batang bambu. dilakukan sebelum perekatan diberikan untuk
memudahkan dalam proses penyusunan dan
Pembelahan bilah bambu
mengurangi kesalahan dalam pembuatan
Pembelahan batang bambu dilakukan
laminasi.
dengan memperhatikan bagian batang bambu
yang berdiameter lebih kecil sebagai acuan
Pemberian Perekat
lintasan pembelahan. Bilah bambu yang
digunakan adalah yang lurus pada kedua sisi Perekat yang digunakan yaitu jenis
Resin EPOXY HQ 501 R RESIN. Karena
panjangnya. Bilah bambu yang telah dipilih
jenis perekat ini dikenal kuat dan baik dalam
jika masih terlalu basah kemudian dibiarkan merekatkan suatu bahan material tanpa
mengering selama 1 minggu dan selanjutnya mempengaruhi kekuatan material itu sendiri.
Selain itu epoxy mudah untuk didapatkan
bilah tersebut diserut pada kedua
dipasaran karena termasuk resin yang umum
permukaannya untuk mendapatkan digunakan. Perekat terdiri atas dua bagian,
permukaan bilah yang rata. yaitu resin dan hardener. Dengan aturan
Pembuatan bilah bambu pakai sebagai berikut :
- Sebelum menggunakan perekat,
Bilah bambu yang dijadikan sampel terlebih dulu campurkan kedua
adalah bambu antar ruas tanpa melibatkan macam perekat tersebut dengan
buku. Berikutnya adalah pembelahan bilah perbandingan 1:1 kemudian diaduk
hingga rata.
bambu menjadi beberapa bagian, sesuai
- Bilah bambu yang telah disiapkan
ukuran uji impak yang mempunyai dimensi kemudian dilaburi perekat secara
panjang 55 mm, lebar 10 mm dan tebal 10 merata sebelum 1 jam, pada salah
satu permukaan sampel karena
mm.
perekat akan cepat mengeras.
Pengeringan - Pemberian perekat dengan cara
Setelah itu bambu dikeringkan alami mengoleskan pada seluruh
permukaan yang akan direkatkan
di tempat yang terkena panas matahari
secara tipis dengan menggunakan
langsung selama ± 2 minggu, hingga kadar kuas.
airnya mencapai ± 10 %. Proses pengeringan Apabila dihitung 1 kg campuran resin
harus di perhatikan supaya spesimen tidak dan hardener bisa menutupi area seluas 3m 2
dengan lapisan setebal 150-200micron.
melengkung atau rusak seperti dengan
membalik posisi bilah bambu.
Penyerutan Penekanan

Setelah kering langkah berikutnya Selanjutnya antar bilah bambu yang

adalah penyerutan. Penyerutan dilakukan sudahdisusun dikempa dengan menggunakan

agar antar belah bambu memiliki ketebalan klem C atau kempa dingin. Dengan tekanan

dan kehalusan permukaan yang sama. tenaga maksimum manusia laki-laki dewasa

Ilustrasi penyusunan lapisan untuk memutar skrup klem C. Berdasarkan


petunjuk penggunaan jenis perekat EPOXY
12

HQ 501 R RESIN yang digunakan, mendapatkan data hasil pengujian pencatatan


penekanan dilakukan selama 4 jam untuk dapat dilakukan sesuai data yang didapat,
memperoleh daya rekat yang cukup kuat. langkah di atas dilakukan hingga spesimen
Pengeringan yang telah ditentukan habis.
Setelah antar bilah bambu ditekan atau EI (energi impak) = m . g . r ( cos β –
kempa, langkah selanjutnya adalah proses cos α )
pengeringan perekat. Proses pengeringan
Ket:
perekat berdasarkan petunjuk penggunaan
m = massa hammer ( 26,1 kg )
jenis perekat EPOXY HQ 501 R RESIN
g = grafitasi bumi (9,8 m/s2 )
setelah proses kempa dilakukan selama 4
jam, daya rekat akan cukup kuat dan sampel D = 658 mm = 0,658 m r
dibiarkan selama ±12 jam dibawah terik
Cos β = ...0
matahari lansung untuk mendapatkan daya
rekat maxsimum. Cos α = 140 0
Uji Mekanik
HI ( harga impak ) = EI/A
Bentuk spesimen uji impak komposit
mengacu pada standar ASTM E23-56T, A = luas spesimen (mm2)
dimana mempunyai dimensi panjang 55 mm,
Jenis Data
lebar 10 mm dan tebal 10 mm.
Jenis data dalam penelitian ini terdiri
Pada uji impak diukur energi yang
dari data utama dan data penunjang. Data
diserap untuk mematahkan benda uji. Energi
utama adalah data hasil pengujian impak
patahan yang diserap dinyatakan dalam
yang di peroleh dari pengujian sampel. Data
satuan joule. Prinsip dari pengujian impak
penunjang adalah yang berasal dari data
ini adalah apabila benda uji diberi beban
kadar air dan berat jenis.
kejut, maka benda akan mengalami proses
Analisis Data
penyerapan energi sehingga terjadi deformasi
Penelitian ini menggunakan analisis
plastis yang mengakibatkan patah.
sidik ragam rancangan acak lengkap (RAL).
Untuk mengetahui ketahanan benda
Sampel uji terdiri dari 3 perlakuan dengan 3
terhadap keadaan patah, maka digunakan
ulangan pada masing-masing posisi pangkal,
metode pengujian impak. Dalam metode ini
tengah dan ujung, sehingga diperoleh
mekanisme untuk melakukan uji impak pada
sebanyak 27 sampel. Untuk lebih rincinya
komposit serat bambu terdapat beberapa
adalah sebagai berikut :
langkah yaitu mengukur dimensi spesimen
- Posisi sampel
meliputi panjang, lebar, dan tebal,
P, T, U = pangkal, tengah dan ujung.
selanjutnya menghidupkan mesin uji impak
- Perlakuan
dan meletakkan spesimen pada batang uji Sj = serat sejajar
atau tumpuan. Adapun mekanisme untuk Si = serat silang
13

Se = serat kayu sengon Keterangan:


BKU = Berat kering udara
Jika hasil analisis varian terhadap posisi BKT = Berat kering tanur
sampel dan perlakuan susuna serat Standar (ASTM E23-56T )
menunjukan pengaruh berbedanyata akan c.
dilanjutkan uji lanjut yaitu uji beda nyata
terkecil (BNT) α 5 % untuk posisi sampel
KerapatanBambu
Berat Jenis (BJ )=
KerapatanAir
dan perlakuan susunan serat, serta uji Duncan
Keterangan:
(DMRT) α 5 % untuk kombinasi posisi dan
Kerapatan air = 1 g/cm3
susunan serat.

Variabel Pengamatan
Variabel yang digunakan untuk BKT
Kerapatan bambu=
mengetahui harga impak, kadar air dan berat Vbasah
jenis adalah : Keterangan:
EI BKT = Berat kering
a. Harga Impak ( HI ) =
A tanur
Keterangan: Vbasah = Volume basah
HI = Harga Impak (j/mm2) material
EI = Energi Impak (j) Standar ASTM E23-56T
= m.g.r.(Cos β- Cos α)
Keterangan: HASIL DAN PEMBAHASAN
m = Massa hammer/pedulum Hasil perhitungan uji impak
(26,1 kg) Berikut ini adalah hasil perhitungan
g = Gravitasi harga impak baik pada sampel uji dengan
hammer/pendulum pada susunan sejajar serat (Tabel 2), susunan
saat jatuh menghantam silang (Tabel 3) maupun sampel uji dengan
2
sampel (9,8 m/s ) core dari kayu sengon (Tabel 4).
r = Jari-jari pada Tabel 2. Hasil uji impak pada pola susunan
hammer/pendulum yang serat sejajar
Mass Jari- Ener Harga
menghantam sampel (0,658 m) N Nama a jari gi impak
Α Β
β = Sudut pengukuran o sampel (m)/( (r)/( impa (j/mm2
kg) m) k (j) )
α = Sudut awal ketentuan Psj 0,65 14 13 20,1
26,1 0,252
(1400) 8 0⁰ 0 96
A = Luas penampang sampel (80 U Tsj 0,65 14 12 23,5
1 26,1 0,294
1 8 0⁰ 9 62
mm2) Us 0,65 14 13 10,0
26,1 0,126
b. j 8 0⁰ 4,5 98
Psj 0,65 14 13 16,8
U 26,1 0,210
2 8 0⁰ 1,5 3
BKU −BKT 2 Tsj
KA kering udara= x 100 % 26,1 0,65 14 13 5,04 0,063
BKT
14

8 0⁰ 7 9 Kode huruf si : perlakuan serat menyilang


Us 0,65 14 12 23,5
26,1 Tabel 4. Hasil uji impak pada pola susunan
j 8 0⁰ 8,5 62
Psj 0,65 14 13 20,1 serat dengan lapisan tengah kayu sengon
26,1 Ha
8 00 0,5 96 E
U Tsj 0,65 14 13 11,7 Ja rg
3 26,1 M ne
3 8 00 4 81 ri- a
ass rg
Us 0,65 14 13 10,0 Na ja im
26,1 a i
j 8 00 4,5 98 N ma ri pa
(m Α Β i
Keterangan kode : o sam (r k
)/( m
U1,U2,U3 : ulangan perlakuan pertama, pel )/( (j/
kg pa
m m
kedua dan ketiga ) k
) m2
(j)
P, T ,U, sj : bagian pangkal, tengah, )
P 1
ujung, serat sejajar 0, 1 10
s 26, 4 0,1
65 3 ,0
e 1 0 26
8 0 5 98
Tabel 3. Hasil uji impak pada pola susunan
serat menyilang T 1
0, 1 11
Ha U s 26, 4 0,1
Jar En 1 65 3 ,7
rga 1 e 1 0 47
Ma i- er 8 0 4 81
Nam im
ssa jar gi U 1 1
N a pa 0, 13
(m) i Α β im s 26, 4 3 0,1
o samp k 65 ,4
/(k (r) pa e 1 0 3, 68
el (j/ 8 64
g) /( k 0
5
m
m) (j) P 1 1
m2) 0, 5,
P 0, 1 13 s 26, 4 3 0,0
26, 5,0 0,0 65 04
s 65 4 7, e 1 0 7, 63
1 49 63 8 0 9
i 8 00 5 5
T 0, 1 T 1 1
U 26, 13 5,0 0,0 0, 10
1 s 65 4 U s 26, 4 3 0,1
1 1 7 49 63 2 65 ,0
i 8 0 0 2 e 1 0 5, 26
8 0 98
U 0, 1 5
26, 13 5,0 0,0 U 1
s 65 4 0, 1 23
1 7 49 63 s 26, 4 0,2
i 8 00 65 2 ,5
P 0, 1 e 1 0 94
26, 13 3,3 0,0 8 0 9 62
s 65 4
1 8 66 42 P 1
i 8 00 0, 1 25
T 0, 1 s 26, 4 0,3
U 26, 13 1,6 0,0 65 2 ,2
2 s 65 4 e 1 0 15
2 1 0 9 83 21 8 0 8 45
i 8 0
U 0, 1 11, T 1
26, 13 0,1 0, 1 11
s 65 4 78 U s 26, 4 0,1
1 4 47 3 65 3 ,7
i 8 00 1 3 e 1 0 47
8 0 4 81
P 0, 1 13
26, 5,0 0,0 U 1
s 65 4 7, 0, 1 18
1 0 49 63 s 26, 4 0,2
i 8 0 5 65 3 ,5
T 0, 1 e 1 0 31
U 26, 13 8,4 0,1 8 0 1 13
3 s 65 4
3 1 6 15 05 Keterangan kode :
i 8 00
U 0, 1 10, Kode huruf se : perlakuan serat lapisan
26, 13 0,1 tengah kayu sengon.
s 65 4 09
1 5 26
i 8 00 8
Keterangan kode : Hasil analisis rancangan acak lengkap
15

Setelah diperoleh nilai harga impak,


selanjutnya dilakukan analisis statistik dalam Tabel 5 menunjukkan bahwa dari ketiga
pola acak lengkap (RAL). Berikut ini adalah faktor yaitu posisi (P), susunan serat (S) dan
hasil uji sidik ragam (Tabel 5) dengan kombinasi (P x S) berbeda nyata pengruhnya.
perhitungan selengkapnya pada Lampiran 1. Karena hasil analisis varian terhadap posisi

Tabel 5. Analisis varian sampel menunjukan pengaruh berbeda nyata


Su F tabel maka dilakuakan uji lanjut. Uji lanjut yang
m
be dilakukan adalah uji beda nyata terkecil
r F (BNT) α 5%. Hasil uji BNT dapat dilihat
K D hit
Jk kt 0, 0, pada Tabel 6 dengan perhitungan
er b un
ag g 05 01
selengkapnya pada Lampiran 2.
a
m Tabel 6. Hasil uji BNT posisi sampel.
an
15 2, 3, Posisi Rata-rata
Pe 0, 0, ,4 51 70
rla 10 01 00 01 54 T 0,371 a
8
ku 17 27 89 57 21
an 6 2 68 89 88 P 0,462 b
6 5 1
7, 3, 6, U 0,525 c
0, 0, 25 55 01
01 00 77 45 29 BNT α 5% 0,049
P  2
19 59 13 57 04
89 94 00 14 83
4 6 5 Tabel 6 menunjukkan bahwa setiap
45 3, 6, posisi batang memiliki harga impak yang
0, 0, ,3 55 01
07 03 45 45 29 berbeda. Dari ke tiga posisi, berturut-turut
S 2
49 74 87 57 04 nilai harga impak yang terendah sampai yang
05 52 44 14 83
4 6 5 tertinggi dimiliki oleh laminasi bambu bagian
2, 4, tengah, pangkal dan ujung. Dengan
29
92 57
P 0, 0, ,5 demikian bagian ujung memiliki nilai harga
77 90
X 4 09 02 42
44 35 impak tertinggi.
S 76 44 60
17 96
09 Demikian pula pada perlakuan susunan
3 7
0, 0, serat juga dilakukan uji lanjut BNT α 5%.
G
01 00
al 18       Hasil uji BNT dapat dilihat pada Tabel 7
48 08
at
67 26 dengan perhitungan selengkapnya pada
U 0,
m 19 Lampiran 3.
26        
u 93 Tabel 7. Hasil uji BNT susunan serat
m 6
Fk 0,614721  Susunan serat Rata-rata
Keterangan kode : Si 0,213 a
P : Posisi sampel
S : Susunan serat
16

Se 0,539 b Psj 0,238 g

Sj 0,588 b
Tabel 8 menunjukkan bahwa
BNT α 5% 0,049
kombinasi posisi sampel dan susunan serat
antara bagian pangkal (P) dan tengah (T)
Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan
untuk susunan serat menyilang tidak
serat silang berbeda nyata terhadap perlakuan
menunjukkan perbedaan yang nyata.
serat core sengon dan serat sejajar. Namun
Demikian pula untuk bagian tengah (T) dan
tidak ada perbedaan yang nyata antara
ujung (U) untuk serat menyilang. Hal yang
perlakuan serat core sengon dan serat sejajar.
sama juga ditunjukkan oleh hasil uji
Namun demikian susunan serat sejajar dan
kombinasi antar bagian ujung untuk serat
core kayu sengon memiliki rata-rata harga
menyilang dan bagian tengah untuk susunan
impak yang lebih tinggi jika dibandingkan
core sengon. Tetapi terdapat perbedaan yang
dengan pola serat silang.
nyata antara hasil uji impak antara bagian
Hasil analisis varian terhadap kombinasi
tengah, pangkal dan ujung untuk core
posisi sampel (P) dan susunan serat (S)
sengon. Hasil uji kombinasi serat sejajar
menunjukan pengaruh berbeda nyata
untuk bagian tengah dan ujung tidak
signifikan maka dilakukan analisis lanjut
menunjukkan perbedaan yang nyata, namun
dengan uji jarak berganda Duncan (DMRT) α
berbeda nyata dengan bagian antara ujung
5%, seperti pada Tabel 8 dengan perhitungan
serat core sengon dan bagian pangkal serat
selengkapnya pada Lampiran 4, Lampiran 5
sejajar. Hasil uji kombinasi bagian pangkal
dan Lampiaran 6.
serat core sengon dan bagian tengah serat
sejajar tidak menunjukkan perbedaan yang
Tabel 8. Hasil uji DMRT kombinasi posisi
nyata, demikian pula untuk bagian ujung
sampel dan susunan serat
serat sejajar. Hasil yang sama ditunjukkan
Perlakuan Rata-rata oleh hasil uji kombinasi antara bagaian ujung
serat core sengon dan bagian pangkal serat
Psi 0,056 a
sejajar juga tidak menunjukkan perbedaan
Tsi 0,063 ab yang nyata.
Usi 0,112 bc

Tse 0,14 c

Pse 0,168 de

Tsj 0,168 ef

Usj 0,182 f

Use 0,231 g
17

5.6%
0.23 0.24
0.25
0.18 Pembahasan
0.2 0.170.17
0.14 Hasil analisis varian menunjukkan
0.15 0.11
bahwa pengaruh posisi sampel bagian
0.1
0.06 0.06
pangkal, tengah dan ujung (P, T, U) dan
0.05
perlakuan susunan serat menunjukkan
0
PSi TSi USi Tse Pse TSj Usj USe PSj pengaruh yang berbedanyata, sehingga
dilakukan uji lanjut yaitu uji beda nyata
terkecil (BNT). Hasil analisis BNT
Gambar 10. Grafik perbandingan rata-rata
menunjukan bahwa posisi terbaik
kombinasi harga impak posisi sampel dan
ketahanannya ada pada bagian ujung 0,525
pola susunan serat berdasarkan analisis
j/mm2, kemudian bagian pangkal 0,462 j/mm2
DMRT.
dan bagian tengah 0,371 j/mm 2. Hal ini
diduga di pengaruhi oleh nilai berat jenis dari
Hasil pengukuran kadar air
masing-masing posisi sampel seperti yang
Hasil pengamatan kadar air yang telah
terlihat pada tabel 10. Hasil pengamatan BJ
dilakukan sebagai data penunjang dalam
menunjukan rata-rata berat jenis yang paling
penelitian ini selengkapnya tercantum pada
tinggi dimiliki oleh posisi ujung yaitu 0,77,
Tabel 9.
kemudian berat jenis pada posisi pangkal
Tabel 9. Hasil pengukuran kadar air dari 9
0,56 dan nilai berat jenis yang paling rendah
bagian bambu yang dijadikan sampel.
ada pada posisi tengah 0,55.
Posisi Berat Berat Kadar Uji lanjut BNT α 5% juga dilakukan
Kering Kering Air terhadap susunan serat untuk melihat
Udara Tanur (KA) % perbedaan antar ketiga perlakuan susunan
(BKU) / (BKT) / serat tersebut. Hasil uji BNT menunjukkan
gram gram bahwa dari ketiga perbedaan susunan serat,
P 3,01 2,72 10,6
P 3,72 3,30 12,7 perlakuan serat silang berbeda nyata terhadap
P 3,34 2,89 15,5 perlakuan serat core sengon dan serat sejajar.
Rata-rata
Namun tidak ada perbedaan yang nyata
12.8%
antara perlakuan serat core sengon dan serat
T 3,83 3,28 16,7
T 2,95 2,65 11,3 sejajar.
T 2,63 2,46 6,9
Komposit bambu betung dengan
Rata-rata
susunan serat silang memiliki ketahanan
11.6%
U 3,82 3,60 6,1 paling rendah dibandingkan kedua perlakuan
U 3,58 3,34 7,1
lain nya. Hal ini diduga disebabkan karena
U 4,07 3,93 3,5
Rata-rata susunan lapisan dalam bambu yang
18

menyilang terhadap lapisan luar, terdapat Secara umum berdasarkan analisis


sambungan-sambungan antar bambu yang DMRT ketahan komposit bambu betung
direkatkan menggunakan resin (epoxy). Hal paling rendah terdapat pada perlakuan Psi,
ini diduga menyebabkan kondisi sampel Tsi, Usi dan Tse. Kemudian rata-rata
komposit mempunyai daerah-daerah lemah ketahanan yang lebih tinggi pada perlakuan
dan tidak sepadat sampel perlakuan serat Pse, Tsj dan Usj. Sedangkan rata-rata
sejajar dan serat lapis kayu sengon. Sehingga ketahanan tertinggi ada pada perlakuan Use
pada saat uji impak berlangsung hamer yang dan Psj hal ini diduga karena posisi ujung
berfungsi menabrak sampel dengan sudut α dan pangkal memiliki nilai BJ yang tinggi
0
140 menyebabkan sampel lebih mudah dibandingkan posisi tengah, selain itu
rusak. Kondisi ini terlihat dengan adanya perlakuan serat sejajar dan serat core kayu
sebagian sambungan yang terlepas dari sengon memiliki nilai ketahanan yang lebih
sampel uji. tinggi dibandingkan perlakuan serat silang.
Komposit bambu betung dengan Jika dibandingkan dari hasil analisi
lapisan dalam kayu sengon memiliki kekuatan mekanik dengan uji impak terhadap
ketahanan lebih besar dibandingkan komposit bambu kuning yang diteliti Apriansyah
bambu betung susunan serat menyilang. Hal (2016) diperoleh hasil bahwa uji rata-rata
ini diduga karena sampel memiliki kepadatan harga impaknya yaitu serat sejajar sebesar
dan kelenturan yang tinggi dibandingkan 0,502 j/mm2 sedangkan harga impak pada
komposit serat silang. Hal ini terlihat juga bambu betung serat sejajar sebesar 0,196
dari keadaan sampel yang tetap ada kayu j/mm2. Harga impak serat silang bambu
sengonnya pada sampel uji setelah uji impak kuning memiliki harga impak sebesar 0,325
dilakukan. j/mm2 dan bambu betung sebesar 0,077
Ketahanan komposit bambu betung j/mm2. Dengan demikian dapat dinyatakan
yang cenderung paling kuat dari ketiga bahwa bambu betung memiliki ketahanan
perlakuan terdapat pada lapisan serat sejajar. tidak sekuat bambu kuning. Namun terdapat
Ini dikarenakan komposit serat sejajar hasil yang sama dengan perlakuan uji
memiliki kepadatan yang lebih tinggi dan kekuatan mekanik laminasi bambu kuning
susunan serat dengan tingkat kelenturan yang yang telah dilakukan Apriansyah (2016)
tinggi. Hal ini terlihat juga dari keadaan yaitu, perlakuan serat sejajar lebih kuat
sampel yang masih utuh namun mengalami dibandingkan serat menyilang.
patah pada bagian tengah sampel uji, yang Rata-rata kadar air mencapai nilai 12,8
merupakan daerah takikan pada saat hamer % pada posisi pangkal, 11,6 % pada posisi
menabrak sampel. Hasil uji impaknya tengah dan 5,6 % pada posisi ujung. Kadar
bernilai lebih tinggi dibandingkan komposit air bambu menunjukan banyaknya air yang
serat silang dan lapis kayu sengon. terdapat pada bambu yang dinyatakan dalam
persen terhadap berat kering tanurnya. Kadar
19

air dalam suatu batang bambu berubah-ubah menyumbangkan kekuatan bilah bambu.
menurut tinggi dari bambu tersebut. Bagian Oleh karena sel sklerenkim terdapat pada
bawah batang selalu mengandung lebih ikatan pembuluh, maka jumlah sel
banyak air dari pada bagian atasnya. sklerenkim pada setiap penampang bambu
Perbedaan ini dapat mencapai 50% atau lebih adalah sebanding dengan jumlah ikatan
(Yap, 1967 dikutip oleh Sulistijo, 1988). pembuluhnya. Kerapatan ikatan pembuluh
Selain perbedaan tinggi, kadar air juga yang lebih tinggi cenderung membuat bambu
dipengaruhi oleh perbedaan umurnya. lebih kuat dan awet (Bahtiar, 2013)
Menurut Yap (1967) dikutip oleh Sulistijo Pengamatan berat jenis dilakukan
(1988), bambu yang lebih tua (6-9 tahun) pada saat bambu masih segar atau baru
mengandung lebih sedikit air dari pada ditebang. Sampel untuk pengamatan berat
bambu yang muda (3-4 tahun). Bagian jenis di ambil dari bagian batang yang di uji
dalam batang bambu mengandung lebih yaitu pangkal, tengah dan ujung, dengan 3
banyak air dari pada bagian luar. Buku-buku ulangan sehingga berjumlah 9 sampel yang di
mengandung 10% lebih sedikit air dari pada uji. Setelah dilakukan pengamatan maka
bagian ruas-ruasnya. didapatkan nilai rata-rata berat jenis pada
Hasil penelitian M. Loiwatu (2008) masing-masing posisi sampel yaitu pangkal
tentang sifat dasar bambu berdasarkan bagian 0,56, tengah 0,55 dan ujung 0,77. Kita
batang menyatakan bahwa jumlah sel pori ketahui bahwa semakin tinggi nilai berat
lebih banyak di bagian pangkal batang jenis suatu benda maka benda tersebut
(14,60%) dibandingkan tengah (13,43%) dan semakin baik terhadap sifat mekaniknya.
ujung (13,13%) sehingga menyebabkan Berat jenis (BJ) merupakan
kadar air segar lebih besar dibagian pangkal perbandingan antara berat bambu pada kering
batang dibandingkan tengah dan ujung tanur dengan berat air yang dipindahkan oleh
karena hasil penelitian Ulfah (1999) kadar air bambu tersebut pada temperatur air 4 0C
segar 3 jenis bambu yaitu bambu apus, ori mempunyai kerapatan sebesar 1 gram per
dan wulung menunjukan kadar air segar cm3. Perubahan kerapatan air relatif kecil
bagian pangkal (126,85%) lebih besar dari oleh perubahan suhu, sehingga perubahannya
pada bagian tengah (95,76%) dan ujung dapat di abaikan jika pengukurannya
(35,31%). dilakukan pada temperatur kamar
Secara umum terlihat bahwa jumlah (wicaksono, 2008). Menurut Tamolang et al.
ikatan pembuluh menurun dari tepi ke dalam, (1980) dikutip oleh Yuliati (2005) berat jenis
namun ukuran luas masing-masing ikatan bambu cenderung naik ke bagian ujung,
pembuluh semakin kecil (gambar 14). Ikatan dibagian kadar airnya menurun. Menurut
pembuluh terdiri atas sel sklerenkim, Sharma dan Mehra (1970) dikutip oleh
protoxylem dan floem. Dibanding ketiga sel Syafii (1984), dinding bambu bagian luar
lainnya, sel sklerenkim yang dominan
20

mempunyai berat jenis yang lebih besar ujung berkisar antara 0,77-0,89. Hasil ini
dibandingkan bagian dalamnya. menunjukan kesesuaian berat jenis yang
Jika dibandingkan dari hasil penelitian diperoleh peneliti dengan penelitian yang
kekuatan dan kekakuan bambu betung oleh telah dilakukan oleh Wicaksono (2008)
Wicaksono (2008), diperoleh hasil dimana nilai BJ paling besar terdapat pada
perhitungan berat jenis untuk posisi pangkal posisi ujung 0,77, kemudian posisi pangkal
berkisar antara 0,76-0,82, pada posisi tengah 0,56 dan yang terendah pada posisi tengah
berkisar antara 0,75-0,86 dan pada posisi 0,55.

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian ini maka


Kesimpulan penulis memberikan saran, yaitu perlu
Dari hasil penelitian uji impak charpy adanya pengaturan susunan serat menyilang
yang telah dilakukan di Laboratorium Teknik sehingga posisi rekatan sebagai faktor
Mesin Fakultas Teknik Universitas Bengkulu terlemah tidak berada pada bagian
terhadap komposit bambu betung dapat takikan/notch.
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Posisi terbaik uji ketahanan impak
ada pada bagian ujung yaitu
sebesar 0,525 j/mm2, kemudian
bagian pangkal sebesar 0,462 DAFTAR PUSTAKA
2
j/mm dan yang paling rendah
Ahmad M, Kamke FA. 2011. Properties of
ketahanannya ada pada bagian parallel strand lumber from Calcutta
bamboo(Dendrocalamus strictus).
tengah sebesar 0,371 j/mm2.
Wood Sci Technol 45:63-72
2. Hasil uji kekuatan mekanik
ASTM. (1995a). Standard Test Methods for
komposit bambu betung dengan uji
Evaluating Properties of Wood-
impak terhadap variasi susunan Based Fiber and Particle Panel
Materials. ASTM D 1037-93.
serat dapat di urutkan
Annual Book of ASTM Standard.
ketahanannya yaitu, pola susunan Philadelphia.
serat sejajar memiliki ketahanan ASTM. (1995b). Standard Test Methods
yang paling kuat sebesar 0,588 for Wood-Based Structural Panels in
Compression. ASTM D 3501-94.
j/mm2, kemudian pola susunan Annual Book of ASTM Standard.
serat lapisan tengah (core) kayu Philadelphia.
sengon sebesar 0,539 j/mm2 dan Bodig, J. and B. A. Jayne. 1993. Mechanics
hasil yang paling rendah of Wood and Wood Composites.
Krieger Publishing Company,
ketahanannya pada susunan serat Malabar, Florida.
menyilang sebesar 0,213 j/mm2.
BSN. 1989. Standar Nasional Indonesia
Saran SNI 01-0608-1989. Kayu untuk
mebel, Syarat sifat fisik dan mekanik.
21

Jakarta: Badan Standardisasi Bamboo Structures (ICBS-2007).


Nasional. Changsa. China. 28-30 October
2007. Pp 83-96
BSN. 2000a. Standar Nasional Indonesia
SNI 01-5008.2-2000. Kayu lapis Roh JK, Ra JB. 2009. Effect of moisture
penggunaan umum. Jakarta: Badan content and density on the
Standardisasi Nasional. mechanical properties of venner-
bamboo zephyr composites. Forest
BSN. 2000b. Standar Nasional Indonesia Products Journal 59(3):75-78
SNI 01-6240-2000. Venir lamina.
Jakarta: Badan Standardisasi Sulastiningsih, I.M., Nurwati dan P.
Nasional Sutigno. 1996. Pengaruh Jumlah
Lapisan terhadap Sifat Bambu
BSN. 2000c. Standar Nasional Indonesia Lamina. Buletin Penelitian hasil
SNI 01-6243-2. 2000. Papan Hutan 14 (9) : 366-373.
sambung dan bilah sambung untuk
meja.Jakarta: Badan Standardisasi Sulastiningsih, I.M., A. Santoso and T.
Nasional. Yuwono. 1998. Effect of Position
Along the Culm and Number of
Dransfield. S. and E.A. Widjaja (editor) Preservative Brushing on Physical
1995. Plant Resources of South East and Mechanical Properties of
Asia No 7. Bamboos. Bogor: Prosea Laminated Bambu. Proceedings The
Foundation Fourth Pacific Rim Bio-Based
Composites Symposium. November
FAO, INBAR. 2005. Global Forest 2-5, 1998, Bogor, Indonesia.Pp. 106
Resources Assessment Update 2005. – 113.
Indonesia. Country Report on
Bamboo Resources. Forest Sulastiningsih, I.M., Nurwati dan Adi
Resources Assessment Programme Santoso. 2005. Pengaruh Lapisan
Working Paper (Bamboo). Food and Kayu terhadap Sifat Bambu Lamina.
Agriculture Organization of the Jurnal Penelitian Hasil Hutan 23(1) :
United Nation (FAO). Forestry 15-22. Bogor: Pusat Penelitian dan
Department and International Pengembangan Teknologi Hasil
Network for Bamboo and Rattan Hutan.
(INBAR). Jakarta. May. 2005.
Sulastiningsih, I.M. dan A. Santoso. 2010.
Nurdin Hendri. 1978 – 1741. Pengaruh Karakteristik jenis bambu sebagai
penggunaan Jenis Serat Pada bahan baku bambu komposit.
Komposit Polimer terhadap Laporan hasil penelitian (tidak
kekuatan Tarik.Zona Teknik diterbitkan).
ISSN.Volume 3. No 2 : 143 – 150.
Sulastiningsih IM, Santoso A. 2012.
Permatasari, R.J. 2011. Karakteristik Balok Pengaruh jenis bambu, waktu kempa
Laminasi dari Kayu Sengon dan perlakuan pendahuluan bilah
(Paraserianthes falcataria (L.) bambu terhadap sifat papan bambu
Nielson), Manii (Maesopsis eminii lamina. Jurnal Penelitian Hasil
Willd.) dan Akasia (Acacia mangium Hutan30(3): 198-206.
Engl.) [Skripsi]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor. Sulastiningsih, I.M. dan A. Santoso. 2011.
Pembuatan produk bambu komposit.
Rittironk S, Elnieiri M. 2008. Investigating Laporan hasil penelitian (tidak
Laminated Bamboo Lumber as an diterbitkan).
Alternate to Wood Lumber in
Residential Construction in the Sulastiningsih, I.M., A. Santoso dan M.
United States. Proceedings of First Iqbal. 2012. Pembuatan produk
International Conference on Modern
22

bambu komposit. Laporan hasil yang Berbeda [Thesis]. Bogor:


penelitian (tidak diterbitkan). Institut Pertanian Bogor.

Sulthoni, A. 1994. Permasalahan Sumber Surdia, tata. Saito, Shiroku. 2000.


Daya Bambu di Indonesia. Strategi Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta:
Penelitian Bambu Indonesia. Bogor: Pradnya Paramita.
Yayasan Bambu Lingkungan Lestari.
Hal. 30 – 36. Jones, PM. 1975. Mechanics Of Composite
Materials Institute Of Technology.
Supartini. 2012. Karakteristik Cross Southem.Methodist University: Mc
Laminated Timber dari Kayu Cepat Graw-Hil, Dallas.
Tumbuh dengan Jumlah Lapisan
Wahit, Suherman. 1987. Pengetahuan
Bahan. Surabaya : ITS

Anda mungkin juga menyukai