Aspek Ekonomi :
• Pendapatan semesteran
dari biji kopi
• Tabungan pendapatan dari
tanaman Albizia
Integrasi tanaman lada-gamal-kambing
Aspek Ekologi :
• Gamal sebagai tanaman pelindung dan tiang panjat
bagi tanaman lada dan menyumbangkan bahan
organik bagi tanah
• Kotoran kambing dapat menyumbang bahan
organik dan N bagi tanah.
• Bahan organik akan meningkatkan kesuburan tanah
dan sangat baik untuk menunjang pertumbuhan
tanaman lada
Aspek Ekonomi :
• Adanya sumbangan unsur N dari tanaman Gamal
dapat menghemat pemberian pupuk urea pada
tanaman lada
• Kotoran kambing dapat diolah menjadi bokashi
dan mengurangi pengeluaran petani untuk
pembelian pupuk organik.
• Produktivitas tanaman lada meningkat (rata-rata
576 kg/ha/tahun, lebih baik dari cara petani
dengan produksi hanya 266 kg/ha/thn)
Integrasi tanaman kaliandra-lebah madu
(Apicultur) dan Peternakan
Pengetahuan, Pengetahuan
ilmiah dan Pengetahuan Lokal
dalam Agroforestry
Pengetahuan adalah informasi yang diketahui
oleh seseorang. (Wikipedia Bahasa).
Kedua komponen dalam silvopastura seringkali tidak dijumpai pada ruang dan
waktu yang sama, misal penanaman rumput hijauan ternak di bawah tegakan
pinus, atau yang lebih ekstrim lagi adalah sistem pola pagar hidup atau pohon
pakan serbagunapada lahan pertanian, yang biasnya pagar hidup sebagai pakan
ternak berada di lokasi yang berbeda dengan lokasi kandang ternak.
Sericulture
Sistem pengintegrasian dalam agroforestri yang menjadikan pohon-
pohon untuk memelihara ulat sutra. Sehingga murbei yang menjadi
makanan pokok ulat sutra harus ada dalam jumlah yang besar pada
lahan tersebut. Sistem ini hanya
menjadikan tanaman murbei sebagai pakan bagi ulat sutra saja
tanpa ada pemanfaatan penuh dari tanaman murbei (Fidi Mahendra,
2009).
Multipurpose forest tree production system
Fidi Mahendra. 2009. Sistem Agroforestri dan Aplikasinya. Graha Ilmu, Yogyakarta
Mustofa Agung Sardjono, Djogo, T dan Arifin,H.S. 2003. Klasifikasi Pola Kombinasi Komponen
Agroforestri. World Agroforestry Center Southeast Asia.Bogor
Nawir, Dkk. 2008. Rehabilitasi Hutan Indonesia dengan Tanaman Serba Guna. Dinas Pertanian
Semarang.
Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia. 2012. Tentang Pedoman Teknis Kebun Bibit
Rakyat.
Indriyanto. 2009. Struktur dan keanekaragaman flora pada komunitas hutan yang dikelola petani
dalam Register 19 Provinsi Lampung. Tesis. Universitas
Lampung, Bandar Lampung.
Verheij, E. W. M. dan Coronel, R. E. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara: Buah-buahan
yang Dapat Dimakan. PT Gramedia. Jakarta.
TERIMA KASIH
AGROFORESTRI BERDASARKAN KOMPONEN
PENYUSUNNYA (LANJUTAN)
Surnayanti, S.Hut., M.Si
Dosen Jurusan Kehutanan FP-UNILA
Setiap komponen agroforestri mempunyai fungsi dari salah satu
atau lebih yang meliputi fungsi ekologis dan fungsi ekonomis
(Indriyanto, 2010)
2. Bahan obat-obatan
3. Kosmetik
4. Tekstil
Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia. 2012. Tentang Pedoman Teknis Kebun Bibit
Rakyat.
Indriyanto. 2009. Struktur dan keanekaragaman flora pada komunitas hutan yang dikelola
petani dalam Register 19 Provinsi Lampung. Tesis. Universitas
Lampung, Bandar Lampung.
Verheij, E. W. M. dan Coronel, R. E. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara: Buah-buahan
yang Dapat Dimakan. PT Gramedia. Jakarta.
TERIMA KASIH
INTERAKSI ANTAR KOMPONEN
AGROFORESTRI
Surnayanti. S.Hut., M.Si. Dosen Jurusan Kehutanan FP-UNILA
Pengkombinasian berbagai jenis tanaman dalam suatu tempat sacara
otomati akan terjadinya interaksi ekologi diantara tanaman-tanaman
yang di kombinasikan.
Semakin banyak jenis tanaman maka akan semakin banyak pula jenis
tanaman yang di interaksikan
Nawir, Dkk. 2008. Rehabilitasi Hutan Indonesia dengan Tanaman Serba Guna.
Dinas Pertanian Semarang.
Perhutanan Sosial
(Social-Forestry)
Sumber : Rakernis Departemen Kehutanan tahun 2005 dalam Tampubolon, dkk., 2006
Perkiraan - perbandingan stok produksi kayu (m3 /tahun): Hutan
Rakyat (HR)= 3.284.700; Hutan Tanaman (HT)= 6.534.800; Hutan
Alam (HA) = 31.448.900 (Wardana, 2005)
Tabel 2. Luas dan potensi jenis hutan rakyat di Indonesia
KUHR = Kredit Usaha Hutan Rakyat ; DAK DR = Dana Alokasi Khusus; GNHRL = Gerakan nasional
rehabilitasi hutan lestari
Potensi hutan –jenis pohon- rakyat di Indonesia mencakup 22
jenis tanaman kehutanan, 10 jenis tanaman dianggap
berpotensi (distribusi penyebarannya hampir merata di seluruh
Indonesia-komoditi unggulan nasional) = Akasia, Bambu,
Cendana, Jati, Mahoni, Pinus, Sengon, Rotan, Sonokeling,
Sungkai (Anonim, 2004).
Tabel 3. Jumlah ,% siap panen 8 jenis pohon di beberapa daerah
1
11/28/19
2
11/28/19
a. Produktivitas
Produk yang dihasilkan sistem agroforestri dapat dibagi menjadi dua kelompok,
yakni:
(a) yang langsung menambah penghasilan petani, misalnya makanan, pakan
ternak, bahan bakar, serat, aneka produk industri,
(b) yang tidak langsung memberikan jasa lingkungan bagi masyarakat luas,
misalnya konservasi tanah dan air, memelihara kesuburan tanah, pemeliharaan
iklim mikro, pagar hidup, dsb.
Peningkatan produktivitas sistem agroforestri diharapkan bisa berdampak pada
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani dan masyarakat desa.
b. Keberlanjutan
Sasaran keberlanjutan sistem agroforestri tidak bisa terlepas dari pertimbangan
produktivitas maupun kemudahan untuk diadopsi dan diterapkan. Sistem
agroforestri yang berorientasi pada konservasi sumber daya alam dan produktivitas
jangka panjang ternyata juga merupakan salah satu daya tarik bagi petani.
3
11/28/19
4
11/28/19
10
5
11/28/19
4. PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN
AGROFORESTRI
Beberapa prinsip yang perlu dipegang dalam menentukan rumusan pengelolaan itu adalah:
1. Pengelolaan agroforestri secara umum harus bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan keunggulan-
keunggulan sistem agroforestry
2. diperlukan rumusan pengelolaan agroforestri yang berbeda (spesifik) untuk kondisi lahan dan masyarakat yang
berbeda
3. Rumusan pengelolaan agroforestri adalah beragam (lebih dari satu pilihan)
4. Unit terkecil manajemen agroforestri adalah rumah tangga, yakni pada tingkat pengambilan keputusan
terendah.
5. perlu dikembangkan "jaringan kerjasama" antara petani agroforestri
6. Berdasarkan perhitungan kemampuan biaya dan pengorbanan untuk pengelolaan per keluarga petani, unit
pengelolaan agroforestri terkecil
7. perubahan paradigma menuju pengelolaan hutan secara partisipatif
11
5. PEMODELAN AGROFORESTRI
12
6
11/28/19
13
14
7
11/28/19
Acuan
Widianto, N. Wijayanto, and D. Suprayogo. 2003. Pengelolaan dan
Pengembangan Agroforestri. Bahan Ajar 6. World Agroforestry Centre
(ICRAF).
15
8
KLASIFIKASI AGROFORESTRI
Sebagaimana telah diuraikan pada bahan terdahulu, agroforestri atau sering disebut
dengan wanatani hanyalah sebuah istilah kolektif dari berbagai pemanfaatan lahan
terpadu (kehutanan, pertanian, dan/atau peternakan) yang ada di berbagai tempat
di belahan bumi, tidak terkecuali yang di jumpai di Indonesia. Pemanfaatan lahan
tersebut secara tradisional telah dikembangkan oleh masyarakat lokal atau telah
diperkenalkan dalam tiga dasawarsa terakhir ini oleh berbagai pihak baik instansi
pemerintah (instansi sektoral seperti Departemen Kehutanan, Departemen Pertanian
beserta dinas-dinas terkaitnya), lembaga penelitian (nasional dan internasional),
perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat (LSM)/Organisasi Non Pemerintah.
Di lapangan bentuk-bentuk agroforestri dapat diklasifikasikan dari berbagai aspek.
Klasifikasi agroforestri dapat didasarkan pada berbagai aspek sesuai dengan perspektif
dan kepentingannya. Pengklasifikasian ini bukan dimaksudkan untuk menunnjukkan
kompleksitas agroforestri dibandingkan dengan budidaya tunggal (monoculture; baik
sektor kehutanan maupun pertanian). Akan tetapi tujuan pengklasifikasian ini justru
akan sangat membantu dalam menganalisis setiap bentuk implementasi agroforestri
yang dijumpai di lapangan secara lebih mendalam, guna mengoptimalkan fungsi dan
manfaatnya bagi masyarakat atau para pemilik lahan. Adapun klasifikasi agroforestri
berdasarkan berbagai aspek adalah sebagai berikut:
BAGIAN EMPAT Klasifikasi berdasarkan komponen penyusunnya
Klasifikasi berdasarkan istilah teknis yang digunakan
Klasifikasi berdasarkan masa perkembangannya
Klasifikasi berdasarkan orientasi ekonomi
Klasifikasi berdasarkan sistem produksi
Agroforenstri berdasarkan
komponen penyusun
(kombinasi perkebunan dan
perikanan)
Bahan Diskusi
Apa yang dimaksud dengan klasifikasi agroforestri?
Coba sebutkan klasifikasi agroforestri yang anda ketahui!
Coba sebutkan klasifikasi agroforestri yang ada di daerah anda!
Apa perbedaan klasifikasi agroforestri di tempat saudara dan di tempat
lain? Jelaskan secara rinci.
Apa kesimpulan dari kegiatan ini ?
Pengklasifikasian agroforestri yang paling umum dan yang paling mendasar adalah Agroforenstri sistim Agrisilvikultur
ditinjau dari komponen yang menyusunnya. Komponen penyusun utama agroforestri
adalah komponen kehutanan, pertanian, dan/atau peternakan. Ditinjau dari
Silvopastura (Silvopastural systems)
komponennya, agroforestri dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Sistem agroforestri yang meliputi komponen kehutanan (atau tanaman berkayu)
Agrisilvikultur (Agrisilvicultural Systems) dengan komponen peternakan (atau binatang ternak/pasture) disebut sebagai sistem
Agrisilvikultur adalah sistem agroforetri yang mengkombinasikan komponen kehutanan Silvopastura. Beberapa contoh silvopastura antara lain: Pohon atau perdu pada
(atau tanaman berkayu) dengan komponen pertanian (atau tanaman non kayu). padang penggembalaan (Trees and shrubs on pastures), atau produksi terpadu antara
Tanaman berkayu dimaksudkan yang berdaur panjang (tree crops) dan tanaman non ternak dan produk kayu (integrated production of animals and wood products). Contoh
kayu dari jenis tanaman semusim (annual crops). Dalam agrisilvikultur, ditanam pohon sistem silvopastura, Legume cover crop Callopogonium di bawah tegakan pohon
serbaguna atau pohon dalam rangka fungsi lindung pada lahan pertanian. Gmelina arborea sebagai lahan penggembalaan sapi di Filipina.
Meskipun kita telah mengenal agroforestri sebagai sistem penggunaan lahan, tetapi
seringkali digunakan istilah teknis yang berbeda atau lebih spesifik, seperti sistem,
sub-sistem, praktek, dan teknologi.
Sistem Agroforestri
Sistem agroforestri dapat didasarkan pada komposisi biologis serta pengaturannya,
tingkat pengelolaan teknis atau ciri-ciri sosial-ekonominya. Penggunaan istilah sistem
sebenarnya bersifat umum. Ditinjau dari komposisi biologis, contoh sistem agroforestri
Agroforenstri sistim Agrosilvopastura adalah agrisilvikultur, silvopastura, agrosilvopastura.
Langkah-langkah :
Pemandu mengantarkan pemikiran kepada semua peserta mengenai
klasifikasi agroforestri berdasarkan sistem produksi
Pemandu memberi kesempatan untuk mempertanyakan dan mempertajam
tentang klasifikasi agroforestri berdasarkan sistem produksi yang digunakan
untuk memperkuat pemahaman
Pemandu membagi peserta yang ada dalam 5 kelompok kecil.
Pemandu memberi bahan pertanyaan yang akan didiskusikan pada masing-
masing kelompok kecil yang ada dan menuliskan pada kertas plano.
Setelah usai masing-masing wakil kelompok dipersilahkan untuk
mempresentasikan didepan, dan pada akhir sesi pemandu menyimpulkan
bersama tentang klasifikasi agroforestri berdasarkan sistem produksi.
Bahan Diskusi
Coba sebutkan klasifikasi agroforestri berdasarkan sistem produksi!
Apa yang dimaksud dengan agroforestri berdasarkan sistem produksi?
Jelaskan dengan pemahaman masing-masing!
Coba sebutkan dan jelaskan praktek agroforestri berdasarkan sistem
produksi yang ada di daerah saudara!
Apa perbedaan dari masing-masing klasifikasi agroforestri berdasarkan
sistem produksi?
Apa kesimpulan dari kegiatan ini ?