Anda di halaman 1dari 106

AGROFORESTRY

DARUL ZUMANI. Ir. MP.


Bahan Kuliah
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
Konsepsi
• Konsepsi “agroforestry” dirintis oleh suatu tim dari Canadian
International Development Centre, yang bertugas untuk
mengindentifikasi prioritas-prioritas pembangunan di bidang
kehutanan di negara-negara berkembang sekitar tahun 1970.
• Oleh tim ini dilaporkan bahwa hutan-hutan di negara tersebut belum
cukup dimanfaatkan. Penelitian yang dilakukan di bidang kehutanan
pun sebagian besar hanya ditujukan kepada dua aspek produksi kayu,
yaitu eksploitasi secara selektif di hutan alam dan tanaman hutan
secara terbatas.
• Agroforestri diharapkan bermanfaat selain
untuk mencegah perluasan tanah terdegradasi,
melestarikan sumberdaya hutan, meningkatkan
mutu pertanian serta menyempurnakan
intensifikasi dan diversifikasi silvikultur.
• Sistem ini telah dipraktekan oleh petani di
berbagai tempat di Indonesia selama berabad-
abad (Michon dan de Foresta, 1995),
DEFINISI AGROFORESTRY
Definisi agroforestri seyogyanya menitikberatkan dua karakter
pokok (Lundgren, 1982),

• Adanya pengkombinasian yang terencana/disengaja dalam


satu bidang lahan antara tumbuhan berkayu (pepohonan),
tanaman pertanian dan/atau ternak/hewan baik secara
bersamaan (pembagian ruang) ataupun bergiliran (bergantian
waktu);
• Ada interaksi ekologis dan/atau ekonomis yang nyata/jelas,
baik positif dan/atau negatif antara komponen-komponen
sistem yang berkayu maupun tidak berkayu.
DEFINISI AGROFORESTRY
• Dalam Bahasa Indonesia, kata Agroforestry
dikenal dengan istilah wanatani atau
agroforestri yang arti sederhananya adalah
menanam pepohonan di lahan pertanian.

• Koppelman (1996) mendefinisikan Agroforestry


sebagai bentuk menumbuhkan dengan sengaja dan
mengelola pohon secara bersama-sama dengan
tanaman pertanian dan atau makanan ternak dalam
sistem yang bertujuan menjadi berkelanjutan secara
ekologi, sosial dan ekonomi.
Definisi agroforestri seyogyanya menitikberatkan dua
karakter pokok (Lundgren, 1982),

• Adanya pengkombinasian yang terencana/disengaja


dalam satu bidang lahan antara tumbuhan berkayu
(pepohonan), tanaman pertanian dan/atau
ternak/hewan baik secara bersamaan (pembagian
ruang) ataupun bergiliran (bergantian waktu);
• Ada interaksi ekologis dan/atau ekonomis yang
nyata/jelas, baik positif dan/atau negatif antara
komponen-komponen sistem yang berkayu maupun
tidak berkayu.
Beberapa ciri penting agroforestri
(Lundgren dan Raintree, 1982)
• Agroforestri biasanya tersusun dari dua jenis tanaman atau lebih (tanaman
dan/atau hewan). Paling tidak satu di antaranya tumbuhan berkayu.
• Siklus sistem agroforestri selalu lebih dari satu tahun.
• Ada interaksi (ekonomi dan ekologi) antara tanaman berkayu dengan
tanaman tidak berkayu.
• Selalu memiliki dua macam produk atau lebih (multi product), misalnya
pakan ternak, kayu bakar, buah-buahan, obat-obatan.
• Minimal mempunyai satu fungsi pelayanan jasa (service function),
misalnya pelindung angin, penaung, penyubur tanah, peneduh sehingga
dijadikan pusat berkumpulnya keluarga/masyarakat.
• Untuk sistem pertanian masukan rendah di daerah tropis, agroforestri
tergantung pada penggunaan dan manipulasi biomasa tanaman terutama
dengan mengoptimalkan penggunaan sisa panen.
• Sistem agroforestri yang paling sederhanapun secara biologis (struktur dan
fungsi) maupun ekonomis jauh lebih kompleks dibandingkan sistem
budidaya monokultur.
• Reijntjes (1999) : Agroforestry sebagai pemanfaatan
tanaman kayu tahunan (pepohonan, belukar, palem,
bambu) pada suatu unit pengelolaan lahan yang sama
sebagai tanaman yang layak tanam, padang rumput
dan atau hewan, baik dengan pengaturan ruang secara
campuran atau ditempat dan saat yang sama maupun
secara berurutan dari waktu ke waktu.

• King and Chandler, (1978) : agroforestry adalah


Suatu system pengelolaan lahan yang lestari untuk
meningkatkan hasil, dengan cara memadukan
produksi hasil tanaman pangan (termasuk hasil
pohon-pohonan) dengan tanaman kehutanan dan/atau
kegiatan peternakan baik secara bersama-sama
maupun berurutan pada sebidang lahan yang sama,
dan menggunakan cara-cara pengelolaan yang sesuai
dengan pola kebudayaan penduduk setempat
Menurut De Foresta dan Michon (1997),
agroforestri dapat dikelompokkan menjadi dua
sistem, yaitu :
- sistem agroforestri sederhana
- sistem agroforestri kompleks
Sistem agroforestri sederhana
• adalah suatu sistem pertanian dimana pepohonan
ditanam secara tumpang-sari dengan satu atau lebih
jenis tanaman semusim.
• Pepohonan bisa ditanam sebagai pagar mengelilingi
petak lahan tanaman pangan, secara acak dalam petak
lahan, atau dengan pola lain misalnya berbaris dalam
larikan sehingga membentuk lorong/pagar.
• Jenis-jenis pohon yang ditanam juga sangat beragam,
bisa yang bernilai ekonomi tinggi misalnya kelapa,
karet, cengkeh, kopi, kakao (coklat), nangka, melinjo,
petai, jati dan mahoni atau yang bernilai ekonomi
rendah seperti dadap, lamtoro dan kaliandra.
• Jenis tanaman semusim biasanya berkisar pada
tanaman pangan yaitu padi (gogo), jagung, kedelai,
kacang-kacangan, ubi kayu, sayur-sayuran dan
rerumputan atau jenis-jenis tanaman lainnya.
Sistem agroforestri kompleks
• adalah suatu sistem pertanian menetap yang melibatkan
banyak jenis tanaman pohon (berbasis pohon) baik
sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara alami
pada sebidang lahan dan dikelola petani mengikuti pola
tanam dan ekosistem menyerupai hutan.
• Di dalam sistem ini, selain terdapat beraneka jenis
pohon, juga tanaman perdu, tanaman memanjat (liana),
tanaman musiman dan rerumputan dalam jumlah besar.
• Ciri utama dari sistem agroforestri kompleks ini adalah
kenampakan fisik dan dinamika di dalamnya yang mirip
dengan ekosistem hutan alam baik hutan primer
maupun hutan sekunder, oleh karena itu sistem ini
dapat pula disebut sebagai Agroforestri (Icraf dalam
Hairiah et al. 2003)
Komponen Pokok Agroforestry
(Kehutanan,Pertanian,Peternakan)
Penggabungan Ke tIga Komponen.
• Agrisilvikultur
Kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan
(pepohonan, perdu, palem, bambu, dll.) dengan komponen
pertanian.
• Agropastura ( Tidak Termasuk Agroforestry)
Kombinasi antara komponen atau kegiatan pertanian dengan
komponen peternakan
• Silvopastura
Kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan dengan
peternakan
• Agrosilvopastura
Kombinasi antara komponen atau kegiatan pertanian dengan
kehutanan dan peternakan/hewan
Nair (1987) menambah sistem-sistem lainnya yang
dapat dikategorikan sebagai agroforestri.

Beberapa contoh yang menggambarkan sistem lebih


spesifik yaitu:
• Silvofishery
kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan
dengan perikanan.
• Apiculture
budidaya lebah atau serangga yang dilakukan dalam
kegiatan atau komponen kehutanan.
Ruang Lingkup Sistem Pemanfaatan Lahan secara Agroforestri
Tiga komponen pokok dalam agroforestri : kehutanan,
pertanian dan peternakan

Contohnya :
• Agrisilvikultur = Kombinasi antara komponen atau
kegiatan kehutanan (pepohonan, perdu, palem,
bambu, dll.) dengan komponen pertanian.
• Silvopastura = Kombinasi antara komponen atau
kegiatan kehutanan dengan peternakan
• Agrosilvopastura = Kombinasi antara komponen atau
kegiatan pertanian dengan kehutanan dan
peternakan/hewan
• Agropastura = Kombinasi antara
komponen atau kegiatan pertanian
dengan peternakan/hewan
• Menurut FAO (1989)
agroforestri merupakan suatu sistem
penggunaan lahan yang tepat untuk
mendukung pertanian berkelanjutan, karena
disamping memiliki konstribusi produksi yang
nyata dan beragam, juga fungsi
konservatif terhadap lingkungan dan keadaan
sosial sehingga menjamin ekonomi yang lebih
luas dan keamanan pangan lebih tinggi.
Beberapa indikator terselenggaranya
sistem pertanian yang berkelanjutan
• dapat dipertahankannya sumber daya alam
sebagai penunjang produksi tanaman dalam
jangka panjang,
• penggunaan tenaga kerja yang cukup rendah,
• tidak adanya kelaparan tanah,
• tetap terjaganya kondisi lingkungan tanah dan air,
• rendahnya emisi gas rumah kaca serta
• terjaganya keanekaragaman hayati
CONTOH sistem PHBM
(sistem pengelolaan hutan bersama masyarakat)

No lokasi Komoditi Petani terlibat


1 Perhutani KPH Madiun Jati + tanaman pangan
dan Ngawi (jagung, kedelai,
2 KPH Banyuwangi Selatan Hutan + jagung (550 ha) 2750
3 KPH Banyuwangi Barat Damar / pinus + vanili + 2250
lidah buaya
4 KPH Kediri Sengon + nanas (4000 ha) 8700
5 KPH Blitar Jati + jeruk + pepaya 550
6 Lampung gamal (Gliricisidia sepium), 750
dadap (Erythrina sp.),
sengon (Paraserianthes
falcataria) atau lamtoro
(Leucaena leucocephala)
Kopi (Coffea canephora)
Integrasi tanaman Albizia dan kopi
Aspek Ekologi :
• Albizia sebagai tanaman pelindung bagi tanaman kopi
• Albizia sebagai tanmanan legum dapat menyumbangkan N
bagi tanah
• Konservasi tanah dan air dan mengurangi erosi tanah
• Sebagai rosot karbon
• Memperbaiki iklim mikro

Aspek Ekonomi :
• Pendapatan semesteran dari
biji kopi
• Tabungan pendapatan dari
tanaman Albizia
integrasi tanaman lada-gamal-kambing
Aspek Ekologi :
• Gamal sebagai tanaman pelindung dan tiang panjat bagi
tanaman lada dan menyumbangkan bahan organik bagi tanah
• Kotoran kambing dapat menyumbang bahan organik dan N bagi
tanah.
• Bahan organik akan meningkatkan kesuburan tanah dan sangat baik
untuk menunjang pertumbuhan tanaman lada

Aspek Ekonomi :
• Adanya sumbangan unsur N dari tanaman Gamal dapat menghemat
pemberian pupuk urea pada tanaman lada
• Kotoran kambing dapat diolah menjadi bokashi dan mengurangi
pengeluaran petani untuk pembelian pupuk organik.
• Produktivitas tanaman lada meningkat (rata-rata 576 kg/ha/tahun, lebih
baik dari cara petani dengan produksi hanya 266 kg/ha/thn)
TERIMAKASIH
AGROFORESTRY MERUPAKAN
SISTEM PENGGUNAAN LAHAN
KULIAH MINGGU KE 2.
Agroforestry merupakan suatu sistem
penggunaan lahan yang tepat untuk
mendukung pertanian berkelanjutan,
karena disamping memiliki konstribusi
produksi yang nyata dan beragam,
juga memiliki fungsi konservatif terhadap
lingkungan dan keadaan sosial sehingga
menjamin ekonomi yang lebih luas dan
keamanan pangan lebih tinggi(FAO 1989)
Komponen agroforestry
• Dalam melakukan pengelolaan lahan, manusia melakukan
interaksi dengan komponen-komponen agroforestri
lainnya. Komponen tersebut adalah:
• Lingkungan abiotis: air, tanah, iklim, topografi, dan mineral.
• Lingkungan biotis: tumbuhan berkayu (pohon, perdu,
palem, bambu dll) serta tumbuhan tidak berkayu (tanaman
tahunan, tanaman keras, tanaman musiman dll), binatang
(ternak, burung, ikan, serangga dll), dan mikroorganisme.
• Lingkungan budaya: teknologi dan informasi, alokasi
sumber-sumber daya, infrastruktur dan pemukiman,
permintaan dan penawaran, dan disparitas
penguasaan/pemilikan lahan.
Agroforestry Sederhana
• adalah suatu sistem pertanian dimana pepohonan ditanam secara
tumpang-sari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim.
• Pepohonan bisa ditanam sebagai pagar mengelilingi petak lahan tanaman
pangan, secara acak dalam petak lahan, atau dengan pola lain misalnya
berbaris dalam larikan sehingga membentuk lorong/pagar.
• Jenis-jenis pohon yang ditanam juga sangat beragam, bisa yang bernilai
ekonomi tinggi misalnya kelapa, karet, cengkeh, kopi, kakao (coklat),
nangka, melinjo, petai, jati dan mahoni atau yang bernilai ekonomi rendah
seperti dadap, lamtoro dan kaliandra.
• Jenis tanaman semusim biasanya berkisar pada tanaman pangan yaitu
padi (gogo), jagung, kedelai, kacang-kacangan, ubi kayu, sayur-sayuran dan
rerumputan atau jenis-jenis tanaman lainnya.
Agroforestry Sederhana
Agroforestry Sederhana
Agroforestry Sederhana
Agroforestry Kompleks
• adalah suatu sistem pertanian menetap yang melibatkan
banyak jenis tanaman pohon (berbasis pohon) baik sengaja
ditanam maupun yang tumbuh secara alami pada sebidang
lahan dan dikelola petani mengikuti pola tanam dan
ekosistem menyerupai hutan.
• Di dalam sistem ini, selain terdapat beraneka jenis pohon,
juga tanaman perdu, tanaman memanjat (liana), tanaman
musiman dan rerumputan dalam jumlah besar.
• Ciri utama dari sistem agroforestri kompleks ini adalah
kenampakan fisik dan dinamika di dalamnya yang mirip
dengan ekosistem hutan alam baik hutan primer maupun
hutan sekunder, oleh karena itu sistem ini dapat pula
disebut sebagai Agroforestri (Icraf dalam Hairiah et al.
2003)
Agroforestry Kompleks
Agroforestry Kompleks
Kebun Pekarangan.
Pase 1.
Penebangan dan pembakaran hutan atau semak belukar yang
kemudian ditanami dengan tanaman semusim selama beberapa tahun
(fase kebun).
Pase 2.
Penanaman pohon buah-buahan (durian, rambutan, pepaya, pisang)
ditanam secara tumpang sari dengan tanaman semusim (fase kebun
campuran).
Pase 3.
Beberapa tanaman asal hutan yang bermanfaat dibiarkan tumbuh
sehingga terbentuk pola kombinasi tanaman asli setempat misalnya
bambu, pepohonan penghasil kayu lainnya dengan pohon buah-
buahan (fase talun). Pada fase ini tanaman semusim yang tumbuh di
bawahnya amat terbatas karena banyaknya naungan.
Perkembangan Kebun Pekarangan
( fase kebun ke Talun)
Agroforestry Kompleks.
Agroforest.
Agroforest dibentuk pada lahan bekas hutan alam atau semak belukar.
Lahan ditanami padi gogo yang disisipi tanaman semusim (mis. jagung dan
cabe) selama satu dua kali panen. Setelah dua kali panen tanaman semusim,
intensifikasi penggunaan lahan ditingkatkan dengan menanam pepohonan
misalnya karet atau damar atau tanaman keras lainnya.
Pada periode awal, terdapat perpaduan antara tanaman semusim dengan
pepohonan.
Pada saat pohon sudah dewasa, petani masih bebas memadukan bermacam-
macam tanaman tahunan lain yang bermanfaat dari segi ekonomi dan budaya
Misalnya, petani sering menyisipkan pohon durian atau duku, di antara pohon
karet atau damar.
Tanaman semusim tidak ada lagi karena adanya masalah naungan. Tumbuhan
asli asal hutan yang bermanfaat bagi petani( pulai, kayu laban, kemenyan)
tetap dibiarkan kembali tumbuh secara alami, dan dipelihara di antara
tanaman utama.
Struktur kanopi tajuk agroforest memiliki lapisan/strata
tajuk bertingkat (multi-strata) mirip dengan yang
dijumpai di hutan
Sesuai dengan jenis kebunnya, tingkat lapisan tajuk
vegetasi dapat dibedakan menjadi .
a. lapisan semak (sayuran, cabai, umbi-umbian),
b. lapisan perdu (pisang, pepaya, tanaman hias)
c. lapisan pohon tinggi (sampai lebih 35 m,
misalnya damar, durian, duku).
Proses reproduksi sistem yang menyerupai hutan ini
lebih banyak mengikuti kaidah alam daripada
teknik-teknik budidaya perkebunan.
Istilah Agroforestry
Perhutanan Sosial (Social-Forestry)
upaya/kebijakan kehutanan yang ditujukan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
khususnya yang tinggal di sekitar hutan.
Produk utama dari perhutanan sosial berupa
kayu dan non-kayu. Oleh karena itu dalam
prakteknya dapat berupa pembangunan hutan
tanaman (man-made forest) atau penanaman
pohon-pohon pada lahan milik masyarakat yang
dimanfaatkan bagi industri besar.
Istilah Agroforestry
• Hutan Kemasyarakatan (Community-Forestry)
Merupakan bagian dari perhutanan sosial (social-
forestry).
Hutan kemasyarakatan (community forestry) adalah
hutan yang perencanaan, pembangunan,
pengelolaan, dan pemungutan hasil hutan serta
pemasarannya dilakukan sendiri oleh masyarakat
yang tinggal di sekitar hutan.
Pelaksanaannya dapat pula dilakukan oleh pihak
kehutanan yang membantu masyarakat dengan
mengutamakan keuntungan bagi seluruh
masyarakat, bukan untuk individu.
Istilah Agroforestry
• Hutan Rakyat (farm-forestry)
Merupakan bagian dari perhutanan sosial
(social-forestry).
Hutan di mana petani/pemilik lahan menanam
pepohonan di lahannya sendiri.
Mereka biasanya telah mengikuti pendidikan,
latihan dan penyuluhan kehutanan ataupun
memperoleh bantuan untuk kegiatan
kehutanan.
Istilah Agroforestry
• Hutan Serba-Guna (Multiple Use Forestry)
praktek kehutanan yang mempunyai dua atau lebih
tujuan pengelolaan, meliputi produksi, jasa atau
keuntungan lainnya.
Dalam penerapan dan pelaksanaannya bisa menyertakan
tanaman pertanian atau kegiatan peternakan.
Hutan serba guna tetap merupakan kehutanan (dalam
arti penekanannya pada aspek pohon, hasil hutan dan
lahan hutan), dan bukan merupakan bentuk pemanfaatan
lahan terpadu sebagaimana agroforestri yang secara
terencana diarahkan pada pengkombinasian kehutanan
dan pertanian untuk mencapai beberapa tujuan yang
terkait dengan degradasi lingkungan serta problema
masyarakat di pedesaan
Istilah Agroforestry
• . Forest Farming
Istilah Forest farming mirip dengan multiple use
forestry, yang digunakan untuk upaya peningkatan
produksi lahan hutan, yaitu tidak melulu produk
kayu, tetapi juga mencakup berbagai bahan pangan
dan hijauan.
Praktek ini juga sering disebut “Dreidimensionale
Forstwirtschaft" atau kehutanan dengan tiga
dimensi.
Di Amerika, istilah forest farming digunakan untuk
menyatakan upaya pembangunan hutan tanaman
oleh petani-petani kecil.
Istilah Agroforestry
• . Ecofarming
Bentuk budidaya pertanian yang mengusahakan
sedapat mungkin tercapainya keharmonisan dengan
lingkungannya.
Dalam hal tertentu ecofarming dapat memasukkan
komponen pepohonan atau tumbuhan berkayu
lainnya sehingga dapat disebut agroforestri.
Dalam eco-farming tidak selalu dijumpai unsur
kehutanan dalam kombinasinya, sehingga dalam hal
ini ecofarming merupakan kegiatan pertanian.
FUNGSI DAN PERAN AGROFORESTRI
Alih Fungsi Lahan
Hutan Alam

- Pemukiman dan pekarangan,


- Industri,
- Pertanian,
- Kebun dan perkebunan,
-Hutan produksi atau tanaman industri,
dan lain-lainnya.
Alasan alih guna lahan.

1. Perluasan lahan pertanian, perkebunan


dan/atau penggembalaan ternak.
2. Permintaan pasar dan nilai ekonomi kayu.
3. Industri
4. Pemukiman.
4. Tempat penampungan air.
5. Penggalian bahan tambang.
6. Bencana alam.
Deforestasi Pulau Sumatra
(1930 – 1996)
• Deforestasi memiliki dampak yang buruk bagi tanah. Hilangnya
hutan mengakibatkan air tidak dapat meresap ke tanah.
• Air hujan yang turun mengalir di permukaan akan
menyebabkan erosi.
• Efek samping erosi adalah kehilangan kesuburan tanah akibat
pencucian tanah oleh air hujan yang terus menerus, banjir
akibat tanah yang tidak dapat meresap air, hingga tanah longsor
(Arif, 2016)
Laju Deforestasi
2018-2019 sebesar 462,46 ribu ha.
reforestasinya sebesar 3 ribu ha.
2019-2020 sebesar 115,46 ribu ha.
angka reforestasinya sebesar 3,6 ribu ha
Fungsi dan Manfaat Hutan

Ket : NTFP = Non Timber Forest Product ( Sumber Hasil Hutan Non-kayu )
Fungsi agroforestri ditinjau dari aspek biofisik
dan lingkungan

(a) Memelihara sifat fisik dan kesuburan tanah,


(b)Mempertahankan fungsi hidrologi kawasan,
(c) Mempertahankan cadangankarbon,
(d) Mengurangi emisi gas rumah kaca, dan
(e) Mempertahankan keanekaragaman hayati.
Peranan agroforestri terhadap sifat
fisik tanah
• Menghasilkan seresah sehingga bisa
menambahkan bahan organik tanah
• Meningkatkan kegiatan biologi tanah dan
perakaran
• Mempertahankan dan meningkatkan
ketersediaan air dalam lapisan perakaran
Peranan agroforestri terhadap kondisi
hidrologi kawasan
• Memelihara dan mempertahankan kualitas air
• Mengatur jumlah air dalam kawasan
• Menyeimbangkan jumlah air dan sedimentasi
dalam kawasan DAS
Skema siklus air dalam sebuah daerah aliran sungai
Hasil Air ari DAS
Q = P – [ET – Pk – Δ S]

di mana:
Q = hasil air (dalam mm tahun-1)
P = curah hujan (dalam mm tahun-1)
ET = evapotrasnpirasi (dalam mm tahun-1)
Pk = perkolasi (dalam mm tahun-1)
Δ S = selisih simpanan air dalam tanah
(dalam mm tahun-1)
Peranan agroforestri dalam mengurangi gas rumah kaca
dan mmempertahankan cadangan karbon.
Gas rumah kaca adalah gas-gas di atmosfer yang dapat menimbulkan
perubahan dalam kesetimbangan radiasi sehingga mempengaruhi
suhu atmosfer bumi.
Gas-gas tersebut dinamakan gas rumah kaca (GRK)
Karena kemampuannya dalam menyerap dan memantulkan kembali
radiasi gelombang panjang yang bersifat panas seperti yang dilakukan
oleh kaca, sehingga menimbulkan efek pemanasan yang disebut efek
rumah kaca (ERK).
Konsentrasi GRK ini semakin meningkat dengan makin meningkatnya
kegiatan manusia yang menggunakan bahan bakar fosil (BBF) untuk
pembangkit tenaga listrik, transportasi, industri serta kegiatan yang
berhubungan dengan alih-guna lahan untuk penyediaan lahan baru
bagipertanian (termasuk perkebunan) dan pemukiman.
Agroforestri penting untuk cadangan C.

Sistem agroforestri ini lebih menguntungkan


daripada sistem pertanian berbasis tanaman
semusim. Hal ini disebabkan oleh adanya
pepohonan yang memiliki biomasa tinggi dan
masukan seresah yang bermacam-macam
kualitasnya dan terjadi secara terusmenerus.
Tabel 1. Cadangan C per rotasi tanam dari berbagai sistem penggunaan lahan
(Tomich et.al., 1998).

Sistem Penggunaan Lahan Cadangan C per rotasi tanam


Mg ha-1

Hutan Alami 254

Hutan sekunder 176

Agroforestri karet 116

Perkebunan Karet (monokultur) 97

Rotasi padi-bera rerumputan 74

Rotasi ubikayu-alang-alang 3 3 36
Fungsi agroforestri dalam
mempertahankan keanekaragaman hayati
Mengapa Keanekaragaman hayati harus dilindungi?
1. Saat ini orang masih tergantung kepada hutan sebagai
sumber pangan, obat-obatan.
2. Keanekaragaman genetik untuk keperluan seleksi
tanaman di masa mendatang, atau produksi pangan di
masa mendatang, atau untuk keperluan obat-obatan.
3. Menjaga kestabilan ekosistem.
Sumber inspirasi (Kebudayaan/spritual)
4. Semua spesies mempunyai hak untuk tetap ada di alam
(moral)
SISTEM AGROFORESTRY UNTUK KONSERVASI

• Sistem pertanaman lorong adalah kombinasai tanaman agroforestri


dengan tanaman pangan pada lorong (alley) diantara barisan
tanaman pagar (searah kontur)
• Sistem pertanaman pagar hidup adalah tanaman yang ditanam
mengelilingi kebun sebagai batas sekaligus penahan terhadap aliran
permukaan
• Sistim strip tanaman alami adalah kombinasi tanaman agroforestri
dengan tanaman rumput menurut garis kontur alami sebagai sekat
• Sistem tanaman sela adalah kombinasi tanaman berkayu, buah-
buahan dan tanaman palawija/semusim sebagai fungsi kerapatan
tajuk untuk penutupan tanah
• Sistem tanaman penutup tanah adalah tanaman pelindung lapisan
atas permukaan tanah
• Sistem strip campuran (tumpang sari) adalah tanaman yang ditanam
secara teratur menurut barisan tanaman searah kontur
• Sistem tumpang gilir adalah pertanaman yang dilakukan secara
bergiliran dengan pertimbangan masa panen dan pergiliran tanaman
Sistem pertanaman lorong
Sistem strip kontur
Sistem pertanaman lorong
Sistem pagar hidup
Kerapatan Tajuk
Kerapatan Tajuk
Sistem agroforestry dan konservasi tanah/lahan
teknik sipil

Sistem agroforestry harus dibarengi dengan konservasi tanah/lahan


teknik sipil berupa
• Sistem terasering adalah perubahan bentuk terasering searah garis
kontur seperti teras gundul, teras bangku, teras tunggal dan teras
kredit
• Sistem pematang kontur adalah sistem pematang menurut kontur
fungsi utama menyimpan air
• Sistem barisan batu adalah dengan menyusun bebatuan dengan
membentuk model ruang terbuka
• Sistem teras bangku batu adalah pembuatan terasan berbentuk
bangku pada tanah
• Sistem saluran pengelak adalah saluran yang dibuat searah dengan
garis kuntur
• Sistem saluran pembuangan akhir adalah saluran yang dibuat
searah lereng pada cekungan terendah dari topografi yang ada
Tanaman Perlindungan Angin
• Tanaman Perlindungan Angin Jenis tanaman yang dipakai
untuk perlindungan angin secara fisik (akar, batang dan
daun) cukup kuat Jenis tanaman yang dipilih berfungsi
ganda; cepat tumbuh, menyuburkan tanah, tata air dan
penyanggah angin Jenis tanaman yang dipilih biasanya
berupa tanaman buah, perkayuan, mulsa, makanan ternak,
tanaman bahan industri
• Tanaman yang dipakai untuk perlindungan angin dapat
mencegah kecepatan angin sampai 20 % seperti jenis
eucalyptus spp, casuarina spp, cassia spp, prosopis spp,
leucaena spp dan agave spp Contoh di Nigeria, ditanam
jenis kayu-kayuan dengan jarak 4 m seluas 3000 ha
berfungsi ganda untuk penghalang angin dan produksi
pasaran lokal
INTERAKSI POHON TANAH
TANAMAN SEMUSIM
Interaksi Pohon – Tanah – Tanaman Semusim
Salah satu kunci keberhasilan usaha agroforestri
terletak pada usaha meningkatkan pemahaman
terhadap interaksi antar tanaman (tujuan jangka
pendek) dan dampaknya terhadap perubahan
kesuburan tanah (tujuan jangka waktu panjang).

Guna menghindari kegagalan agroforestri, ada tiga


hal utama yang perlu diperhatikan yaitu:
(a) proses terjadinya interaksi,
(b) faktor penyebab terjadinya interaksi, dan
(c) jenis-jenis interaksi.
Interaksi antara tanaman tahunan dengan tanaman semusim pada
sistem agroforestri (a = naungan; b = kompetisi akan air dan hara; c =
daun gugur (seresah). Pohon berguna dalam menambah C tanah dan
hara lainnya serta sebagai "jaring penyelamat” hara yang tercuci ke
lapisan bawah (d = pohon berperakaran dalam).
Proses Terjadinya Interaksi
• Dalam sistem pertanian campuran, kompetisi antar
tanaman yang ditanam berdampingan pada satu lahan
yang sama sering terjadi, bila ketersediaaan sumber
kehidupan tanaman berada dalam jumlah terbatas.
• Kompetisi ini biasanya diwujudkan dalam bentuk
hambatan pertumbuhan terhadap tanaman lain.
Hambatan dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung.
• Hambatan secara langsung, misalnya melalui efek
allelophathy.
• Hambatan tidak langsung dapat melalui berkurangnya
intensitas cahaya karena naungan pohon, atau
menipisnya ketersediaan hara dan air karena dekatnya
perakaran dua jenis tanaman yang berdampingan.
BENTUK BENTUK KOMPETASI :
(A) spesies A secara langsung menghambat pertumbuhan spesies B atau sebaliknya,
(B) interaksi tidak langsung yaitu dengan merubah lingkungan pertumbuhan,
(C) interaksi tidak langsung yaitu dengan menstimulir pertumbuhan musuh
(hama+penyakit) bagi tanaman

Interaksi langsung
Tanaman A Tanaman B

Interaksi Tidak langsung

Tanaman A Simetris / a Simetris Tanaman B

Sumber alam
Interaksi Tidak Langsung

Tanaman A salah satu /keduanya Tanaman B

Musuh (Gulma, Hama, Penyakit)


FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA INTERAKSI
Interaksi yang bersifat negatif dapat terjadi karena
(1) keterbatasan daya dukung lahan yang menentukan jumlah
populasi maksimum dapat tumbuh pada suatu lahan; dan
(2) keterbatasan faktor pertumbuhan pada suatu lahan.

1 Populasi Maksimum
Konsep ini menggambarkan tentang jumlah maksimum
dari suatu spesies di suatu area, baik sebagai sistem
monokultur, atau campuran.
2 Keterbatasan Faktor Pertumbuhan
Salah satu sarat terjadinya kompetisi adalah keterbatasan
faktor pertumbuhan (air, hara dan cahaya).
Jenis Interaksi Pohon-Tanah-Tanaman
Pengaruh interaksi
Macam interaksi terhadap tanaman: Penjelasan Contoh dalam Agroforestri
A B
Mutualisme + + Interaksi yang saling Mycorrhizae, rhizobium dengan
(Mutualism ) menguntungkan legume
Fasilitasi + 0 Satu tanaman (B) membantu Penghalang angin (Windbreaks),
(Facilitation) jenis tanaman lainnya (A) pohon penaung (shade trees),
walaupun tidak mutlak diperlukan; Budi daya pagar (hedgerow inter
B tidak dipengaruhi cropping)
Komensalisme + 0 Satu jenis tanaman (A) harus Sebagai tempat rambatan; Bero
(Commensalism ) mendapatkan dukungan (Improved fallows )
tanaman lain (B)(Interaction
obligatory) ; tetapi B tidak
dirugikan
Netralisme 0 0 Tidak ada saling pengaruh Pohon tumbuh berpencar
Neutralism
Parasit / + - Satu jenis tanaman (A) harus Hama dan penyakit
pemangsa menghambat (Interaction
Parasitism/ obligatory) yang lain untuk
predation hidupnya; B dihambat
Amensalisme - 0 A terhambat; B tidak Allelophathy
Kompetisi dan - - Satu jenis tanaman dihambat oleh Alley cropping (yang tidak
penghambatan tanaman lainnya melalui dikelola dengan baik)
(Competition and persaingan terhadap cahaya, air
interference ) dan hara .
a b

Produksi pohon
c d

Prod. Tan.semusim Prod. Tan. semusim

Interaksi positif (complementarity = saling menguntungkan)


Peningkatan produksi satu jenis tanaman diikuti oleh peningkatan produksi tanaman lainnya (Gambar 4a).

Interaksi netral:
Ke dua tanaman tidak saling mempengaruhi, peningkatan produksi tanaman semusim tidak mempengaruhi
produksi pohon (Gambar 4b) atau peningkatan produksi pohon tidak mempengaruhi produksi tanaman
semusim (Gambar 4c).

Interaksi negatif (kompetisi/persaingan saling merugikan)


peningkatan produksi satu jenis tanaman diikuti oleh penurunan produksi tanaman lainnya (Gambar 4d), ada
kemungkinan pula terjadi penurunan produksi keduanya.
Interaksi Positif (Facilitation)

Daun dari pepohonan yang gugur (Serasah)


• Penutup permukaan tanah (mulsa),
• Meningkatkan penyedian N dan hara lainnya yang
berguna bagi tanaman semusim.
• Serasah (konsentrasi N rendah, konsentrasi lignin dan
polifenol tinggi) merugikan untuk jangka pendek karena
adanya immobilisasi N, menguntungkan untuk jangka
waktu panjang.
Interaksi Positif (Facilitation)
Akar pepohonan membantu dalam daur ulang hara (recycled
nutrients) melalui beberapa jalan yaitu :
• a. Akar pohon menyerap hara di lapisan atas dengan jalan
berkompetisi dengan tanaman semusim, sehingga
mengurangi pencucian hara ke lapisan yang lebih dalam.
Namun pada batas tertentu kompetisi ini akan merugikan
tanaman semusim.
• b. Akar pohon berperan sebagai " jaring penyelamat
hara" yaitu menyerap hara yang tercuci ke lapisan bawah
selama musim pertumbuhan
• c. Akar pohon berperan sebagai " pemompa hara"
terutama pada tanah-tanah subur, yaitu menyerap hara
hasil pelapukan mineral/batuan pada lapisan bawah.
• d. Akar-akar yang telah membusuk ini akan menetralisir
keracunan Al pada lapisan yang lebih dalam, sehingga akar
tanaman lain dapat tumbuh mengikuti bekas lubang akar
tersebut.
Interaksi Positif (Facilitation)
• Pensuplai Nitrogen tersedia bagi akar tanaman semusim,
baik melalui pelapukan akar yang mati selama
pertumbuhan maupun melalui fiksasi N-bebas dari udara
(untuk tanaman legume ). Penyediaan N melalui fiksasi ini
dapat dimanfaatkan langsung oleh akar tanaman semusim
yang tumbuh berdekatan.
• Menekan populasi gulma melalui penaungan, dan pada
musim kemarau mengurangi resiko kebakaran karena
kelembaban yang lebih terjaga.
• Seringkali mengurangi populasi hama dan penyakit.
• Menjaga kestabilan iklim mikro (mengurangi kecepatan
angin, meningkatkan kelembaban tanah dan memberikan
naungan parsial (misalnya Erythrina pada kebun kopi).
• Mempertahankan kandungan bahan organik tanah dan
memperbaiki struktur tanah, sehingga dapat mengurangi
bahaya erosi (dalam jangka panjang).
Interaksi Negatif (Interference):

• Naungan oleh pohon akan mengurangi intensitas cahaya


yang dapat dipergunakan oleh tanaman semusim.
• Kompetisi antara akar pohon dengan tanaman semusim
untuk menyerap air dan hara pada lapisan atas tanah,
• Pohon dan tanaman semusim dapat menjadi inang
(host) hama dan penyakit.
• Akar-akar pohon yang sudah busuk dapat menciptakan
saluran air sehingga menpercepat kehilangan unsur hara
melalui aliran air ke bawah atau ke samping (vertical and
lateral flows).
Menganalisa Interaksi Pohon dan
Tanaman Semusim
Keberhasilan sistem tumpangsari/agroforestry ditentukan oleh
keseimbangan antara pengaruh positif dan negatif dari
masing-masing tanaman, yang bisa dianalisa dengan
menggunakan persamaan sederhana sebagai berikut:
Y system = Y pohon + Y tan.pangan = Y pohon + Y tan.pangan,0 +F-C

Y system = produksi total dari sistem pohon + tanaman semusim


Y pohon = produksi dari hasil panen pohon pada sistem tumpangsari
Y tan.pangan = produksi dari hasil panen tanaman semusim pada sistem tumpangsari
Y tan.pangan,0 = produksi tanaman semusim pada sistem monokultur, pada jenis tanah
yang sama
F = pengaruh positif dari pohon terhadap tanaman semusim melalui perbaikan
kesuburan tanah
C = pengaruh negatif dari pohon terhadap tanaman semusim melalui kompetisi
akan cahaya, air dan hara
Apakah sistem agroforestri menguntungkan bila
dibandingkan dengan tanaman semusim monokultur
atau pohon monokultur ?
Terjadi interaksi positif, bila F > C
Terjadi interaksi negatif, bila F < C
Perhitungan ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan:
a) Model Mulsa dan Naungan.
b) Model Penggunaan Air, Hara, dan Cahaya
(WaNuLCAS).
c) Analisa dan sintesis interaksi pohon-tanah-tanaman.
Model Mulsa dan Naungan
(Mulch + Shade Model)
• Pohon yang cepat pertumbuhannya memberikan pengaruh positif
dengan menghasilkan banyak seresah sebagai mulsa, namun pohon
tersebut juga memberikan pengaruh negatif dengan
mengakibatkan naungan yang besar.
• Model ini dikembangkan hanya berdasarkan pada produksi mulsa
dan dampaknya terhadap perbaikan kesuburan tanah, dan
memperhitungkan adanya dampak negatif melalui naungan.
• Dengan model tersebut, dapat diperkirakan bahwa pengaruh
positif mulsa untuk perbaikan kesuburan tanah terutama terjadi
pada tanah-tanah miskin, sedangkan pengaruh negatif dari
naungan lebih banyak terjadi pada tanah-tanah yang sudah subur.
• Kelemahannya, tidak mempertimbangkan adanya perubahan
interaksi antara pohon dengan tanaman semusim yang
berhubungan dengan penyediaan air tanah, dinamika N,
pertumbuhan tanaman semusim dan pohon.
Model Penggunaan Air Hara dan Cahaya
(WaNuLCas: Water, Nutrient and Light Capture)

Model ini mempertimbangkan:


• Neraca air dan N pada empat kedalaman dari profil
tanah, serapan air dan hara oleh tanaman semusim
dan pohon yang ditentukan oleh total panjang akar
dan kebutuhan tanaman.
• Sistem pengelolaan tanaman seperti pemangkasan
cabang pohon, jarak pohon, pemilihan spesies yang
tepat dan berbagai dosis pemberian pupuk.
• Karakteristik pohon, termasuk distribusi akar, bentuk
kanopi, ‘kualitas’ seresah, tingkat pertumbuhan
maksimum dan kecepatan untuk pulih kembali setelah
pemangkasan.
Komponen- komponen penyusun
dalam model WaNuLCAS
∆ Tersimpan = Masukan + Recycle + Upt-Tan Semusim –
Upt pohon komp – Upt pohon non komp
– Kehilangan.

∆ Tersimpan = jumlah hara yang dapat tersimpan dalam tanah


Recycle = jumlah hara yang dapat diambil dari lapisan bawah
Upt.Tanaman Semusim = Jumlah serapan hara pada tanaman
semusim
Upt pohon,komp = Jumlah serapan hara pada pohon dalam
sistem agroforestri
Upt pohon,non komp = Jumlah serapan hara pada pohon dalam
sistem monokultur.
Kehilangan = Jumlah hara yang hilang dari dalam tanah
Penjabaran parameter pada persamaan 2 untuk penyerapan
sumber energi oleh pohon dan tanaman semusim dalam
sistem agroforestri.

Parameter Air Nitrogen Cahaya


Input (masukan) Curah hujan, irigasi, Pemupukan & masukan Total radiasi harian
runon-runoff organik
Recycle (daur ulang) Hydraulic pada akar Seresah, pangkasan, sisa -
tanaman panen
UptakeCrop (serapan) air_diserap-crop N_fiksasi (Crop) + cahaya diserap-crop
N_diserap-crop
UptakePohon , kompetisi topair-diserap-pohon topN_diserap-pohon cahaya diserap pohon 1,2
(serapan)
Uptakepohon,Noncomp subair_diserap-pohon N_fiksasi(pohon) + Cahaya diserap pohon3
(serapan) subN_diserap-pohon
Kehilangan Perkolasi dari Zona Pencucian dari 1 - zona cahaya yg diserap
terendah terendah
Proses analisa pohon-tanah-tanaman pada sistem
agroforestry

Yc = Y0 + F1 + F + Cl + C w+n + M
Produksi total Produksi Pengaruh Pengaruh jangka Kompetisi Kompetisi Pengaruh
tanaman pada tanaman langsung panjang terhadap akan akan air dan iklim Micro
sistem pada sistem terhadap kesuburan tanah cahaya hara
tumpangsari monokultur Kesuburan
1. Methodologi percobaan Transfer Efek residu pohon Pemasangan
bahan organik (pohon ditebang ditebang sekat akar
sbg mulsa dibandingkan dng dibanding (root barriers)
kontrol) kan dengan
kontrol
2. Pengertian akan proses Kualitas Fraksionasi BOT Bentuk Pola sebaran
yang berlangsung seresah, & fungsinya kanopi & akar
kecepatan sebaran
dekomposisi + cahaya
mineralisasi
Mengelola Interaksi Pohon-Tanah-Tanaman
Menekan pengaruh negatif pohon
• Mengatur tajuk pohon
Tinggi tanaman semusim biasanya lebih rendah dari
pada pohon. Hal ini menyebabkan pohon dapat
menciptakan naungan, sehingga menurunkan jumlah
cahaya yang dapat dipergunakan tanaman semusim
untuk pertumbuhannya.
Untuk mengurangi pengaruh merugikan pohon
terhadap tanaman semusim tersebut, dilakukan
dengan mengatur jarak tanam sekaligus melakukan
pemangkasan beberapa cabang pohon.
• Mengatur pertumbuhan akar
Dalam melakukan pemangkasan cabang pohon, ada dua hal
yang perlu diperhatikan dengan seksama adalah tinggi
pangkasan dari permukaan tanah dan frekuensi pemangkasan.
Tinggi pangkasan batang yang terlalu dekat dengan
permukaan tanah akan mendorong terbentuknya akar-akar
halus pada tanah lapisan atas, sehingga peluang untuk
terjadinya kompetisi akan air dan hara dengan tanaman
semusim menjadi lebih besar.
Frekuensi pemangkasan tinggi. Dangkalnya sistem perakaran
pohon sebagai akibat pengelolaan pohon yang kurang tepat
akan merugikan pertumbuhan pohon.
Perakaran yang dangkal mengakibatkan pohon menjadi kurang
tahan terhadap kekeringan. pada musim kemarau.
Sebaran akar pada berbagai ketinggian pemangkasan
Meningkatkan Pengaruh Positif Pohon
Pemilihan Jenis Tanaman Naungan
Besarnya pengaruh naungan pohon dalam agroforestri
menyebabkan tidak semua jenis tanaman dapat
ditanam bersama pepohonan. Oleh karena itu
pemilihan jenis tanaman yang toleran terhadap
naungan dalam agroforestri sangat diperlukan.
Daptar Tanaman untuk stratum atas
Tanah Kapur Tanah Vulkanis Tanah Lain/Campur
Acacia auriculiformis Acacia auriculiformis Acacia auriculiformis
Albizia falcataria Albizia Albizia falcataria Acacia mangium Albizia
lebbek Anacardium Anacardium occidentale falcataria Anthocephalus
occidentale Artocarpus Anthocephalus chinensis occidentale Anthocephalus
communis Artocarpus communis chinensis Artocarpus
Artocarpus heterophyllus Artocarpus heterophyllus communis Artocarpus
Cassia siamea Cassia siamea heterophylus Cassia
Ceiba petandra Ceiba petandra Durio siamea
Dalbergia latifolia zibethinus Osmelina Ceiba petandra
Gmelina arborea arborea Mangifera Dalbergia latifolia
Mangifera indica indica Parkia Durio zibethinus
Melaleuca spp roxbughii Parkia Eucalyptus camaldulensis
Parkia speciosa speciosa Peronema Osmelina arborea
Peronema canescens canescens Pinus Mangifera indica
Pithecellobium lobatum merkuiii Peronema canescens
Sterculia foetida Pithecellobium lobatum Pithecellobium lobatum
Swietenia macrophylla Samanea saman Pinus merkusii
Swietenia mahagoni Schleichera oleosa Samanea saman
Spondias dulcis Schleichera oleosa
Melaleuca spp Spondias dulcis
Parkia sp Sterculia foetida
Tectona grandis Swietenia macrophylla
Toona swam Swietenia mahagoni
Tectona grandis
Toona sureni
Daptar Tanaman untuk stratum tengah
Tanah Kapur Tanah Vulkanis Tanah Lain/Campuran
Acacia arabica Acacia arabica Acacia arabica
Acacia leucophloea Annona muricata Acacia leucophloea
Annona muricata Annona squamosa Annona muricata
Annona squamosa Averrhoa bilimbi Annona squamosa
Averrhoa bilimbi Bixa orellana Averrhoa bilimbi
Caesalpinia bonducella Caesalpinia bonducella Bixa orellana
Cajanus cajan Cajanus cajan Caesalpinia bonducella
Calliandra calothyrsus Calliandra calothyrsus Cajanus cajan
Cananga odorata Cananga odorata Calliandra calothyrsus
Carica papaya Carica papaya Cananga odorata
Casuarina equisetifolia Coffea robusta Carica papaya
Gliricidia sepium Flemengia macrophylla Gliricidia sepium
Gnetum gnemon Gliricidia sepium Gnetum gnemon
Leucaena diversifolia Gnetum gnemon Coffea robusta
Leucaena leucocephala Lansium domesticum Lansium domesticum
Manilkara kauki Leucaena diversifolia Leucaena diversifolia
Pandanus spp Manilkara kauki Leucaena leupocephala
Pithocellobium dulce Morinda citrifolia Manilkara kauki
Psidium guajava Moringa oleifera Morinda citrifolia
Santalum album Musa spp Moringa oliefera
Sesbania grandiflora Nephelium lappaceum Musa spp
Syzyqium cumini Pandanus spp Nephelium lappaceum
Zalacca edulis Passiflora edulis Pithecellobium dulce
Persea americana Pogostemon cablin
Pithecellobium dulce Psidium guajava
Pogostemon cablin Santalum album
Santalum album Sesbania grandiflora
Sesbania grandiflora Syzyqium cumini
Syzyqium cumini Zalacca edulis
Zalacca edulis
Tanah Kapur
Daftar Tanaman untuk Stratum bawah
Tanah Vulkanis Tanah Lain/Campuram
Allium spp Allium spp Allium spp
Amomum cardamomum Amomum cardamomum Amomum cardamomum
Amorphophallus campanulatus Ananas comosus Amorphophallus campanulatas
Amorphophallus variabilis Arachis hypogaea Amorphophallus variabilis
Ananas comosus Boesenbergia pandurata Ananas comosus
Arachis hypogaea Brassica oleracea Arachis hypogaea
Boesenbergia pandurata Canna edulis Boesenbergia pandurata
Capsicum annuum Catimbium malaccensis Capsicum annuum
Catimbium malaccensis Colocasia esculenta Catimbium malaccensis
Colocasia esculenta Curcuma aeruginosa Colocasia esculenta
Curcuma aeruginosa Curcuma domestica Curcuma aeruginosa
Curcuma domestica Curcuma heyneana Curcuma domestica
Curcuma heyneana Curcuma purpurascens Curcuma heyneana
Curcuma purpurascens Curcuma xanthorriza Curcuma purpurascens
Curcuma xanthorriza Curcuma zeodaria Curcuma xanthorriza
Curcuma zeodaria Daucus carota Curcuma zeodaria
Dioscorea alata Dioscorea alata Dioscorea alata
Dioscorea esculenta Dioscorea esculenta Dioscorea esculenta
Dioscorea hispida Dioscorea hispida Dioscorea hispida
Dolichos lablab Dolichos lablab Dolichos lablab
Glycine max Glycine max Glycine max
Helianthus annuus Hedycum coronarium Helianthus annuus
Ipomoea batatas Helianthus annuus lpomoea batatas
Languas galanga Ipomoea batatas Kaempferia galanga
Manihot esculenta Kaempferia galanga Languas galanga
Oryza sativa Languas galanga Manihot esculenta
Pachyrhizus erosus Manihot esculenta Oryza sativa
Panicum maximum Oryza sativa Pachyrhizus erosus
Piper nigrum Pachyrhizus erosus Panicum maximum
Sesamum indicum Panicum maximum Piper nigrum
Setaria spp. Hascolus vulgaris Sesamum indicum
Vanilla fragrans Piper nigrum Setaria spp
Xanthosoma spp Sesamum indicum Vigna radiata
Zea mays Setaria spp Vanilla fragrans
Zingiber officinale Solanum tuberosa Xanthosoma spp
Vigna radiata Zea mays
Vanilla fragrans Zingiber officinale
Xanthosoma spp
Zea mays
Zingiber officinale

Anda mungkin juga menyukai