Anda di halaman 1dari 2

Baik terimakasih moderator, atas waktu yang diberikan.

Sebelumnya, perkenalkan nama


saya aisyah, saya selaku ketua dari tim pkm-re universitas siliwangi. Saya izin untuk cek
sound dan cek ppt. Apakah suara saya terdengar dengan jelas anggota 1?
……
Baik terimakasih, terdengar dengan jelas. Sepertinya tidak ada masalah. Selanjutnya kita akan
cek ppt silahkan kepada saudara adila untuk share screen terlebih dahulu. Baik, coba untuk
slide show dan coba animasikan sampai akhir terlbih dahulu. Baik terimakasih, sepertinya
tidak ada masalah. Kemudian, sebelum kita memulai presentasi pada sore hasi ini, alangkah
baiknya kita berdo’a terlebih dahulu agar diberikan kelancaran. Berdo’a sesuai kepercayaan
masing-masing dimula. (berdoa). Berdoa selesai. Terimakasih, saya kembalikan kepada Host.
…… Mulai presentasi
TAK GENTAR UNTUK BERMIMPI, DEMI SILIWANGI YANG TERUS MEWANGI!
Assalamu’alikum warahmatullahi wabarakatuh, sampurasun, salom om suwastiastu namo
budayo salam kebajikan, salam sejahtera, rahayu. Yang terhormat bapak/ibu team penilai,
yang saya hormati dosen pembimbing, dan rekan-rekan seperjuangan yang hadir pada room
sore hari ini yang saya cintai dan banggakan.
Cabai rawit merupakan salah satu produk hasil pertanian yang banyak digunakan pada
berbagai bidang. Diantaranya ada restoran, industri bumbu masak, keperluan dapur, dan
bidang lainnya. Serta ikut berperan penting dalam terjadinya inflasi. Karena harga cabai
rawit yang sifat nya sering berfluktuasi secara tajam (septiadi et al. 2020)
Budidaya cabai, khususnya cabai rawit memang menjanjikan keuntungan, tetapi dalam
prosesnya tidak jarang petani mengalami kegagalan dan kerugian yang cukup besar yang
dsebabkan oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Berdasarkan penelitian
Trisnawati et al., (2020), Faktor eksternal yang menyebabkan produksi cabai rawit
mengalami penurunan diantaranya serangan hama dan penyakit. Diantara hama dan penyakit
yang menyerang tanaman cabai, penyakit antraknosa menjadi penyakit utama dimana pada
kondisi serangan berat dapat menyebabkan kehilangan produksi cabai rawit mencapai 100%
(syahfitri st al., 2018).
Hingga saat ini, pengendalian penyakit antraknosa masih bertumpu pada pengaplikasian
pestisida kimia karena dianggap praktis dan memberikan efek yang cepat. Akan tetapi, selain
bisa mengendalikan pestisida kimia memiliki ragam dampak negatif bagi lingkungan, musuh
alami, dan manusia. World Health Organization (WHO) memperkirakan setiap tahun
terdapat 1-5 juta kasus keracunan pestisida pada pekerja pertanian dengan jumlah kematian
mencapai 20.000 jiwa. Sekitar 80% keracunan pestisida dilaporkan terjadi di Negara
berkembang (WHO, 2012). Berdasarkan data Sentra Informasi Keracunan Nasional
(SIKerNas) pada tahun 2017 terdapat kejadian keracunan sekitar 2,5 % yang diakibatkan
karena pestisida (SIKerNas, 2017). Sehingga, diperlukan alternatif pengendalian lainnya yang
lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Maka karena itu, perkenalkan kami dari tim pkm re universitas Siliwangi, dengan ketua Saya
sendiri aisyah, dan beranggotakan zia nurfauziah, adila nursidik, anasi faisal, dan diva tari
asina munthe, dengan dosen pembimbing Gilang vaza benatar S.P., M.Si. dengan bangga
mempersembahkan penelitian dengan judul Eksplorasi potensi bakteri kitinolitik sebagai
agensia hayati pengendali penyakit fotopatogen antraknosa pada cabai rawit.
Bakteri kitinolitik merupakan kelompok bakteri yang dapat menghasilkan enzim kitinase yang
mampu menyebabkan lisis pada dinding sel cendawan (Lenni and Yasmin, 2012). Berdasarkan
penelitian Ruma, Refli and Suwardi (2020), bakteri kitinolitik mampu mengdegradasi kitin
menjadi turunannya melalui mekanisme enzimatis dengan memanfaatkan kitin sebagai sumber
karbon. Kitinase berpotensial untuk dimanfaatkan sebagai agen pengendali hayati terhadap jamur
patogen maupun serangan hama. Pemanfaatan agensia hayati dapat menjadi solusi alternatif
dalam mengatasi antraknosa cabai rawit yang tidak hanya efektif, tetapi juga ramah lingkungan,
berkelanjutan, dan tidak menimbulkan efek samping terhadap organisme yang bermanfaat bagi
tanaman (Khaeruni and Rahman, 2012).
Di Indonesia, bakteri kitinolitik seperti Serratia marcescen dan Bacillus thuringiensis telah
diteliti penghambatannya terhadap Colletotrichum capsici penyebab antraknosa pada cabai besar
(Syahfitri et al., 2018). Sedangkan efektifitas penghambatan bakteri kitinolitik terhadap penyakit
antraknosa pada cabai rawit dan spesies Colletotrichum penyebab antraknosa lainnya belum
pernah dikaji dan diteliti. Dengan demikian, penelitian ini sangat penting dilakukan untuk
memperoleh alternatif pengendalian lain yang ramah lingkungan dan efektif untuk menekan
antraknosa pada cabai rawit yang disebabkan oleh Colletotrichum spp.

Anda mungkin juga menyukai