Anda di halaman 1dari 78

PENGARUH APLIKASI INSEKTISIDA NABATI DAN BAKTERI

ENDOFIT (Pseudomonas sp.) TERHADAP HAMA


WALANG SANGIT (Leptocorisa oratorius F.) DAN
PERTUMBUHAN TANAMAN PADI

SKRIPSI

Dosen Pembimbing Skripsi:


Dr. Ir. Mohammad Hoesain, MS.

Oleh :

Yesy Ayu Nengtiyas


NIM. 171510701055

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
PENGARUH APLIKASI INSEKTISIDA NABATI DAN BAKTERI
ENDOFIT (Pseudomonas sp.) TERHADAP HAMA
WALANG SANGIT (Leptocorisa oratorius F.) DAN
PERTUMBUHAN TANAMAN PADI

SKRIPSI

Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Proteksi Tanaman (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Pertanian

Oleh:
Yesy Ayu Nengtiyas
NIM. 171510701055

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :


1. Para Dosen yang berjasa
2. Ayah dan Ibu yang selalu senantiasa mendoakan dan mendukung selama studi
3. Kakak dan Adik yang terkasih
4. Almamater Fakultas Pertanian Universitas Jember
5. Teman-teman Proteksi Tanaman 2017
6. Semua pengurus dan anggota IMHPT (Ikatan Mahasiswa Hama dan Penyakit
Tanaman) di Universitas Jember

i
MOTTO

Allah tidak akan membebani seorang melainkan sesuai dengan


kesanggupannya
(Q.S. Al-Baqarah : 286)

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan


(Q.S. Al-Insyirah : 94 : 5-6)

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga


mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri
(Q.S. Ar-Ra’d : 11)

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-


orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat
(Q.S. Al-Mujadalah : 11)

Barang siapa menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, Allah akan


memudahkan baginya jalan menuju surga
(HR. Muslim)

Kesuksesanmu tak bisa dibandingkan dengan orang lain, melainkan


dibandingkan dengan dirimu sebelumnya
(Jaya Setiabudi)

ii
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Yesy Ayu Nengtiyas
NIM : 171510701055
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul
“Pengaruh Aplikasi Insektisida Nabati dan Bakteri Endofit (Pseudomonas
sp.) Terhadap Hama Walang Sangit (Leptocorisa Oratorius F.) dan
Pertumbuhan Tanaman Padi” adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali
dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya dan belum pernah diajukan
pada institusi manapun serta bukan karya plagiasi. Saya bertanggungjawab atas
keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung
tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan
dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapatkan sanksi akademik jika
ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, 07 Juli 2021


yang menyatakan.

YESY AYU NENGTIYAS


NIM. 171510701057

iii
SKRIPSI

Pengaruh Aplikasi Insektisida Nabati dan Bakteri Endofit (Pseudomonas sp.)


Terhadap Hama Walang Sangit (Leptocorisa Oratorius F.)
dan Pertumbuhan Tanaman Padi

Ditulis oleh :
Yesy Ayu Nengtiyas
NIM. 171510701055

Pembimbing:

Dosen Pembimbing Skripsi : Dr. Ir. Mohammad Hoesain, MS.


NIP. 1964010719880210

iv
PENGESAHAN

Skripsi berjudul “Pengaruh Aplikasi Insektisida Nabati dan Bakteri Endofit


(Pseudomonas sp.) Terhadap Hama Walang Sangit (Leptocorisa oratorius F.)
dan Pertumbuhan Tanaman Padi” telah diuji dan disajikan pada:

Hari : Rabu
Tanggal : 07 Juli 2020
Tempat : Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

Dosen Pembimbing Skripsi,

Dr. Ir. Mohammad Hoesain, MS.


NIP. 196401071988021001

Dosen Penguji I Dosen Penguji II

Ir.Mochammad Wildan Jadmiko, MP. Nanang Tri Haryadi, SP., M.Sc.


NIP. 19650528 1990031001 NIP. 198105152005011003

Mengesahkan
Dekan,

Prof. Dr. Ir. Soetriono, MP.


NIP. 196403041989021001

v
RINGKASAN

Pengaruh Aplikasi Insektisida Nabati dan Bakteri Endofit (Pseudomonas sp.)


Terhadap Hama Walang Sangit (Leptocorisa oratorius F.) dan Pertumbuhan
Tanaman Padi; Yesy Ayu Nengtiyas; 171510701055; 2021; Program Studi
Proteksi Tanaman; Fakultas Pertanian; Universitas Jember.

Padi merupakan komoditas tanaman yang banyak dibudidayakan di


Indoneisa. Serangan Hama dapat mengurangi kualitas dan kuantitas padi selalu
ada. Salah satu hama utama yang merusak pada padi adalah hama walang sangit
(Leptocorisa oratorius F.). kerusakan yang ditimbulkan dapat menurunkan hasil
panen 30%-50%. Walang sangit banyak menyerang pada saat padi sedang masak
susu dengan cara menusuk bulir padi.
Pengendalian hama L. oratorius yang umum masih sering digunakan
adalah insektisida sintetik yang dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti
resistensi hama, kesehatan manusia, lingkungan diantaranya dapat
mengkontaminasi perairan, udara, dan lahan serta musuh alami yang mati akibat
penyemprotan insektisida sintetik.
Pengendalian menggunakan kombinasi insektisida nabati dari daun mimba
(Azadirachta indica), pacar cina (Aglaia odorata L.) dan babandotan (Ageratum
conyzoides) dan bakteri endofit (Pseudomonas sp.) yang dikombinasikan dapat
dijadikan salah satu alternatif untuk mengendalikan walang sangit karena tidak
membahayakan bagi spesies non-target lain dan menguntungkan bagi tanaman
inang tanpa menyebabkan gangguan atau kerusakan pada tanaman.
Hasil uji aplikasi kombinasi insektisida nabati dan bakteri endofit
(Pseudomonas sp.) memberikan presentasi populasi dan intensitas serangan
terendah pada perlakuan P3 yaitu insektisida nabati dan bakteri endofit
(Pseudomonas sp.) galur PD. Pada tinggi tanaman padi persentase tertinggi terjadi
pada perlakuan P1 yaitu insektisida nabati dan bakteri endofit (Pseudomonas sp.)
galur KB14 dan pada anakan tanaman padi persentase tertinggi pada perlakuan P3
yaitu insektisida nabati dan bakteri endofit (Pseudomonas sp.) galur PD.

Katakunci: L. oratorius, insektisida nabati, bakteri endofit

vi
SUMMARY

Effect Application of Botanical Insecticides and Endophytic Bacteria


(Pseudomonas sp.) Against Walang Sangit Pest (Leptocorisa oratorius F.) and
Growth Rice Plants; Yesy Ayu Nengtiyas; 171510701055; 2021; Plant
Protection Study Program; Faculty of Agriculture; University of Jember.

Rice is a crop commodity that is widely cultivated in Indonesia. Pest


attacks can reduce the quality and quantity of rice is always there. One of the main
pests that damage rice is the pest walang sangit (Leptocorisa oratorius F.). The
damage caused can reduce crop yields by 30%-50%. Walang sangit attacks a lot
when the rice is cooking milk by piercing the rice grains.
Pest control of L. oratorius which is still commonly used is synthetic
insecticides which can cause various problems, such as pest resistance, human
health, the environment which can contaminate waters, air, and land as well as
natural enemies that die due to spraying synthetic insecticides.
Control using a combination of vegetable insecticides from neem leaves
(Azadirachta indica), Chinese girlfriend (Aglaia odorata L.) and babandotan
(Ageratum conyzoides) and endophytic bacteria (Pseudomonas sp.) other non-
target species and are beneficial to the host plant without causing disturbance or
damage to the plant.
The test results of the application of a combination of botanical
insecticides and endophytic bacteria (Pseudomonas sp.) gave the lowest
population presentation and attack intensity in the P3 treatment, namely botanical
insecticides and endophytic bacteria (Pseudomonas sp.) PD strain. The highest
percentage of rice plant height occurred in P1 treatment, namely vegetable
insecticides and endophytic bacteria (Pseudomonas sp.) KB14 strain and the
highest percentage of rice plant tillers in P3 treatment, namely vegetable
insecticides and endophytic bacteria (Pseudomonas sp.) PD strain.

Keywords: L. oratorius, Botanical insecticide, endophytic Bacteria

vii
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
"Pengaruh Aplikasi Insektisida Nabati dan Bakteri Endofit (Pseudomonas
sp.) Terhadap Hama Walang Sangit (Leptocorisa oratorius F.) dan
Pertumbuhan Tanaman Padi" dengan baik.
Penyelesaian karya tulis ilmiah ini (Skripsi) tidak lepas dari dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis menyampaikan terimakasih
atas semua dukungan, bantuan, dan doa kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Soetriono, MP., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Jember
2. Ir. Saifuddin Hasjim, MP., selaku Ketua Progam Studi Proteksi Tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Jember
3. Dr. Ir. Mohammad Hoesain, MS., selaku Dosen Pembimbing Utama; Ir.
Mochammad Wildan Jadmiko, MP., selaku Penguji Utama dan Nanang Tri
Haryadi, SP., M.Sc., selaku Dosen Penguji Anggota dan Dosen Pembimbing
Akademik yang telah membimbing, meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga
selama masa studi
4. Kedua orang tua saya Alm. Zainal dan Linawati yang selalu senantiasa
mendoakan dan mendukung selama studi sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini
5. Kakak saya Desi Eka Pratiwi yang memberikan dukungan material dan non-
material selama masa studi
6. Teman-teman proyek dosen Wildatur Rohmah dan Fergy Surya Ramadhan
yang telah menjadi tim dan bekerja sama dalam proyek dengan baik serta
Ankardiansyah Pandu Pradana, S.P., M.Si., selaku dosen proteksi tanaman
yang telah membantu dan memberikan ilmu dalam proses pengerjaan proyek
dosen

viii
7. Sahabat saya Shinta Sawa Assabila, Afi Azimatun Najakhah dan Hadi Susanto
yang senantiasa memberikan semangat dan selalu ada dalam kondisi suka
maupun duka selama masa studi di Universitas Jember
8. Semua sahabat dan teman di progam studi Proteksi Tanaman Fakultas
Pertanian Universitas Jember yang senantiasa memberikan dukungan, baik
secara langsung maupun tidak langsung
9. Semua pengurus dan anggota IMHPT (Ikatan Mahasiswa Hama dan Penyakit
Tanaman) yang menjadi teman dalam berorganisasi dan bertukar pikiran dalam
berinovasi dan menyelesaikan masalah
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu namun telah
memberikan sumbangan pikiran dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat
dan pembaca.

Jember, 07 Juli 2021

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... i
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ iii
HALAMAN PEMBIMBING ............................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. v
RINGKASAN ..................................................................................................... vi
SUMMARY ....................................................................................................... vii
PRAKATA ......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5
2.1 Hama Walang Sangit (L. oratorius) ............................................................ 5
2.2 Insektisida Nabati ........................................................................................ 8
2.3 Bakteri Endofit .......................................................................................... 10
2.4 Bakteri Endofit (Pseudomonas sp.)........................................................... 10
2.5 Hipotesis.................................................................................................... 12
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 13
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 13
3.2 Persiapan Penelitian .................................................................................. 13
3.3 Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 18

x
3.4 Variabel Pengamatan ................................................................................ 20
3.5 Analisis Data ............................................................................................. 23
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 24
4.1 Hasil .......................................................................................................... 24
4.2 Pembahasan ............................................................................................... 32
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 41
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 41
5.2 Saran .......................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 42
DOKUMENTASI .............................................................................................. 51
LAMPIRAN ....................................................................................................... 51

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Perbedaan Spesies Walang Sangit L. acuta dan L oratorius ............... 7


Gambar 2. Siklus Hidup Walang Sangit ................................................................ 7
Gambar 3. Denah Lahan Percobaan Penelitian .................................................... 19
Gambar 4. Kompatibel dan Tidak Kompatibel Bakteri Endofit (Pseudomonas sp.)
dan Insektisida Nabati Pada Cawan Petri. .......................................... 24
Gambar 5. Rata-rata Populasi L. oratorius ......................................................... 25
Gambar 6. Rata-rata Intensitas Serangan L. oratorius........................................ 28
Gambar 7. Rata-rata Tinggi Tanaman Padi Pada Perlakuan Kombinasi Insektisida
Nabati dan Bakteri Pseudomonas sp. ................................................. 28
Gambar 8. Rata-rata Berat Gabah Basah (gram) Pada Perlakuan Kombinasi
Bakteri Pseudomonas sp. dan Insektisida Nabati............................... 30
Gambar 9. Rata-rata Berat 1000 Gabah (Gram) Pada Perlakuan Kombinasi
Insektisida Nabati dan Bakteri Pseudomonas sp.. .............................. 31
Gambar 10. Identifikasi Walang Sangit (Leptocorisa oratorius F). ..................... 35

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Kompatibilitas ............................................................................... 24


Tabel 2. Jumlah anakan pada Aplikasi Kombinasi Insektisida Nabati dan Bakteri
Pseudomonas sp. .................................................................................. 29

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Dokumentasi Penelitian .............................................................. 51


LAMPIRAN 2.Hasil Pengamatan Kompatibilitas Insektisida Nabati dan Bakteri
Endofit .......................................................................................54
LAMPIRAN 3. Data Rata-rata Populasi Hama .................................................... 57
LAMPIRAN 4. Data Intensitas Serangan ............................................................. 58
LAMPIRAN 5. Data Jumlah Anakan ....................................................................58
LAMPIRAN 6. Data Tinggi Tanaman .................................................................. 59
LAMPIRAN 7. Data Berat Gabah Basah ............................................................. 59
LAMPIRAN 8. Data Berat 1000 Butir Gabah .......................................................60
LAMPIRAN 9. Analisis ANOVA dan Uji Lanjut DMRT 5% Populasi Hama
Walang Sangit Pengamatan 2 (60 HST) ................................... 61
LAMPIRAN 10. Analisis ANOVA dan Uji Lanjut DMRT 5% Populasi Hama
Walang Sangit Pengamatan 3 (74 HST) ................................... 61
LAMPIRAN 11. Analisis ANOVA dan Uji Lanjut DMRT 5% Populasi Hama
Walang Sangit Pengamatan 4 (82 HST) ....................................61
LAMPIRAN 12. Hasil Uji Lanjut DMRT 5% Popilasi Hama Walang Sangit
Pengamatan 4 (82 HST) ............................................................ 62
LAMPIRAN 13. Analisis ANOVA dan Uji Lanjut DMRT 5% Populasi Hama
Walang Sangit Pengamatan 5 (88 HST) ................................... 62
LAMPIRAN 14. Hasil Analisis ANOVA Intensitas Serangan Hama Walang
Sangit .........................................................................................62
LAMPIRAN 15. Hasil Analisis ANOVA Tinggi Tanaman ................................. 62
LAMPIRAN 16. Hasil Uji Lanjut DMRT 5% Tinggi Tanaman .......................... 63
LAMPIRAN 17. Hasil Analisis ANOVA Jumlah Anakan ....................................63
LAMPIRAN 18. Hasil Uji Lanjut DMRT 5% Jumlah Anakan ............................ 63
LAMPIRAN 19. Hasil Analisis ANOVA Berat Gabah Basah ............................. 63
LAMPIRAN 20. Hasil Analisis ANOVA Berat 1000 Gabah ................................63

xiv
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Padi merupakan komoditas tanaman yang banyak dibudidayakan di
Indonesia. Beras sebagai makanan pokok sangat sulit digantikan oleh bahan
pokok lainnya seperti jagung, umbi-umbian, sagu dan sumber karbohidrat lainnya
(Tamba dkk., 2017). Kebutuhan permintaan beras di Indonesia setiap tahunnya
mengalami peningkatan sehingga menyebabkan ketidakseimbangan antara
produksi dan konsumsi (Siswanto dkk., 2018). Keberadaan beras menjadi prioritas
utama dalam memenuhi kebutuhan karbohidrat dan sebagian besar penduduk
Indonesia mengkonsumsi sebagai makanan pokok sehari-hari.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jember bahwa pada
tahun 2019, rata-rata produksi padi di Kabupaten Jember mencapai 6,34 kw. Rata-
rata produksi padi tersebut mengalami peningkatan dibanding rata-rata produksi
padi pada tahun 2018 yang mencapai 5,99 kw, sehingga perlu dilakukan
pencegahan terhadap masalah Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) untuk
mempertahankan produksi padi agar tetap stabil. Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT) salah satunya yaitu hama walang sangit. Hama walang sangit
(Leptocorisa oratorius Fabricius) dapat menurunkan hasil panen hingga 30%-50%
dengan cara menusuk bulir padi yang sedang masak susu dan menghisap cairan
padi dengan stiletnya yang mengakibatkan bulir padi menjadi hampa (Yunianti,
2016). Oleh sebab itu perlu adanya pengendalian yang efektif untuk
memeperkecil risiko kerusakan padi selama produktifitas.
Pengendalian hama walang sangit (L. oratorius) umumnya masih sering
menggunakan insektisida sintetik yang berdampak negatif bagi lingkungan dan
dinilai kurang efektif karena hama telah resisten terhadap insektisida sintetik
(Listianti dkk., 2019). Menurut Penelitian As’ad dkk, (2018), pestisida sintetik
yang biasa digunakan petani padi di Kabupaten Jember untuk mengendalikan
hama L. oratorius adalah insektisida sentetik berbahan aktif Fipronil. Dampak
jangka panjang dari insektisida sintetik adalah perkembangan resistensi serangga

1
2

terhadap insektisida sintetik dan efek berbahaya terhadap manusia dan lingkungan
(Tabassum & Shahina, 2004).
Berdasarkan masalah tersebut, pentingnya untuk dilakukan pengendalian
hama L. oratorius dengan memanfaatkan bahan yang berasal dari bagian
tumbuhan yaitu akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian insektisida nabati dari ekstrak daun babandotan
memberi pengaruh sangat nyata terhadap populasi L. oratorius karena kandungan
kimia yang terdapat dalam daun babandotan memiliki kemampuan sebagai
biopestisida nabati (racun serangga) (Romli dan Denda, 2019). Insektisida nabati
hanya mengendalikan hama dan tidak menimbulkan masalah terhadap musuh-
musuh alami sehingga keberadaan musuh alami di lapangan dapat dipertahankan
sehingga tidak merusak ekosistem musuh alami (Sitompul dkk., 2014).
Penggunaan insektisida nabati juga terbukti menguntungkan petani, aman untuk
tanaman, tanah dan tidak mengganggu kesehatan petani, sehingga layak untuk
dikembangkan (Ermiati, 2017). Bahan yang dapat dibuat menjadi insektisida
nabati adalah daun mimba (Azadirachta indica), pacar cina (Aglaia odorata Lour)
dan babandotan (Ageratum conyzoides) (Sri dan Wiwik, 2017). Menurut
Ervinatun dkk (2018), Berdasarkan uji efikasi insektisida nabati pada konsentrasi
2,5% dan 5% ekstrak daun mimba dan babadotan mampu membunuh larva
Crocidolomia binotalis. Pada ekstrak daun pacar cina dapat efektif menekan
populasi hama perusak polong dan ekstrak biji mimba yang diaplikasikan dengan
konsentrasi 10% efektif mengendalikan hama penggerek polong, thrips dan
pengisap polong (Indiati, 2012).
Pengendalian hama tidak hanya menggunakan insektisida nabati akan
tetapi bisa menggunakan mikroorganisme yang menguntungkan, salah satunya
adalah bakteri endofit. Bakteri endofit merupakan mikroorganisme yang hidup
berkoloni di dalam jaringan inang tanpa meinimbilkan efek negatif, bahkan
banyak memberi keuntungan terhadap inangnya. Keuntungan bakteri endofit
adalah dapat mengurangi kerusakan tanaman oleh serangga melalui induksi
ketahanan tanaman yang mampu memproduksi senyawa fenol dan glikosida
(senyawa yang tidak disukai serangga) (Yulianti, 2013). Senyawa fenolik dan
3

glikosida biasanya dikaitkan dengan respon pertahanan pada tumbuhan


(Anggraito dkk., 2018). Selain itu, Bakteri endofit mampu menghasilkan hormon
pertumbuhan tanaman (Etminani and Behrouz, 2018). Salah satu jenis bakteri
endofit yaitu Pseudomonas sp. berdasarkan uji statistik bakteri Pseudomonas sp.
jauh lebih unggul dalam peningkatan laju pertambahan tinggi tanaman. Hal ini
dikarenakan bakteri Pseudomonas sp. lebih bertanggung jawab terhadap kelarutan
dan membebaskan unsur hara yang tidak tersedia menjadi tersedia bagi tanaman.
Secara signifikan bakteri Pseudomonas sp. dapat meningkatkan pembentukan
akar. Bakteri Pseudomonas sp. berpotensi digunakan sebagai pemicu
pertumbuhan tanaman. Keberadaan mikroorganisme tersebut menunjukkan bahwa
mikroorganisme tersebut dapat dimanfaatkan dalam aplikasi masa depan seperti
pengendalian hama dan peningkatan pertumbuhan tanaman (Murthi dkk., 2015).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompatibilitas dan pengaruh
terhadap penggunaan kombinasi insektisida nabati daun mimba (A. indica), pacar
cina (A. odorata) dan babandotan (A. conyzoides) dan bakteri endofit
(Pseudomonas sp.) dan tanpa kombinasi keduanya dalam mengendalikan hama
walang sangit dan pertumbuhan tanaman padi secara ramah lingkungan,
mengurangi risiko kerusakam produktifitas padi, dan sebagai pengembangan ilmu
baru.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kompatibilitas insektisida nabati dan bakteri endofit (Pseudomonas
sp.) ?
2. Bagaimana pengaruh kombinasi insektisida nabati dan bakteri endofit
(Pseudomonas sp.) dalam mengendalikan walang sangit ?
3. Untuk mengetahui efektifitas insektisida nabati dan bakteri endofit
(Pseudomonas sp.) untuk pertumbuhan tanaman padi ?
4

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui kompatibilitas insektisida nabati dan bakteri Pseudomonas
sp
2. Untuk mengetahui efektifitas insektisida nabati dan bakteri endofit
(Pseudomonas sp.) dalam mengendalikan walang sangit.
3. Untuk mengetahui efektifitas insektisida nabati dan bakteri endofit
(Pseudomonas sp.) untuk pertumbuhan tanaman padi.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi peneliti, memberikan informasi untuk mengetahui efektifitas insektisida
nabati dengan bakteri endofit (Pseudomonas sp.) dalam mengendalikan
walang sangit dan pertumbuhan tanaman padi.
2. Bagi petani, memberikan informasi penggunaan insektisida nabati dengan
bakteri endofit (Pseudomonas sp.) untuk mengendalikan hama walang sangit
dan pertumbuhan tanaman padi di Kabupaten Jember.
3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan
pertimbangan dalam melakukan penelitian selanjutnya.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hama Walang Sangit (L. oratorius)


2.1.1 Walang Sangit Sebagai Hama Utama Tanaman Padi (L. oratorius)
Walang sangit (L. oratorius) merupakan salah satu hama penting tanaman
padi yang mempunyai metamorfosis sederhana yang terdiri dari beberapa stadia,
diantaranya stadia telur, nimfa, dan imago (Triaswanto dkk., 2019). Hama walang
sangit (L. oratorius) menyerang tanaman padi setelah berbunga dengan cara
menghisap cairan bulir padi menyebabkan bulir padi menjadi hampa atau
pengisiannya tidak sempurna. Baik nimfa dan dewasa, walang sangit menghisap
cairan daun, biji padi yang muda dan padi masak susu untuk nutrisi selama daur
hidupnya (Dutta & Roy, 2016).
Populasi dan tingkat sebaran hama walang sangit pada tanaman padi
tertinggi pada saat tanaman berumur 56 HST dan 70 HST. Walang sangit tidak
hanya mampu menurunkan kuantitas tetapi juga mampu menurunkan kualitas
gabah, karena gabah yang terserang walang sangit akan terlihat bintik-bintik
hitam dan hampa. Walang sangit merupakan salah satu hama potensial yang pada
waktu tertentu menjadi hama penting yang dapat menyebabkan kehilangan hasil
mencapai 50% (Sumini et al., 2018). Populasi 100.000 ekor walang sangit per
hektar dapat menurunkan hasil sampai 25%, sedangkan serangan satu ekor walang
sangit per malai dalam satu minggu dapat menurunkan hasil 27% (Ihsan, 2011).

2.1.2 Klasifikasi Hama Walang Sangit (L. oratorius)


Menurut Pracaya (2008), klasifikasi walang sangit (L. oratorius) seperti
berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Hemiptera
Sub Ordo : Heteroptera
Famili : Alydidae

5
6

Genus : Leptocorisa
Spesies : Leptocorisa oratorius F.
Menurut Siregar (2007), walang sangit dewasa berwarna coklat,
sedangkan walang sangit muda berwarna hijau. Bentuk tubuh langsing, kaki dan
antenanya panjang. Walang sangit menghisap cairan tanaman dari tangkai bunga
(paniculae) dan juga cairan buah padi yang masih pada tahap masak susu. Walang
sangit menunjukkan bentuk pertahanan yaitu mengeluarkan aroma yang
menyengat. Walang sangit menyerang tanaman padi setelah berbunga dan hampir
di setiap musim. Bulir padi tidak akan terisi penuh jika walang sangit menyerang
pada saat bulir padi masak susu, sedangkan jika serangan mulai tanaman padi
berbunga akan menyebabkan bulir padi hampa (Kartohardjono dkk., 2009).

2.1.3 Morfologi Hama Walang Sangit


Walang sangit merupakan kelompok hewan invertebrata, filum arthropoda
pada kelas insekta yang memiliki bentuk tubuh langsing dan memanjang,
berukuran sekitar 1,5-2 cm, punggung dan sayap (walang sangit dewasa berwarna
coklat dan walang sangit muda berwarna hijau), memiliki 3 pasang kaki, memiliki
dua pasang sayap (satu pasang tebal dan satu pasang seperti selaput), tipe mulut
menusuk dan menghisap, telur berbentuk oval yang berwarna hitam kecoklatan,
metamorfosis tidak sempurna dan memiliki aroma atau bau khas (Siregar, 2007)
Walang sangit merupakan hama dari kelompok kepik (Hemiptera) yang
merusak tanaman padi yang banyak dijumpai di seluruh dunia dengan spesies
yang berbeda. Namun terdapat dua spesies walang sangit yang sering menyerang
tanaman padi di Indonesia yaitu L. oratorius dan L. acuta. Perbedaan dari kedua
spesies ini yaitu L. oratorius memiliki titik hitam di bagian bawah abdomennya,
sedangkan L. acuta tidak memiliki titik berwarna hitam di bawah abdomennya,
serta perbedaan dari belakang mata mempunyai bintik bewarna merah tua pada L.
oratorius (Mandanayake et al., 2014).
7

Gambar 1. Perbedaan Spesies Walang Sangit L. acuta dan L oratorius


(Mandanayake et al., 2014)

2.1.4 Siklus Hidup Walang Sangit (L. oratorius)


Siklus Hidup walang sangit (L. oratorius) mengalami metamorfosis tidak
sempurna yaitu mulai dari stadia telur, nimfa, dan imago seperti pada gambar 2.

Gambar 2. Siklus Hidup Walang Sangit. (a) Telur, (b) Nimfa, (c) Imago (Shepard
et al., 1995)

Telur walang sangit berbentuk segi enam, bulat dan pipih serta berwarna
cokelat kehitaman, telur walang sangit diletakkan berbaris di daun tanaman padi
pada permukaan daun bagian atas dalam satu atau dua baris, telur berjumlah 12-
16 butir bahkan juga mampu mencapai 19 butir dengan lama periode telur rata –
rata mencapai enam hari. Panjang telur berkisar 1,00-1,20 mm dengan rata-rata
1,10 ± 0,07 mm dan lebar bervariasi 0,80-0,86 mm dengan rata-rata 0,83 ± 0,02
mm. Telur walang sangit ini akan menetas kurang dari tujuh hari dan akan
membentuk stadia nimfa walang sangit (Hosamani et al., 2009). Nimfa walang
8

sangit berukuran lebih kecil dari dewasa, berwarna hijau kemudian menjadi
cokelat dan umumnya tidak bersayap, nimfa walang sangit terdiri dari lima instar
yang ditandai dengan pergantian kulit 5 kali. Lama periode nimfa instar pertama
mulai tiga hingga empat hari, nimfa instar kedua yaitu dua hingga tiga hari, instar
ketiga yaitu dua hingga empat hari, instar ke empat yaitu dua hingga lima hari dan
instar kelima yaitu tujuh hingga delapan hari, sehingga total lama periode nimfa
walang sangit yaitu 19 hingga 27 hari (Baharally dan Simon, 2014).
Serangga dewasa atau imago berbentuk ramping, warna tubuh imago
walang sangit yaitu kuning kecoklatan dengan panjang tubuh berkisar antara 17-
20 mm dan lebar 3-4 mm dengan tungkai dan antena yang panjang, walang sangit
betina memiliki ukuran tubuh panjang 17,50-18,50 mm, sedangkan walang sangit
jantan memiliki ukuran tubuh 18,00-19,00 mm, tubuh walang sangit betina sedikit
lebih kecil dibandingkan dengan walang sangit jantan (Hosamani et al., 2009).

2.2 Insektisida Nabati


Insektisida nabati merupakan insektisida yang bahan dasarnya berasal dari
tumbuhan yang mempunyai kandungan bahan aktif untuk mengendalikan
serangga hama (Saenong, 2016). Menurut Ramli dan Nina, 2013. Insektisida
nabati sangat efektif terhadap hama walang sangit dan penggunaan Insektisida
nabati mempunyai nilai ekonomis dalam mengendalikan Organisme Penggangu
Tanaman (OPT) dimana pengendaliannya diarahkan kepada sistem pengendalian
hama terpadu ( PHT ). Menurut Abadi dkk., (2019), Penggunaan insektisida
nabati yaitu dengan memanfaatkan tanaman yang memiliki senyawa dapat
menghambat atau mematikan hama target namun tetap aman bagi tanaman dan
lingkungan. Kelebihan insektisida nabati yaitu ramah lingkungan, murah dan
mudah didapat, dan kompatibel digabung dengan pengendalian lain yang
menghasilkan produk pertanian yang bebas residu. Insektisida nabati juga
memiliki kelemahan yaitu daya kerja yang relatif lambat, tidak membunuh secara
langsung dan penyimpanannya tidak tahan lama (Irfan, 2016).
Menurut Mulyani dan Dwi (2016), keefektifan insektisida nabati terbukti
selain untuk mengendalikan hama, ternyata efektif juga dari berbagai segi
9

diantaranya, ketersediaan bahan baku yang melimpah, biaya produksi murah dan
pemakaian pestisida nabati bisa menekan biaya produksi sampai 50% dan terbukti
dapat meningkatkan hasil panen. Bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan
insektisida yaitu bahan yang mudah didapatkan dilingkungan sekitar dan tidak
mempunyai nilai jual. Banyak tanaman yang bisa digunakan sebagai insektisida
nabati, diantaranya ekstrak daun mimba dan babandotan yang mampu membunuh
hama pada konsentrasi 2,5% dan 5% (Ervina dkk., 2018).
Pada insektisida nabati ekstraksi daun memiliki kandungan yang berbeda-
beda. Ekstrak daun dan biji mimba mengandung senyawa aktif utama yaitu
azadirahtin. kandungan senyawa aktif azadirahtin termasuk dalam kelompok
limonoid (triterpenoid). Komponen aktif ini menimbulkan bau dan aroma yang
tidak disukai oleh hama sehingga memiliki potensi sebagai insektisida dan
toksisitasnya dapat menyebabkan iritasi mata dan jaringan lunak serta
kemungkinan menyebabkan konjungtivitas dan inflamasi (saenong, 2016).
Kandungan bahan insektisida nabati lainnya yaitu dari kulit jeruk yang dapat
digunakan sebagai biolarvasida dan mengandung senyawa limonoida yang dapat
menyebabkan mortalitas yang cukup tinggi pada imago hama Sitophilus spp. dan
efektivitasnya 49,2% (Moki dkk., 2016). Daya toksisitas pada insektisida nabati
tidak hanya menumpukan pada tingkat kematian semata, tetapi juga berfungsi
sebagai anti feedant yaitu senyawa organik yang diproduksi oleh tanaman untuk
menghambat serangan serangga dan repellant yaitu zat penolak serangga sehingga
serangga tidak bisa mendarat pada permukaan tanaman (Irfan, 2016).
Pembuatan insektisida nabati terdapat beberapa metode yaitu, teknik
ekstrak maserasi yang dilakukan dengan cara mencampur bahan dengan pelarut
dengan rasio 1:4 dengan waktu ekstrak maserasi (1, 3, 5, 7 dan 9 hari) (Ariyanti et
al., 2017). Waktu maserasi yang semakin lama menyebabkan kontak bahan
dengan pelarut semakin lama akan mengakibatkan dinding sel pada bahan pecah
dan mengeluarkan zat terlarut kedalam pelarut semakin banyak sehingga hasilnya
akan bertambah sampai titik optimum dari pelarut (Prasetya et al., 2020). Teknik
fermentasi juga menjadi salah satu metode pembuatan insektisida nabati yang
efektif dan lama fermentasi mempengaruhi toksisitas pada insektisida nabati.
10

Melalui proses fermentasi bahan organik diubah kedalam bentuk gula dan asam
amino sehingga bisa diserap oleh tanaman (Arsyadana, 2014).

2.3 Bakteri Endofit


Bakteri endofit merupakan merupakan mikroorganisme menguntungkan
yang berinteraksi dengan tanaman inang tanpa menyebabkan gangguan atau
kerusakan pada tanaman tersebut. Bakteri endofit dapat diisolasi dari berbagai
jenis tumbuhan mulai dari monokotil hingga dikotil (Oktavia dan Sri, 2018).
Menurut Putri dkk., (2018) bakteri endofit merupakan organisme hidup
mikroskopis yang hidup di dalamnya jaringan tanaman (xilem dan floem), daun,
akar, buah, dan batang.
Karakteristik yang dimiliki oleh setiap bakteri endofit bermacam-macam
dan tergantung asal tanaman penghasil bakteri endofit. Hal ini sesuai dengan
penelitian Anggara dkk., (2014) menyatakan bahwa bakteri endofit penghasil
hormon Indole Acetic Acid (IAA) dari akar tanaman ubi jalar mempunyai
karakteristik morfologi koloni dengan bentuk irregular, permukaan halus, tidak
rata dan kasar. Karakteristik morfologi sel adalah gram negatif, bentuk sel batang
pendek, susunan sel monobasil, diplobasil atau streptobasil dan tidak terdapat
endospora. Karakteristik fisiologi biokimia isolat bakteri endofit beragam di
antaranya motil atau nonmotil, memproduksi katalase, mereduksi gula,
memfermentasi asam campuran, memproduksi 2,3 butanadiol dan mampu
mereduksi nitrat. Namun, secara umum bakteri endofit merupakan
mikroorganisme yang memiliki karakteristik hidup simbiosis yang saling
menguntungkan dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan
tanaman (Liaqat and Rengin, 2016).
Menurut Widiantini dan Fuji (2020), bakteri endofit dikenal sebagai salah
satu sumber penghasil senyawa yang digunakan dalam bidang perlindungan
tanaman. Beberapa bakteri endofit asal tanaman padi telah menunjukkan
potensinta untuk dikembangkan sebagai agens biokontrol. Bakteri endofit dapat
mengurangi kerusakan tanaman oleh serangga melalui induksi ketahanan tanaman
karena mempunyai kemampuan hidup pada permukaan dan masuk pada jaringan
11

daun. Dalam hal ini bakteri endofit mendapat nutri dari hasil metabolisme
tanaman dan memproteksi tanaman melawan serangga. Selain itu, bakteri endofit
juga dapat berfungsi sebagai agensia hayati melalui interaksi antagonis dan
kompetisi (Yulianti, 2013).

2.4 Bakteri Endofit (Pseudomonas sp.)


Bakteri Pseudomonas sp. merupakan salah satu bakteri endofit yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara langsung melalui kemampuannya
meningkatkan ketersediaan nutrisi (nitrogen, fosfor, kalium, dan elemen lain) dan
secara tidak langsung mengendalikan OPT dengan cara menghasilkan antibiosis,
mengoloni jaringan akar tanaman dan mendominasi lingkungan rhizosfer
(Hanudin dkk., 2018). Bakteri Pseudomonas sp. merupakan genus bakteri
kitinolik. Kitinolitik merupakan salah satu cara untuk menghindari penggunaan
insektisida kimia yang memanfaatkan enzim kitinase sebagai biokontrol hama
tanaman (Pangemanan dkk., 2020).
Bakteri Pseudomonas sp. mampu menghasilkan 37% gas HCN (Hidrogen
Sianida) yang diproduksi secara langsung dari glikosida yang merupakan salah
satu kandungan dalam eksudat akar. HCN (Hidrogen Sianida) merupakan
metabolit sekunder (cairan yang tidak berwarna dan sangat beracun sebagai
mekanisme pertahanan) memiliki bau samar seperti almond pahit yang dapat
mengganggu sistem syaraf serangga (Knowles, 1976).
Mekanisme bakteri Pseudomonas sp. dalam menginduksi petumbuhan
tanaman dilakukan secara langsung dengan meningkatkan penyerapan dan
ketersediaan sumber hara melalui fiksasi nitrogen dan meningkatkan kelarutan
miner (Bhardwaj et al., 2014). Bakteri Pseudomonas sp. dapat mengikat dan
menyediaakan nitrogen untuk tanaman melalui dua mekanisme, yaitu simbiosis
dan nonsimbiosis. Mekanisme simbiosis memungkinkan BP2T memasuki
jaringan akar, sedangkan Mekanisme nonsimbiotik umumnya melalui diazotrof
(bakteri penambat nitrogen yang hidup berkoloni didalam jaringan tanaman) yang
hidup bebas dan banyak ditemukan pada pertanaman padi (Ahemad dan Kibret,
2014).
12

2.5 Hipotesis
H0 : Aplikasi insektisida nabati dan bakteri endofit (Pseudomonas sp.) tidak
berpengaruh terhadap populasi hama walang sangit dan pertumbuhan tanaman
padi.
H1 : Aplikasi insektisida nabati dan bakteri endofit (Pseudomonas sp.)
berpengaruh terhadap populasi hama walang sangit dan pertumbuhan tanaman
padi.
BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini berjudul “Pengaruh Aplikasi Insektisida Nabati dan Bakteri
Endofit (Pseudomonas sp.) Terhadap Hama Walang Sangit Leptocorisa oratorius
Fabricus dan Pertumbuhan Tanaman Padi” dilaksanakan di Lahan Persawahan di
Desa Lengkong, Kecamatan Mumbulsari, Kabupaten Jember dan Laboratorium
Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jember pada bulan Oktober-
Desember 2020.

3.2 Persiapan Penelitian


3.2.1 Pembuatan Ekstrak Insektisida Nabati
Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Alat yang dibutuhkan yaitu
mesin blender, saringan, toples, timbangan, erlenmeyer, alat pengaduk, corong,
blue tip, micropipette dan rotary evaporator. Bahan yang dibutuhkan yaitu daun
pacar cina, babandotan, mimba, etanol 96%, tweeen 80, aluminium foil dan karet.
Pembuatan ekstrak insektisida nabati dari daun mimba, babadotan dan
pacar cina sesuai dengan prosedur dan modifikasi dari Manoppo dkk., (2019),
membuat bubuk halus bahan insektisida nabati, yaitu menjemur daun pacar cina,
babandotan dan mimba yang sebelumnya didapatkan dari lapang, kemudian
dijemur dan ditimbang hingga berat berkurang 50% dari berat awal sebelum
dilakukan penjemuran. Bahan dihaluskan dengan menggunakan mesin blender
secara bergantian, kemudian disaring dan dimasukkan kedalam toples yang sudah
beri sesuai dengan nama bahan.
Membuat rendaman insektisida nabati, dengan cara menimbang 50 gram
pada masing-masing 3 jenis bahan daun yang sudah dihaluskan (total 150 gram
pada 3 jenis bahan), kemudian masukkan pada erlenmeyer yang berukuran 1 liter.
Tambahkan etanol 96% sebanyak 750 mL dan larutan tween 80 sebanyak 3.75
mL dan diaduk menggunakan alat pengaduk sampai tercampur rata, kemudian
tutup mulut elenmayer dengan alumunium foil dan diikat dengan karet.
Perendaman dilakukan minimal selama 24, kemudian disaring menggunakan

13
14

corong dan kertas saring pada erlenmeyer berukuran 500 mL (Hoesain dkk.,
2020).
Melakukan pengentalan ekstrak insektisida nabati dengan menggunakan
rotary evaporator, penggunaan alat rotary evaporator dilakukan di laboratorium
botani FMIPA. Rendeman yang sudah didiamkan selama 24 jam melakukan
proses dengan alat rotary evaporator yang berfungsi untuk memisahkan larutan.
Penggunaan sekali alat rotary evaporator hanya dapat digunakan 500 mL
rendaman dengan suhu 60o hingga 75o selama kurang lebih 45 menit dengan tidak
adanya cairan yang menetes pada alat. Setelah 45 menit dan tidak adanya cairan
yang keluar dari alat, pindahkan ekstrak yang sudah mengental kedalam
erlenmeyer.

3.2.2 Pembuatan Media TE (Tauge Ekstrak)


Menyiapkan alat dan bahan. Alat yang dibutuhkan yaitu petri disk,
timbangan, erlenmeyer, panci dan saringan. Bahan yang dibutuhkan yaitu 600
gram kecambah, 3,1 Liter aquades, gula, agar, aluminium foil, wrapping dan
label.
Pembuatan ekstrak tauge sesuai dengan prosedur dan modifikasi dari
Badaring dkk., (2020), yaitu menimbang kecambah sebanyak 600 gram (setiap
200 gram tauge menggunakan 100 mL aquades), kemudian dicuci sampai bersih
dan kecambah dicacah kecil-kecil. Memasukkan kecambah dan air aquades
sebanyak 3,1 Liter kedalam panci dan direbus dengan api kecil sampai mendidih.
Setelah mendidih, saring dan pisahkan kecambah dengan larutan.
Pembuatan ekstrak tauge agar, menyiapkan 10 erlenmeyer dengan ukuran
500 mL, pada 1 erlenmeyer diisi dengan 200 mL larutan + 4 gram agar + 4 gram
gula. Pembuatan media cair yaitu dengan menyiapkan 6 erlenmeyer dengan
ukuran 500 mL, pada 1 erlenmeyer diisi dengan 100 mL larutan + 2 gram gula.
Menutup erlenmeyer dengan aluminium foil dan wraping, kemudian disterilkan
dengan autoklaf selama 1 jam. Setelah disterilkan, simpan media TEA (Tauge
Ekstrak Agar) dan media cair diletakkan didalam kulkas.
15

3.2.3 Peremajaan Bakteri Endofit


Menyiapkan alat dan bahan. Alat yang dibutuhkan yaitu petri sekali pakai,
jarum ose, bunsen, kompor, panci, gelas ukur kecil dan laminar. Bahan yang
dibutuhkan yaitu 3 jenis biakan murni bakteri Pseudomonas sp. KB14 (P1), SK14
(P2), PD (P3), Alkohol 70%, ekstrak media agar dan cair, label, tisu dan wrap.
Hal pertama sebelum dilakukan peremajaan dilaminar yaitu memyemprotkan
laminar dengan alkohol 70% dan dibersihkan menggunakan tisu, setelah itu di UV
selama 15 menit.
Peremajaan media padat TEA (Tauge Ekstrak Agar) sesuai dengan
prosedur dan modifikasi dari Wijayati dkk., (2014), media padat dicairkan
kedalam panci yang berisi air, setelah cair tuangkan ke dalam petri dan diamkan
sampai padat. Setelah media yang di petri menjadi padat, ambil satu jarum ose
isolat 3 jenis biakan murni bakteri Pseudomonas spp. (KB14, SK14, PD)
kemudian digoreskan pada media padat TEA (Tauge Ekstrak Agar), sehingga
didapatkan perbanyakan 3 media padat TEA (Tauge Ekstrak Agar). Setelah
dilakukan penggoresan, beri kode dan wrap pada petri dan simpan media pada
suhu ruang, amati setelah 24 jam.
Peremajaan media cair, mengambil satu jarum ose isolat 3 jenis bakteri
Pseudomonas sp. (KB14, SK14, PD) kemudian pindahkan pada media esktrak
tauge cair pada erlenmeyer yang telah diberi label sesuai kodenya, sehingga
didapatkan perbanyakan 3 media esktrak tauge cair. Media ekstrak tauge cair
yang telah diberi bakteri kemudian di shaker selama 24 jam dengan kecepatan
150.
Isolat bakteri endofit yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri
Pseudomonas sp. galur KB14, Pseudomonas sp. galur SK14, dan Pseudomonas
sp. galur PD yang diambil dari Laboratorium FKIP Biologi yang telah diisolasi
dan dikarakterisasi pada penelitian sebelumnya oleh Asyiah dkk., (2018) dan
Pradana dkk., (2016). Bakteri endofit yang digunakan berasal dari sampel akar
tanaman kopi yang sehat dan diambil dari tiga lokasi di Jawa Timur, yaitu di
Kalibendo Banyuwangi, Sumber Wringin Bondowoso dan Kalimalang
Banyuwangi. Isolasi bakteri dilakukan dengan sterilisasi permukaan yang secara
16

teknis mengacu pada metode Hallmann et al., (1997). Sampel akar diicuci bersih,
kemudian ditimbang berat segar akar sebanyak 1 gram. Kemudian sampel akar
dipermukaan disterilkan secara bertahap dengan merendamnya dalam alkohol
70% selama 30 detik, kemudian direndam dalam larutan NAOC 2% selama 1-2
menit. Setelah itu dibilas dengan set rilizedwater sebanyak 3 kali. Sampel akar
yang telah disterilkan digerus dengan mortar steril hingga halus. Kemudian
diinkubasi secara bertahap hingga memiliki pengenceran 10. Kemudian dari
masing-masing pengenceran diambil 0,1 ml dan ditumbuhkan dalam media TSA
5% dalam cawan petri, kemudian diinkubasi selama 24-72 jam pada suhu kamar.
Sebagai kontrol, contoh akar yang telah disterilkan dioleskan pada media TSA
5%. Dari masing-masing cawan petri tersebut diseleksi dan diambil koloni
bakterinya kemudian dibiakkan atau dihaluskan dengan cara menumbuhkannya
pada media 100% TSA.
Asyiah dkk., (2018) melaporkan bahwa seluruh isolat bakteri endofit yang
digunakan pada penelitian ini memiliki beberapa sifat fisiologis yang mendukung
perannya sebagai pengendali hayati dan pemacu pertumbuhan tanaman,
diantaranya adalah menyebabkan penebalan dinding sel yang digunakan untuk
ketahanan tanaman dari serangan OPT, mampu menambat N, melarutkan P,
memproduksi enzim ektraseluler protease, kitinase, dan mampu memproduksi
senyawa volatil HCN.

3.2.4 Uji Kompatibilitas Insektisida Nabati dan Bakteri Endofit


A. Strerilisasi
Menyiapkan tabung reaksi yang diisi dengan aquades yang memiliki
konsentrasi yang berbeda yaitu 0,75 mL, 0,50 mL dan 0,25 mL. Masing-masing
konsentrasi terdapat 2 tabung reaksi, jadi jumlah tabung reaksi yang disterilisasi
ada 6. Menyiapkan 10 yellow tip dan 10 blue tip, paper disk berjumlah 100,
Kemudian semuanya disterilisasikan diautoklaf selama 1 jam.
17

B. Uji Kompatibilitas Insektisida Nabati dan Bakteri endofit (Pseudomonas


sp.)
Uji kompatibilitas insektisida nabati dan bakteri endofit (Pseudomonas
sp.) sesuai dengan prosedur dari Hoesain dkk., (2020), yaitu menyiapkan media
TEA (Tauge Ekstrak Agar) sesuai dengan jumlah bakteri dan perlakuan.
Perlakuan yang digunakan yaitu 25%, 50%, 75% dan 100% dan terdapat 3 jenis
bakteri yaitu KB14 (Pseudomonas sp.), SK14 (Pseudomonas sp.) PD
(Pseudomonas sp.), jadi terdapat 12 media yang dibutuhkan.
Uji kompatibilitas dilakukan dengan cara menuangkan bakteri yang
terdapat pada erlenmeyer pada media TEA (Tauge Ekstrak Agar), kemudian
diratakan dengan batang L sampai merata. Bakteri yang dituangkan dalam media
TEA (Tauge Ekstrak Agar) sebanyak 100 μl / 0,1 mL. Kemudian meletakkan
paper disk yang sudah steril pada media TEA (Tauge Ekstrak Agar) yang sudah
diberi bakteri. Pada setiap media TEA (Tauge Ekstrak Agar) terdapat 4 paper
disk.
Menyiapkan perlakuan pada tabung reaksi berisi aquades yang sudah
streil:
a. 25% = 0,25 mL ekstrak + 0,75 mL aquades
b. 50% = 0,50 mL ekstrak + 0,50 mL aquades
c. 75% = 0,75 mL ekstrak + 0,25 mL aquades
d. 100% ekstrak
Kemudian meletakkan ekstrak perlakuan pada paper disk, setiap paper
disk diletakkan sebanyak 10 μl / 0,01 mL dan diamati kompatibilitasnya selama
24 jam.

3.2.5 Pencampuran Insektisida Nabati dan Bakteri Endofit (Pseudomonas


sp.) Untuk Aplikasi di Lahan
Menyiapkan alat dan bahan, alat yang dibutukan yaitu micropipette,
yellow tip, gelas ukur dan alat semprot. Bahan yang dibutuhkan yaitu bakteri
endofit pada media ekstrak tauge cair di erlenmeyer 100 mL yang sudah dishaker
selama 24 jam, ekstrak nabati dan air.
18

Bakteri endofit pada media ekstrak tauge cair di erlenmeyer 100 mL yang
sudah dishaker selama 24 jam diambil 2 mL dan dibuang, kemudian diambil 2 mL
ekstrak insektisida nabati dan dipindahkan pada media ekstrak tauge cair,
campurkan sampai merata. Kemudian masukkan kedalam alat semprot dan
tambahkan air sebanyak 1400 mL, jadi total campuran air, bakteri dan insektisida
nabati sebanyak 1500 mL. Pengaplikasian insektisida nabati dan bakteri
Pseudomonas sp. pada setiap petak dan perulangan masing-masing sebanyak 500
mL. Diperlukan 3 alat semprot untuk campuran insektisida nabati dan bakteri
Pseudomonas sp., 1 alat semprot kontrol campuran pestisida nabati dan air dan 1
alat semprot kontrol air (Hoesain dkk., 2021).
Aplikasi kombinasi insektisida nabati dan bakteri endofit (Pseudomonas
sp.) dalam tabung penyemprotan diharapkan terdapat 20% bahan aktif. Bahan
aktif terdiri dari 13% insektisida nabati dan 7% bakteri endofit, artinya 2 mL
insektisida nabati yang digunakan masih dalam bentuk pasta yang mana ekuivalen
(mempunyai ukuran yang sama) dengan 13% (insektisida yang sudah diencerkan
atau sudah dicampurkan dengan bakteri endoofit dan air). Menurut Nurmansyah
(2014), standart aplikasi insektisida nabati dilapang dengan konsentrasi 3%
sampai 5% dapat menurunkan populasi serangga. Maka dari itu dengan
menggunakan konsentrasi 13% diharapkan mampu memberikan hasil terbaik
untuk menekan populasi walang sangit. Jadi untuk pengujian kompatibilitas
mengunakan konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100% bertujuan untuk mengetahui
rentan terjauhnya, artinya di 25% sudah efektif atau kompatibel, maka pada saat
menggunakan konsentrasi 13% dilapangan tidak akan mempengaruhi terhadap
populasi bakterinya.

3.3 Pelaksanaan Penelitian


3.3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
yang terdiri dari 5 perlakuan dan 5 ulangan yang masing-masing diaplikasikan
pada petak yang sudah diberi kode. Penyemprotan dilakukan sebanyak 5 kali
19

dengan jarak waktu pengaplikasian yang berbeda-beda yaitu pada 46 HST, 60


HST, 74 HST, 82 HST dan 88 HST, perlakuan terdiri dari :
P1 : 2 ml pasta insektisida nabati (mimba, babadotan, pacar cina) + 98 ml bakteri
Pseudomonas sp KB14 + 1400 ml air
P2 : 2 ml pasta insektisida nabati (mimba, babadotan, pacar cina) + 98 ml bakteri
Pseudomonas sp SK14 + 1400 ml air
P3 : 2 ml pasta insektisida nabati (mimba, babadotan, pacar cina) + 98 ml bakteri
Pseudomonas sp PD + 1400 ml air
K+ : kontrol positif (insektisida nabati (mimba, babadotan, pacar cina))
K- : kontrol negatif (air)
11 m

P2U1 P2U2 P2U3 P3U4 K-

40
P3U1 K- K- c K+ P2U5

K- K+ P1U3 P2U4 P1U5

P1U1 P3U2 P3U3 20 P1U4 P3U5


c
m

K+ P1U2 K+ K- K+
28 m

3m

2,5 m

Gambar 3. Denah Lahan Percobaan penelitian


20

Penelitian dilakukan dengan cara pemetaan di lahan persawahan di Desa


Lengkong, Kecamatan Mumbulsari, Kabupaten Jember. Luas lahan padi yang
digunakan yaitu panjang 28 dengan lebar 11 meter. Terdapat 5 perlakuan dengan
masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali ulangan sehingga terdapat 25
petak sampel dengan menggunakan ukuran petak lebar 2,5 meter dengan 3 meter.
Jarak perlakuan pada petak berjarak 40 cm kesamping dan 20 cm ke belakang.
Aplikasi insektisida nabati dan bakteri endofit (Pseudomonas sp.)
dilakukan pada pagi hari yaitu sebelum jam 09.00 pagi yaitu pada saat populasi
hama walang sangit yang masih sedikit dan pada saat itu stomata (mulut daun)
terbuka. Sebab ketika stomata terbuka, cairan insektisida nabati dan bakteri
endofit (Pseudomonas sp.) akan mudah diserap oleh tanaman dan masuk kedalam
jaringan tanaman (Nurmansyah, 2014). Dengan demikian mekanisme
penghambatan atau penolakan makan yang dimiliki insektisida nabati dan bakteri
endofit (Pseudomonas sp.) dapat mempengaruhi populasi hama walang sangit.

3.4 Variabel Pengamatan


3.4.1 Kompatibilitas Insektisida Nabati dan Bakteri Pseudomonas sp.
Melihat kombinasi campuran insektisida nabati dan bakteri endofit
(Pseudomonas sp.) pada media padat dalam perlakuan dan persentasi yang
berbeda yaitu 25%, 50%, 75% dan 100%. Kompatibitas bertujuan untuk melihat
apakah pada beberapa perlakuan kombinasi campuran insektisida nabati dan
bakteri endofit (Pseudomonas sp.) pada media padat terjadi kecocokan atau tidak,
artinya apabila persentasi perlakuan campuran insektisida nabati dan bakteri
endofit (Pseudomonas sp.) tidak cocok akan muncul zona bening atau zona
hambat pada media, apabila cocok maka tidak muncul zona bening atau zona
hambat pada media (Hoesain dkk., 2020).

3.4.2 Populasi Hama Walang Sangit


Perhitungan populasi hama L. oratorius dilakukan dengan cara prosedur
dan modifikasi menurut Manopo dkk., (2013), yaitu dilakukan secara visual.
Setiap petak diambil 10 rumpun secara acak sepanjang garis diagonal yaitu pada
21

setiap sudut diambil 5 rumpun untuk diamati dan dilakukan perhitungan jumlah
individu. Perhitungan populasi dilakukan setelah aplikasi kombinasi insektisida
nabati dan bakteri endofit (Pseudomonas sp.) dengan interval waktu yang
berbeda.

3.4.3 Penentuan Intensitas Serangan Hama Walang Sangit


Pengamatan serangan hama dilakukan secara visual berdasarkan gejala
serangan walang sangit. Malai tanaman padi yang sudah terlihat gejala
serangannya dihitung satu, kemudian hitung berapa jumlah malai tanaman padi
yang terserang dari rumpun tanaman padi yang diamati. Pengamatan dilakukan
pada tanaman padi setelah dipanen. Pengambilan rumpun pada saat panen
menggunakan teknik ubinan (Said dkk., 2015). Penilaian intensitas kerusakan
dilakukan dengan pemberian skor yang menunjukkan tahap kerusakan. Nilai skor
kerusakan permalai yang digunakan dalam penelitian ini menurut Winarsih.,dkk
(2020) adalah:
0 = tidak ada kerusakan
1 = tingkat kerusakan 1 – 20%
3 = tingkat kerusakan, 21 – 40%
5 = tingkat kerusakan 41 – 60%
7 = tingkat kerusakan 61 – 80%
9 = tingkat kerusakan > 80%.
Selanjutnya untuk menghitung intensitas kerusakan permalai menurut
Sudarjat (2008) dilakukan dengan menggunakan rumus:
I = ∑(𝑛 𝑥 𝑣) 𝑥 100%
𝑍𝑥𝑁
Keterangan: I = intensitas kerusakan
n = jumlah sampel pada kategori kerusakan
V = nilai skor pada sampel
N = jumlah total sampel
Z = skor tertinggi dari katagori serangan
22

3.4.4 Tinggi Tanaman Padi


Tinggi tanaman diukur pada saat akhir dilakukannya panen. Pengukuran
dimulai dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi, dengan cara meluruskan
daun ke atas (Anhar dkk., 2011).

3.4.5 Jumlah anakan padi


Jumlah anakan padi dihitung setelah dilakukannya aplikasi kombinasi
insektisida nabati dan bakteri endofit (Pseudomonas sp.) pada umur 46 HST, 60
HST, 74 HST, 82 HST dan 88 HST. Perhitungan jumlah anakan produktif pada
petak diambil 10 rumpun secara acak sepanjang garis diagonal yaitu pada setiap
sudut diambil 5 rumpun (Sigalingging dkk., 2017).

3.4.6 Berat gabah basah


Ditimbang gabah yang masih basah per tanaman sampel (gabah baru
dipanen), satu petak diambil minimal 10 persen dr jumlah populasi, Rata-rata
berat gabah basah (t/ha) pada pengamatan umur panen (kira-kira umur 110 hst)
(Amiroh, 2018).

3.4.7 Berat 1000 Butir Gabah


Sampel gabah yang bernas diambil secara acak pada semua perlakuan lalu
ditimbang gabah yang sudah kering per perlakuan menggunakan timbangan
analitik (Amiroh, 2018).

3.4.8 Identifikasi Walang Sangit


Identifikasi walang sangit dilakukan untuk mengetahui jenis spesies
walang sangit yang menyerang pada lahan sawah di Desa Lengkong, Kecamatan
Mumbulsari, Kabupaten Jember.
23

3.5 Analisis Data


Data dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA)
untuk mengetahui perbedaan hasil disetiap perlakuan dan jika ada perbedaan yang
nyata maka akan dilanjutkan dengan uji kisaran jarak berganda Duncan (DMRT)
pada taraf 5%.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Uji Kompatibilitas Kombinasi Insektisida Nabati dan Bakteri Endofit
Uji kompatibilitas kombinasi insektisi nabati dan bakteri endofit
(Pseudomonas sp.) bertujuan untuk mengetahui kecocokan antara insektisida
nabati dan bakteri dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Berikut gambar 1
menunjukkan uji kompatibilitas kombinasi insektisida nabati dan bakteri endofit
(Pseudomonas sp.).

Gambar 4. Kompatibel dan Tidak Kompatibel Bakteri Endofit


(Pseudomonas sp.) dan Insektisida Nabati Pada Cawan Petri.
Hasil uji pendahuluan diperoleh seperti tabel 1 yang menunujukkan
kompatibel (+) atau tidak kompatibel (-) pada kombinasi insektisida nabati dengan
bakteri endofit (pseudomonas sp.) dengan menggunakan konsentrasi yang
berbeda-beda.
Tabel 1. Hasil Kompatibilitas Insektisida Nabati dan Bakteri Endofit (Pseudomonas
sp.)
Bakteri Konsentrasi Insektisida Nabati (%)
0% 25% 50% 75% 100%

KB14 (P1) + + + + +
SK14 (P2) + + + + -
PD (P3) + + + - -
Keterangan : P1 (insektisida nabati dan bakteri KB14 pseudomonas sp.)
P2 (insektisida nabati dan bakteri SK14 pseudomonas sp.)
P3 (insektisida nabati dan bakteri PD pseudomonas sp.)
K+ (insektisida nabati)
K- (air)

24
25

Berdasarkan kompatibilitas dinyataan tidak kompatibel apabila media


pada cawan petri muncul zona bening dan dikatakan kompatibel tidak muncul
zona bening. Pada Tabel 1 hasil uji kompatibilas perlakuan KB14 menunjukkan
kompatibel pada semua konsentrasi, perlakuan SK14 hanya pada konsentrasi
100% tidak kompatibel dan perlakuan PD pada konsentrasi 75% dan 100% tidak
kompatibel.

4.1.2 Populasi Hama Walang Sangit


Hasil Aplikasi kombinasi insektisida nabati dan bakteri Pseudomonas sp.
menyebabkan penurunan pada populasi hama walang sangit (L. oratorius). Hasil
data penelitian dilakukan sesudah aplikasi kombinasi insektisida nabati dan
bakteri Pseudomonas sp.. Hasil Analisis ANOVA terdapat perlakuan yang
berbeda nyata dan dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT 5% yang dilihat pada
gambar 5 berikut ini.

Gambar 5 .Rata-rata Populasi Hama Walang Sangit (perekor) Sesudah Aplikasi


26

Keterangan : P1 (insektisida nabati dan bakteri KB14 pseudomonas sp.)


P2 (insektisida nabati dan bakteri SK14 pseudomonas sp.)
P3 (insektisida nabati dan bakteri PD pseudomonas sp.)
K+ (insektisida nabati)
K- (air)

Rata-rata populasi hama walang sangit pada gambar 5 sesudah aplikasi


untuk melihat perlakuan yang paling efektif menurunkan populasi hama.
Berdasarkan gambar 5 menunjukkan adanya pengaruh pada kombinasi insektisida
nabati dan bakteri endofit (Pseudomonas sp.). Pada pengamatan dan
pengaplikasian pertama menunjukkan belum adanya walang sangit yaitu pada
padi berumur 46 HST dan tidak menunjukkan berbeda nyata pada semua
perlakuan. Kemudian populasi walang sangit muncul dan mengalami kenaikan
pada 60 HST pada perlakuan P2 (0,4) dan K- (1) dan tidak menunjukkan berbeda
nyata pada semua perlakuan. Pada aplikasi 74 HST mengalami kenaikan dan tidak
menunjukkan berbeda nyata pada semua perlakuan yaitu P1 (3,2), P2 (3,8), P3
(4), K+ (4,4) dan K- (5,6). Populasi hama walang sangit mengalami sedikit
kenaikan pada 82 HST dan mengalami perbedaan nyata pada K- (6) dengan
perlakuan P1 (3,4), P2 (3,8), P3 (3,4), sedangkan pada perlakuan K+ 5,2 tidak
berbeda nyata. Penurunan populasi walang sangit terjadi pada 88 HST untuk
semua perlakuan dan tidak berbeda nyata yaitu P1 (3), P2 (3), P3 (2), K+ (2) dan
K- (3,4).. Perlakuan yang efektif dapat dilihat pada P3 yaitu aplikasi perlakuan
insektisida nabati dan bakteri PD pseudomonas sp. karena mengelami penurunan
terus-menerus pada aplikasi 74 HST sampai 88 HST.

4.1.3 Intensitas Serangan Walang Sangit


Berdasarkan hasil ANOVA (Lampiran 14) nilai F hitung intensitas
serangan adalah 0,63 dan lebih kecil daripada F Tabel 5% yaitu 2,86 yang artinya
hasil analisis tidak berbeda nyata dengan kontrol, sehingga tidak dilanjutkan
dengan uji lanjut DMRT 5%. Persentase intensitas serangan walang sangit dapat
dilihat pada gambar 6 berikut ini.
27

Gambar 6. Persentase Intensitas Serangan L. oratorius

Keterangan : P1 (insektisida nabati dan bakteri KB14 pseudomonas sp.)


P2 (insektisida nabati dan bakteri SK14 pseudomonas sp.)
P3 (insektisida nabati dan bakteri PD pseudomonas sp.)
K+ (insektisida nabati)
K- (air)

Persentase intensitas serangan yang ditunjukkan pada gambar 6 cukup


berbeda-beda. Persentasi intensitas serangan tertinggi terjadi pada (K-) yaitu
perlakuan hanya air sebesar 1,49%. Perlakuan yang memiliki intensitas serangan
paling sedikit adalah pada perlakuan insektisida nabati dan bakteri PD
pseudomonas sp. (P3) yaitu hanya sebesar 0,56%. Perlakuan kombinasi
insektisida nabati dan bakteri KB14 pseudomonas sp. (P1) merupakan perlakuan
terbaik kedua dengan persentasi insektisitas serangan hanya 0,74% dan memiliki
selisih persentase dengan perlakuan insektisida nabati dan bakteri PD
pseudomonas sp. (P3) sebesar 0,18%. Hal ini mengindikasikan bahwa perlakuan
insektisida nabati dan bakteri PD pseudomonas sp. (P3) adalah yang paling efektif
dalam mengurangi insektisitas serangan akibat hama walang sangit (L. oratorius).
28

4.1.4 Tinggi Tanaman Padi


Aplikasi kombinasi insektisida nabati dengan bakteri pseudomonas sp.
memiliki pengaruh terhadap tinggi tanaman padi. Hasil perhitungan analisis
ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan sehingga
diperlukan uji lanjut menggunakan uji DMRT dengan taraf 5% (lampiran 16)
disajikan pada gambar 7.

Gambar 7. Rata-rata Tinggi Tanaman Padi Pada Perlakuan Kombinasi Insektisida


Nabati dan Bakteri Pseudomonas sp.
Keterangan : P1 (insektisida nabati dan bakteri KB14 pseudomonas sp.)
P2 (insektisida nabati dan bakteri SK14 pseudomonas sp.)
P3 (insektisida nabati dan bakteri PD pseudomonas sp.)
K+ (insektisida nabati)
K- (air)

Berdasarkan hasil penelitian rata-rata tinggi tanaman padi pada gambar 7


menunjukkan berbeda nyata dari antar perlakuan. Perlakuan K- (kontrol) 114,56
cm tidak berbeda nyata dengan P2 115,7 cm, kemudian K+ 117,85 cm tidak
berbeda nyata dengan P3 118,25 cm dan P2 115,75 cm. Tanaman tertinggi pada
perlakuan P1 121,00 cm yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan P3 118,25
29

cm. Perbedaan rata-rata tinggi tanaman padi dapat dilihat pada notasi yang
berbeda dari nilai hasil uji analisis DMRT taraf 5%.

4.1.5 Jumlah Anakan


Hasil analisis ANOVA pengaruh kombinasi insektisida nabati dan bakteri
Pseudomonas sp. terhadap jumlah anakan pada tanaman padi menunjukkan
berbeda nyata sehingga diperlukan uji lanjut menggunakan uji DMRT dengan
Taraf 5 % (lampiran 18) disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah anakan pada Aplikasi Kombinasi Insektisida Nabati dan Bakteri
Pseudomonas sp.
Perlakuan Pengamatan Ke-
1 2 3 4 5
(46 HST) (60 HST) (74 HST) (82 HST) (88 HST)
KB14 (P1) 28,74 b c 33,14 c
38,62 32,26 34,24

SK14 (P2) 26,70 ab b 33,28 bc


36,78 31,14 33,42

PD (P3) 26,64 ab bc 33,36 bc


36,82 31,48 33,70

K+ 27,86 ab b 32,68 ab
36,22 30,96 32,94

K- 28,10 a a 33,28 a
35,08 29,52 32,32

*Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada
uji duncan taraf kepercayaan 95%.
Keterangan : P1 (insektisida nabati dan bakteri KB14 pseudomonas sp.)
P2 (insektisida nabati dan bakteri SK14 pseudomonas sp.)
P3 (insektisida nabati dan bakteri PD pseudomonas sp.)
K+ (insektisida nabati)
K- (air)

Jumlah anakan dihitung setelah aplikasi kombinasi insektisida nabati dan


bakteri Pseudomonas sp. perhitungan diambil 10 rumpun secara acak sepanjang
garis diagonal yaitu pada setiap sudut diambil 5 rumpun. Berdasarkan hasil uji
DMRT 5% pada pengamatan setelah aplikasi pertama dan ke 4 tidak terjadi
perbedaan yang nyata antar perlakuan. Pada pengamatan ke 2 setelah aplikasi
30

terdapat perbedaan yang nyata pada perlakuan P1 (38,62) dengan K- (35,08),


sedangkan pada perlakuan P2 (38,62), P3 (36,82), dan K+ (36,22) tidak berbeda
nyata. Pengamatan ke 3 setelah aplikasi K- (kontrol) (29,52) berbeda nyata
dengan semua perlakuan lainnya yaitu P1 (32,26), P2 (31,14), P3 (31,48) dan K+
(30,96). Pada pengamatan ke 5 setelah aplikasi K- (kontrol) (32,32) berbeda
nyata dengan perlakuan P1 (34,24), P2 (33,42) dan P3 (33,70), akan tetapi tidak
berbeda nyata dengan K+ (32,94). Sama halnya dengan K+ berbeda nyata dengan
P1 (34,24).

4.1.6 Berat Gabah Basah


Berdasarkan hasil analisis ANOVA menunjukkan bahawa aplikasi
kombinasi insektisida nabati dan bakteri Pseudomonas sp. tidak memiliki
pengaruh terhadap berat gabah basah tanaman padi (lampiran 19), sehingga tidak
diperlukan uji lanjut menggunakan uji DMRT dengan taraf 5 %.

Gambar 8. Rata-rata Berat Gabah Basah (gram) Pada Perlakuan Kombinasi


Bakteri Pseudomonas sp. dan Insektisida Nabati.
Keterangan : P1 (insektisida nabati dan bakteri KB14 pseudomonas sp.)
P2 (insektisida nabati dan bakteri SK14 pseudomonas sp.)
P3 (insektisida nabati dan bakteri PD pseudomonas sp.)
K+ (insektisida nabati)
K- (air)
31

Berdasarkan gambar 8 aplikasi kombinasi insektisida nabati dan bakteri


Pseudomonas sp. tidak berbeda nyata pada berat gabah basah yang menunjukka
ada notasi yang sama pada setiap perlakuan. Berat gabah tertinggi pada perlakuan
K- sebesar 686,69 gram, kemudian diikuti oleh perlakuan K+ 665,26 gram, P3
653,90 gram, P1 605,44 dan P2 508,80 gram.

4.1.7 Berat 1000 Butir Gabah


Aplikasi kombinasi insektisida nabati dan bakteri Pseudomonas sp. tidak
memiliki pengaruh terhadap berat 1000 gabah tanaman padi. Hasil perhitungan
analisis ANOVA menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata antar
perlakuan sehingga tidak diperlukan uji lanjut menggunakan uji DMRT dengan
taraf 5 % (lampiran 20).

Gambar 9. Rata-rata Berat 1000 Gabah (Gram) Pada Perlakuan Kombinasi


Insektisida Nabati dan Bakteri Pseudomonas sp..
Keterangan : P1 (insektisida nabati dan bakteri KB14 pseudomonas sp.)
P2 (insektisida nabati dan bakteri SK14 pseudomonas sp.)
P3 (insektisida nabati dan bakteri PD pseudomonas sp.)
K+ (insektisida nabati)
K- (air)
32

Berdasarkan gambar 9 aplikasi kombinasi insektisida nabati dan bakteri


Pseudomonas sp. tidak berbeda nyata pada berat 1000 gabah yang menunjukka
adanya notasi yang sama pada setiap perlakuan. Berat 1000 gabah tertinggi pada
perlakuan P3 sebesar 37,12 gram, kemudian diikuti oleh perlakuan K- 35,24
gram, K+ 34,95 gram, P2 34,30 gram dan P1 33,16 gram.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Kompatibilitas Insektisida Nabati dan Bakteri Endofit (Pseudomonas
sp.)
Berdasarkan tabel 1 kompatibilitas kombinasi insektisida nabati dan
bakteri endofit (Pseudomonas sp.) pada perlakuan KB14 (P1) dengan konsentrasi
25%, 50%, 75%, dan 100% menunjukkan kompatibel pada semua perlakuan
dengan simbol +. Pada perlakuan SK14 (P2) konsentrasi 25%, 50%, 75%
menunjukkan kompatibel dengan simbol +, sedangkan pada konsentrasi 100%
menunjukkan tidak kompatibel dengan simbol -, Kemudian pada perlakuan PD
(P3) kompatibel pada konsentrasi 25% dan 50% kompatibel dengan simbol + dan
pada konsentrasi 75% dan 100% tidak kompatibel dengan simbol -.
Dapat diketahui bahwa kompatibilitas yang terbaik pada perlakuan (P1)
insektisida nabati dan bakteri endofit (Pseudomonas sp.) KB14 yang
menunjukkan kompatibel pada semua konsentrasi. Kompatibilitas berhubungan
dengan kecocokan antar kombinasi insktisida nabati dan bakteri endofit
(Pseudomonas sp.) yang dilihat dari munculnya zona bening atau tidak
munculnya zona bening yang ada pada cawan petri. Munculnya zona bening
dikarenakan adanya aktivitas antibakteri yang dimiliki oleh insektisida nabati.
Menurut Rastina dkk., (2015), penghambatan yang terjadi pada bakteri endofit
(Pseudomonas sp.) karena adanya senyawa aktif yang dimiliki oleh insektisida
nabati seperti flavonoid, alkaloid, dan fenolik yang bersifat antibakteri.
Konsentrasi ekstrak dari insektiisida nabati juga berpengaruh pada diameter daya
hambat yang semakin luas.
Tidak munculnya zona bening karena bakteri endofit sendiri secara
genetik tahan, kandungan senyawa aktif insektisida nabati tidak mengandung
33

antibakteri yang berbahaya, serta kemampuan bakteri endofit untuk memproduksi


biofilm. Biofilm adalah senyawa yang diproduksi mikroorganisme atau mikroba
terutama dari golongan bakteri yang menempel pada permukaan sel yang
digunakan sebagai mekanisme bertahan hidup. Biofilm hampir bisa diproduksi
oleh seluruh bakteri (Hoesain dkk., 2021).

4.2.2 Populasi Hama Walang Sangit


Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan populasi walang sangit
adalah ketersedian makanan, lingkungan dan teknik budidaya padi. Kebiasaan
hama khususnya walang sangit selalu mencari dan berkumpul pada suatu tempat
yang memiliki ketersedian makanan yang cukup. Faktor lingkungan juga
mempengaruhi aktivitas walang sangit seperti suhu, kelembaban dan cahaya
(Nofiardi dkk., 2016).
Perlakuan pada kombinasi insektisida nabati dengan bakteri endofit
mampu menekan populasi hama di lahan padi konvensional. Menurut Listianti
dkk (2019), insektisida nabati ini diduga mampu mengendalikan hama utama
tanaman padi yaitu walang sangit dengan cara menghambat proses pencernaan
dari hama apabila memakan organ tanaman yang sudah diaplikasian insektisida
nabati. Sedangkan pengaruh bakteri endofit pada serangan walang sangit melalui
ponalakan dengan cara pengurangan nafsu makan, penurunan kecepatan
pertumbuhan dan ketahanan hidup, sehingga populasi serangga turun. Hal tersebut
seringkali disebabkan adanya senyawa bioaktif yang beracun yang dihasilkan oleh
endofit (Yulianti, 2013).
Berdasarkan rata-rata populasi hama walang sangit sesudah aplikasi pada
gambar 5 menunjukkan adanya perubahan populasi hama walang sangit yang naik
turun. Pada 46 HST populasi walang sangit belum ada, namun pada 60 HST
menunjukkan adanya populasi walang sangit yang terdapat pada perlakuan K- (1)
dan P2 (0,4). Populasi walang sangit meningkat pada 74 HST P1 (3,2), P2 (3,8),
P3 (4), K+ (5,2) dan K- (5,6) karena pada saat itu tanaman padi memasuki stadia
masak susu (Maulana dkk., 2017). Kenaikan populasi walang sangit terjadi
sampai umur 82 HST pada perlakuan P1 (3,4), P2 (3,8), K+ (5,2) dan K- (6),
34

namiun pada perlakuan P3 mengalami penurunan yaitu (3,4). Menurut Dewidna


dkk., (2013), Populasi hama walang sangit meningkat dikarenakan padi yang siap
untuk panen, sehingga hama walang sangit berkumpul untuk mencari makan dan
berkembang biak.
Penurunan populasi walang sangit terjadi pada 88 HST untuk semua
perlakuan yaitu P1 (3), P2 (3), P3 (2,2), K+ (2,2) dan K- (3,4). Perlakuan yang
efektif dapat dilihat pada P3 yaitu perlakuan dengan kode PD karena penurunan
populasi pada saat aplikasi mengalami penurunan terus-menerus. Populasi walang
sangit pada gambar 6 mengalami naik turun, hal ini sesuai dengan penelitian
menurut Tampubolon dkk., (2018), mekanisme insektisida nabati dalam
mengendalikan hama tergolong lambat dan tidak langsung mematikan
dikarenakan bersifat racun saraf dan lambung, sehingga mengganggu koordinasi
saraf dan pencernaan hama. Penurunan populasi hama walang sangit karena
adanya aplikasi kombinasi insektisida nabati dan bakteri endofit (Pseudomonas
sp.) pada lahan diketahui sebagai penolak dan penghambatan makan. Selain
adanya aplikasi kombinasi insektisida nabati dan bakteri endofit, penurunan
populasi walang sangit terjadi pada pengamatan terakhir karena biji padi yang
menjadi bahan makanan sudah mulai mengeras.
Spesies populasi walang sangit yang terdapat di lahan persawahan
lengkong adalah Leptocorisa oratorius. Ciri khas dari L. oratorius adalah titik
berwarna coklat kehitaman pada abdomen bagian ventral-lateral tubuhnya. Secara
umum, tubuh berbentuk robust (lonjong) dengan sayap membraneous. Warna
tubuh bervariasi; hijau untuk nimfa, dan kecokelatan untuk imago. Ukuran tubuh
jantan lebih besar daripada betina, yaitu panjang tubuh betina antara 17,50–18,00
mm; lebar tubuh betina antara 2,40–3,00 mm; panjang tubuh jantan antara 18,00–
19,50 mm dan lebar antara 1,95–2,00 mm. Rentang hidup serangga dewasa dapat
mencapai 50 sampai 83 hari (Hosamani dkk., 2009).
35

Gambar 10. Identifikasi Walang Sangit (Leptocorisa oratorius F).

4.2.3 Intensitas Serangan Hama Walang Sangit


Pada gambar 6 menunjukkan bahwa intensitas serangan walang sangit per
rumpun masih kategori ringan. Rata-rata intensitas serangan walang sangit
menunjukkan pada perlakuan P1 (0,74%), P2 (1,02%), P3 (0,56%), K+ (1,27%),
K- (1,49%). Intensitas walang sangit tertinggi ada pada perlakuan K- yaitu
perlakuan air kemudian diikuti oleh perlakuan K+ perlakuan insektisida nabati,
kemudian perlakuan P2 yaitu kombinasi insektisida nabati dan bakteri SK14
pseudomonas sp. yang diikuti dengan perlakuan P1 kombinasi insektisida nabati
dan bakteri KB14 pseudomonas sp. dan P3 kombinasi insektisida nabati dan
bakteri PD pseudomonas sp. merupakan perlakuan dengan intensitas terendah.
Hasil analisis ANOVA (lampiran 14) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi
insektisida nabati dan bakteri endofit tidak berpengaruh nyata terhadap intensitas
serangan hama walang sangit di Lengkong.
Perbedaan intensitas serangan hama walang sangit pada tanaman padi
disebabkan oleh beberapa perlakuan. Perlakuan kombinasi insektisida nabati dan
bakteri endofit terbukti mampu mengurangi serangan hama walang sangit
dibandingkan dengan perlakuan air dan pestisida nabati saja. Menurut Novizan
(2002), insektisida nabati berfungsi sebagai penolak kehadiran serangga, terutama
disebabkan baunya yang menyengat, mencegah serangga memakan tanaman yang
telah disemprot, terutama disebabkan rasanya yang pahit mencegah serangga
meletakkan telur dan menghentikan proses penetasan telur, racun saraf,
mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga dan sebagai pemikat
kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga.
36

Sedangkan fungsi bakteri endofit mengurangi kerusakan tanaman dari


serangan serangga herbivora melalui penghindaran (penolakan): pengurangan
nafsu makan, penurunan kecepatan pertumbuhan, serta penurunan oviposisi, dan
ketahanan hidup, sehingga populasi serangga turun. Hal tersebut seringkali
disebabkan adanya senyawa bioaktif yang beracun yang dihasilkan oleh endofit.
Ada empat kelompok senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai racun bagi
serangga, yaitu peramin, ergovalin, indole diterpenoids, dan lolin (Caradus, 2012).
Maka fungsi masing-masing insektisida nabati dan bakteri endofit apabila
dikombinasikan terbukti mampu mengurangi kerusakan pada tanaman padi yang
diakibatkan oleh walang sangit. Menurut Hardi dan Anggraini (2014), tingkat
kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan hama ditentukan oleh jumlah populasi.
Apabila populasi relatif kecil, maka kerusakan yang ditimbulkan secara ekonomis
tidak berarti, sebaliknya apabila populasi terus meningkat maka akan
menimbulkan kerusakan yang diperhitungkan secara ekonomis sangat berarti.

4.2.4 Tinggi Tanaman


Aplikasi kombinasi insektisida nabati dengan bakteri endofit
(pseudomonas sp.) memiliki pengaruh terhadap tinggi tanaman padi. Hasil
perhitungan analisis ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antar
perlakuan (lampiran 15). Pada gambar 7 dapat diketahui bahwasannya kombinasi
insektisida nabati dengan bakteri endofit memberikan respon yang beragam
terhadap tinggi tanaman padi. Tanaman padi yang diberi perlakuan P1 (121) cm
merupakan tanaman dengan rata-rata tinggi tanaman paling tinggi dibandingkan
dengan tanaman yang diberi perlakuan lainnya. Selanjutnya, tanaman dengan
tinggi tanaman tertinggi ke-2 adalah tanaman padi yang diberi perlakuan
menggunakan kombinasi P3. Rata-rata tinggi tanaman pada padi dengan
perlakuan P3 adalah (118,25) cm, K+ (117,85) cm, P2 (115,75) cm dan K-
(114,56) cm.
Secara statistik, tanaman dengan perlakuan P2 yaitu kombinasi insektisida
nabati dan bakteri endofit tidak memberikan hasil yang berbeda nyata jika
dibandingkan dengan K-. Hal ini diduga dipengaruhi oleh faktor kandungan air
37

dan nutrisi pada medium percobaan. Tanaman padi mengeluarkan eksudat akar
yang diduga komposisinya menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri
endofit uji pada perlakuan P2, sehingga nutrisi berupa larutan hara tidak dapat
disintesis dan ditransfer ke dalam jaringan tanaman, yang mempengaruhi
rendahnya tinggi tanaman. (Ramadhan dkk., 2017). Eksudat yang dihasilkan
tanaman dengan komposisi berbeda-beda mampu meningkatkan perkembangan
mikroba tertentu dan menghambat perkembangan mikroba lainnya (Husein dkk.,
2008).
Berbeda dengan tanaman yang diberi perlakuan P1, P3, dan K+ yang
secara statistik berbeda nyata dengan K-. Rata-rata tinggi tanaman P1 memiliki
nilai 5,62 cm lebih tinggi dibandingkan K-. Rata-rata tinggi tanaman P3 memiliki
nilai 3,22 cm lebih tinggi dibanding K- dan juga rata-rata tinggi K+ memiliki nilai
yang lebih tinggi dibanding dengan K- yaitu 2,87 cm. Menurut Gusmaini dkk.,
(2013), bakteri endofit yang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi
tanaman padi, diduga strain bakteri endofit yang hidup di dalam jaringan tanaman
yang sehat memacu pertumbuhan tanaman dengan menghasilkan senyawa-
senyawa zat pengatur tumbuh seperti IAA, GA, dan Sitokinin. Sebagai agen
pemicu pertumbuhan tanaman, pseudomonas sp. banyak dilaporkan menghasilkan
fitohormon dalam jumlah besar khususnya IAA (Indoleacetic Acid) untuk
merangsang pertumbuhan yaitu asam giberelin, sitokinin dan etilen serta
melarutkan fosfat, kalium atau nutrien lain sehingga tersedia bagi tanaman (Dey et
al., 2004).

4.2.5 Jumlah Anakan


Perlakuan kombinasi insektisida nabati dengan bakteri endofit
memberikan respon yang beragam pada jumlah anakan pada tanaman padi. Pada
pengamatan pertama diketahui rata-rata jumlah anakan tertinggi terdapat pada P1
(28,10), diikuti oleh K- (28,10), K+ (27,86), P2 (26,70), dan P3 (26,64). Pada
pengamatan kedua diketahui jumlah anakan tertinggi terdapat pada P1 (38,62),
diikuti oleh P3 (36,82), P2 (36,78), K+ (36,22) dan K- (35,08). Pada pengamatan
ketiga diketahui rata-rata jumlah anakan tertinggi terdapat pada P1 (32,26), diikuti
38

oleh P3 (36,82), P2 (31,14), K+ (30,96) dan K- (29,52). Pada pengamatan


keempat diketahui rata-rata jumlah anakan tertinggi terdapat pada P3 (33,36),
diikuti oleh P2 (33,28) dan K- (33,28), P1 (33,14) dan K+ (32,68). Pada
pengamatan kelima diketahui rata-rata jumlah anakan tertinggi terdapat pada P1
(34,24), P3 (33,70), P2 (33,42), K+ (32,94) dan K- (32,32).
Meskipun terdapat perbedaan jumlah anakan, namun demikian secara
statistik jumlah anakan pada tiap perlakuan di pengamatan pertama tidak berbeda
nyata. Selanjutnya, pada pengamatan ke-2, pengaruh perlakuan mulai terlihat
nyata. Kombinasi insektisida nabati dengan bakteri endofit memberikan hasil
yang berbeda nyata dengan tanaman kontrol. Perlakuan yang memberikan hasil
berbeda nyata secara statistik pada pengamatan ke-2 adalah P1. Jika dibandingkan
dengan K-, maka jumlah anakan pada tanaman dengan perlakuan P1 di
pengamatan ke-2 memberikan jumlah 10,09 lebih banyak. Perlakuan berbeda
nyata secara statistik juga terdapat pada pengamatan ke-3 adalah P1 dengan K-,
maka jumlah anakan pada tanaman dengan perlakuan P1 di pengamatan ke-3
memberikan jumlah 9,28 lebih banyak dibanding dengan K-. Pada pengamtan ke-
4 tidak berbeda nyata. Namun pada pengamatan ke-5 pada perlakuan P1, P2 dan
P3 berbeda nyata dengan perlakuan K-. Jumlah anakan pada tanaman dengan
perlakuan P1 di pengamatan ke-5 memberikan jumlah 5,94 lebih banyak
dibanding K-. Jumlah anakan pada tanaman dengan perlakuan P2 di pengamatan
ke-5 memberikan jumlah 3,40% lebih tinggi dibanding K- dan jumlah anakan
pada tanaman dengan perlakuan P3 di pengamatan ke-5 memberikan jumlah 4,26
lebih banyak dibanding K-.
Varietas yang digunakan pada lahan sawah di Lengkong yaitu varietas
payapo yang anakan produktifnya 15-18 batang. Namun pada perlakuan
kombinasi pestisida nabati dan bakteri endofit lebih dari jumlah anakan varietas
payapo pada umumnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Marlinah dkk
(2012), bahwa perlakuan penggunaan insektisida nabati pada tanaman padi
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman padi tersebut tetapi
pengaruhnya tidak signifikan. Menurut Rainiyati (2013), insektisida nabati tidak
mempengaruhi langsung jumlah anakan produktif karena jumlah anakan produktif
39

berkolerasi dengan jumlah anakan maksimum. Selain itu dinyatakan bahwa bahwa
pertumbuhan anakan padi sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara, air,
cahaya, jarak tanam, dan hama penyakit.
Kemampuan bakteri endofit dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman
padi telah banyak dilaporkan termasuk dalam mengurangi dampak salinitas.
Bakteri endofit pada umumnya memiliki kemampuan dalam mengikat N2 di
udara, namun beberapa peneliti melaporkan bahwa peningkatan pertumbuhan
tanaman lebih pada kemampuan mikrob dalam menghasilkan zat pengatur tumbuh
yang berupa hormon seperti giberelin dan mampu meningkatkan jumlah anakan
sehingga berpotensi digunakan sebagai pupuk hayati (Zain dkk., 2018).

4.2.6 Berat Gabah Basah


Berdasarkan hasil analisis ANOVA menunjukkan bahawa aplikasi
kombinasi insektisida nabati dengan bakteri endofit (pseudomonas sp.) tidak
memiliki pengaruh terhadap berat gabah basah tanaman padi, sehingga tidak
diperlukan uji lanjut menggunakan uji DMRT dengan taraf 5 % (lampiran 19).
Berdasarkan gambar 8 menyatakan bahwa perlakuan K- (air) lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan K+ (insekta nabati), P1 (kombinasi insektisida
nabati dan bakteri endofit), P2 (kombinasi insektisida nabati dan bakteri endofit),
P3 (kombinasi insektisida nabati dan bakteri endofit).
Hal ini dapat diketahui pada kombinasi insektisida nabati dan bakteri
endofit (pseudomonas sp.) tidak mempengaruhi pada berat gabah basah. Hal ini
diketahu berat gabah basah tertinggi yaitu pada perlakuan K- (686,69) gram, K+
(665,26) gram, P3 (653,90) gram, P1 (605,44) gram, dan P2 (508,80) gram. Hal
ini berbanding terbalik dengan pernyataan menurut Zakiyah dan Hoesain (2013),
menjelaskan bahwa terdapat keterkaitan antara intensitas serangan walang sangit
dengan hasil panen. Hasil panen yang tinggi diakibatkan oleh intensitas serangan
walang sangit yang rendah dan jika hasil panen rendah diakibatkan oleh intensitas
serangan walang sangit yang tinggi.
40

4.2.7 Berat 1000 Butir Gabah


Aplikasi kombinasi insektisida nabati dengan bakteri endofit
(pseudomonas) tidak memiliki pengaruh terhadap berat 1000 gabah tanaman padi.
Hasil perhitungan analisis ANOVA menunjukkan tidak adanya perbedaan yang
nyata antar perlakuan (lampiran 20). Berdasarkan gambar 9, rata-rata berat 1000
biji gabah tidak berbeda nyata, yaitu berat yang paling besar pada perlakuan P3
(37,12) gram kemudian diikuti dengan K- (35,24) gram, K+ (34,95) gram, P2
(34,30) gram dan yang paling sedikit pada perlakuan P1 (33,16) gram. Perbedaan
berat 1000 butir antar masing-masing perlakuan dapat disebabkan ukuran biji dan
isi pada setiap butir padi yang berbeda. Berat atau besarnya biji padi dapat
dipengaruhi beberapa faktor diantaranya yaitu : umur biji, waktu pemanenan,
lama biji di lapangan sesudah masak, dan lingkungan.
Jika dikaitkan dengan umur transplantasi benih, semakin tua umur benih
maka biomassa biji akan semakin menurun, hal ini dikarenakan lama kesempatan
pengisian biji menjadi lebih cepat sehingga akan berdampak terhadap jumlah dan
berat biji yang dihasilkan. Menurut Chistanto dan Agung (2014), bahwa umur
benih muda berpengaruh terhadap peningkatan bobot 1000 butir gabah setelah
panen. Jika dianalisis lebih lanjut berat 1000 butir yang diperoleh ternyata
berkorelasi positif dengan anakan produktif yang pertama kali muncul.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kemunculan
anakan produktif pada saat fase vegetatif berpengaruh nyata terhadap kualitas biji
yang akan dihasilkan.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Pada uji kompatibilitas dilihat dari tumbuhnya zona bening pada media atau
tidak yang terbaik yaitu pada perlakuan KB14 (P1) yaitu pada konsentrasi
25%, 50%, 75% dan 100% mengalami kecocokan pada semua konsentrasi
karena tidak munculnya zona bening pada semua perlakuan.
2. Aplikasi kombinasi insektisida nabati dan bakteri endofit (Pseudomonas sp.)
berpengaruh nyata dan efektif untuk mengendalikan terhadap populasi walang
sangit pada perlakuan P3 dan tidak berbeda nyata pada intensitas serangan.
Namun, intensitas serangan paling rendah pada perlakuan P3.
3. Aplikasi kombinasi insektisida nabati dan bakteri endofit (Pseudomonas sp.)
berpengaruh nyata dan efektif terhadap jumlah anakan yaitu pada perlakuan P3
pada pengamatan dan aplikasi ke-2 sampai ke-5 dan berpengaruh nyata pada
tinggi tanaman pada perlakuan P1 paling tinnggi. Pada berat gabah basah dan
berat 1000 gabah Aplikasi kombinasi insektisida nabati dan bakteri endofit
(Pseudomonas sp.) tidak berpengaruh nyata.

5.2 Saran
Hasil penelitian ini masih perlu untuk diteliti lagi pada setiap bakteri
endofit (Pseudomonas sp.) agar lebih mampu melihat kandungan dan mekanisme
kerja secara spesifik, khususnya senyawa aktif untuk mengendalikan hama dan
untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu, perlu diteliti uji daya simpan dari
kombinasi insektisida nabati dan bakteri endofit agar nantinya kombinasi ini
menjadi produk yang dapat diaplikasikan di tingkat petani.

41
DAFTAR PUSTAKA

Abadi. H. N, Lyswiana. A, Helda. O. R. 2019. Uji Efektivitas Beberapa Pestisida


Nabati Terhadap Hama Wereng Coklat (Nilaparvata lugens) Pada
Tanaman Padi (Oryza Sativa L.). Proteksi Tanaman Tropika, 2 (2) : 115-
117.

Afifah. F, Yuni. S. R dan Ulfi. F. 2015. Efektifitas Kombinasi Filtrot Daun


Tembakau (Nicotiana tabbacum) dan Filtrat Daun Paitan (Thitonia
diversifolia) Sebagai Pestisida Nabati Hama Walang Sangit (Leptocorisa
oratorius) Pada Tanaman Padi. Lentera Bio, 4 (1) : 25-31.

Ahemad, M., and M. Kibret. 2014. Mechanisms and Applications Of Plant


Growth Promoting Rhizobacteria: Current Perspective. King Saud, 26 (1) :
1–20.

Asyiah IN, Soekarto, Husain M, Iqbal M, Hindersah R,Narulita E, Mudakir


I. 2018. The endophytic bacteria isolation as biological control agent of
Pratylenchus coffeae. Asian Journal of Microbiology, Biotechnology and
Environmental Sciences 20 (1): 165-171.

Anggara. B. S, Yuliani, L. Lisdiana. 2014. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri


Endofit Penghasil Hormon Indole Acetic Acid dari Akar Tanaman Ubi
Jalar. LenteraBio, 3 (3) : 160-167.

Anggraito. Y. U, R. Susanti, R. S. Iswari. 2018. Metabolit Sekunder dari Tanaman


: Aplikasi dan Produksi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
: Universitas Negeri Semarang.

Anhar. A, F. Doni dan L. Advinda. 2011. Respons Pertumbuhan Tanaman Padi


(Oryza sativa L.) Terhadap Introduksi Pseudomonad Fluoresen.
EKSAKTA, 1(12).

Ariyanti. R, Elvi. Y, Shinta. E. 2017. Pembuatan Pestisida Nabati dengan Cara


Ekstraksi Daun Pepaya dan Belimbing Wuluh. FTEKNIK, 4 (2) : 1-9.

As’ad. M. F, Kaidi dan M. Syarief. 2018. Status Resistensi Walang Sangit


(Leptocorisa acuta F.) Terhadap Insektisida Sintetik dan Kepekaannya
terhadap Beauveria bassiana pada Tanaman Padi. Applied Agricultural
Sciences, 2(1) : 79-86.

Asri dan Zulaikah. 2016. Sinergisme Antar Isolat Azotobacter Yang


Dikonsorsiumkan. Sains dan Seni ITS, 5(2).

42
43

Badaring. D. R, M. Fiqriansyah. W, Arsad Bahri. 2020. Identifikasi Morfologi


Mikroba Pada Ruangan Water Closet Jurusan Biologi Universitas Negeri
Makassar. Prosiding Seminar Nasional Biologi FMIPA UNM, 161-168.

Bhardwaj, D., M.W. Ansari, R.K. Sahoo, and N. Tuteja. 2014. Biofertilizers
Function As Key Player In Sustainable Agriculture By Improving Soil
Fertility, Plant Tolerance and Crop Productivity. Microbial Cell Factories,
13: 66.

Caradus, J 2012, Grass endophytes for insect management and improved pasture
productivity, Grasslanz Technology.

Christanto, H dan Agung, I.G.A.M. 2014. Jumlah bibit per lubang dan jarak
tanam berpengaruh terhadap hasil padi gogo (Oryza sativa L.) dengan
sistem of rice intensification (SRI) di lahan kering. Jurnal Bumi Lestari
14(1) : 1-8.

Dewidna, S., Jasmi., dan Indriati, G. 2013. Kepadatan Populasi Walang Sangit
(Leptocorisa Acuta Thunb) (Hemiptera ; Alydidae) Pada Tanaman Padi Di
Kenagarian Koto Nan Tigo Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir
Selatan. Pendidikan Biologi, STKIP PGRI Sumbar, 2 (2).

Dey, R., K. K. Pal, D. Bhatt, M., S. M. Chauhan, 2004. Growth Promotion and
Yield Enhancement of Peanut (Arachis hypogeal L.) by application of
plant growth promoting rhizobacteria. Microbiol Res, 159: 371-394.

Dutta S, Roy N. 2016. Life Table and Population Dynamics of a Major Pest,
Leptocorisa acuta (Thunb.)(Hemiptera: Alydidae), on Rice and Non Rice
System. India: M.U.C. Women’s College. Int. J. Pure App. Bioci, 4(1):
199-207.

Efri, Titik. N. A, T. Maryono dan Eko. R. 2017. Pengaruh Fraksi Ekstrak Daun
Pacar Cina (Aglaia Odorata L.) Terhadap Pertumbuhan Colletotrichum
Capsici Penyebab Penyakit Antraknosa Pada Cabai (Capsicum Annuum
L.) Secara In Vitro. HPT Tropika, 17 (2) : 105-110.

Ermiati. 2017. Analisis Finansial Penggunaan Pestisida Nabati Pada Usahatani


Jahe Putih Besar (Studi Kasus Kecamatan Tanjungkerta, Sumedang).
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 28 (2) : 199-209.

Erwinatun. W, Rosma. H, Agus. M. H dan Lestari. W. 2018. Uji Efikasi Ekstrak


Daun Mimba, Daun Mengkudu dan Babadotan Terhadap Mortalitas Larva
Crocidolomia binotalis Zell. Di Laboratorium. Agrotek Tropika, 6 (3) :
161-167.
44

Etminani. F and Behrouz. H. 2018. Isolation and Identification of Endophytic


Bacteria with Plant Growth Promoting Activity and Biocontrol Potential
from Wild Pistachio Trees. Plant Pathology Journal, 34(3): 208–217.

Gazali. M, Hayatun. N, Nurjanah, Zurit. 2019. Eksplorasi Senyawa Bioaktif


Ekstrak Daun Nipah (Nypa Fruticans Wurmb) Asal Pesisir Aceh Barat
Sebagai Antioksidan. JPHPI, 22 (1) : 155-163.

Gusmani, Aziz. S. A, Munif. A, Sopandie. D, dan Bermawie. N. 2013. Potensi


Bakteri Endofit Dalam Upaya Meningkatkan Pertumbuhan Kandungan
Andrografolid Pada Tanaman Sambiloto. Littri, 19(4) : 167-177.

Hallmann, J., Quadt-Hallmann, A., Mahaffee, W.F. and Kloeppe r, J.W. 1997.
Bac terial endophytes in agricultural crops. Canadian Journal of
Microbiology. 43 : 895-914.

Hanif. A, Bonny. P. W. S dan Abdul. M. 2016. Seleksi Bakteri Endofit Penghasil


Senyawa Metabolit Untuk Pengendalian Cendawan Patogen Terbawa
Benih Jagung. Fitopatologi, 12 (5) : 149-158.

Hanudin, Marwoto. B, Hersanti dan Muharam. 2012. Kompatibilitas Bacillus


Subtilis, Pseudomonas Fluorescens, Dan Trichoderma Harzianum Untuk
Mengendalikan Ralstonia Solanacearumpada Tanaman Kentang. Hort,
22(2) : 172-179.

Hanudin, Kurniawan. B dan Budi. M. 2018. Potensi Beberapa Mikroba Pemacu


Pertumbuhan Tanaman Sebagai Bahan Aktif Pupuk dan Pestisida Hayati. ,
37 (2) : 59-70.

Hardi, T.W., dan Illa Anggraini. 2014. Pengendalian Hama Ulat Jengkal pada
Sengon dengan Ekstrak Daun Suren can Cuka Kayu. Balai Besar
Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Ciamis.

Harni. R. 2016. Prospek Pengembangan Bakteri Endofit Sebagai Agens Hayati


Pengendalian Nematoda Parasit Tanaman Perkebunan. Perspektif, 15 (1) :
31-49.

Hoesain. M, Sigit Prastowo, Suharto, Ankardiansyah Pandu Pradana , Iis Nur


Asyiah, Fariz Kustiawan Alfarizy, Muh Adiwena. 2021. Combination of
plant growth-promoting bacteria and botanical pesticide increases organic
red rice yield and reduces the Leptocorisa acuta population. Biodiversitas,
22 (4) : 1686-1694.

Hoesain. M, Soeharto, S. Prastowo, A. P. Pradana, I. N. Asyiah, F. Kustiawan, F.


S. Ramadhan, W. Rohmah and Y. A. Nengtyas. 2020. In Vitro Studies on
45

Bacillus sp. and Pseudomonas sp. Compatibility with Botanical Pesticide.


ICALS 2020.

Hosamani, V., S. Pradeep, S. Sridhara, and C.M. Kalleshwaraswamy. 2009.


Biological Studies on Paddy Earhead Bug, Leptocorisa 31 oratorius
Fabricius (Hemiptera:Alydidae). Academic Journal of Entomology, 2(2):
52-55.

Husein E, Saraswati R, Hastuti R. D. 2008. Rizobakteri Pemacu Tumbuh


Tanaman. dalam Buku : Metode Analisis Biologi Tanah. Bogor: Balai
Besar Penelitian Dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. 191-
209.

Indiati. S. W. 2012. Pengaruh Insektisida Nabati dan Kimia terhadap Hama Thrips
dan Hasil Kacang Hijau. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 31(3) :
152-157.

Kartohardjono. A, D. Kertoseputro dan T. Suryana 2009. Hama Padi Potensial


dan Pengendaliannya. Litbang Pertanian, 1(1) : 405-440.

Kurniasari. I dan Prayoga. A. 2018. Pengaruh Umur Transplantasi Benih


Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Varietas Lokal Jenis Padi Merah
(Oryza Sativa L). Agrotech Res, 2(1) : 11-15.

Knowles CJ. 1976. Micoorganisms and Cyanide. Microorganisms Reviews,


40(3):652-680.

Irdawati, Linda.A, Fitri. A. 2017. Isolasi dan uji Aktifitas Antimikroba Bakteri
Endofit dari Daun Salam (Syzygium Polyanthum Wight). BioScience, 1 (2)
: 62-69.

Irfan. M. 2016. Uji Pestisida Nabati Terhadap Hama dan Penyakit Tanaman.
Agroteknologi, 6 (2) : 39-45.

Liaqat. F and Rengin. E. 2016. Identification and characterization of endophytic


bacteria isolated from in vitro cultures of peach and pear rootstocks.
Biotech, 6 (2) : 120.

Listianti. N. N, Wahyu. W, Iqbal Erdiansyah. 2019. Pemanfaatan Ektrak Daun


Pepaya (Carica papaya L.) Sebagai Insektisida Nabati Pengendali Walang
Sangit (Leptocorisa acuta) Pada Tanaman Padi. Applied Agricultural
Sciences, 3 (1) : 81-85.

Mandanayake. R. A, Ks. Hemachandra, UGAI Sirisena and M.R. Wilson. 2014.


Occcurrence of Leptocorisa Acuta (Thunberg) (Hemiptera : Alydidae) in
Srilanka. Annals of Sri Lanka Department of Agriculture, 16 : 323-326.
46

Manoppo, J. S. S, Ernest Hanny Sakul dan Anita Constantin Tengker. 2019.


Potensi Bioinsektisida dari Ekstrak Daun, Kulit Batang dan Biji Tumbuhan
Pangi (pangium edule reinw.) dalam Meningkatkan Mortalitas Larva
Crocidolomia Binotalis. Sains dan Teknologi, 2 (1) : 9-19.

Marlina, N.,Eko Adi Saputro, Nurbaiti Amir, 2012. Respons Tanaman Padi
(Oryza sativa L.) terhadap Takaran Pupuk Organik Plus dan Jenis
Pestisida Organik dengan System of Rice Intensification (SRI) di Lahan
Pasang Surut. Lahan Suboptimal, 1(2) : 138-148.

Moki, M., R. Iswati, dan F. Datau. 2016. Uji Efektivitas Tiga Jenis Kulit Jeruk
Sebagai Insektisida Nabati Dalam Menekan Populasi dan Serangan
Kumbang Beras (Sitophilus Oryzae). Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo.

Mulyani. C dan Dwi Widyawati. 2016. Efektifitas Insektisida Nabati Pada Padi
(Oryza Sativa, L) Yang Disimpan Terhadap Hama Bubuk Padi (Sitophilus
Oryzae, L) Efektifitas Insektisida Nabati Pada Padi (Oryza Sativa, L) Yang
Disimpan Terhadap Hama Bubuk Padi (Sitophilus Oryzae, L).
Agrosamudra, 3 (1) : 10-16.

Murthi. R. S, Lisnawita dan S. Oemry. 2015. Potensi bakteri endofit dalam


meningkatkan pertumbuhan tanaman tembakau yang terinfeksi nematoda
puru akar (Meloidogyne spp.). Agroekoteknologi, 4 (1) : 1881-1889.

Nofiardi. E, Sarbino dan F. Rianto. 2016. Fluktuasi Populasi dan Keparahan


Serangan Walang Sangit (Leptocorisa oratorius F.) pada Tanaman Padi di
Desa Sejiram Kecamatan Tebas Kabupaten Sambas. Fakultas Pertanian,
Universitas Tanjungpura.

Novizan. 2002. Pengaruh Pestisida Organik dan Interval Penyemprotan terhadap


Hama Plutella xylostella pada Budidaya Tanaman Kubis Organik.
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

Nukmal. N, Andi Setiawan Dan M. Kanedi. 2019. Pengembangan Formula


Insektisida Nabati Dari Senyawa Flavonoid Ekstrak Polar Daun Gamal
(Gliricidia Maculata) Untuk Mengendalikan Hama Kutu Putih. Jurusan
Biologi, Universitas Lampung.

Nurmansyah. 2014. Pengaruh Interval Aplikasi dan Waktu Penyemprotan


Pestisida Nabati Seraiwangi Terhadap Hama Helopeltis Antonii Pada
Tanaman Kakao. Bul. Littro, 25 (1) : 53-60.
47

Oktavia. N dan Sri. P. 2018. Isolasi dan Uji Antagonisme Bakteri Endofit Tapak
Dara (Catharanthus Roseus, L.) terhadap Bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus. Berkala Bioteknologi, 1 (1) : 6-12.

Pangeman. F. E, I. B. G. Darmayasa dan Joko Wiryanto. 2020. Potensi Enzim


Kitinase Yang Dihasilkan Bakteri Kitinolitik Yang Diisolasi Dari Kulit
Udang Sebagai Kandidat Biokontrol Dalam Mengendalikan Hama
Tanaman. Simbiosis, 8 (1) : 1-8.

Pracaya. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta : Penebar Swadaya.

Pradana, AP. 2016. Konsorsium bakteri endofit sebagai agens biokontrol


Nematoda Puru Akar Meloidogye incognita pada Tomat. [Tesis]. Institut
Pertanian Bogor, Bogor, Indonesia.

Prasetya. A, G. P. Ganda Putra, Luh Putu Wrasiati. Pengaruh Jenis Pelarut dan
Waktu Maserasi Terhadap Ekstrak Kulit Biji Kakao (Theobrama cacao L.)
Sebagai Sumber Antioksida. Rekayasa dan Manajemen Agroindustri, 8 (1)
: 150-159.

Pratimi, A., dan Soesilohadi, R. C. H. 2011. Fluktuasi Populasi Walang Sangit


Leptocorisa oratorius F. (Hemiptera: Alydidae) Pada Komunitas Padi Di
Dusun Kepitu, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Bioma, 13 (2) : 54-
59.

Puspita. F, Sukemi. I. S, dan Jenny. M. 2018. Uji Beberapa Konsentrasi Bakteri


Bacillus sp. Endofit untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Kakao
(Theobroma cacao L.). Agron Indonesia, 446 (3) : 322-327.

Putri. D, A. Munif, K. H. Mutaqin. 2016. Lama Penyimpanan, Karakterisasi


Fisiologi dan Viabilitas Bakteri Endofit Bacillus Sp. dalam Formula
Tepung. Fitopatologi Indonesia, 12 (1) : 19-26.

Putri. M. F, Mades. F dan Dwi. H. P. 2018. Diversitas Bakteri Endofit Pada Daun
Muda dan Tua Tumbuhan Andaleh (Morus Macroura Miq.). Eksakta, 19
(1) : 127-130.

Rainiyati, 2013. Pengaruh Pemberian Kombinasi Pestisida Nabati Terhadap Hasil


Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Varietas Inpara-3 Secara Sri (The System
Of Rice Intensification). Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas
Pertanian Universitas Jambi, 2 (4).

Ramadhan. A. R, Oedjijono dan Hastuti. R. D. 2017. Efektifitas Bakteri Endofit


dan Penambahan Indole Acetic Acid (IAA) dalam Meningkatkan
Pertumbuhan Tanaman Padi Oryza Sativa L. Scripta Biologica, 4(3) : 177-
181.
48

Ramli dan Nina. S. 2013. Efektifitas Aplikasi Pestisida Nabati Terhadap Hama
Walang Sangit ( Leptotocorisa Oratorius ) Pada Tanaman Padi (Oryza
Sativa) di Kelompok Tani “Mandiri” Desa Cipeuyeum Kecamatan Haur
Wangi Kabupaten Cianjur. Agroscience, 6 : 42-51.

Said. H. I, S. Subiyanto dan B. D. Yuwaono. 2015. Analisis Produksi Padi


Dengan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis di Kota
Pekalongan. Geodesi Undip, 4(1) : 1-8.

Shepard, B.M., A.T. Barrion, and J.A. Litsinger. 1995. Rice-Feeding Insects of
Tropical Asia. Philippines: International Rice Research Institute.

Siamtuti. W. S, R. Aftiarani, Z. K. Wardhani, N. Alfianto, I. V. Hartoko. 2017.


Potensi Tannin Pada Ramuan Nginang Sebagai Insektisida Nabati Yang
Ramah Lingkungan. Bioeksperimen, 3 (2) : 83-93.

Sigalingging. N, M. F. Dien dan .R. W. Tairas. 2017. Populasi Hama


Paraeucosmetus pallicornis Dallas (Hemiptera : Lygaeidae) Pada
Tanaman Padi Sawah Di Kabupaten Minahasa Selatan. Jurusan Hama dan
Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi,
Manado.

Siregar, A. Z. 2007. Hama-Hama Tanaman Padi. USU Repository, 1(1) : 1-5.

Siswanto. E, Bonar. M. S dan Harianto. 2018. Dampak Kebijakan Perberasan


pada Pasar Beras dan Kesejahteraan Produsen dan Konsumen Beras di
Indonesia. Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), 23 (2) : 93-100.

Sudarjat. 2008. Hubungan antara Kepadatan Populasi Kutu Daun Persik (Myzuz
persiciae Sulz.) dan Tingkat Kerusakan Daun dengan Kehilangan Hasil
Cabai Merah (Capsicum annum L.). Jurnal Agrikultura.19(3): 191-197

Sumini, S. Bahri dan Holidi. 2018. Populasi Dan Serangan Walang Sangit di
Tanaman Padi Sawah Irigasi Teknis Kecamatan Tugumulyo. Klorofil, 13
(2) : 67-70.

Sri dan Wiwik S. H. 2017. Kemampuan Pestisida Nabati (Mimba, Gadung, Laos
dan Serai), Terhadap Hama Tanaman Kubis (Brassica Oleracea L).
Agritrop, 15 (1) : 111-118.

Tabassum, K. A., & Shahina, F. 2004. In Vitro Mass Rearing Of Different Species
Of Entomopathogenic Nematodes In Monoxenic Solid Culture. Pakistan
Journal of Nematology, 22(2), 167 –175.
49

Tamba. M. F, Evy. M, Susy. E. 2017. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah


Dengan Metode Sri (System Of Rice Intensification) Di Desa Empat Balai
Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar. Ilmiah Pertanian, 13 (2) : 11-22.

Tampubolon, F.N. Sihombing, Z. Purba, S.T.S. Samosir, S. Karim. 2018. Potensi


Metabolit Sekunder Gulma Sebagai Pestisida Nabati di Indonesia. Ultivasi,
17 (3) : 683-693.

Triaswanto. F, Ultha Rifqy Riswanta, Naufal Urfi Dhiya Ulhaq, Muhammad


Luqman Fathoni, RCH Soesilohadi. 2019. Pola aktivitas harian
Leptocorisa oratorius Fabricius (Hemiptera: Alydidae) pada berbagai
ketinggian tempat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Entomologi Indonesia,
16 (2) : 103–114.

Tyas. D. E, Niniek Widyorini, Anhar Solichin. 2018. Perbedaan Jumlah Bakteri


dalam Sedimen Pada Kawasan Bermangrove dan Tidak Bermangrove di
Perairan Desa Bedono, Demak. Of Maquares, 7 (2) : 189-196.

Towaha. J. 2014. Kandungan Senyawa Polifenol Pada Biji Kakao Dan


Kontribusinya Terhadap Kesehatan. Balai penelitian tanaman industri dan
penyegar, Sukabumi.

Van den Berg H, Soehardi. 2000. The Influence Of The Rice Bug Leptocorisa
Oratorius On Rice Yield. Applied Ecology, 37 : 959–970.

Widiantini. F dan Fuji. H. 2020. Endophytic Bacteria Of Healthy Rice Plants


Origin Produce Antifungal Volatile Compound Inhibiting The In Vitro
Growth Of Pyricularia Oryzae Cav., The Causal Agent Of Rice Blast
Disease. Cropsaver, 3 (1) : 31-36.

Y. Deng, and S. Y. Wang. 2016. Synergistic Growth In Bacteria Depends


Onsubstrate Complexity. Microbiol, 54(1): 23-30.

Yulianti. 2013. Pemanfaatan Endofit Sebagai Agensia Pengendali Hayati Hama


dan Penyakit Tanaman. Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak
Industri, 5 (1) : 40−49.

Yunianti. L. 2016. Uji Efektivitas Ekstrak Daun Sirihh Hijau (Piper betle)
sebagai Insektisida Alami Terhadap Mortalitas Walang Sangit
(Leptocorisa acuta) (Skripsi, Universitas Sanata Dharma).

Zain. N. M, Bachtiar. T dan Sugoro. I. 2018. Kontribusi Nitrogen dari Bakteri


Endofit pada Tanaman Padi. Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi, 14(1) : 1-
10.
LAMPIRAN

1. Dokumentasi

Gambar 1. Daun Babandotan untuk Penelitian

Gambar 2. Daun Mimba Untuk Penelitian

Gambar 3. Daun Pacar Cina Untuk Penelitian

50
51

Gambar 4. Bubuk Insektisida Untuk Penelitian

Gambar 5. Alat Rotary Evaporator Pembuatan Pasta Insektisida Nabati


Untuk Penelitian

Gambar 6. Insektisida Nabati Yang Sudah Menjadi Pasta


52

Gambar 7. Timbangan Digital Untuk Penelitian

Gambar 8. Peremajaan Bakteri

Gambar 9. Gejala Serangan Hama Walang Sangit Pada Malai


Hasil Pengamatan
2. Hasil Pengamatan Kompatibilitas Insektisida nabati dan Bakteri Endofit
Perlakuan Konsentrasi Gambar
KB14 25%

50%

75%

53
54

100%

SK14 25%

50%

75%
55

100%

PD 25%

50%

75%
56

100%

3. Data Rata-rata Populasi Hama


Populasi Populasi Populasi Populasi Populasi
Perlakuan Ulangan (46HST) (60 HST) (74 HST) (82 HST) (88 HST)
P1 1 0 0 8 6 6
P1 2 0 0 0 1 2
P1 3 0 0 4 2 1
P1 4 0 0 3 5 2
P1 5 0 0 4 5 4
P2 1 0 0 6 8 4
P2 2 0 2 2 2 3
P2 3 0 0 2 0 3
P2 4 0 0 3 3 2
P2 5 0 0 3 4 3
P3 1 0 0 7 7 6
P3 2 0 0 2 0 0
P3 3 0 0 4 3 1
P3 4 0 0 4 4 0
P3 5 0 0 3 3 4
K+ 1 0 0 6 11 4
K+ 2 0 0 1 1 1
K+ 3 0 0 3 5 4
K+ 4 0 0 5 4 0
K+ 5 0 0 7 5 2
K- 1 0 0 6 10 5
K- 2 0 5 9 3 0
K- 3 0 0 7 5 3
K- 4 0 0 4 4 5
K- 5 0 0 2 8 4
57

4. Data Intensitas Serangan


Intensitas Serangan
Perlakuan Ulangan (%)
U1 U2 U3 U4 U5
P1 1,03 0,71 0,25 1,18 0,52 0,74
P2 1,65 0,67 1,86 0,60 0,31 1,02
P3 1,28 0,36 0,39 0,35 0,40 0,56
K+ 4,75 0,36 0,08 0,15 1,02 1,27
K- 3,18 0,67 1,36 0,93 1,31 1,49

5. Data Jumlah Anakan

perlakuan ulangan aplikasi 1 aplikasi 2 aplikasi 3 aplikasi 4 aplikasi 5


P1 1 33,60 35,70 32,40 30,90 33,00
P1 2 28,90 40,20 32,70 33,40 34,70
P1 3 28,80 38,00 32,20 33,10 34,10
P1 4 26,80 36,30 32,70 33,60 34,10
P1 5 25,60 42,90 31,30 34,70 35,30
P2 1 25,00 33,60 30,00 31,60 33,40
P2 2 20,70 36,10 30,90 32,30 32,80
P2 3 30,40 36,50 30,80 34,00 33,70
P2 4 22,60 38,10 32,00 34,80 32,80
P2 5 34,80 39,60 32,00 33,70 34,40
P3 1 30,20 33,90 31,10 31,80 34,30
P3 2 29,40 35,50 31,70 33,10 34,50
P3 3 26,40 36,30 30,40 32,50 32,40
P3 4 24,70 38,20 32,10 35,20 33,90
P3 5 22,50 40,20 32,10 34,20 33,40
K+ 1 34,50 36,50 31,70 31,30 32,30
K+ 2 29,10 38,30 30,50 30,50 33,10
K+ 3 28,40 36,30 30,30 34,10 33,00
K+ 4 25,10 33,80 31,50 34,40 33,40
K+ 5 22,20 36,20 30,80 33,10 32,90
K- 1 27,80 36,60 29,00 35,30 32,70
K- 2 23,20 36,60 29,40 32,30 32,30
K- 3 28,00 35,40 29,10 32,60 31,80
K- 4 33,90 33,50 30,40 33,80 32,20
K- 5 27,60 33,30 29,70 32,40 32,60
*data pengamatan anakan dilihat setelah aplikasi.
58

6. Data Tinggi Tanaman


PERLAKUAN ULANGAN TINGGI (CM)
P1 1 120,28
P1 2 117,67
P1 3 121,16
P1 4 120,21
P1 5 125,70
P2 1 115,08
P2 2 115,51
P2 3 113,58
P2 4 116,89
P2 5 117,67
P3 1 119,85
P3 2 119,67
P3 3 114,17
P3 4 118,16
P3 5 119,41
K+ 1 118,35
K+ 2 119,73
K+ 3 115,57
K+ 4 117,46
K+ 5 118,14
K- 1 115,61
K- 2 113,36
K- 3 117,19
K- 4 112,76
K- 5 113,86

7. Data Berat Gabah Basah


PERLAKUAN ULANGAN BERAT BESAH/gr
P1 1 658,20
P1 2 776,20
P1 3 673,90
P1 4 535,30
P1 5 383,60
P2 1 355,00
P2 2 485,40
P2 3 447,20
59

P2 4 771,00
P2 5 485,40
P3 1 502,30
P3 2 522,80
P3 3 1066,50
P3 4 599,60
P3 5 578,30
K+ 1 733,60
K+ 2 505,50
K+ 3 752,60
K+ 4 627,60
K+ 5 707,00
K- 1 460,80
K- 2 678,80
K- 3 716,36
K- 4 946,10
K- 5 631,40

8. Data Berat 1000 Butir Gabah


PERLAKUAN ULANGAN BERAT 1000 BIJI/gr
P1 1 38,00
P1 2 30,50
P1 3 32,70
P1 4 33,10
P1 5 31,50
P2 1 33,10
P2 2 31,50
P2 3 33,60
P2 4 40,20
P2 5 33,10
P3 1 40,97
P3 2 39,35
P3 3 33,90
P3 4 37,70
P3 5 33,70
K+ 1 31,90
K+ 2 34,70
K+ 3 33,50
K+ 4 33,14
60

K+ 5 41,50
K- 1 31,60
K- 2 41,10
K- 3 29,80
K- 4 38,50
K- 5 35,20

9. Analisis ANOVA dan Uji Lanjut DMRT 5% Populasi Hama Walang


Sangit Pengamatan 2 (60 HST)
EFFECT SS DF MS F ProbF
Blocks 7,84 4 1,96 2,0416667
Perlakuan 3,84 4 0,96 1 0,4362076
Residual 15,36 16 0,96
Total 27,04 24 1,1266667

10. Analisis ANOVA dan Uji lanjut DMRT 5% Populasi Hama Walang
Sangit Pengamatan 3 (74 HST)
EFFECT SS DF MS F ProbF
Blocks 37,44 4 9,36 2,146789
Perlakuan 15,84 4 3,96 0,9082569 0,4825905
Residual 69,76 16 4,36
Total 123,04 24 5,1266667

11. Analisis ANOVA dan Uji lanjut DMRT 5% Populasi Hama Walang
Sangit Pengamatan 4 (82 HST)
EFFECT SS DF MS F ProbF
Blocks 137,36 4 34,34 19,184358
Perlakuan 27,76 4 6,94 3,877095 0,0218306 *
Residual 28,64 16 1,79
Total 193,76 24 8,0733333
61

12. Hasil Uji Lanjut DMRT 5% Populasi Hama Walang Sangit Pengamatan
4 (82 HST)
P2 3,40 A
P3 3,40 A
P1 3,80 A
K+ 5,20 Ab
K- 6,00 B
Keterangan: *Angka-angka yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata
pada uji kisaran jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

13. Analisis ANOVA dan Uji lanjut DMRT 5% Populasi Hama Walang
Sangit Pengamatan 5 (88 HST)
EFFECT SS DF MS F ProbF
Blocks 44,56 4 11,14 5,528536
Perlakuan 5,76 4 1,44 0,7146402 0,5940194
Residual 32,24 16 2,015
Total 82,56 24 3,44

14. Hasil Analisis ANOVA Intensitas Serangan Hama Walang Sangit

Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between
Groups 2,895464 4 0,723866 0,637982 0,641452 2,866081
Within Groups 22,69236 20 1,134618

Total 25,58782 24

15. Hasil Analisis ANOVA Tinggi Tanaman


EFFECT SS DF MS F ProbF
Blocks 19,23384841 4 4,808462103 1,094648146
PERLAKUAN 123,5204736 4 30,88011839 7,029870178 0,001824569 **
Residual 70,28321744 16 4,39270109
Total 213,0375394 24 8,876564142
62

16. Hasil Uji Lanjut DMRT 5% Tinggi Tanaman


K- 114,56 A
P2 115,75 Ab
K+ 117,85 B
P3 118,25 Bc
P1 121,00 C
Keterangan: *Angka-angka yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata
pada uji kisaran jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

17. Hasil Analisis ANOVA Jumlah Anakan


EFFECT SS DF MS F ProbF
Blocks 1,6096 4 0,4024 0,9080447
perlakuan 10,7256 4 2,6814 6,0507729 0,0036603 **
Residual 7,0904 16 0,44315
Total 19,4256 24 0,8094

18. Hasil Uji Lanjut DMRT 5% Jumlah Anakan


K- 32,32 A
K+ 32,94 Ab
P2 33,42 Bc
P3 33,70 Bc
P1 34,24 C
Keterangan: *Angka-angka yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata
pada uji kisaran jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

19. Hasil Analisis ANOVA Berat Gabah Basah


EFFECT SS DF MS F ProbF
Blocks 144007,79 4 36001,95 1,350849856
PERLAKUAN 100710,98 4 25177,75 0,944708734 0,463666954
Residual 426421,30 16 26651,33
Total 671140,07 24 27964,17
20. Hasil Analisis ANOVA Berat 1000 Gabah
EFFECT SS DF MS F ProbF
Blocks 39,061416 4 9,765354 0,685032062
PERLAKUAN 42,184416 4 10,546104 0,739801074 0,578526364
Residual 228,085184 16 14,255324
Total 309,331016 24 12,88879233

Anda mungkin juga menyukai