SKRIPSI
Oleh :
SKRIPSI
Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Proteksi Tanaman (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Pertanian
Oleh:
Yesy Ayu Nengtiyas
NIM. 171510701055
i
MOTTO
ii
PERNYATAAN
iii
SKRIPSI
Ditulis oleh :
Yesy Ayu Nengtiyas
NIM. 171510701055
Pembimbing:
iv
PENGESAHAN
Hari : Rabu
Tanggal : 07 Juli 2020
Tempat : Fakultas Pertanian, Universitas Jember.
Mengesahkan
Dekan,
v
RINGKASAN
vi
SUMMARY
vii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
"Pengaruh Aplikasi Insektisida Nabati dan Bakteri Endofit (Pseudomonas
sp.) Terhadap Hama Walang Sangit (Leptocorisa oratorius F.) dan
Pertumbuhan Tanaman Padi" dengan baik.
Penyelesaian karya tulis ilmiah ini (Skripsi) tidak lepas dari dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis menyampaikan terimakasih
atas semua dukungan, bantuan, dan doa kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Soetriono, MP., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Jember
2. Ir. Saifuddin Hasjim, MP., selaku Ketua Progam Studi Proteksi Tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Jember
3. Dr. Ir. Mohammad Hoesain, MS., selaku Dosen Pembimbing Utama; Ir.
Mochammad Wildan Jadmiko, MP., selaku Penguji Utama dan Nanang Tri
Haryadi, SP., M.Sc., selaku Dosen Penguji Anggota dan Dosen Pembimbing
Akademik yang telah membimbing, meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga
selama masa studi
4. Kedua orang tua saya Alm. Zainal dan Linawati yang selalu senantiasa
mendoakan dan mendukung selama studi sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini
5. Kakak saya Desi Eka Pratiwi yang memberikan dukungan material dan non-
material selama masa studi
6. Teman-teman proyek dosen Wildatur Rohmah dan Fergy Surya Ramadhan
yang telah menjadi tim dan bekerja sama dalam proyek dengan baik serta
Ankardiansyah Pandu Pradana, S.P., M.Si., selaku dosen proteksi tanaman
yang telah membantu dan memberikan ilmu dalam proses pengerjaan proyek
dosen
viii
7. Sahabat saya Shinta Sawa Assabila, Afi Azimatun Najakhah dan Hadi Susanto
yang senantiasa memberikan semangat dan selalu ada dalam kondisi suka
maupun duka selama masa studi di Universitas Jember
8. Semua sahabat dan teman di progam studi Proteksi Tanaman Fakultas
Pertanian Universitas Jember yang senantiasa memberikan dukungan, baik
secara langsung maupun tidak langsung
9. Semua pengurus dan anggota IMHPT (Ikatan Mahasiswa Hama dan Penyakit
Tanaman) yang menjadi teman dalam berorganisasi dan bertukar pikiran dalam
berinovasi dan menyelesaikan masalah
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu namun telah
memberikan sumbangan pikiran dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat
dan pembaca.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
x
3.4 Variabel Pengamatan ................................................................................ 20
3.5 Analisis Data ............................................................................................. 23
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 24
4.1 Hasil .......................................................................................................... 24
4.2 Pembahasan ............................................................................................... 32
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 41
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 41
5.2 Saran .......................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 42
DOKUMENTASI .............................................................................................. 51
LAMPIRAN ....................................................................................................... 51
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB 1. PENDAHULUAN
1
2
terhadap insektisida sintetik dan efek berbahaya terhadap manusia dan lingkungan
(Tabassum & Shahina, 2004).
Berdasarkan masalah tersebut, pentingnya untuk dilakukan pengendalian
hama L. oratorius dengan memanfaatkan bahan yang berasal dari bagian
tumbuhan yaitu akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian insektisida nabati dari ekstrak daun babandotan
memberi pengaruh sangat nyata terhadap populasi L. oratorius karena kandungan
kimia yang terdapat dalam daun babandotan memiliki kemampuan sebagai
biopestisida nabati (racun serangga) (Romli dan Denda, 2019). Insektisida nabati
hanya mengendalikan hama dan tidak menimbulkan masalah terhadap musuh-
musuh alami sehingga keberadaan musuh alami di lapangan dapat dipertahankan
sehingga tidak merusak ekosistem musuh alami (Sitompul dkk., 2014).
Penggunaan insektisida nabati juga terbukti menguntungkan petani, aman untuk
tanaman, tanah dan tidak mengganggu kesehatan petani, sehingga layak untuk
dikembangkan (Ermiati, 2017). Bahan yang dapat dibuat menjadi insektisida
nabati adalah daun mimba (Azadirachta indica), pacar cina (Aglaia odorata Lour)
dan babandotan (Ageratum conyzoides) (Sri dan Wiwik, 2017). Menurut
Ervinatun dkk (2018), Berdasarkan uji efikasi insektisida nabati pada konsentrasi
2,5% dan 5% ekstrak daun mimba dan babadotan mampu membunuh larva
Crocidolomia binotalis. Pada ekstrak daun pacar cina dapat efektif menekan
populasi hama perusak polong dan ekstrak biji mimba yang diaplikasikan dengan
konsentrasi 10% efektif mengendalikan hama penggerek polong, thrips dan
pengisap polong (Indiati, 2012).
Pengendalian hama tidak hanya menggunakan insektisida nabati akan
tetapi bisa menggunakan mikroorganisme yang menguntungkan, salah satunya
adalah bakteri endofit. Bakteri endofit merupakan mikroorganisme yang hidup
berkoloni di dalam jaringan inang tanpa meinimbilkan efek negatif, bahkan
banyak memberi keuntungan terhadap inangnya. Keuntungan bakteri endofit
adalah dapat mengurangi kerusakan tanaman oleh serangga melalui induksi
ketahanan tanaman yang mampu memproduksi senyawa fenol dan glikosida
(senyawa yang tidak disukai serangga) (Yulianti, 2013). Senyawa fenolik dan
3
5
6
Genus : Leptocorisa
Spesies : Leptocorisa oratorius F.
Menurut Siregar (2007), walang sangit dewasa berwarna coklat,
sedangkan walang sangit muda berwarna hijau. Bentuk tubuh langsing, kaki dan
antenanya panjang. Walang sangit menghisap cairan tanaman dari tangkai bunga
(paniculae) dan juga cairan buah padi yang masih pada tahap masak susu. Walang
sangit menunjukkan bentuk pertahanan yaitu mengeluarkan aroma yang
menyengat. Walang sangit menyerang tanaman padi setelah berbunga dan hampir
di setiap musim. Bulir padi tidak akan terisi penuh jika walang sangit menyerang
pada saat bulir padi masak susu, sedangkan jika serangan mulai tanaman padi
berbunga akan menyebabkan bulir padi hampa (Kartohardjono dkk., 2009).
Gambar 2. Siklus Hidup Walang Sangit. (a) Telur, (b) Nimfa, (c) Imago (Shepard
et al., 1995)
Telur walang sangit berbentuk segi enam, bulat dan pipih serta berwarna
cokelat kehitaman, telur walang sangit diletakkan berbaris di daun tanaman padi
pada permukaan daun bagian atas dalam satu atau dua baris, telur berjumlah 12-
16 butir bahkan juga mampu mencapai 19 butir dengan lama periode telur rata –
rata mencapai enam hari. Panjang telur berkisar 1,00-1,20 mm dengan rata-rata
1,10 ± 0,07 mm dan lebar bervariasi 0,80-0,86 mm dengan rata-rata 0,83 ± 0,02
mm. Telur walang sangit ini akan menetas kurang dari tujuh hari dan akan
membentuk stadia nimfa walang sangit (Hosamani et al., 2009). Nimfa walang
8
sangit berukuran lebih kecil dari dewasa, berwarna hijau kemudian menjadi
cokelat dan umumnya tidak bersayap, nimfa walang sangit terdiri dari lima instar
yang ditandai dengan pergantian kulit 5 kali. Lama periode nimfa instar pertama
mulai tiga hingga empat hari, nimfa instar kedua yaitu dua hingga tiga hari, instar
ketiga yaitu dua hingga empat hari, instar ke empat yaitu dua hingga lima hari dan
instar kelima yaitu tujuh hingga delapan hari, sehingga total lama periode nimfa
walang sangit yaitu 19 hingga 27 hari (Baharally dan Simon, 2014).
Serangga dewasa atau imago berbentuk ramping, warna tubuh imago
walang sangit yaitu kuning kecoklatan dengan panjang tubuh berkisar antara 17-
20 mm dan lebar 3-4 mm dengan tungkai dan antena yang panjang, walang sangit
betina memiliki ukuran tubuh panjang 17,50-18,50 mm, sedangkan walang sangit
jantan memiliki ukuran tubuh 18,00-19,00 mm, tubuh walang sangit betina sedikit
lebih kecil dibandingkan dengan walang sangit jantan (Hosamani et al., 2009).
diantaranya, ketersediaan bahan baku yang melimpah, biaya produksi murah dan
pemakaian pestisida nabati bisa menekan biaya produksi sampai 50% dan terbukti
dapat meningkatkan hasil panen. Bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan
insektisida yaitu bahan yang mudah didapatkan dilingkungan sekitar dan tidak
mempunyai nilai jual. Banyak tanaman yang bisa digunakan sebagai insektisida
nabati, diantaranya ekstrak daun mimba dan babandotan yang mampu membunuh
hama pada konsentrasi 2,5% dan 5% (Ervina dkk., 2018).
Pada insektisida nabati ekstraksi daun memiliki kandungan yang berbeda-
beda. Ekstrak daun dan biji mimba mengandung senyawa aktif utama yaitu
azadirahtin. kandungan senyawa aktif azadirahtin termasuk dalam kelompok
limonoid (triterpenoid). Komponen aktif ini menimbulkan bau dan aroma yang
tidak disukai oleh hama sehingga memiliki potensi sebagai insektisida dan
toksisitasnya dapat menyebabkan iritasi mata dan jaringan lunak serta
kemungkinan menyebabkan konjungtivitas dan inflamasi (saenong, 2016).
Kandungan bahan insektisida nabati lainnya yaitu dari kulit jeruk yang dapat
digunakan sebagai biolarvasida dan mengandung senyawa limonoida yang dapat
menyebabkan mortalitas yang cukup tinggi pada imago hama Sitophilus spp. dan
efektivitasnya 49,2% (Moki dkk., 2016). Daya toksisitas pada insektisida nabati
tidak hanya menumpukan pada tingkat kematian semata, tetapi juga berfungsi
sebagai anti feedant yaitu senyawa organik yang diproduksi oleh tanaman untuk
menghambat serangan serangga dan repellant yaitu zat penolak serangga sehingga
serangga tidak bisa mendarat pada permukaan tanaman (Irfan, 2016).
Pembuatan insektisida nabati terdapat beberapa metode yaitu, teknik
ekstrak maserasi yang dilakukan dengan cara mencampur bahan dengan pelarut
dengan rasio 1:4 dengan waktu ekstrak maserasi (1, 3, 5, 7 dan 9 hari) (Ariyanti et
al., 2017). Waktu maserasi yang semakin lama menyebabkan kontak bahan
dengan pelarut semakin lama akan mengakibatkan dinding sel pada bahan pecah
dan mengeluarkan zat terlarut kedalam pelarut semakin banyak sehingga hasilnya
akan bertambah sampai titik optimum dari pelarut (Prasetya et al., 2020). Teknik
fermentasi juga menjadi salah satu metode pembuatan insektisida nabati yang
efektif dan lama fermentasi mempengaruhi toksisitas pada insektisida nabati.
10
Melalui proses fermentasi bahan organik diubah kedalam bentuk gula dan asam
amino sehingga bisa diserap oleh tanaman (Arsyadana, 2014).
daun. Dalam hal ini bakteri endofit mendapat nutri dari hasil metabolisme
tanaman dan memproteksi tanaman melawan serangga. Selain itu, bakteri endofit
juga dapat berfungsi sebagai agensia hayati melalui interaksi antagonis dan
kompetisi (Yulianti, 2013).
2.5 Hipotesis
H0 : Aplikasi insektisida nabati dan bakteri endofit (Pseudomonas sp.) tidak
berpengaruh terhadap populasi hama walang sangit dan pertumbuhan tanaman
padi.
H1 : Aplikasi insektisida nabati dan bakteri endofit (Pseudomonas sp.)
berpengaruh terhadap populasi hama walang sangit dan pertumbuhan tanaman
padi.
BAB III. METODE PENELITIAN
13
14
corong dan kertas saring pada erlenmeyer berukuran 500 mL (Hoesain dkk.,
2020).
Melakukan pengentalan ekstrak insektisida nabati dengan menggunakan
rotary evaporator, penggunaan alat rotary evaporator dilakukan di laboratorium
botani FMIPA. Rendeman yang sudah didiamkan selama 24 jam melakukan
proses dengan alat rotary evaporator yang berfungsi untuk memisahkan larutan.
Penggunaan sekali alat rotary evaporator hanya dapat digunakan 500 mL
rendaman dengan suhu 60o hingga 75o selama kurang lebih 45 menit dengan tidak
adanya cairan yang menetes pada alat. Setelah 45 menit dan tidak adanya cairan
yang keluar dari alat, pindahkan ekstrak yang sudah mengental kedalam
erlenmeyer.
teknis mengacu pada metode Hallmann et al., (1997). Sampel akar diicuci bersih,
kemudian ditimbang berat segar akar sebanyak 1 gram. Kemudian sampel akar
dipermukaan disterilkan secara bertahap dengan merendamnya dalam alkohol
70% selama 30 detik, kemudian direndam dalam larutan NAOC 2% selama 1-2
menit. Setelah itu dibilas dengan set rilizedwater sebanyak 3 kali. Sampel akar
yang telah disterilkan digerus dengan mortar steril hingga halus. Kemudian
diinkubasi secara bertahap hingga memiliki pengenceran 10. Kemudian dari
masing-masing pengenceran diambil 0,1 ml dan ditumbuhkan dalam media TSA
5% dalam cawan petri, kemudian diinkubasi selama 24-72 jam pada suhu kamar.
Sebagai kontrol, contoh akar yang telah disterilkan dioleskan pada media TSA
5%. Dari masing-masing cawan petri tersebut diseleksi dan diambil koloni
bakterinya kemudian dibiakkan atau dihaluskan dengan cara menumbuhkannya
pada media 100% TSA.
Asyiah dkk., (2018) melaporkan bahwa seluruh isolat bakteri endofit yang
digunakan pada penelitian ini memiliki beberapa sifat fisiologis yang mendukung
perannya sebagai pengendali hayati dan pemacu pertumbuhan tanaman,
diantaranya adalah menyebabkan penebalan dinding sel yang digunakan untuk
ketahanan tanaman dari serangan OPT, mampu menambat N, melarutkan P,
memproduksi enzim ektraseluler protease, kitinase, dan mampu memproduksi
senyawa volatil HCN.
Bakteri endofit pada media ekstrak tauge cair di erlenmeyer 100 mL yang
sudah dishaker selama 24 jam diambil 2 mL dan dibuang, kemudian diambil 2 mL
ekstrak insektisida nabati dan dipindahkan pada media ekstrak tauge cair,
campurkan sampai merata. Kemudian masukkan kedalam alat semprot dan
tambahkan air sebanyak 1400 mL, jadi total campuran air, bakteri dan insektisida
nabati sebanyak 1500 mL. Pengaplikasian insektisida nabati dan bakteri
Pseudomonas sp. pada setiap petak dan perulangan masing-masing sebanyak 500
mL. Diperlukan 3 alat semprot untuk campuran insektisida nabati dan bakteri
Pseudomonas sp., 1 alat semprot kontrol campuran pestisida nabati dan air dan 1
alat semprot kontrol air (Hoesain dkk., 2021).
Aplikasi kombinasi insektisida nabati dan bakteri endofit (Pseudomonas
sp.) dalam tabung penyemprotan diharapkan terdapat 20% bahan aktif. Bahan
aktif terdiri dari 13% insektisida nabati dan 7% bakteri endofit, artinya 2 mL
insektisida nabati yang digunakan masih dalam bentuk pasta yang mana ekuivalen
(mempunyai ukuran yang sama) dengan 13% (insektisida yang sudah diencerkan
atau sudah dicampurkan dengan bakteri endoofit dan air). Menurut Nurmansyah
(2014), standart aplikasi insektisida nabati dilapang dengan konsentrasi 3%
sampai 5% dapat menurunkan populasi serangga. Maka dari itu dengan
menggunakan konsentrasi 13% diharapkan mampu memberikan hasil terbaik
untuk menekan populasi walang sangit. Jadi untuk pengujian kompatibilitas
mengunakan konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100% bertujuan untuk mengetahui
rentan terjauhnya, artinya di 25% sudah efektif atau kompatibel, maka pada saat
menggunakan konsentrasi 13% dilapangan tidak akan mempengaruhi terhadap
populasi bakterinya.
40
P3U1 K- K- c K+ P2U5
K+ P1U2 K+ K- K+
28 m
3m
2,5 m
setiap sudut diambil 5 rumpun untuk diamati dan dilakukan perhitungan jumlah
individu. Perhitungan populasi dilakukan setelah aplikasi kombinasi insektisida
nabati dan bakteri endofit (Pseudomonas sp.) dengan interval waktu yang
berbeda.
4.1 Hasil
4.1.1 Uji Kompatibilitas Kombinasi Insektisida Nabati dan Bakteri Endofit
Uji kompatibilitas kombinasi insektisi nabati dan bakteri endofit
(Pseudomonas sp.) bertujuan untuk mengetahui kecocokan antara insektisida
nabati dan bakteri dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Berikut gambar 1
menunjukkan uji kompatibilitas kombinasi insektisida nabati dan bakteri endofit
(Pseudomonas sp.).
KB14 (P1) + + + + +
SK14 (P2) + + + + -
PD (P3) + + + - -
Keterangan : P1 (insektisida nabati dan bakteri KB14 pseudomonas sp.)
P2 (insektisida nabati dan bakteri SK14 pseudomonas sp.)
P3 (insektisida nabati dan bakteri PD pseudomonas sp.)
K+ (insektisida nabati)
K- (air)
24
25
cm. Perbedaan rata-rata tinggi tanaman padi dapat dilihat pada notasi yang
berbeda dari nilai hasil uji analisis DMRT taraf 5%.
K+ 27,86 ab b 32,68 ab
36,22 30,96 32,94
K- 28,10 a a 33,28 a
35,08 29,52 32,32
*Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada
uji duncan taraf kepercayaan 95%.
Keterangan : P1 (insektisida nabati dan bakteri KB14 pseudomonas sp.)
P2 (insektisida nabati dan bakteri SK14 pseudomonas sp.)
P3 (insektisida nabati dan bakteri PD pseudomonas sp.)
K+ (insektisida nabati)
K- (air)
4.2 Pembahasan
4.2.1 Kompatibilitas Insektisida Nabati dan Bakteri Endofit (Pseudomonas
sp.)
Berdasarkan tabel 1 kompatibilitas kombinasi insektisida nabati dan
bakteri endofit (Pseudomonas sp.) pada perlakuan KB14 (P1) dengan konsentrasi
25%, 50%, 75%, dan 100% menunjukkan kompatibel pada semua perlakuan
dengan simbol +. Pada perlakuan SK14 (P2) konsentrasi 25%, 50%, 75%
menunjukkan kompatibel dengan simbol +, sedangkan pada konsentrasi 100%
menunjukkan tidak kompatibel dengan simbol -, Kemudian pada perlakuan PD
(P3) kompatibel pada konsentrasi 25% dan 50% kompatibel dengan simbol + dan
pada konsentrasi 75% dan 100% tidak kompatibel dengan simbol -.
Dapat diketahui bahwa kompatibilitas yang terbaik pada perlakuan (P1)
insektisida nabati dan bakteri endofit (Pseudomonas sp.) KB14 yang
menunjukkan kompatibel pada semua konsentrasi. Kompatibilitas berhubungan
dengan kecocokan antar kombinasi insktisida nabati dan bakteri endofit
(Pseudomonas sp.) yang dilihat dari munculnya zona bening atau tidak
munculnya zona bening yang ada pada cawan petri. Munculnya zona bening
dikarenakan adanya aktivitas antibakteri yang dimiliki oleh insektisida nabati.
Menurut Rastina dkk., (2015), penghambatan yang terjadi pada bakteri endofit
(Pseudomonas sp.) karena adanya senyawa aktif yang dimiliki oleh insektisida
nabati seperti flavonoid, alkaloid, dan fenolik yang bersifat antibakteri.
Konsentrasi ekstrak dari insektiisida nabati juga berpengaruh pada diameter daya
hambat yang semakin luas.
Tidak munculnya zona bening karena bakteri endofit sendiri secara
genetik tahan, kandungan senyawa aktif insektisida nabati tidak mengandung
33
dan nutrisi pada medium percobaan. Tanaman padi mengeluarkan eksudat akar
yang diduga komposisinya menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri
endofit uji pada perlakuan P2, sehingga nutrisi berupa larutan hara tidak dapat
disintesis dan ditransfer ke dalam jaringan tanaman, yang mempengaruhi
rendahnya tinggi tanaman. (Ramadhan dkk., 2017). Eksudat yang dihasilkan
tanaman dengan komposisi berbeda-beda mampu meningkatkan perkembangan
mikroba tertentu dan menghambat perkembangan mikroba lainnya (Husein dkk.,
2008).
Berbeda dengan tanaman yang diberi perlakuan P1, P3, dan K+ yang
secara statistik berbeda nyata dengan K-. Rata-rata tinggi tanaman P1 memiliki
nilai 5,62 cm lebih tinggi dibandingkan K-. Rata-rata tinggi tanaman P3 memiliki
nilai 3,22 cm lebih tinggi dibanding K- dan juga rata-rata tinggi K+ memiliki nilai
yang lebih tinggi dibanding dengan K- yaitu 2,87 cm. Menurut Gusmaini dkk.,
(2013), bakteri endofit yang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi
tanaman padi, diduga strain bakteri endofit yang hidup di dalam jaringan tanaman
yang sehat memacu pertumbuhan tanaman dengan menghasilkan senyawa-
senyawa zat pengatur tumbuh seperti IAA, GA, dan Sitokinin. Sebagai agen
pemicu pertumbuhan tanaman, pseudomonas sp. banyak dilaporkan menghasilkan
fitohormon dalam jumlah besar khususnya IAA (Indoleacetic Acid) untuk
merangsang pertumbuhan yaitu asam giberelin, sitokinin dan etilen serta
melarutkan fosfat, kalium atau nutrien lain sehingga tersedia bagi tanaman (Dey et
al., 2004).
berkolerasi dengan jumlah anakan maksimum. Selain itu dinyatakan bahwa bahwa
pertumbuhan anakan padi sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara, air,
cahaya, jarak tanam, dan hama penyakit.
Kemampuan bakteri endofit dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman
padi telah banyak dilaporkan termasuk dalam mengurangi dampak salinitas.
Bakteri endofit pada umumnya memiliki kemampuan dalam mengikat N2 di
udara, namun beberapa peneliti melaporkan bahwa peningkatan pertumbuhan
tanaman lebih pada kemampuan mikrob dalam menghasilkan zat pengatur tumbuh
yang berupa hormon seperti giberelin dan mampu meningkatkan jumlah anakan
sehingga berpotensi digunakan sebagai pupuk hayati (Zain dkk., 2018).
5.1 Kesimpulan
1. Pada uji kompatibilitas dilihat dari tumbuhnya zona bening pada media atau
tidak yang terbaik yaitu pada perlakuan KB14 (P1) yaitu pada konsentrasi
25%, 50%, 75% dan 100% mengalami kecocokan pada semua konsentrasi
karena tidak munculnya zona bening pada semua perlakuan.
2. Aplikasi kombinasi insektisida nabati dan bakteri endofit (Pseudomonas sp.)
berpengaruh nyata dan efektif untuk mengendalikan terhadap populasi walang
sangit pada perlakuan P3 dan tidak berbeda nyata pada intensitas serangan.
Namun, intensitas serangan paling rendah pada perlakuan P3.
3. Aplikasi kombinasi insektisida nabati dan bakteri endofit (Pseudomonas sp.)
berpengaruh nyata dan efektif terhadap jumlah anakan yaitu pada perlakuan P3
pada pengamatan dan aplikasi ke-2 sampai ke-5 dan berpengaruh nyata pada
tinggi tanaman pada perlakuan P1 paling tinnggi. Pada berat gabah basah dan
berat 1000 gabah Aplikasi kombinasi insektisida nabati dan bakteri endofit
(Pseudomonas sp.) tidak berpengaruh nyata.
5.2 Saran
Hasil penelitian ini masih perlu untuk diteliti lagi pada setiap bakteri
endofit (Pseudomonas sp.) agar lebih mampu melihat kandungan dan mekanisme
kerja secara spesifik, khususnya senyawa aktif untuk mengendalikan hama dan
untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu, perlu diteliti uji daya simpan dari
kombinasi insektisida nabati dan bakteri endofit agar nantinya kombinasi ini
menjadi produk yang dapat diaplikasikan di tingkat petani.
41
DAFTAR PUSTAKA
42
43
Bhardwaj, D., M.W. Ansari, R.K. Sahoo, and N. Tuteja. 2014. Biofertilizers
Function As Key Player In Sustainable Agriculture By Improving Soil
Fertility, Plant Tolerance and Crop Productivity. Microbial Cell Factories,
13: 66.
Caradus, J 2012, Grass endophytes for insect management and improved pasture
productivity, Grasslanz Technology.
Christanto, H dan Agung, I.G.A.M. 2014. Jumlah bibit per lubang dan jarak
tanam berpengaruh terhadap hasil padi gogo (Oryza sativa L.) dengan
sistem of rice intensification (SRI) di lahan kering. Jurnal Bumi Lestari
14(1) : 1-8.
Dewidna, S., Jasmi., dan Indriati, G. 2013. Kepadatan Populasi Walang Sangit
(Leptocorisa Acuta Thunb) (Hemiptera ; Alydidae) Pada Tanaman Padi Di
Kenagarian Koto Nan Tigo Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir
Selatan. Pendidikan Biologi, STKIP PGRI Sumbar, 2 (2).
Dey, R., K. K. Pal, D. Bhatt, M., S. M. Chauhan, 2004. Growth Promotion and
Yield Enhancement of Peanut (Arachis hypogeal L.) by application of
plant growth promoting rhizobacteria. Microbiol Res, 159: 371-394.
Dutta S, Roy N. 2016. Life Table and Population Dynamics of a Major Pest,
Leptocorisa acuta (Thunb.)(Hemiptera: Alydidae), on Rice and Non Rice
System. India: M.U.C. Women’s College. Int. J. Pure App. Bioci, 4(1):
199-207.
Efri, Titik. N. A, T. Maryono dan Eko. R. 2017. Pengaruh Fraksi Ekstrak Daun
Pacar Cina (Aglaia Odorata L.) Terhadap Pertumbuhan Colletotrichum
Capsici Penyebab Penyakit Antraknosa Pada Cabai (Capsicum Annuum
L.) Secara In Vitro. HPT Tropika, 17 (2) : 105-110.
Hallmann, J., Quadt-Hallmann, A., Mahaffee, W.F. and Kloeppe r, J.W. 1997.
Bac terial endophytes in agricultural crops. Canadian Journal of
Microbiology. 43 : 895-914.
Hardi, T.W., dan Illa Anggraini. 2014. Pengendalian Hama Ulat Jengkal pada
Sengon dengan Ekstrak Daun Suren can Cuka Kayu. Balai Besar
Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Ciamis.
Indiati. S. W. 2012. Pengaruh Insektisida Nabati dan Kimia terhadap Hama Thrips
dan Hasil Kacang Hijau. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 31(3) :
152-157.
Irdawati, Linda.A, Fitri. A. 2017. Isolasi dan uji Aktifitas Antimikroba Bakteri
Endofit dari Daun Salam (Syzygium Polyanthum Wight). BioScience, 1 (2)
: 62-69.
Irfan. M. 2016. Uji Pestisida Nabati Terhadap Hama dan Penyakit Tanaman.
Agroteknologi, 6 (2) : 39-45.
Marlina, N.,Eko Adi Saputro, Nurbaiti Amir, 2012. Respons Tanaman Padi
(Oryza sativa L.) terhadap Takaran Pupuk Organik Plus dan Jenis
Pestisida Organik dengan System of Rice Intensification (SRI) di Lahan
Pasang Surut. Lahan Suboptimal, 1(2) : 138-148.
Moki, M., R. Iswati, dan F. Datau. 2016. Uji Efektivitas Tiga Jenis Kulit Jeruk
Sebagai Insektisida Nabati Dalam Menekan Populasi dan Serangan
Kumbang Beras (Sitophilus Oryzae). Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo.
Mulyani. C dan Dwi Widyawati. 2016. Efektifitas Insektisida Nabati Pada Padi
(Oryza Sativa, L) Yang Disimpan Terhadap Hama Bubuk Padi (Sitophilus
Oryzae, L) Efektifitas Insektisida Nabati Pada Padi (Oryza Sativa, L) Yang
Disimpan Terhadap Hama Bubuk Padi (Sitophilus Oryzae, L).
Agrosamudra, 3 (1) : 10-16.
Oktavia. N dan Sri. P. 2018. Isolasi dan Uji Antagonisme Bakteri Endofit Tapak
Dara (Catharanthus Roseus, L.) terhadap Bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus. Berkala Bioteknologi, 1 (1) : 6-12.
Prasetya. A, G. P. Ganda Putra, Luh Putu Wrasiati. Pengaruh Jenis Pelarut dan
Waktu Maserasi Terhadap Ekstrak Kulit Biji Kakao (Theobrama cacao L.)
Sebagai Sumber Antioksida. Rekayasa dan Manajemen Agroindustri, 8 (1)
: 150-159.
Putri. M. F, Mades. F dan Dwi. H. P. 2018. Diversitas Bakteri Endofit Pada Daun
Muda dan Tua Tumbuhan Andaleh (Morus Macroura Miq.). Eksakta, 19
(1) : 127-130.
Ramli dan Nina. S. 2013. Efektifitas Aplikasi Pestisida Nabati Terhadap Hama
Walang Sangit ( Leptotocorisa Oratorius ) Pada Tanaman Padi (Oryza
Sativa) di Kelompok Tani “Mandiri” Desa Cipeuyeum Kecamatan Haur
Wangi Kabupaten Cianjur. Agroscience, 6 : 42-51.
Shepard, B.M., A.T. Barrion, and J.A. Litsinger. 1995. Rice-Feeding Insects of
Tropical Asia. Philippines: International Rice Research Institute.
Sudarjat. 2008. Hubungan antara Kepadatan Populasi Kutu Daun Persik (Myzuz
persiciae Sulz.) dan Tingkat Kerusakan Daun dengan Kehilangan Hasil
Cabai Merah (Capsicum annum L.). Jurnal Agrikultura.19(3): 191-197
Sumini, S. Bahri dan Holidi. 2018. Populasi Dan Serangan Walang Sangit di
Tanaman Padi Sawah Irigasi Teknis Kecamatan Tugumulyo. Klorofil, 13
(2) : 67-70.
Sri dan Wiwik S. H. 2017. Kemampuan Pestisida Nabati (Mimba, Gadung, Laos
dan Serai), Terhadap Hama Tanaman Kubis (Brassica Oleracea L).
Agritrop, 15 (1) : 111-118.
Tabassum, K. A., & Shahina, F. 2004. In Vitro Mass Rearing Of Different Species
Of Entomopathogenic Nematodes In Monoxenic Solid Culture. Pakistan
Journal of Nematology, 22(2), 167 –175.
49
Van den Berg H, Soehardi. 2000. The Influence Of The Rice Bug Leptocorisa
Oratorius On Rice Yield. Applied Ecology, 37 : 959–970.
Yunianti. L. 2016. Uji Efektivitas Ekstrak Daun Sirihh Hijau (Piper betle)
sebagai Insektisida Alami Terhadap Mortalitas Walang Sangit
(Leptocorisa acuta) (Skripsi, Universitas Sanata Dharma).
1. Dokumentasi
50
51
50%
75%
53
54
100%
SK14 25%
50%
75%
55
100%
PD 25%
50%
75%
56
100%
P2 4 771,00
P2 5 485,40
P3 1 502,30
P3 2 522,80
P3 3 1066,50
P3 4 599,60
P3 5 578,30
K+ 1 733,60
K+ 2 505,50
K+ 3 752,60
K+ 4 627,60
K+ 5 707,00
K- 1 460,80
K- 2 678,80
K- 3 716,36
K- 4 946,10
K- 5 631,40
K+ 5 41,50
K- 1 31,60
K- 2 41,10
K- 3 29,80
K- 4 38,50
K- 5 35,20
10. Analisis ANOVA dan Uji lanjut DMRT 5% Populasi Hama Walang
Sangit Pengamatan 3 (74 HST)
EFFECT SS DF MS F ProbF
Blocks 37,44 4 9,36 2,146789
Perlakuan 15,84 4 3,96 0,9082569 0,4825905
Residual 69,76 16 4,36
Total 123,04 24 5,1266667
11. Analisis ANOVA dan Uji lanjut DMRT 5% Populasi Hama Walang
Sangit Pengamatan 4 (82 HST)
EFFECT SS DF MS F ProbF
Blocks 137,36 4 34,34 19,184358
Perlakuan 27,76 4 6,94 3,877095 0,0218306 *
Residual 28,64 16 1,79
Total 193,76 24 8,0733333
61
12. Hasil Uji Lanjut DMRT 5% Populasi Hama Walang Sangit Pengamatan
4 (82 HST)
P2 3,40 A
P3 3,40 A
P1 3,80 A
K+ 5,20 Ab
K- 6,00 B
Keterangan: *Angka-angka yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata
pada uji kisaran jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
13. Analisis ANOVA dan Uji lanjut DMRT 5% Populasi Hama Walang
Sangit Pengamatan 5 (88 HST)
EFFECT SS DF MS F ProbF
Blocks 44,56 4 11,14 5,528536
Perlakuan 5,76 4 1,44 0,7146402 0,5940194
Residual 32,24 16 2,015
Total 82,56 24 3,44
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between
Groups 2,895464 4 0,723866 0,637982 0,641452 2,866081
Within Groups 22,69236 20 1,134618
Total 25,58782 24