Anda di halaman 1dari 17

Mekanisme Penyebaran Patogen,

Penyebaran Aktif Dan Penyebaran Pasif

Dosen Pengampu : Ir. I Wayan Suniti, MS.

Oleh :
Kelompok 2

Ni Putu Pande Indraswari Putri (2006541084)


Gusti Ketut Asti Dea Ningsih (2006541088)
Gusti Ayu Putu Tiara Adi Hantari (2006541094)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2022/2023
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1

1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Epitomologi Penyakit Tumbuhan .............................................................. 3

2.2 Pembagian dan Pengertian Patogen Tumbuhan........................................................... 4

2.3 Cara Serangga Menyebabkan Penyakit pada Tumbuhan ............................................. 7

2.4 Mekanisme Penyebaran Patogen ...............................................................................10

2.4.1 Penyebaran Aktif ...............................................................................................10

2.4.2 Penyebaran Pasif ...............................................................................................10

2.5 Teknik Pengendalian ................................................................................................11

BAB III.............................................................................................................................13

PENUTUP ........................................................................................................................13

3.1 Kesimpulan .........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................14

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis berupa makalah ini dengan
baik dan tanpa suatu kendala berarti. Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata
Kuliah Epidemiologi Penyakit Tumbuhan, Ir, I Wayan Suniti, MS. yang telah membimbing
dan memberi arahan dalam penyusunan makalah ini. Begitu pula kepada teman-teman
seperjuangan yang telah memberi masukan dan pandangan kepada kami selama menyelesaikan
makalah ini. Makalah berjudul “Mekanisme Penyebaran Patogen, Penyebaran Aktif dan
Penyebaran Pasif” ini disusun untuk memenuhi tugas semester 6 mata kuliah Epidemiologi
Penyakit Tumbuhan.
Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Karenanya, kami menerima kritik serta saran yang membangun dari pembaca agar
kami dapat menulis makalah secara lebih baik pada kesempatan berikutnya. Besar harapan
kami makalah ini dapat bermanfaat dan berdampak besar sehingga dapat memberi inspirasi
bagi para pembaca.

Denpasar, 17 Maret 2023

Penulis,

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Patogen tanaman merupakan salah satu faktor pembatas dalam budidaya
tanaman, baik tanaman pangan, hortikultura, maupun perkebunan. Patogen dapat
mempengaruhi penurunan produksi tanaman secara kuantitas maupun kualitas. Secara
kuantitas patogen tanaman mempengaruhi penurunan jumlah produk atau hasil panen,
sementara secara kualitas patogen dapat berpengaruh terhadap penampilan fisik
maupun sifat fisiologis dari tanaman yang dibudidayakan seperti perubahan warna,
bentuk dan rasa.
Patogen penting lainnya yang mengakibatkan kerugian ekonomi cukup tinggi
pada tanaman budidaya yaitu Fusarium oxysporum f.sp. cubense (Foc) penyebab layu
pada pertanaman pisang. Foc sulit dikendalikan pertumbuhan dan penyebarannya
karena dapat bertahan lama di dalam tanah dalam bentuk klamidiospora. Infeksi
patogen ini dimulai dari bagian akar dan menyerang semua fase pertumbuhan tanaman,
sehingga deteksi awal yang dilakukan seringkali terlambat. Menurut laporan Ploetz
(2015) Foc Tropical Race 4 (TR4) telah menyebar hampir ke seluruh daerah sentra
produksi pisang di Indonesia, yaitu di Bali, Halmahera, Kalimantan, Jawa, Papua,
Sulawesi dan Sumatra.
Upaya-upaya yang dilakukan dalam menanggulangi masalah penyakit pada
tanaman yang diakibatkan oleh jamur patogen, mayoritas petani masih menggunakan
fungisida sintetik atau kimia. Jika penggunaan bahan kimia tersebut dilakukan secara
terus-menerus dalam jangka waktu yang lama maka dapat menimbulkan tercemarnya
lingkungan akibat residu bahan kimia di dalam tanah dan air maupun residu didalam
produk pertanian yang dapat membahayakan kesehatan manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu epidemiologi penyakit tumbuhan?
2. Bagaimana pembagian patogen tumbuhan?
3. Bagaimana cara serangga menyebabkan penyakit pada tumbuhan?
4. Bagaimana mekanisme penyebaran aktif patogen tumbuhan?
5. Bagaimana teknik pengendalian penyebaran patogen pada tumbuhan?

1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari epidemiologi penyakit tumbuhan
2. Mengetahui Bagaimana pembagian patogen tumbuhan
3. Mengetahui cara serangga menyebabkan penyakit pada tumbuhan
4. Mengetahui mekanisme penyebaran aktif patogen tumbuhan
5. Mengetahui teknik pengendalian penyebaran patogen pada tumbuhan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Epitomologi Penyakit Tumbuhan


Istilah epidemi berasal dari Gerika Yunani, dimana epi artinya yang mengenai atau
merusak dan demos artinya masyarakat atau orang banyak. Dengan menggunakan pengertian
analogi maka, epidemiologi penyakit tanaman berarti ilmu yang mempelajari penyakit yang
banyak berkembang pada populasi tanaman atau mempelajari penyakit tanaman yang
(mungkin) berkembang menjadi mewabah. Petani mengusahakan tanaman sebagai
pertanaman, atau kelompok (populasi) tanaman, sehingga kerugian yang diderita oleh petani
terjadi pada aras (level) populasi. Oleh karena itu, epidemiologi selalu mempertimbangkan
penyakit dalam populasi tanaman. Epidemi berarti terjadinya peningkatan insiden penyakit
(diseaseincidence) atau terjadi perkembangan penyakit dalam suatu populasi tanaman
persatuan waktu per satuan luas (van der Plank, 1963). Kranz (1973) menambahkan adanya
faktor pengaruh lingkungan dan perilaku manusia di dalamnya, kemudian dilengkapi oleh
Zadock & Schein (1979) mengemukakan bahwa epidemi sebagai pertambahan penyakit dalam
suatu populasi tanaman per satuan waktu per satuan luas yang mempunyai saat awal, optimal
dan akhir, sehingga populasi patogen merupakan fungsi dari waktu ( X = ft ).
Pengertian epidemi tersebut digunakan untuk menunjukkan dinamika penyakit dalam
populasi tanaman tanpa mempertimbangkan keganasannya. Epidemi terjadi pada jangka
waktu tertentu, atau tidak selalu terjadi pada setiap waktu. Epidemi terjadi pada
tempat, ruang, wilayah tertentu, atau tidak merata di setiap tempat. Menurut Oka (1993)
epidemiologi adalah studi kuantitatif tentang perkembangan penyakit dalam ruang dan dalam
jangka waktu tertentu sebagai akibat interaksi antara populasi inang dengan populasi patogen
yang dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik, biotik dan manusia. Pengertian lengkap tentang
epidemiologi penyakit tanaman merupakan cabang ilmu penyakit tanaman yang membahas
tentang fenomena populasi tanaman inang dan populasi patogen dengan memperhatikan
interaksinya yang dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik, biotik dan manusia yang terjadi dalam
areal dan waktu tertentu yang berakibat merugikan tanaman yang dianalisis secara kuantitatif
tentang bagaimana pewabahannya.
Epidemiologi merupakan suatu ilmu yang dapat dijadikan dasar dalam pengendalian
penyakit tanaman. Dengan mempelajari epidemiologi orang dapat menentukan langkah-
langkah apa saja yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kerugian akibat
serangan patogen. Epidemiologi terdiri dari suatu konsep yang kompleks, definisi dan prosedur

3
analitik . Populasi yang terpenting dalam hal ini adalah tanaman disatu sisi dan patogen di sisi
lainnya. Akan tetapi dalam perkembangannya epidemiologi juga menaruh perhatian terhadap
interaksi antara inang dan patogen yang kemudian dapat mengakibatkan penyakit dan
kehilangan hasil. Interaksi tersebut seringkali bergantung dengan lingkungannya. Jadi dalam
hal ini epidemiologi juga berhubungan dengan pengaruh faktor lingkungan biotik dan abiotik.
Manusia juga berperan penting dalam interaksi inang –patogen – dan lingkungannya. Hal ini
karena manusia yang mengelola lingkungan tersebut.

2.2 Pembagian dan Pengertian Patogen Tumbuhan


Pengertian dan Pembagian Patogen Tumbuhan Untuk dapat mempelajari suatu ilmu
dengan baik maka diperlukan adanya pemahaman terhadap peristilahan yang sering digunakan
dalam pembahasan ilmu yang bersangkutan. Yang dimaksud patogen adalah organisme hidup
yang mayoritas bersifat mikro dan mampu untuk dapat menimbulkan penyakit pada tanaman
atau tumbuhan. Mikroorganisme tersebut antara lain fungi, bakteri, virus, nematoda
mikoplasma, spiroplasma dan riketsia. Suatu organisme disebut pathogen apabila dapat
memenuhi Postulat Koch yaitu:
a. patogen ditemukan pada tanaman/bagian tanaman yang terserang,
b. patogen dapat diisolasi dan diidentifikasi,
c. patogen dapat diinokulasikan pada spesies inang yang sama dan menunjukkan
gejala yang sama,
d. patogen tersebut dapat diisolasi kembali.
Pengaruh komponen patogen dalam timbulnya penyakit sangat tergantung pada
kehadiran patogen, jumlah populasi patogen, kemampuan patogen untuk menimbulkan
penyakit yaitu berupa kemampuan menginfeksi (virulensi) dan kemampuan menyerang
tanaman inang (agresivitas), kemampuan adaptasi patogen, penyebaran, ketahanan hidup, dan
kemampuan berkembangbiak patogen. Berikut ini akan diterangkan secara singkat beberapa
istilah yang sering digunakan dalam Fitopatologi. Penyakit tumbuhan umumnya didefinisikan
sebagai suatu rangkaian proses fisiologi yang merugikan, yang disebabkan oleh rangsangan
terus menerus oleh suatu penyebab primer. Hal ini ditunjukkan oleh aktivitas sel sakit dan
dinyatakan dalam keadaan morfologi dan histologi yang disebut gejala. Penyakit dapat
disebabkan oleh agen abiotik yang non infeksius dan tak dapat ditularkan, misalnya oleh
polutan dan keadaan tanah yang buruk. Penyebab penyakit lainnya adalah agen biotik yang
infeksius dan dapat ditularkan, misalnya bakteri dan cendawan. Secara umum penyebab
penyakit yang menular ini disebut patogen. Kebanyakan patogen merupakan parasit karena ia

4
mendapatkan makanannya dari tumbuhan hidup yang menjadi inang (host). Organisme yang
mendapatkan makanannya dari bahan organik yang sudah mati di katakan sebagai saprofit.
Parasit dikatakan bersifat obligat jika hidup hanya terbatas pada jaringan hidup saja.
Patogenisitas adalah kemampuan untuk menimbulkan penyakit. Istilah virulensi
digunakan sebagai ukuran tingkat patogenisitas, dan kini lebih bersifat kualitatif dari pada
kuantitatif. Untuk menggambarkan reaksi tanaman terhadap patogen digunakan istilah kebal
(immune), tahan (resisten), toleran (telerance), dan rentan (susceptible). Hal ini merupakan
pengukuran sampai seberapa jauh tanaman dapat mencegah masuknya atau pertumbuhan
berikutnya dari patogen dalam jaringannya. Ketahanan dikatakan horizontal bila merata
(uniform) terhadap banyak ras patogen, sedangkan yang vertikal (diferential) hanya efektif
terhadap ras patogen tertentu saja. Tanaman yang toleran meskipun terinfeksi oleh pathogen
gejala yang timbul hanya ringan. Bahkan yang toleransinya ekstrim tidak menunjukkan gejala
sakit meskipun telah terinfeksi, dan tanaman yang demikian disebut pembawa yang tidak
bergejala (simptomless carrier). Ketahanan yang tinggi dapat ditunjukkan dengan adanya
reaksi hipersensitif, yaitu dengan terjadinya kematian sel-sel di dekat tempat infeksi secara
cepat sehingga perkembangan patogen terhenti. Reaksi hipersensitif ini terutama efektif
terhadap patogen yang obligat. Dalam kondisi yang baik pemasukan (penetrasi) pathogen
kedalam tanaman yang rentan diikuti dengan infeksi, yang memantapkan hubungan parasitik
antara keduanya. Pada tanaman yang ketahanannya tinggi mungkin penetrasi dapat terjadi
tetapi tidak diikuti oleh infeksi. Infeksi kemudian diikuti dengan terjadinya kolonisasi, yaitu
perkembangan dan penyebaran patogen dalam jaringan tanaman. Kolonisasi dapat terbatas
seperti dalam hal bercak, atau meliputi daerah yang luas dalam jaringan tertentu yang
diserangnya. Bila infeksi bersifat sistemik maka patogennya tersebar luas dalam seluruh tubuh
tanaman. Mikroorganisme yang ada pada patogen tumbuhan yaitu:
 Bakteri
Bakteri patogen tanaman umumnya berbentuk batang, dengan panjang sekitar 3 μm dan
lebar 1 μm. Bila satu sel bakteri ditumbuhkan pada medium yang sesuai maka ia akan
membelah diri dan membentuk satu koloni. Ukuran, warna dan bentuk koloni bakteri dapat
beragam tergantung antara lain pada spesies dan mediumnya. Sel bakteri mempunyai dinding
sel yang tipis dan agak kaku. Bakteri ada yang mempunyai benang-benang yang halus (flagela)
pada ujung tubuhnya (polar) atau pada seluruh permukaan tubuhnya (peritrichous). Letak
flagella merupakan salah satu penciri dalam klasifikasi. Bakteri juga bersifat antigen, sehingga
akan menimbulkan antibodi dalam darah hewan berdarah panas seperti kelinci dan kuda.
Antibodi ini bereaksi spesifik terhadap antigennya, dan fenomena ini dapat digunakan sebagai

5
dasar deteksi dan identifikasi bakteri dengan uji serologi. Dengan pewarnaan Gram, bakteri
dapat dibedakan antara yang Gram (+) dan Gram (-). Misalnya Pseudomonas, Erwinia,
Xanthomonas, dan Agrobacterium bersifat Gram (-), sedangkan yang bersifat gram (+) adalah
Corynebacterium. Bakteri patogen tanaman dapat masuk kedalam jaringan tanaman hanya
melalui luka atau lubang alami seperti stomata, lentisel dan hidatoda.
 Cendawan
Kebanyakan penyakit tanaman disebabkan oleh cendawan. Cendawan adalah
mikroorganisme yang mempunyai inti sel (nucleus), berspora, tidak berklorofil dan umumnya
bereproduksi secara seksual. Tubuhnya yang berbentuk seperti pita dan bercabang-cabang
biasanya dibungkus oleh dinding sel yang mengandung selulosa atau khitin atau keduanya.
Pada umumnya, semua bagian cendawan berpotensi untuk tumbuh. Bagian reproduksi terpisah
dari bagian somatik dan menunjukkan bentuk yang berlainan yang dapat digunakan untuk
klasifikasi. Tiap pita cendawan disebut hifa. Massa hifa membentuk tubuh cendawan disebut
miselium. Miselium cendawan ada yang membentuk benang- benang tebal yang disebut
rhizomorfa. Miselia cendawan yang hidup sebagai parasit tumbuh diatas atau dalam inangnya.
Pembiakan secara aseksual dapat terjadi secara berulang-ulang selama makanan masih ada,
sedangkan yang seksual hanya terjadi dalam semusim. Pembiakan secara aseksual meliputi
fragmentasi, pembelahan, pemucukan dan pembentukan konidiospora. Perkembangan secara
seksual meliputi tiga tahap yaitu plasmogami, kariogami dan meiosis.
 Nematoda
Nematoda yang berbentuk seperti belut mampunyai spesies-spesies yang dapat memarasit
tanaman. Panjangnya sekitar 4 mm, sedangkan lebarnya beragam dari 50 sampai 200 μm.
Nematoda parasit tanaman dapat dibedakan dengan yang hidup bebas di tanah berdasarkan
adanya stilet atau alat penusuk dan penghisap yang ada pada rongga mulutnya. Umumnya
nematoda berumah dua atau biseksual. Pada parasit tanaman jumlah jantannya lebih sedikit
daripada yang betina. Langkanya jenis jantan menunjukkan kecenderungan hermaproditisme
atau parthenogenesis. Nematoda parasit tanaman bila merupakan endoparasit, pada umumnya
akan meletakkan telurnya didalam jaringan tanaman. Telur menetas menjadi larva yang
berbentuk mirip dengan nematoda dewasa namun belum ada sifat seksual sekundernya.
Sebelum dewasa, larva nematoda ganti kulit empat kali.
 Virus
Virus adalah suatu nucleoprotein yang sangat kecil dan tembus cahaya sehingga sulit dilihat
dengan mikroskop cahaya. Virus hanya berkembangbiak didalam sel hidup dan mempunyai
kemampuan untuk menimbulkan penyakit. Virus tanaman dapat menimbulkan gejala mosaik

6
dan kerdil. Satu jenis virus mungkin dapat menyerang beberapa spesies tanaman, dan satu
spesies tanaman dapat diserang oleh banyak jenis virus. Virus terdiri dari asam nukleat (RNA
atau DNA) yang dibungkus oleh suatu protein, umumnya berbentuk batang atau polyhedral.
Sebagai contoh, virus tanaman yang terkenal yaitu TMV (Tobacco Mosaic Virus) berbentuk
batang dengan ukuran sekitar 15 x 300 μm. Untuk perkembangbiakannya, virus tidak
membelah diri ataupun membentuk spora, namun dengan cara menginduksi sel inangnya agar
membentuk virus-virus baru. Deteksi virus antara lain dilakukan dengan menggunakan
mikroskop elektron, penularan dari tanaman sakit ke tanaman sehat dengan cara pengolesan
cairan perasan, menggunakan vektor dan cara serologi. Virus tanaman ditularkan dari satu
tanaman ke tanaman lain melalui bahan vegetatif, benih, tepung sari, vector (serangga, tungau,
nematoda atau taliputri), atau secara mekanik dengan cairan tanaman sakit. Tersedianya
inokulum pada tanaman sakit di lapangan dan adanya vektor dapat menyebabkan terjadinya
infeksi dini dan penyebaran yang cepat. Vektor virus tanaman yang terpenting adalah serangga
dari ordo Homoptera yang meliputi afid (kutu daun) dan wereng. Akibat terinfeksi virus,
tanaman dapat menghasilkan protein baru yang mungkin dapat mengganggu metabolisme
normal. Penurunan fotosintesis dapat terjadi karena penurunan jumlah dan efisiensi klorofil
serta berkurangnya luasan daun.

2.3 Cara Serangga Menyebabkan Penyakit pada Tumbuhan


Patogen menyerang tanaman karena membutuhkan senyawa yang dihasilkan oleh
tanaman untuk kehidupannya. Patogen yang menginfeksi tanaman harus dapat masuk ke dalam
tanaman, memanfaatkan senyawa nutrisi dan bertahan dari sistem pertahanan inang untuk
mengambil senyawa dari tanaman, pathogen harus mampu melewati penghalang fisik
(kutikula, dinding sel). Kadang kala senyawa tanaman tersebut tersedia dalam bentuk yang
tidak dapatdimanfaatkan secara langsung oleh patogen sehingga perlu dirombak dahulu agar
dapat diserap dan dimanfaatkan oleh patogen. Tanaman memberikan respon terhadap
kehadiran dan aktivitas patogen dengan membentuk sistem pertahanan baik berupa pertahanan
struktural maupun pertahanan kimiawi. Patogen harus dapat mengatasi sistem pertahanan ini
agar dapat tetap hidup dan mengambil makanan dari tanaman inangnya, baik dengan cara
mekanis maupun kimawi.
1. Inokulasi atau penularan
Bagian dari patogen atau patogen yang terbawa agen tertentu yang mengadakan kontak
dengan tanaman disebut inokulum atau penular. Dengan demikian inokulum merupakan
bagian dari patogen atau pathogen itu sendiri yang dapat menyebabkan penyakit pada

7
tanaman. Pada jamur atau cendawan, inokulum dapat berupa miselium, spora, atau
sklerotium. Pada bakteri, mikoplasma, dan virus, inokulumnya berupa individu bakteri,
individu mikoplasma, dan patikel virus itu sendiri. Pada tumbuhan parasitik, inokulum
dapat berupa fragmen tumbuhan atau biji dari tumbuhan parasitic tersebut. Pada nematoda,
inokulumdapat berupa telur, larva, atau nematode dewasa.
Langkah-langkah yang terjadi pada proses inokulasi, dimulai dari
inokulum patogen sampai ke permukaan tubuh tanaman inang melalui perantaraan angin,
air, serangga dan sebagainya. Meskipun inokulum yang dihasilkan patogen banyak sekali
tetapi yang dapat mencapai tanaman inang yang sesuai hanya sedikit sekali. Semua patogen
memulai melakukan serangan pada tingkat pertumbuhan vegetatif. Dengan demikian, spora
jamur dan biji tumbuhan parasitik harus berkecambah terlebih dahulu. Untuk melakukan
perkecambahan diperlukan suhu yang sesuai dan kelembaban dalam bentuk lapisan air pada
permukaan tanaman. Keadaan basah atau bentuk lapisan air ini harus berlangsung cukup
lama sampai patogen mampu masuk atau melakukan penetrasi ke dalam sel atau jaringan.
Jika hanya berlangsung sebentar maka patogen akan kekeringan dan mati, sehingga gagal
melakukan serangan.
2. Penetrasi
Penetrasi merupakan proses masuknya patogen atau bagian dari patogen kedalam sel,
jaringan atau tubuh tanaman inang. Patogen melakukan penetrasi dari permukaan tanaman
ke dalam sel, jaringan atau tubuh tanaman inang melalui empat macam cara, yaitu secara
langsung menembus permukaan tubuh tanaman, melalui lubang-lubang alami,
melalui luka, dan melalui perantara (pembawa, vektor). Ada patogen yang dapat melakukan
penetrasi melalui beberapa macam cara dan ada pula yang hanya dapat melakukan penetrasi
melalui satu macam cara saja. Sering patogen melakukan penetrasi terhadap sel-sel
tanaman yang tidak rentan sehingga patogen tidak mampu melakukan proses selanjutnya
atau bahkan patogen mati tanpa menyebabkan tanaman menjadi sakit. Tumbuhan parasitik
dan nematoda melakukan penetrasi dengan cara langsung. Kebanyakan jamur parasit
melakukan penetrasi pada jaringan tanaman dengan secara langsung. Spora jamur yang
berkecambah akan membentuk bulu kecambah yang dapat digunakan untuk melakukan
penetrasi, baik langsung menembus permukaan maupun melalui lubang alami dan luka.
Bakteri biasanya melakukan penetrasi melalui luka atau dimasukan oleh perantara tertentu
dansedikit sekali yang masuk melalui lubang-lubang alami permukaan tanaman. Virus dan
mikoplasma dapat melakukan penetrasi dengan melalui luka atau dimasukan oleh perantara

8
atau vektor. Bakteri, virus, dan mikoplasma tidak pernah melakukan penetrasi secara
langsung.
3. Infeksi
Infeksi merupakan suatu proses dimulainya patogen memanfaatkan nutrient (sari
makanan) dari inang. Proses ini terjadi setelah pathogen melakukan kontak dengan sel-sel
atau jaringan rentan dan mendapatkan nutrien dari sel-sel atau jaringan tersebut. Selama
proses infeksi, pathogen akan tumbuh dan berkembang didalam jaringan tanaman. Infeksi
yang terjadi pada tanaman inang, akan menghasilkan gejala penyakit yang tampak dari luar
seperti + menguning, berubah bentuk (malformasi), atau bercak (nekrotik). Beberapa
proses infeksi dapat bersifat laten atau tidak menimbulkan gejala yang tampak mata, akan
tetapi pada saat keadaan lingkungan lebih sesuai untuk pertumbuhan patogen atau pada
tingkat pertumbuhan tanaman selanjutnya, patogen akan melanjutkan pertumbuhannya,
sehingga tanaman menampakan gejala sakit.
4. Invansi
Invasi merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan pathogen setelah terjadi
infeksi. Individu jamur dan tumbuhan parasitik umumnya melakukan invasi pada tanaman
dimulai sejak proses infeksi dengan cara tumbuh dalam jaringan tanaman inang, sehingga
tanaman inang selain kehilangan nutrien, sel-selnya atau jaringan juga rusak karenanya.
Bakteri, mikoplasma, virus, dan nematoda melakukan invasi dan menginfeksi jaringan baru
di dalam tubuh tanaman dengan jalan menghasilkan keturunan (individu-individu patogen)
dalam jaringan yang terinfeksi. Keturunan patogen ini kemudian akan terpindah secara
pasif ke dalam sel-sel jaringan lain melalui plasmodesmata (untuk virus), floem (untuk
virus, mikoplasma), xilem (untuk beberapa jenis bakteri) atau dapat pula berpindah secara
aktif dengan jalan berenang dalam lapisan air, seperti nematoda dan beberapa jenis bakteri
motil(mempunyai alat gerak).
5. Penyebaran Penyakit
Secara ilmiah, penyebaran merujuk pada suatu fenomena atau objek yang diamati
secara sistematis, obyektif, dan terukur. Fenomena atau objek tersebut dapat merujuk pada
persebaran geografis suatu spesies, populasi, penyakit atau gejala alam dalam suatu wilayah
atau kawasan tertentu. Diseminasi merupakan penyebaran patogen berarti proses
berpindahnya patogen atau inokulum dari sumbernya ke tempat lain. Penyebaran patogen
dapat terjadi secara aktif maupun pasif. Penyebaran pasif yang berperan besar dalam
menimbulkan penyakit, yaitu dengan perantaraan angin, air, hewan (terutama serangga),
dan manusia. Beberapa patogen dapat melakukan penyebaran secara aktif, misalnya

9
nematoda, zoospora dan bakteri motil. Ketiga macam inokulum ini mampu berpindah
dalam jarak yang relatif pendek (mungkin hanya beberapa milimeter atau sentimeter)
dengan menggunakan kekuatan sendiri sehingga kurang efektif dari segi perkembangan
penyakit.

2.4 Mekanisme Penyebaran Patogen


Terjadinya suatu epidemi apabila patogen mampu menyebar ke daerah yang cukup luas
dan berkesempatan berkembang disana. Penyebran patogen dapat tejadi secara aktif dan secara
pasif. Penyebaran aktif adalah apabila patogen dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain
secara aktif dengan sendirinya misalnya: jamur kayu membentuk hifa yang panjangnya
beberapa meter sehingga dapat mencapai inang lainnya. Penyebaran secara Aktif
2.4.1 Penyebaran Aktif
Penyebaran secara aktif dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu :
1. Mekanisme pistol air : mekanisme ini umum terdapat pada jamur klas Ascomycetes.
Askusnya akan membengkak menjelang matang dan pecah atau terbuka pada
ujungnya yang mengarahkan spora-sporanya ke atas. Tekanan di dalam askus
sedemikian tingginya sehingga spora-spora yang ditembaknya dapat mencapai
ketinggian 100 meter dengan kecepatan yang cukup tinggi pula.
2. Mekanisme Pemotongan : sel ujung atas dari sporofora sekonyong-konyong
terpotong sampai sporanya dapat dilepaskan ke udara. Beberapa spesies dari jamur
Phycomycetes memiliki mekanisme seperti ini, demikian juga esiospora dari
patogen-patogen karat.
3. Melepas Basidiospora : Basidiospoa bertempat simetris pada ujung sterigma dan
bila spora masak setetes cairan dikeluarkan dari hilumnya dan menyebabkan spora
terlepas seketika.
2.4.2 Penyebaran Pasif
Penyebaran pasif dapat dilakukan dengan perantaraan angin, air, binatang,
serangga, alat-alat pertanian dan juga manusia. Yang biasanya diangkut dengan
perantaraan media tersebut adalah spora- spora jamur patogen. Memencarnya spora-
spora dengan perantaraan apapun selalu didahului dengan “take off” kemudian terbang
selama di perjalanan dan akhirnya mendarat di suatu tempat. Pemencaran spora secara
pasif tersebut dapat terjadi dengan mekanisme sebagai berikut:
1. Melepaskan spora dengan gaya berat dimana spora-spora yang telah kering
terkumpul pada bercak untuk dapat terlepas senantiasa karena gaya beratnya tetapi

10
dapat juga dibantu oleh hembusan angin. Momentum mekanis yang berakibat
melepas spora-spora yang kering dalam jumlah banyak sekali. Sumber momentum
mekanis ini adalah dampak aliran udara dan dampak air hujan. Aliran udara tadi
menggoyang-goyangkan tanaman bagian-bagian tanaman yang menyebabkan
spora –spora terlepas dari badan buahnya. Demikian juga air hujan dapat memukul
bagian tanaman yang menyebabkan spora-spora yang telah matang terlepas dari
badan buahnya. Misalnya terjadi pada urediospora pada penyakit karat yang dapat
menempel pada pakaian, seperti penyakit karat pada kopi yang disebabkan oleh
Hemileia vastatrix terbawa dari Afrika ke Brasil dengan perantaraan jas para peserta
konferensi kopi pada tahun 1960 (Toyib Hadiwijaya, 1992).
2. Terhembus Angin, terjadi pada jamur patogen yang menghasilkan spora spora
kering. Letak sporoporanya agak menonjol di atas permukaan hingga arus angin
yang turbulen dapat menghembuskan spora-sporanya, misalnya konidiospora
Helminthosporium maydis.
3. Gerakan Higroskopis dari konidiofora menyebabkan terlepasnya spora-spora.
Gerakan tersebut dimungkinkan dengan adanya perubahan kelembaban atmosfer di
sekitarnya yang sering terjadi pada pagi hari. Udara yang mengandung kabut
menabrak spora-spora tinggi dapat terlepas dari konidiofornya, misalnya spora-
spora jamur Botritis spp.

2.5 Teknik Pengendalian


Penyebaran patogen penyakit pada tanaman tidak dapat dihindari, akan tetapi
penyebaran yang terjadi dapat dihambat prosesnya dan meminimalisir penyebaran
penyakit yang terjadi. Seperti yang diungkapkan oleh Painter (1951) terdapat tiga
mekanisme yang ditunjukkan tanaman dalam menghambat serangan hama, yaitu:
1. Antibiosis merupakan suatu mekanisme yang dapat mempegaruhi menghancurkan
siklus hidup hama.
2. Antixenosis merupakan menghindarkan tanaman dari serangan hama dalam
mencari makan, meletakkan telur, ataupun tempat tinggal serangga.
3. Toleran adalah daya tahan tanaman terhadap serangan hama.
Salah satu teknik pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya
epidemi pada tanaman adalah dengan menggunakan tanaman yang resisten. Tanaman
akan tahan (resisten) terhadap serangan patogen apabila memiliki sifat-sifat genetik
yang dapat mengurangi tingkat kerusakan yang disebabkan oleh patogen penyakit.

11
Kerentanan tumbuhan terhadap patogen dapat ditingkatkan dengan melakukan
infeksi pendahuluan dengan menggunakan patogen lain atau strain yang berbeda dari
patogen yang sama. Patogen yang awalnya tidak kompatibel dapat menjadi kompatibel
pada tumbuhan yang terlebih dahulu diinfeksi dengan menggunakan patogen tertentu.
Dapat juga terjadi tumbuhan yang dalam keadaan normal dan tahan terhadap strain
tertentu dari satu jenis patogen lalu berubah menjadi rentan terhadap strain tersebut.
Kecuali menginduksi kerentanan terhadap penyakit, patogen dapat saling bekerja dan
menginduksi ketahanan inang atau sering disebut dengan : imunisasi, proteksi, proteksi
silang, dan ketahanan terinduksi. Imunisasi pada tanaman efektif dalam mengatasi
penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur.
Pengendalian penyakit pada tumbuhan dapat dilakukan dengan memperhatikan
segitiga penyakit. Pengendalian penyakit dapat tercapai dengan melakukan beberapa
tahapan sebagai berikut :
1. Eleminasi atau meniadakan patogen
Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan karantina dan sertifikasi
benih.
2. Mencegah inang dari patogen
Bahan kimia pelindung pada permukaan tanaman dapat digunakan untuk
mengurangi terjadinya penyebaran penyakit.
3. Modifikasi lingkungan
Contoh pengendalian Phytophthora collar rot pada jeruk yang diakibatkan oleh
Phytophthora citropthora dapat berhasil melalui perbaikan drainase tanah.
Pengendalian penyakit juga dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu cara fisik
dan kimia.
1. Metode fisik: Pengendalian patogen dengan menggunakan metode ini dapat
dilakukan dengan perlakuan panas (sterilisasi dan pasturisasi), pendinginan,
pengasapan, penangkapan spora (spore trap) dan sebagainya.
Contoh: pengendalian penyakit bercak daun pada kubis yang disebabkan oleh
jamur Alternaria brassicae dan A. brassicicola dapat dikendalikan dengan
merendam biji ke dalam air panas pada suhu 50C selama 18 menit
2. Metode kimia: pengendalian dengan metode kimia dapat dilakukan dengan
menggunakan bahan kimia seperti fungisida untuk mengendalikan jamur,
bakterisida untuk mengendalikan bakteri, nematisida untuk mengendalikan
nematoda.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Patogen adalah organisme hidup yang mayoritas bersifat mikro dan mampu untuk dapat
menimbulkan penyakit pada tanaman atau tumbuhan. Penyakit tumbuhan umumnya
didefinisikan sebagai suatu rangkaian proses fisiologi yang merugikan, yang disebabkan oleh
rangsangan terus menerus oleh suatu penyebab primer. Mikroorganisme yang ada pada patogen
tumbuhan yaitu : bakteri, cendawan, nematoda dan virus. Patogen menyerang tanaman karena
membutuhkan senyawa yang dihasilkan oleh tanaman untuk kehidupannya. Epidemi terjadi
apabila patogen mampu menyebar ke daerah yang cukup luas dan berkesempatan berkembang
disana. Penyebaran patogen dapat tejadi secara aktif dan secara pasif. Adapun cara
penanggulangan penyebaran pathogen pada tumbuhan yaitu eleminasi atau meniadakan
patogen, mencegah inang dari patogen bahan kimia pelindung pada permukaan tanaman,
memodifikasi lingkungan dan pengendalian penyakit dengan cara fisik dan kimia.

13
DAFTAR PUSTAKA

Damiri, Nurhayati. "Epidemiologi Penyakit Tumbuhan." (2011).


Hakim, I. L. (2020). Bakteri Patogen Tumbuhan. Syiah Kuala University Press.
Poerwanto, Mofit E. Cara Menyerang pathogen
Sopialena. 2017. Segitiga Penyakit Tanaman. Universitas Mularman.
Suniti, N. W. "Buku Ajar Epidemiologi Penyakit Tumbuhan." Jurusan Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar, Bali. (2006).
https://www.academia.edu/33285982/BAB_I_PENDAHULUAN_1_1_Latar_Belakan
g
Tjahjono, Budi. Ilmu Penyakit Tumbuhan. https://mip.faperta.unri.ac.id/file/bahanajar/87469-
Ilmu-Penyakit.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai