OLEH
NO BP : 1810252044
KELAS : PROTEKSI B
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
KATA PENGANTAR
Penulisan laporan ini telah penulis susun dengan maksimal dan juga
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak agar lancarnya pembuatan laporan ini.
Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah ikut berkontribusi dalam pembuatan Laporan Akhir Pengendalian Hayati
dan Pengelolaan Habitat. Terlepas dari itu semua, penulis menyadari sepenuhnya
bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi penyusunan maupun penulisan.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca guna kesempurnaan laporan ini.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I. PENDAHULUAN
Tanaman padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman penghasil beras yang
digunakan sebagai bahan pangan utama dari sekitar 90% penduduk Indonesia
mengkonsumsi beras. Beras merupakan bahan makanan pokok utama dan sangat
dominan di Indonesia yang memiliki kedudukan sangat penting dan telah menjadi
komoditas strategis (Manurung dan Isumunadji, 2008). Kebutuhan beras sebagai
bahan makanan pokok penduduk Indonesia mengalami peningkatan sebesar
2,23% per tahun (Arafah dan Sirappa, 2003). Kebutuhan beras terus meningkat
karena peningkatan jumlah penduduk tidak diimbangi dengan produksi yang
cukup. Kebutuhan beras di Indonesia mencapai 32 juta ton sedangkan produksi
nasional maksimal hanya mencapai sekitar 31,5 juta ton/tahun.
oleh petani dari tahun ketahun, hal ini diduga akibat dampak perubahan
iklim global yang berpengaruh terhadap pola musim/cuaca lokal yang sangat erat
kaitannya dengan perkembangan hama. Disamping itu, permasalahan hama dan
penyakit pada tanaman padi akan terus dihadapi karena luas lahan yang semakin
berkurang, terbatasnya modal, pengetahuan dan keterampilan petani,
permasalahan irigasi, pasar serta harga produksi.
Hama ini menyerang pada fase vegetatif dan generatif dan telah
menyebabkan kerugian yang besar. Tanaman yang terserang kepinding tanah
dapat mengakibatkan penurunan produksi karena apabila menyerang pada fase
anakan akan menyebabkan jumlah anakan berkurang dan pertanaman terhambat
atau kerdil. Sedangkan kalau kepinding tanah menyerang pada saat setelah fase
bunting, tanaman menghasilkan malai yang kerdil, tidak lengkap dan akan
menghasilkan gabah hampa. Dalam kondisi populasi tinggi tanaman yang dihisap
dapat mati.
b. Tujuan
b. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui kejadian dan keparahan
penyakit blast pada tanaman padi Oryza sativa di lapangan
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan yang sangat penting di
dunia, Di Indonesia pada saat ini tanaman padi menjadi perhatian utama, karena
merupakan bahan pokok yang sangat dibutuhkan masyarakat. Selain itu padi juga
berkaitan erat dengan kesejahteraan hidup petani. (Yusak, 2008)
Padi juga adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban.
Produksi padi di dunia menempati urutan ke tiga dari semua serealia setelah
jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama
bagi mayoritas penduduk dunia. Kebutuhan beras sebagai bahan makanan pokok
penduduk indonesia mengalami peningkatan sebesar 2,23% per tahun (Arafah dan
Sirappa, 2003)
Hama kepinding tanah merupakan salah satu hama yang cukup penting
dan menyebar pada pertanaman padi sawah Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, dan
Jawa. Hama ini menyerang pada fase vegetatif dan generatif menyebabkan
kerugian yang besar (Kalshoven, 1981). Tanaman yang terserang kepinding tanah
dapat mengakibatkan penurunan produksi karena apabila menyerang pada fase
anakan, akan menyebabkan jumlah anakan berkurang dan pertanaman terhambat
atau kerdil, sedangkan kalau kepinding tanah menyerang pada saat setelah fase
bunting, tanaman menghasilkan malai yang kerdil, tidak lengkap dan akan
menghasilkan gabah hampa. Dalam kondisi populasi tinggi tanaman yang di hisap
dapat mati (Nurjanah, 2010).
Kepinding tanah merupakan salah satu hama yang menyerang pada semua
tahapan pertumbuhan tanaman padi, dan mampu menyebabkan kerugian hasil
hingga 80% atau kerugian hasil lengkap selama infestasi berat, menurut data,
tingkat kerusakan yang terlihat tinggi ada di angka populasi 18,00 ekor serangga
per rumpun bisa menyebabkan hasil produksi padi menurun hampir sekitar 80%
tergantung jenis padi dan resistensi jenis padi terhadap hama tersebut. ( Annisa,
2018)
Epidemi penyakit blas di Indonesia yang semula terjadi pada tanaman padi
gogo, sejak awal tahun 1985 telah berstatus sebagai penyakit utama padi di lahan
sawah tadah hujan dan pada awal tahun 2000 berkembang di lahan irigasi. Sudir
et al. (2014) melaporkan penyakit blas sudah menyebar di hampir semua sentra
produksi padi di Indonesia. Beberapa areal persawahan beririgasi yang dilaporkan
terjangkit penyakit blas adalah Subang, Karawang, Indramayu, Garut, dan
Sukabumi di Jawa Barat; seluruh kabupaten penghasil padi pada lahan sawah
irigasi dan tadah hujan dataran rendah di Jawa Tengah; dan Lamongan, Jombang,
Mojokerto, Pasuruan, Probolinggo serta Lumajang di Jawa Timur (Sudir et al.
2013, Yulianto et al. 2014a).
Pada stadia generatif, terutama pada saat pengisian biji, sering ditemukan
gejala penyakit blas pada leher malai. Malai padi yang terinfeksi parah oleh
patogen blas menimbulkan gejala busuk kering pada leher malai. Gejala penyakit
blas pada leher malai berwarna cokelat kehitaman (gosong) seperti terkena
letupan api (blast). Pada kondisi penularan yang parah, leher malai menjadi busuk,
kering, dan mudah patah, aliran fotosintesis ke bulir terhambat. Apabila malai
terinfeksi pada stadia masak susu maka bulir padi banyak yang hampa. Makin
tinggi intensitas penyakit, makin banyak leher malai yang patah dan jatuh,
sehingga makin banyak pengurangan hasil panen. Petani di berbagai daerah di
Jawa Tengah memberikan nama yang berbeda-beda terhadap gejala penyakit blas
leher malai. Di Kabupaten Sragen, Karanganyar dan Boyolali, penyakit blas leher
malai disebut “potong leher”, sementara di Kabupaten Pati, Rembang, Kudus, dan
Blora disebut “tekek”. Petani di Kabupaten Klaten menyebutnya “patah leher” dan
di Wonogiri “tekluk cengel” (Yulianto et al. 2014a).
Penyakit blas leher malai pada varietas rentan dapat mengakibatkan
kehilangan hasil sampai 100%. Pada kondisi lingkungan yang mendukung,
varietas padi yang terinfeksi parah dengan tingkat intensitas yang tinggi, baik oleh
penyakit blas daun maupun blas leher malai, dapat menyebabkan tanaman puso.
Penyakit blas disebabkan oleh infeksi jamur yang terdiri atas dua jenis, yaitu yang
mampu berkembang biak secara seksual dan aseksual (anamorf). Patogen blas
yang mampu berkembang biak secara seksual diidentifikasi sebagai Magnaporthe
oryzae Cav. yang semula diidentifikasi sebagai Magnaporthe gricea (T.T. Hebert)
M.E. Barr. Penyakit blas yang berkembang biak secara aseksual diidentifikasi
sebagai Pyricularia oryzae Cav. yang semula diidentifikasi sebagai Pyricularia
gricea (Cook) Sacc. Perkembangbiakan jamur secara seksual hanya ditemukan di
laboratorium, yaitu jika jamur penyebab penyakit blas tersebut (M. oryzae)
ditumbuhkan pada media buatan. Pada media buatan, jamur M. oryzae
membentuk ascospora. Jamur P. oryzae berkembang dan menyebar di alam
dengan membentuk spora berupa konidia (TeBeest et al. 2007).
Daur penyakit blas meliputi tiga fase yaitu infeksi, kolonisasi, dan
sporulasi. Fase infeksi diawali dengan pembentukan konidia bersepta tiga.
Konidia berpindah ke permukaan daun atau bagian lain dengan bantuan angin atau
percikan air hujan. Konidia menempel pada permukaan tanaman karena adanya
perekat atau getah yang dihasilkan. Pada kondisi yang optimum konidia
berkecambah dengan membentuk buluh-buluh perkecambahan yang selanjutnya
menjadi appresoria. Appresoria menembus kutikula daun dengan bantuan melanin
yang dihasilkan. Pada kondisi optimum penetrasi terjadi sekitar 6-10 jam (Nandy
et al. Dalam Sudir, 2014).
Penyebaran spora blas dapat terjadi melalui angin, benih, sisa gabah,
jerami tanaman sakit, sisa tanaman padi di lapangan, dan tanaman inang lainnya,
terutama dari golongan graminae/rerumputan. Pada daerah tropik, sumber
inokulum selalu ada sepanjang tahun, karena adanya spora di udara dan tanaman
inang selain padi. Patogen blas selain menginfeksi tanaman padi juga dapat
merusak serealia lain seperti gandum, sorgum, dan lebih dari 40 spesies graminae
(Santoso dan Nasution 2008).
Pupuk nitrogen (N) dan kalium (K) diberikan dengan takaran sesuai
kebutuhan tanaman. Pemupukan N berkorelasi positif dengan keparahan penyakit
blas. Apabila takaran N melebihi kebutuhan maka tanaman padi menjadi lebih
rentan terhadap jamur penyebab penyakit blas. Akibatnya, keparahan penyakit
meningkat. Pada umumnya pengaruh N terhadap sel epidermis adalah
meningkatkan permeabilitas air dan menurunnya kadar silika, sehingga jamur
mudah melakukan penetrasi. Namun pada varietas tahan, pupuk N tidak banyak
berpengaruh. Sebaliknya, pemberian pupuk K akan meningkatkan ketahanan
tanaman, karena K memacu pembentukan senyawa phenol yang bersifat racun
bagi patogen dan berperan mencegah infeksi penyakit blas. Di samping itu, unsur
K berperan penting sebagai pengatur dan katalisator dalam berbagai proses
metabolisme tanaman, seperti sintesis gula, translokasi karbohidrat, reduksi nitrat,
dan sintesis protein. K merupakan unsur penting dalam pembentukan selulose dan
lignin yang merupakan komponen dinding sel yang menentukan ketebalan
dinding sel sehingga menghambat penetrasi patogen ke dalam jaringan tanaman.
Penyakit tanaman padi umumnya berkembang cepat pada kondisi tanah yang
kahat K (Yuliani dan Maryana 2014).
BAB III. BAHAN DAN METODA
Alat yang digunakan pada pratikum ini adalah gelas mineral bening, paku,
lili, korek api, timbangan , kotak plastic kecil.
c) Cara Kerja
Cara kerja dari pratikum ini yaitu ditimbang 100 gram benih varietas
kuruik kusuik dan IR 42, dimasukan kedalam kotak plastic dan di rendam selama
24 jam , cara perendamannya yaitu bagian yang terendam separuh tergenang air
dan separoh lagi tidak. Kemudian dikering anginkan selama 1 jam , dan diamati
selama 14 hari dan tetap di beri air agar tergenang. Setelah 14 hari di investasikan
20 ekor imago kepinding tanah kedalam gelas mineral yang berisi 3 butir padi
yang telah berumur 14 hari.
Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu, alat tulis, handphone untuk
dokumentasi, padi dengan dua varietas yaitu Kuriak Kusuik dan Anak Daro yang
memiliki gejala blas.
c. Cara Kerja
Langkah pertama adalah dengan menyiapkan alat dan bahan yang akan
diperlukan. Lalu tentukan 2 lahan atau dua verietas padj yang berbeda. Tentukan
penyakit yang akan diamati, disini digunakan penyakit Blas sebagai penyakit yang
akan diamati. Pengamatan dilakukan sebanyak 5 kali dengan sistem pengamatan 2
hari sekali. Yang diamati adalah kejadian dan keparahan penyakit. Lalu diambil
dokumentasi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. UJI KETAHANAN VARIETAS
a. Mortalitas Hama terhadap Varietas Padi
Varietas Mortalitas
IR 42 4
IR 42 4
IR 42 3
IR 42 4
IR 42 3
IR 42 3
IR 42 3
IR 42 3
Kuruik Kusuik 3
Kuruik Kusuik 4
Kuruik Kusuik 4
Kuruik Kusuik 5
Kuruik Kusuik 5
Kuruik Kusuik 4
Kuruik Kusuik 5
Kuruik Kusuik 4
Source DF SS MS F P
VARIETAS 1 3.06250 3.06250 7.98 0.0135
Error 14 5.37500 0.38393
Total 15 8.43750
Berdasarkan table anova dapat dilihat bahwa nilai p adalah 0,0135 yang
mana kecil dari 0,05 menyatakan bahwa tedapat perbedaan yang nyata pada
mortalitas hama kepinding tanah antara varietas padi IR 42 dan Varietas Kuruik
Kusuik. Maka diperlukan uji lanjut LSD
b. Tinggi Tanaman
Varietas Tinggi (cm)
IR 42 22
IR 42 24
IR 42 11
IR 42 12
IR 42 13
IR 42 10
IR 42 14
IR 42 13
Kuruik Kusuik 20
Kuruik Kusuik 17
Kuruik Kusuik 13
Kuruik Kusuik 12
Kuruik Kusuik 14
Kuruik Kusuik 12
Kuruik Kusuik 15
Kuruik Kusuik 11
Source DF SS MS F P
VARIETAS 1 1.563 1.5625 0.09 0.7728
Error 14 252.375 18.0268
Total 15 253.937
Berdasarkan table anova dapat dilihat bahwa nilai p adalah 0,7728 yang
mana besar dari 0,05 menyatakan bahwa tidak tedapat perbedaan yang nyata pada
tinggi tanaman padi antara varietas padi IR 42 dan Varietas Kuruik Kusuik. Maka
diperlukan uji lanjut LSD untuk dapat mengetahui rata rata masing masing.
c. Skoring
Tabel skoring kerusakan
Skor Gejala
0 Tidak ada kerusakan
1 Kerusakan sangat sedikit pada ujung daun
3 Kebanyakan daun pertama dan daun kedua coklat kehitaman sebagian
5 Sebagian tanaman kecoklatan, kerdil dan layu 10-25%
7 Tanaman layu dan sangat kerdil
9 Tanaman mati
Varietas Nilai
IR 42 5
Kuruik Kusuik 5
Berdasarkan gejala yang diamati pada tanaman padi varietas kuruik kusuik
dan varietas IR 42 skoring kerusakan adalah 5 yaitu kedua varietas agak tahan
terhadap serangan hama kepinding tanah.
d. Gejala
gejala yang dapat diamati pada tanaman padi yang terserang hama kepinding
tanah adalah daun menjadi berwarna coklat kehitaman dan seperti terbakar.
Terdapat tanaman yang layu dan pertumbuhan tanman menjadi terganggu
sehingga tanman menjadi kerdil.
a. Pengamatan Mingguan
Keterangan:
Pengamatan 1
b. Kejadian Penyakit
Ulangan U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10
IP 3,33 5,35 6,03 4,4 5,21 5,45 3,64 6,04 4,25 5,09
% % % % % % % % % %
Rata-
4,86% 4.04%
rata
Ulanga U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10
n
IP 6,67 5,26 2,78 0,79 10,07 4,63 2,73 3 3,43 2,5
% % % % % % % % % %
Rata-
5,21% 3,30%
rata
Tabel Keparahan Penyakit 3
Ulanga U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10
n
IP 12,7 15,42 1,85 3,63 12,5 13,43 3,63 10,3 7,5 1,67
% % % % % % % % % %
Rata-
8,95% 7,30%
rata
Tabel. Keparahan Penyakit 4
Ulanga U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10
n
IP 23,08 20,8 13,4 6,85 27,14 25,9 9,68 10,3 8,5 4,17
% % % % % % % % % %
Rata-
18,25% 12,13%
rata
Dari hasil kejadian dan keparahan penyaki blas pada tanaman padi kedua
varietas ini sama sama terserang penyakit blas yang di sebabkan oleh jamur
Pyricularia oryzae. Namun demikian di lihat dari hasil pengamatan keparahan
penyakit padi dengan varietas Anak Daro lebih tahan terhadap serangan penyakit
blas dengan keparahan di akhir di dapat data 31,19% lebih rendah 4 % dari
varietas Kuriak Kusuik.
Hampir setiap negara penghasil padi sudah memiliki data tentang taksiran
kehilangan hasil padi oleh penyakit blas. Menurut kompilasi Wang et al. (2014)
kerugian hasil padi di Jepang berkisar antara 20-100%; di Brasil mencapai 100%,
di India antara 5-10%; Korea 8%, China 14% dan Filipina 50-85%. Sementara
kehilangan hasil padi oleh blas di Vietnam berkisar 38-83%; di Itali antara 22-
26%, dan di Iran antara 20-80%. Data demikian bermanfaat untuk berbagai
keperluan, antara lain dalam pengambilan kebijakan pengendalian, dasar dari
perlunya penelitian, prediksi produksi padi nasional, perlu tidaknya impor, dan
lain-lain (Suganda, 2016).
Pada uji varietas ketahanan terhadap hama kepinding tanah padi dengan
varietas Kuriak Kusuik dan IR-42 memiliki sifat yang agak tahan karena skor dari
pengamatan yaitu 5 dengan gejala Sebagian tanaman kecoklatan, kerdil dan layu
10-25%, sehingga di kategorikan agak tahan.
b. Saran
saran yang dapat diberikan kepada praktikan yaitu lebih teliti lagi saat
dilakukannya pengamatan terhadap tanaman padi dan kepinding tanah agar
mendapat hasil sesuai dengan yang di inginkan
b. Saran
saran yang dapat diberikan kepada praktikan yaitu lebih teliti lagi saat
dilakukannya pengamatan terhadap tanaman padi di lapangan agar mendapat hasil
sesuai dengan yang di inginkan
DAFTAR PUSTAKA
Arafah dan M.P. Sirappa. 2013. Kajian penggunaan jerami dan pupuk N, P, dan K
pada lahan sawah irigasi. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 4 (1):15-24.
Baehaki, S.E. 2009. Strategi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Padi Dalam
Perspektif Praktek Pertanian yang Baik (Good Agricultural Practices).
Pengembangan Inovasi Pertanian 2(1) : 65-78.
Mew, T.W., A.K.M. Shahjahan, and V. Mariappan. 1986. Diseases and disease
management of rainfed lowland rice. Pages 339-348 in Progress in rainfed
lowland rice. International Rice Research Institute, P.O. Box 933, Manila,
Philippines.
Nandy, S., N. Manda, P.K. Bhowmik, M.A. Khan, and S.K. Basu. 2010.
Sustainable management of rice blast (Magnaporthe grisea (Habbert) Bar.):
50 years of research progress in moleculer biology. In Arya and A.E. Parello
(Eds.) Management of fungal plant pathogens. CAB International. p. 92–
106.
Ou, SH. 1985. Rice Diseases (2nd ed.). Com. Mycological Inst. Kew, England.
380 p
TeBeest, D.O., C. Guerber, and M. Ditmore. 2007. Rice blast. The Plant Health
Instructor. DOI. 10.1094/PH 11-2007- 0313-07 APSnet.
http://www.apsnet.org/edcenter/ intropp/lessons/fungi/ascomycetes/Pages/
RiceBlast.aspx Cited on 27 August 2016.
Wang, X., S. Lee, J. Wang, J. Ma, T. Bianco, and Y. Jia. 2014. Current advances
on genetic resistance to rice blast disease. Chapter 7 in Rice-Germplasm,
Genetics and Improvement (W. Yan and J. Bao. Eds.). http://
www.intechopen.com/books/rice-germplasmgenetics-and-
improvement/current-advances-ongenetic-resistance-to-rice-blast-disease
Diunduh: 22 Desember 2016.
Yulianto dan Subiharta. 2009. Ketahanan padi varietas unggul baru terhadap
penyakit blas (Magnaporthe gricea (T.T. Hebert) M.E. Barr) di lahan sawah
tadah hujan Kabupaten Pemalang. Prosiding Seminar Ilmiah Nasional.
BBP2TP dan UPN.
LAMPIRAN
a. Tabel Annova
Source DF SS MS F P
VARIETAS 1 3.06250 3.06250 7.98 0.0135
Error 14 5.37500 0.38393
Total 15 8.43750
Source DF SS MS F P
VARIETAS 1 1.563 1.5625 0.09 0.7728
Error 14 252.375 18.0268
Total 15 253.937
N DOKUMENTASI Keterangan
O
1 Perendaman benih Sampai
Berkecambah
N DOKUMENTASI Keterangan
O
1 Pengamatan tanaman padi
yang terserang penuyakit blas
Varietas Kuriak Kusuik
2 Mengukur Keparahan
penyakit blas pada padi
varietas Kuriak Kusuik
3 Mengukur Keparahan
penyakit blas pada padi
varietas Cisokan
4 Pengamatan tanaman padi
yang terserang penuyakit blas
Varietas Cisokan