Padi (Oyza sativa L.) merupakan makan pokok hampir dari seluruh penduduk
dunia. Di Indonesia padi menjadi salah satu tanaman penting karena merupakan
komoditas tanaman pangan utama bagi masyarakat (Anggraini, 2013 dalam Nasution,
2015). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2020) Hasil panen padi pada tahun 2019
mengalami penurunan 6,15% dibandingkan pada tahun 2018 dimana luas panen padi
dari 10,68 juta hektar menjadi 700,05 ribu hektar. Produksi padi yang diperkirakan
mencapai 54,60 juta ton pada tahun 2019 juga mengalami penurunan sebanyak 4,60
juta ton atau setara dengan 7,76%. Hasil panen padi pada tahun 2019 jika dikonversikan
dalam bentuk beras menghasilkan sebanyak 31,31 juta ton dan mengalami penurunan
sebanyak 2,63 juta ton atau setara dengan 7,75% bila dibandingkan dengan tahun 2018.
(Xanthomonas oryzae), penyakit tungro (virus tungro) dan penyakit bercak daun atau
blas (Pyricularia oryzae). Kerugian hasil dari serangan penyakit hawar daun bakteri
berkisar antara 15-24 persen. Pada tahun 2010 penyakit hawar daun bakteri, penyakit
tungro dan penyakit blas mewabah di beberapa sentra produksi penghasil padi di Pulau
Jawa, dan menyebabkan gagal panen. Pada tahun 1997 – 2001 penyakit tersebut dapat
Serangan dari penyakit blas menimbulkan beberapa gejala yang spesifik dan
banyak ditemukan pada tanaman padi di daerah endemis. Bagian tanaman padi yang
1
mudah terserang penyakit blas adalah daun yang menimbulkan gejala bercak daun (leaf
blast), buku batang (node blast), leher malai (neck blast), bulir padi (spikelet blast),
dan kolar daun (collar rot) (BB Padi 2015). Gejala penyakit blas yang parah di bagian
buku tanaman padi dapat menyebabkan batang patah dan kematian pada bagian batang
di atas buku yang terinfeksi (Sudir et al. 2014 dalam Suganda, 2016). Infeksi pada daun
setelah fase anakan maksimum biasanya hanya menyebabkan sedikit kehilangan hasil,
namun infeksi pada awal pertumbuhan sering menyebabkan tanaman puso, terutama
penyakit blast dapat membentuk bercak pada daun padi, batang kemudian pada leher
malai, cabang malai, bulir padi dan pada tangkai bunga. Penyakit blast pada awalnya
dikenal sebagai salah santu kendala utama pada tanaman padi gogo, namun pada akhir
tahun 1980 an penyakit balst ini juga mewabah pada tanaman padi sawah beririgasi.
Kerugian hasil yang disebabkan oleh penyakit blast sangat besar, yaitu bisa mencapai
50% pada daerah yang endemik. Luas areal padi yang mengalami serangan blas pada
tahun 2007 mencapai 1.285 hektar dan diramalkan terus meningkat (Utami, 2013).
Penyakit blast menyerang areal persawahan seluas 2.208 hektar pada tahun 2011, dan
meningkat di tahun 2012 menjadi 3.649 hektar dengan kehilangan hasil 50-90% pada
jenis yang peka (Nugroho et al., 2013 dalam Temaja, 2013). Pada lingkungan yang
rentan yang masih muda sampai stadia anakan (Scardaci et al., 2012 dalam Temaja et
al., 2013)
2
Pengendalian yang dilakukan dengan menggunakan pestisida sintetik dapat
yang bukan sasaran ikut terkendalikan sehingga musuh alami menjadi berkurang atau
produktivitas tanah sehingga perlu adanya alternatif pengendalian. Salah satu alternatif
(parasitoid, predator, dan patogen serangga), pengendalian secara fisik dan mekanik,
pengendalian dengan menanam varietas tahan dan insektisida nabati (Suci dkk, 2017).
organik dan sintesis termasuk antibiotik dan persisten organo polutans (pops) yang
tinggi. Bakteri lignochloritic juga mampu menghasilkan enzim organik yang dapat
fermentasi limbah pertanian dan ternak, bioremediasi lahan dan air, serta pengolahan
digunakan dalam pertanian organik terpadu yang berkelanjutan. Selain itu, pupuk
3
satunya yaitu triterpenoid yang dapat berfungsi sebagai biofungi dan juga anti bakteri.
Dengan demikian penggunaan pupuk hayati dapat dijadikan solusi dalam pengendalian
Rumusan masalah yang muncul dari kegiatan penelitian ini diantaranya adalah:
terhadap serangan penyakit padi yaitu hawar daun bakteri (Xanthomonas oryzae) ?
1.3 Tujuan
terhadap kejadian penyakit padi yaitu hawar daun bakteri (Xanthomonas oryzae).
1.4 Hipotesis
(Xanthomonas oryzae).
4
2. Diduga terdapat potensi dengan pemberian agensia hayati terhadap kemampuan