Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DAN PERAMALAN

HAMA TANAMAN
MENENTUKAN INTENSITAS SERANGAN/KERUSAKAN YANG
DISEBABKAN OLEH HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN TOMAT
(Solanum lycopersicum)

Oleh :

Tariza Zahrah Fadhilah E 613418018


Nizar. S. ali 613418061
Bastiar Ali 613418044
Olivia Paradita Umar 613418053
Firman Hasan 613418054

Kelompok : 1
Kelas : B

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
GORONTALO

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan laporan Praktikum ke-3 Epidemiologi Penyakit dan
Peramalan Hama Tanaman dengan judul “Menentukan Intensitas
serangan/kerusakan yang disebabkan oleh hama dan penyakit pada tanaman
Tomat (Solanum lycopersicum) di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten
Gorontalo Provinsi Gorontalo”.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada orang tua kami yang telah mendoakan
kami juga kepada dosen praktikum Epidemiologi Penyakit dan Peramalan Hama
Tanaman sehingga laporan ini selesai tepat pada waktunya dan kepada semua pihak yang
berkontribusi dalam penyusunan laporan akhir praktikum ini.
Harapan kami terhadap laporan ini adalah membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman kami beserta teman-teman. Kami menyadari bahwa laporan praktikum ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami
harapkan.

Gorontalo, 28 November 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Praktikum .................................................................................................. 1

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 2

III. METODOLOGI PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................................................ 5
3.2 Alat dan Bahan....................................................................................................... 5
3.3 Prosedur Kerja ....................................................................................................... 5

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil ....................................................................................................................... 7
4.2 Pembahasan ........................................................................................................... 9

V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 11
5.2 Saran .................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 12

LAMPIRAN..................................................................................................................... 13

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman tomat (Solanum lycopersicum) merupakan salah satu tanaman
hortikultura yang penting dan tergolong sayuran kedua terbesar setelah kentang.
Kondisi iklim di Indonesia cocok untuk budidaya tomat maka tomat mudah
dijangkau oleh semua lapisan masyarakat (Anonim 2011). Tomat merupakan salah
satu jenis sayuran buah yang mempunyai prospek yang baik dalam pengembangan
agribisnis, karena nilai ekonominya cukup tinggi (Bernadus dan Wahyu, 2002).
Hama penting yang terdapat pada tanaman tomat yaitu Ulat Tanah (Agrotis
ipsilon), Ulat Buah (Helicoverpa armigera), Ulat Grayak (Spodoptera litura), Kutu
Kebul (Bemisia tabaci Gennadius), Lalat Pengorok Daun (Liriomyza huidobrensis
Blanchard) (Setiawati et al., 2001). Penyakit penting yang terdapat pada tanaman
tomat menurut Semangun (2007) yaitu busuk daun (Phytophthora infestans), bercak
coklat pada daun (Alternaria solani), kapang daun (Fulvia fulva), penyakit layu
Fusarium (Fusarium oxysporum), layu bakteri (Ralstonia solanacearum), TMV
(Tobacco Mosaic Virus), CMV (Cucumber Mosaic Virus), penyakit keriting, dan
penyakit daun kuning keriting.
Berdasarkan praktikum pengamatan hama dan penyakit di Desa Hulawa
terdapat gangguan Lalat Pengorok Daun (Liriomyza huidobrensis Blanchard), Kutu
daun (Aphids sp,dan penyakit Layu Fusarium. Jenis varietas tomat yang dipakai di
desa tersebut adalah varietas Servo F1 oleh karena itu tanaman tomatnya tahan
terhadap layu bakteri, tahan geminivirus dan lain- lain. Hama dan penyakit tersebut
dapat menyebabkan kerugian bagi petani setempat. Untuk itu praktikum mengenai
intesitas serangan hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman tomat di areal
pertanaman tomat di Desa Hulawa perlu dilakukan. Praktikum ini sangat penting,
sebagai upaya untuk menentukan cara pengendalian yang efektif dan efisien
terhadap hama dan penyakit tomat.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari laporan ini adalah “Bagaimana menentukan
Intensitas serangan/kerusakan yang disebabkan oleh hama dan penyakit pada
tanaman tomat di Desa Hulawa ?”
1.3. Tujuan
Tujuan dari Praktikum ini adalah untuk menentukan Intensitas
serangan/kerusakan yang disebabkan oleh hama dan penyakit pada tanaman tomat
di Desa Hulawa.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Populasi hama dan patogen di suatu tanaman akan menimbulkan gejala pada
tanaman. Gejala adalah setiap bentuk penyimpangan fisiologis tanaman sebagai
akibat aktivitas hama dan patogen yang hidup, berada dan makan pada tanaman
tersebut.
Gejala dapat berupa luka tanaman yang mengakibatkan terjadinya
KERUSAKAN (“damage”). Kerusakan adalah kehilangan hasil yang dirasakan oleh
tanaman (petani) akibat adanya populasi hama/serangan hama atau patogen antara
lain dalam bentuk penurunan kuantitas dan kualitas hasil.
Istilah-istilah lain berkaitan dengan hama dan tanaman yang saat ini
digunakan dalam kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh para petugas pengamat
lapangan (dulu namanya PHP- Pengamat Hama dan Penyakit, sekarang namanya
POPT- Pengendali OPT).
1. Tanaman terserang adalah tanaman yang digunakan sebagai tempat hidup dan
berkembang biak OPT dan atau mengalami kerusakan karena serangan OPT pada
tingkat populasi OPT atau intensitas kerusakan tertentu sesuai dengan jenis OPT
nya
2. Luas serangan: adalah luas tanaman terserang yang dinyatakan dalam hektar atau
rumpun atau pohon
3. Intensitas serangan: adalah derajat serangan OPT atau derajat kerusakan tanaman
yang disebabkan oleh OPT yang dinyatakan secara kuantitatif dan kualitatif.
a. Intensitas serangan secara kuantitatif dinyatakan dalam % (persen) bagian
tanaman/tanaman atau persen kelompok tanaman terserang. Intensitas serangan
dalam % dilaporkan oleh PHP.
b. Beberapa pengukuran yang sering digunakan adalah terhadap tanaman atau
bagian tanaman antara lain seperti: Keseluruhan tanaman, daun, batang,
buah/benih, dan akar.
c. Intensitas serangan secara kualitatif dibagi menjadi 4 kategori serangan yaitu:
ringan, sedang, berat dan puso.
Adapun kategori intensitas serangan hama dan penyakit secara umum dapat
digunakan pedoman sbb:
a. Serangan ringan bila derajat serangan <25%
b. Serangan sedang bila derajat serangan 25-50%
c. Serangan berat bila derajat serangan 50-90%
d. Serangan puso bila derajat serangan >90 %

5
Berdasarkan penjelasan diatas maka diadakan praktikum di lahan petani
mengenai penghitungan intensitas serangan hama dan penyakit berdasarkan
kejadian dan tingkat keparahan gejala pada pengamatan sampel tanaman.

Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.)


Tanaman tomat adalah keluarga dari Solanaceae yang secara lengkap
memiliki klasifikasi sebagai berikut (Cronquist, 1981) :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Tubiflorae
Suku : Solanaceae
Marga : Lycopersicum
Jenis : Lycopersicum esculentum Mill/ Solanum lycopersicum.
Tanaman tomat memiliki akar tunggang yang tumbuh menembus ke dalam
tanah dan akar serabut yang tumbuh dangkal ke arah samping. Berdasarkan sifat
perakarannya, tanaman tomat dapat tumbuh dengan baik jika ditanam pada tanah
yang gembur dan porous (Tugiyono, 2005). Akar tanaman tomat berfungsi untuk
menopang berdirinya tanaman, menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah
(Pitojo, 2005).
Batang tanaman tomat berbentuk persegi empat hingga membulat,
batangnya lunak tetapi cukup kuat, berbulu atau berambut halus dan diantara bulu–
bulu itu
terdapat rambut kelenjar. Batang tanaman tomat berwarna hijau. Pada ruas–ruas atas
batang mengalami penebalan, dan pada ruas bagian bawah tumbuh akar–akar
pendek. Selain itu, batang tanaman tomat dapat bercabang. Apabila tidak dilakukan
pemangkasan cabangnya akan banyak dan menyebar secara merata (Trisnawaty dan
Setiawan, 1993).
Daun tomat berwarna hijau, berbentuk oval. Bagian tepi daun bergerigi dan
membentuk celah-celah menyirip yang melengkung ke dalam. Daun tomat termasuk
daun majemuk, pada setiap tangkai daun terdapat 5-7 helai daun. Susunan daun
berselan-seling melingkari batangnya. Ukuran daun tomat, panjang sekitar 15-30
cm, lebar 10-25 cm dengan panjang tangkai sekitar 3-6 cm (Pitojo, 2005).
Bunga tomat tumbuh dari batang atau cabang yang masih muda. Bunga
tomat berukuran kecil dengan diameter sekitar 2 cm dan berwarna kuning cerah.
Bunga memiliki 5 kelopak berwarna hijau yang terdapat dibagian bawah atau
pangkal bunga. Mahkota berjumlah sekitar 6 helai dengan ukuran sekitar 1cm dan

6
berwarna kuning cerah. Bunga tomat merupakan bunga sempurna, karena benang
sari dan putik terletak pada bunga yang sama. Bunga memiliki 6 benang sari dengan
kepala putik yang berwarna sama dengan mahkota bunga, yakni kuning cerah
(Tugiyono, 2005).
Bentuk buah tomat bervariasi mulai dari bulat, agak bulat, agak lonjong,
hingga oval dan ada juga yang berbentuk bulat persegi. Ukuran buah tomat juga
bervariasi mulai dari yang berukuran 8 gram untuk yang terkecil sampai 180 gram
untuk yang terbesar. Buah tomat yang masih muda berwarna hijau, jika matang
warna akan berubah menjadi merah. Saat buah tomat masih muda, rasanya getir dan
aroma yang dikeluarkan tidak enak sebab masih mengandung zat lycopersicin yang
berbentuk lendir. Aroma tersebut akan hilang dengan sendirinya ketika buah
memasuki fase pematangan hingga rasanya menjadi manis keasaman yang khas.
Buah tomat mengandung banyak biji lunak yang berwarna putih kekuningkuningan,
tersusun secara berkelompok dan antar kelompok dibatasi oleh daging buah. Biji
tomat saling melekat karena adanya lendir pada ruang–ruang tempat biji
(Pitojo,2005).
Daging buah tomat terasa lunak agak keras, berwarna merah apabila sudah
matang dan mengandung banyak air. Buah tomat memiliki kulit yang sangat tipis
dan dapat dikelupas bila sudah matang. Namun, buah tomat tidak harus dikelupas
kulitnya terlebih dahulu apabila hendak dimakan (Tugiyono, 2005).

Varietas Tomat di Desa Hulawa


Varietas yang dipakai petani di Desa Hulawa adalah Tomat SERVO F1 yang
cocok ditanam di dataran rendah - menengah. Produksi tinggi, buahnya keras dan
bulat, jumlah buah pertanaman sekitar 31-53 buah. Tanamannya sangat vigor, tahan
Geminivirus dan layu bakteri, serta sangat toleran iklim panas dan beradaptasi
dengan baik di dataran rendah dengan ketinggian 145 – 300 m dpl. Bentuk buah
bulat, berpundak hijau dengan bobot 80 g/buah, keras dan toleran busuk ujung buah
(BER), umur mulai panen 62 - 65 HST dengan potensi hasil 2 - 3,5 kg/tanaman, 45
– 73 ton/ha.
.

7
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten
Gorontalo Provinsi Gorontalo pada hari Kamis 14 November 2019, pukul 16.00-
selesai

3. 2 Alat dan Bahan


Pada praktikum ini kami hanya menggunakan alat tulis menulis dan gawai
untuk menyimpan hasil pengamatan lanjutan kami.

3.3 Prosedur Kerja


Prosedur penghitungan intensitas serangan berdasarkan kejadian dan tingkat
keparahan hama dan penyakit pada sampel tanaman adalah sebagai berikut :
1. Mengamati contoh/sampel daun bagian tanaman.
2. Mengurutkan masing – masing sampel (contoh : no 1 s/d 10) dan beri label pada
sampel.
3. Mengamati dan menentukan jenis/tipe ukuran penyakit. Adapun penentuan
ukurannya berdasarkan :
a. Insidensi (kejadian penyakit) : jumlah tanaman atau proporsi unit, tanaman
yang sakit (contoh : jumlah atau proporsi tanaman, daun, batang, buah,
bunga, yang menunjukkan gejala) dibandingkan total unit yang diamati.
Insidensi dihitung tanpa memperdulikan seberapa berat gejala
hama/penyakit. Adapun rumusnya sebagai berikut :
𝑛
Insidensi = 𝑁 X 100 % n = jumlah tanaman sakit
N = jumlah tanaman keseluruhan

b. Disease severity (severitas/keparahan penyakit) : proporsi permukaan inang


yang terinfeksi terhadap total permukaan inang yang diamati. Berat gejala
penyakit dapat diperkirakan secara visual langsung dari unit contoh
pengamatan organ diskriptif. Adapun perhitungannya sebagai berikut :

∑ 𝑛𝑖 ∙𝑣𝑖
KP = X 100 % ni = Tanaman contoh ke- i
𝑍∙𝑁
Vi = Skor penyakit tanaman contoh ke-i
Z = Skor tertinggi
N = Jumlah tanaman contoh yang diamati

8
Untuk menentukan tingkat serangan Aphids sp dan Fusarium oxysporum
digunakan rumus kejadian penyakit. Sedangkan untuk Liriomyza sp
digunakan rumus keparahan penyakit..

4. Memberi atau menentukan skor dan skala setiap sampel/bagian tanaman yan
terserang Liriomyza sp sedangkan untuk Aphids sp dan Fusarium oxysporum
tidak diperlukan.
Kategori serangan yang digunakan mengacu pada Lologau (2010) yaitu: 0 =
tidak ada kerusakan, 1 = kerusakan 1 hingga 20 %, 2 = kerusakan > 20 hingga
40 %, 3 = kerusakan > 40 hingga 60 %, 4 = kerusakan > 60 hingga 80 %, dan
5= kerusakan > 80 hingga 100%.
5. Kemudian menghitung tingkat kejadian atau keparahan penyakit dari
keseluruhan sampel.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Hasil
a. Tabel pengamatan untuk kerusakan mutlak (gejala sistemik)
No Jumlah Bagian Tanaman yang Jumlah Bagian yang
Sampel Diamati (N) Rusak/Sampel (n)
I 13 9
II 12 9
III 22 6
IV 15 4
V Mati Mati
VI 18 7
VII 20 6
VIII 18 6
IX 13 7
X 12 3

 Data Kejadian Penyakit Layu Fusarium


Kejadi
Tanaman I II III IV V VI VII VIII IX X
an
Layu
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
Fusarium

1
Insidensi = 10 X 100 % = 10%

 Data Kejadian Penyakit Kutu Daun


N
Daun ke-
I II III IV V VI VII VIII IX X
1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1
2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1
5 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
6 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
7 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0
8 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0
9 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1

10
10 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0
11 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0
12 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
Kejadian

5 5
Tanaman I : Insidensi = 10 X 100 % = 50% Tanaman VI : I = 10 X 100 % = 50%
5
6 Tanaman VII : I = 10 X 100 % = 50%
Tanaman II : I = 10 X 100 % = 60%
7
4 Tanaman VIII : I = 10 X 100 % = 70%
Tanaman III : I = 10
X 100 % = 40%
6
6 Tanaman IX : I = 10 X 100 % = 60%
Tanaman IV : I = 10 X 100 % = 60%
4
5 Tanaman X : I = 10 X 100 % = 40%
Tanaman V : I = X 100 % = 50%
10

b. Tabel pengamatan untuk kerusakan relatif (gejala lokal)


Tingkat kerusakan yang disebabkan oleh hama penggorok daun (Liriomyza sp)
Jumlah bagian Nilai skor tiap Nilai skala tiap
No tanaman yang kategori kerusakan kategori kerusakan
sampel diamati/sampel bagian tanaman yang bagian tanaman
(n) diamati yang diamati (v)
1 2 25%
I
2 2 15%
N=13
3 3 45%
1 3 50%
II
2 2 30%
N=12
3 2 25%
1 1 10%
III
2 1 20%
N=22
3 1 5%
1 2 25%
IV
2 2 25%
N=15
3 1 15%
1
V
2 MATI
N=10
3
1 2 40%
VI
2 1 20%
N=18
3 1 20%
VII 1 1 10%
N=20 2 1 10%

11
3 1 15%
1 2 30%
VIII
2 1 20%
N=18
3 1 15%
1 2 35%
IX
2 2 30%
N=13
3 2 30%
1 2 30%
X
2 1 20%
N=12
3 1 15%

(2x2)+ 3 2+(2x1)
Tanaman I : KP = X 100 % = 17.95% Tanaman VI : KP = X 100 % =7.41%
3𝑥 13 3𝑥 18

3+(2x2) (1x3)
Tanaman II : KP = X 100 % = 19.4% Tanaman VII : KP = X 100 % = 5%
3𝑥 12 3𝑥 20

1𝑥3 2+(1x2)
Tanaman III : KP = X 100 % = 4.5% Tanaman VIII : KP = X 100 % = 7.41%
3𝑥 22 3𝑥 18

(2x2)+1 (2x3)
Tanaman IV : KP = X 100 % = 11.1% Tanaman IX : KP = X 100 % = 15.38%
3𝑥 15 3𝑥 13

Tanaman V : - 2+(1x2)
Tanaman X : KP = X 100 % = 11.1%
3𝑥 12

4. 2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan di areal pertanaman tomat terdapat hama dan
penyakit pada sepuluh sampel yang diamati seperti hama kutu daun hijau (Aphids
sp), hama penggorok daun (Liriomyza sp), dan penyakit Layu fusarium (Fusarium
oxysporus).
Fusarium adalah cendawan sistemik yang menyerang tanaman mulai dari
sistem perakaran sampai titik tumbuh, sehingga tanaman menjadi layu dan tumbuh
merana (Anonim, 1977).
Intensitas serangan layu fusarium di lapang yaitu 10% ditemukan hanya
pada tanaman V.Pada minggu pertama dan kedua praktikum yaitu saat tanaman
masih berumur sekitar 2-3 MST, sudah terlihat gejala layu, lalu pada praktikum ini
tanaman tersebut sudah mati. Serangan ini masuk pada kategori serangan ringan,
oleh karena itu untuk mencegah penyebarannya tanaman yang terserang perlu untuk
dimusnahkan.
Untuk tingkat serangan Liriomyza bervariasi pada setiap tanaman yaitu
sekitar 5-50% dengan rata-rata intensitas serangan tertinggi 50% dan kerusakan
daun tomat tertinggi sebesar 19,4% yaitu pada tanaman II. Intensitas ini masuk pada
kategori serangan sedang yaitu sekitar 25-50%.

12
Serangan tersebut menunjukkan bahwa penggunaan pupuk pada tanaman
tomat tidak berimbang dan kurang terukur. Pemupukan dengan nitrogen tinggi akan
merangsang terjadinya serangan Liriomyza sp.
Awal serangan Liriomyza secara umum terlihat pada minggu ke-3, umur 1-
3 minggu masih rendah dan diperkirakan jika tidak ada upaya penanggulangan
terutama dari segi pemupukan serangan tertinggi akan terjadi saat tanaman berumur
7 minggu.
Kerusakan daun akibat serangan Liriomyza menyebabkan terjadinya
penurunan laju fotosintesis sehingga dapat menyebabkan penurunan hasil yang
signifikan (Parella, 1987). Pada tanaman tomat misalnya, dibutuhkan 16,86 – 32,20
mg CO2 per dm2 per jam untuk dapat melakukan fotosintesis secara sempurna,
sedang pada tanaman yang mendapat serangan berat L. sativae hanya
mengasimilasikan 2,92 – 13,37 mg CO2 per dm2 per jam dan mengurangi laju
fotosintesis sebesar 62% (Johnson et al., 1983). Liriomyza ditemukan di semua
sampel tanaman tomat kami.
Tingkat serangan kutu daun bervariasi pada setiap tanaman yaitu sekitar 40-
70% dengan rata-rata intensitas serangan tertinggi 70% yaitu pada tanaman VIII.
Intensitas serangan ini masuk dalam skor ke-4 dari 5 skor dan dengan skala >60-
80%.
Tanaman tomat yang terserang hama kutu daun (Aphids sp) menyebabkan
daun tanaman tomat menjadi menggulung atau keriting dan pertumbuhan menjadi
terhambat. Serangan hama kutu daun juga berpengaruh terhadap pembentukan
bunga dan buah menjadi terhambat. Hama kutu daun menyerang saat tanaman mulai
mengalami pembentukan tunas baru dan pada fase pembentukan bunga dan buah.
Dilihat dari presentase intensitas setiap hama dan penyakit menunjukkan
serangannya bisa saja berakibat buruk pada tanaman tomat di Desa Hulawa yang
dapat mengakibatkan produksi tanaman menurun.

13
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Ditemukan hama kutu daun hijau (Aphids sp), hama penggorok daun
(Liriomyza sp), dan penyakit Layu fusarium (Fusarium oxysporus) pada sampel
tanaman tomat di Desa Hulawa. Tingkat serangan Liriomyza bervariasi pada setiap
tanaman yaitu sekitar 5-50% dengan rata-rata intensitas serangan tertinggi 50% dan
kerusakan daun tomat tertinggi sebesar 19,4% yaitu pada tanaman II.
Intensitas serangan layu fusarium di lapang yaitu 10%, dari 10 sampel yang
diambil hanya satu yang terserang yaitu pada tanaman V.
Tingkat serangan kutu daun bervariasi pada setiap tanaman yaitu sekitar 40-
70% dengan rata-rata intensitas serangan tertinggi 70% yaitu pada tanaman VIII.

5.2 Saran
Mahasiswa harus banyak membaca literatur terutama jurnal-jurnal yang
membahas tentang intensitas penyakit suatu tanaman sehingga ketika praktikum
mahasiswa bisa lebih terarah dalam pelaksanaannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Cronquist, A. 1981. An Integrated System of Classification of Flowering Plants.


Columbia University Press. New York.

Johnson MW, Welter SC, Toscano NC, Ting IP, & Trumble JT. 1983. Reduction of
tomato leaflet photosynthesis rates by mining activity of Liriomyza sativa
(Diptera: Agromyzidae). J. Econ. Entomol. 76: 1061-1063..

Lologau BA. 2010. Tingkat serangan lalat pengorok daun, Liriomyza huidobrensi
(Blanchard) dan kehilangan hasil pada tanaman kentang. In: Saenong MS. et
al. (Ed.). Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XX
Komisariat Daerah Sulawesi Selatan. pp. 358-364. Makassar, 27 Mei 2010.

Parella MP. 1987. Biology of Liriomyza. Ann. Rev. Entomol. 32: 201-224

Pitojo, S. 2005. Benih Tomat. Kanisius: Yogyakarta

Semangun, H. 2007. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura dii Indonesia.Gadjah


Mada University Press.Yogyakarta. pp 234-260

Setiawati, W., I. Sulastrini, O.S. Gunawan, dan N. Gunaeni. 2001. Penerapan


Teknologi PHT pada Tanaman Tomat. Monografi no 23. Balai Penelitian
Tanaman Sayur Lembang

Shahabuddin, Flora Pasaru, dan Hasriyanti. 2013. Penggorok Daun dan Potensi
Parasitoidnya pada Berbagai Jenis Tanaman Sayuran di Lembah Palu,
Sulawesi Tengah.

Trisnawati, Y., Setiawan A. 1993. Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Tugiyono. 2005. Tanaman Tomat. Agromedia Pustaka: Jakarta

Zainudin, Limbanadi, dkk. 2015. Gejala dan Intensitas Serangan Hama Kutu Daun
(Chaetosiphon sp) pada Tanaman Stroberi di Kelurahan Rurukan Kota
Tomohon [jurnal]. Manado : Universitas Sam Ratulangi.

15

Anda mungkin juga menyukai