SKRIPSI
Oleh
LISA NADIA OKTARIYANIK
NIM. 151510501119
SKRIPSI
Oleh
LISA NADIA OKTARIYANIK
NIM. 151510501119
i
PERSEMBAHAN
ii
MOTTO
“Engkau tak dapat meraih ilmu kecuali dengan 6 hal yaitu cerdas, selalu ingi
tahu, tabah, punya bekal dalam menuntut ilmu, bimbingan dari guru
dan dalam waktu yang lama”
(Ali Bin Abi Thalib)
“Ilmu lebih utama daripada harta. Sebab ilmu warisan para nabi adapun harta
adalah warisan Qorun, Firaun dan lainnya. Ilmu lebih utama daripada harta
karena ilmu menjaga kamu, kalau harta kamulah yang menjaganya.”
(Ali Bin Abi Thalib)
iii
PERNYATAAN
Jember, 2021
Yang Menyatakan,
iv
SKRIPSI
Oleh:
LISA NADIA OKTARIYANIK
NIM. 151510501119
Pembimbing
Dosen Pembimbing Skripsi : Dr. Ir. Rachmi Masnilah, M.Si.
NIP. 196301021988022001
v
PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Tempat : Fakultas Pertanian Universitas Jember
Mengesahkan,
Dekan
vi
RINGKASAN
vii
SUMMARY
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................
HALAMAN MOTTO.......................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN..........................................................................
HALAMAN PEMBIMBING...........................................................................
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................
RINGKASAN...................................................................................................
SUMMARY......................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
DAFTAR TABEL............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang.............................................................................
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................
2.1 Tanaman Kubis.............................................................................
2.2 Penyakit Busuk Hitam (Xanthomonas campestris pv.
Campestris)..........................................................................
2.3 Pseudomonas fluorescens sebagai Agens Pengendali
Hayati........................................................................................
2.4 Hipotesis.......................................................................................
BAB 3. METODE PENELITIAN....................................................................
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................
3.2 Persiapan Penelitian......................................................................
3.3 Pelaksanaan Penelitian.................................................................
3.3.1 Rancangan Percobaan.........................................................
3.3.2 Prosedur Penelitian.............................................................
ix
3.4 Variabel Pengamatan....................................................................
3.4.1 Secara In Vitro....................................................................
3.4.2 Secara In Vivo....................................................................
3.5 Analisis Data.................................................................................
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................
4.1 Hasil..............................................................................................
4.1.1 Karakteristik Patogen Xanthomonas campestris pv
campestris........................................................................
4.1.2 Karakteristik Pseudomonas fluorencens sebagai
Agens Hayati terhadap Xanthomonas campestris
pv. campestris .................................................................
4.1.3 Pengaruh P. fluorencens terhadap Perkembangan
Penyakit Busuk Daun X. campestris................................
4.2 Pembahasan..................................................................................
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................
5.1 Kesimpulan...................................................................................
5.2 Saran ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
LAMPIRAN.....................................................................................................
i
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB 1. PENDAHULUAN
1
2
rhizosfer tanaman tomat mengalami peningkatan dalam proses daya hambat yang
sangat signifikan dibanding lainnya, hal tersebut diduga karena isolat yang
terdapat dari tanaman tomat mempunyai kemampuan mengkelat ion Fe2+ dan
jumlah produksi antimikrobia P.fluorescens yang lebih tinggi (Kiriho dkk, 2017).
Oleh sebab itu perlu dilakukannya penelitian untuk mengetahui bagaimana
efektivitas beberapa isolat P.fluorencens dari rhizosfer tanaman yang berbeda
dalam mengendalikan penyakit busuk hitam pada tanaman kubis.
4
3
Gambar 2.2 Gejala serangan penyakit busuk hitam pada kubis (Sastrosiswojo dkk, 2005)
2.2.3.Epidemiologi Penyakit Busuk Hitam
Bakteri ini terbawa masuk bersama air gutasi yang terisap kembali ke
dalam pembuluh pada pagi hari. Pada umumnya bakteri masuk ke dalam tanaman
melalui luka-luka pada daun dan jarang melalui perakaran. Bakteri mampu
mempertahankan diri pada biji-bijian kubis, dalam tanah, pada tumbuhan inang
lain atau dalam sisa-sisa tanaman sakit, mempunyai daerah sebaran luas dan
hampir di seluruh pertanaman kubis (semangun, 2000). Pada tulang daun yang
sakit tampak berkas pembuluh yang bewarna gelap dan pada jaringan helai daun
yang sakit mengering. Umurnnya penyakit menyerang mulai dari daun-daun
bawah dan dapat menyebabkan busuk kering yang dalam keadaan lembab karena
serangan jasad sekunder, dapat berubah menjadi busuk basah mengeluarkan bau
tidak enak. Bakteri masuk ke jaringan tanaman melalui pori-pori air, stomata,
akar, maupun luka yang terdapat pada tanaman. Target utamanya jaringan
vaskuler, terutama xylem yang menyebabkan gejala menghitamnya jaringan
vaskuler daun, tangkai daun maupun batang. Infeksi oleh bakteri ini menyebabkan
batang pada masa bunga busuk bewarna coklat kehitaman sehingga tanaman tidak
dapat dipanen (Rukmana, 1994).
senyawa auksin paling tinggi dibanding dengan isolat lain karena mampu
merangsang pertumbuhan sistem akar dan menghambat jamur dan bakteri pada
suatu tanaman (Shofiyani dan Budi, 2014). P.fluorescens bersifat sebagai Plant
Growth Promoting Rizhobacteria (PGPR) mempunyai 3 peran yang utama bagi
tanaman sebagai biofertilizer yang berfungsi untuk memperbaiki atau
mengembalikan ketersediaan nutrisi tanaman, biostimulan menghasilkan
fitohormon yang merangsang pertumbuhan perakaran tanaman agar menghasilkan
akar rambut dengan jumlah yang lebih besar dan bioprotektan mampu menekan
pertumbuhan organisme patogen. Plant Growth Promoting Rizhobacteria (PGPR)
dapat mempengaruhi tanaman secara langsung dengan memfiksasi nitrogen,
produksi siderofor dan juga hormon pertumbuhan, secara tidak lansgung dengan
memperbaiki kondisi pertumbuhannya.
Pseudomonas mampu menghasilkan beberapa metabolit sekunder dengan
aktivitas antimikroba terhadap bakteri lain, menghasilkan siderofor yang mampu
menghambat pertumbuhan patogen dengan membatasi penggunaan zat besi yang
tersedia di dalam tanah (Duijff etal.,1993). Pseudomonas sp. merupakan
pengendali patogen hayati dengan menghasilkan berbagai senyawa atau metabolit
seperti siderophore, β-1,3 glukanase, kitinase, antibiotik dan sianidayang dapat
menghambat pertumbuhan dari patogen (Zainudin dkk., 2014). Pseudomonas
telah dilaporkan efektif oleh beberapa peneliti terhadap penekanan penyakit layu
pada tanaman pisang dan krisan, yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum
(Djatnika, 1998).
2.4 Hipotesis
1. Aplikasi Pseudomonas fluorescens berpotensi dalam menghambat
pertumbuhan xanthomonas campestris pv. Campestris penyebab penyakit
busuk hitam pada tanaman kubis secarain-vitro
2. Aplikasi Pseudomonas fluorescens berpotensi dalam mengendalikan
xanthomonas campestris pv. Campestris penyakit busuk hitam pada tanaman
kubis secara in-vivo
BAB 3. METODE PENELITIAN
11
12
menggunakan isolasi kembali atau reisolasi dengan isolat-isolat yang didapat dari
4 rizosfer tanaman (tembakau, terong, kakao, cabe). Isolasi dilakukan dengan
dengan cara menambahkan cairan aquades ke dalam tabung reaksi sebanyak 10
ml, kemudian memasukkan satu ose isolat P.fluorencens kemudian divorteks
selama 1 menit. Suspensi yang sudah jadi kemudian dilakukan plating dan
disimpan ditempat yang steril guna menghindari terjadinya kontaminasi. Uji
king’s B dilakukan dengan cara menyinari cawan petri dengan penyinaran
menggunakan snar ultra violet (UV), jika hasil dari sinaran ultra violet koloni
berpendar maka tergolong dalam fluorencens.Isolat yang sudah di dapat
selanjutkan dilakukan pengujian dengan menggunakan beberapa pengujian,
diantaranya yaitu pengujian dengan, uji gram dan uji HR (Hipersensitif)
(Wibisono dkk, 2014).
1. Uji Gram
Uji gram di lakukan untuk mengetahui apakah isolat menghasilkan reaksi
negatif atau reaksi positif. Isolat di ambil dengan menggunakan alat yaitu jarum
ose dan kemudian diletakkan diatas gelas obyek yang sebelumnya dibersihkan
dengan menggunakan alkohol 70% kemudian dikeringkan diatas bunsen. Isolat
yang telah diambil dan diletakkan pada gelas obyek telah ditetesi dengan cairan
KOH 3%, kemudian langkah selanjutnya yaitu dengan mengaduk dan mencampur
sampai rata. Setelah tercampur rata, jarum ose diangkat dengan perlahan-lahan,
apabila bakteri tersebut lengket dan terangkat maka bakteri tersebut bereaksi
positif dan termasuk kedalam gram negatif, namun apabila sebaliknya, bakteri
tidak lengket maka bakteri tersebut tergolong kedalam gram positif dan memiliki
reaksi negatif (Suyono dan Farid, 2011).
2. Uji Hipersensitif
Menurut Rahma dkk, 2016 Pengujian yang di lakukan yaitu uji reaksi
hipersensitif. Uji ini dilakukan pada daun tembakau yaitu dengan cara diinfiltrasi
dengan menggunakan isolat bakteri pseudomonas fluorencens dengan cara
membuat suspensi bakteri dari biakan yang telah diinkubasi selama 48 jam,
kemudian setelah itu membuat seri pengenceran hingga 107 cfu/ml. Hasil dari
pengenceran trersebut kemudian diinifiltrasikan tepat pada permukaan bawah
13
daun tembakau yang berumur sedang. Reaksi potosof akan terlihat apabila pada
bagian yang diinfiltrasi tadi supensi bakteri terjadi nekrosis.
3.2.3 Isolasi Patogen Xhantomonas. campestris pv. Campestris
Patogen diisolasi dari tanaman kubis bergejala busuk hitam. Bagian
tanaman yang bewarna kuning kecoklat-coklatan dan kehitam-hitaman yang
terletak pada bagian daun di potong kemudian dimasukkan ke dalam plastik,
diberi label untuk diisolasi dan diidentifikasi. Isolasi dilakukan dengan mengambil
bagian dari tanaman yang terserang patogen busuk hitam. Dipotong kemudian
disterilkan menggunakan alkohol 70% selama 1 menit, setelah itu dicuci dengan
air steril. Tahap selanjutnya daun dimasukkan ke dalam suatu tabung reaksi yang
sebelumnya diisi air steril, kemudian di vorteks sampai suspense dan homogen,
kemudian suspensi di goreskan pada petridsh yang berisi media YDCA. Bakteri
diinkubasi pada suhu ruang dan dibiarkan selama 72 jam. Tahap selanjutnya
Koloni X. campestris pv. Campestris tadi dipindahkan pada media agar miring
dan kemudian diinkubasi selama 72 jam pada suhu ruang agar mendapatkan
biakan murni X. campestris pv. Campestris. (Nugroho, 2012).
1. Uji Gram Bakteri Xanthomonas campestris pv. Campestris
Meurut Barroroh, 2009 Pengujian gram dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui apakah isolat Xanthomonas campestris pv. Campestris
merupakan bakteri yang termasuk gram negatif atau bukan. Pengujian gram
dilakukan menggunakan uji KOH 3%. Isolat bakteri Xanthomonas campestris pv.
Campestrisyang berumur 72 jam digoreskan pada kaca preparat, kemudian setelah
itu ditetesi dengan KOH 3% dan ditarik dengan jarum ose, bila telah terbentuk
benang maka bakteri tersebut termasuk kedalam bakteri gram negatif
2. Uji Hipersensitif
Menurut Papuangan, 2009 Pada uji hipersensitif, Xanthomonas campestris
pv.Campestris diuji dengan menggunakan tanaman tembakau dengan tujuan untuk
mengetahui patogenesitas Xanthomonas campestris pv.Campestris yang dilakukan
dengan cara filtrat kultur Xanthomonas campestris pv.Campestris yang
diinokulasikan pada daun tanaman tembakau dengan menggunakan siring.
Pengamatan di lakukan setelah 24 dan 48 jam proses inokulasi. Tahapan yang
14
dilakukan yaitu isolat bakteri ditumbuhkan pada media nutrient broth (NB)
kemudian dikocok dengan menggunakan alat shaker dengan kecepatan 150 rpm
dengan waktu selama 24 jam. Bakteri isolat cair meiliki kerapatan 10 8 cfu/Ml dan
kemudian diambil sebnayak 1 Ml dengan menggunakan jarum suntik steril setelah
itu disuntikkan ke permukaan daun tembakau dengan perlahan. Tahap selanjutnya
yaitu pengamatan terhadap daun tembakau yang sudah diberi isolat. Apabila pada
area yang disuntikan menunjukan gejala nekrosis maka mikroba terssebut
teridentifikasi seabagai patogen tanaman.
3. Uji Hidrolisis Pati
Pengujian hidrolisis pati dilakukan dengan beberapa tahap. Tahap yang
pertama dilakukan yaitu satu ose isolat bakteri dari suspense yang sudah biakan
diambil kemudian digoreskan pada media pati setelah itu dilakukan proses
inkubasi selama 24 jam dengan suhu 650C. Tahap selajutnya yaitu permukaan
koloni ditetesi dengan suatu larutan yaitu iodine. Uji positif ditunjukkan dengan
adanya zona bening disekeliling koloni yang di tetesi dengan iodine (Lav, 1994).
4. Uji Patogenesitas
Uji patogenesitas dilakukan dengan tujuan menguji isolat patogen apakah
mampu menyebabkan penyakit pada tanaman. Pengujian dilakukan pada tanaman
kubis yang sehat dan belum terserang penyakit busuk hitam dengan suspensi
patogen sebanyak 15 ml dengan kerapatan 108 cfu/Ml .Tanaman kubis yang telah
diinokulasi isolat kemudian diamati setiap hari dengan tujuan mengetahui masa
inkubasi penyakit busuk hitam pada kubis. Bila tanaman kubis mengalami
perubahan muncul gejala penyakit busuk hitam dapat disebabkan oleh patogen
yang telah diinokulasikan terhadap tanaman kubis (Wulansari, 2015).
2.2.4 Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan untuk tanam kubis yaitu tanah yang di
campur dengan pupuk kandangdengan perbandingan 1:1 (Tanah : Pupuk
kandang). Media tanam yang akan digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari
kotoran dan gulma. Media tanah yang sudah dibersihkan kemudian dimasukkan
kedalam drum bekas untuk disterilisasi selama 4 jam dengan suhu sekitar 120 C
dengan tujuan patogen atau mikroorganisme yang dapat menginfeksi dan
15
merugikan tanaman bisa mati (Soenartiningsih dkk., 2014). Setelah itu media
yang sudah di sterlisasi dicampur pupuk kandang dengan perbandingan 1:1
(Tanah : Pupuk kandang) baru dapat digunakan untuk proses pembibitan dan juga
penanaman bibit.
3.3 Pelaksanaan Penelitian
3.3.1 Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang di lakukan dalam penelitian ini adalah
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan 1 faktor yaitu
Aplikasi bakteri pseudomonas fluorencens. Rancangan percobaan dilakukan
dengan 5 perlakuan, kemudian dari masing-masing perlakuan tersebut dilakukan 5
kali ulangan dan setiap ulangan terdapat 4 sampel tanaman sehingga jumlah
keselurhan tanaman kubis yang di gunakan 100 tanaman uji. Perlakuan yang diuji
untuk pengujian secara in-vitro dan invivo meliputi:
P0: Kontrol (Tanpa bakteri Pseudomonas fluorescens)
P1: Isolat Pseudomonas fluorescens koleksi Lab. BBPPTP Surabaya (Tembakau)
P2: Isolat Pseudomonas fluorescens koleksi Lab. BBPPTP Surabaya (kakao)
P3: Isolat Pseudomonas fluorescens koleksi Lab. PHPTPH Tanggul-Jember
(Terong)
P4: Isolat Pseudomonas fluorescens koleksi Lab. PHPTPH Tanggul-Jember
(Cabai)
P2 U3 P3 U5 P1 U3 P4 U2 P0 U4
P0 U5 P3 U1 P2 U4 P4 U4 P1 U5
P0 U3 P4 U5 P3 U2 P3 U3 P2 U1
P1 U1 P0 U1 P4 U3 P2 U5 P0 U2
P2 U2 P1 U4 P3 U4 P1 U2 P4 U1
Keterangan:
P0,P1,P2,P3,P4 : Perlakuan
U1,U2,U3,U4 : Ulangan
16
R1 R2 X1
X4
R3 R4
X2
Keterangan gambar :
X: Daya hambat
17
x1: sisi 1
x2: sisi 2
x3: sisi 3
x4: sisi 4
R1: Isolat Pseudomonas fluorescens (Tembakau)
R2: Isolat Pseudomonas fluorescens (kakao)
R3: Isolat Pseudomonas fluorescens (Terong)
R4: Isolat Pseudomonas fluorescens (Cabai)
tanaman kubis dilakukan sebanyak urea 4g, SP-36 9 g, KCL 7 g. Setengah dosisi
pupuk N (urea 2 g + ZA 4,5 g), Pupuk SP- 36 9 g dan KCL (7 g) diberikan pada
tanaman kubis sebelum tanam pada tiap lubang tanam sebagai pupuk dasar. Pupuk
lainnya seperti pupuk N (urea 2 g + ZA 4,5 g per tanaman) diberikan pke tanaman
kubis pada saat tanaman kubis sudah berumur empat minggu (Sumpena,
http://balitsa.litbang.pertanian.go.id). Dilakukan proses penyiangan pada tanaman
apabila terdapat gulma pada sekitar tanaman.
x 1+ x 2+ x 3+ x 4
X=
2
Keterangan:
X: Daya hambat
x1: sisi 1
x2: sisi 2
x3: sisi 3
x4: sisi 4
3.4.2 Secara In Vivo
1. Masa inkubasi
Masa inkubasi terhitung dari awal melakukan proses inokulasi patogen
pada tanaman hingga timbul perubahan pada tanaman kubis. Pengamatan
dilakukan setiap hari dari waktu inokulasi patogen sampai terdapat adanya
gejala.Data yang didapat kemudian dirata-rata (Sinaga, 2003).
2. Keparahan Penyakit
20
Keterangan:
I = Tingkat keparahan penyakit (%)
n = Jumlah daun yang terserang pada setiap kategori serangan.
v = Nilai numerik masing-masing kategori.
z = Nilai numerik serangan tertinggi.
N = Jumlah tanaman yang diamati.
Nilai kategori serangan untuk penyakit busuk hitam adalah sebagai berikut:
Skor (0) = tidak terdapat kerusabagian kan pada daun
Skor (1) = bagian daun yang bergejala busuk lebih dari 0%-20%
Skor (2) = bagian daun yang bergejala busuk lebih dari 20%-40%
Skor (3) = bagian daun yang bergejala busuk lebih dari 40%-60%
Skor (4) = bagian daun yang bergejala bususk lebih dari 60%-80%
Skor (5) = bagian daun yang bergejala busuk lebih dari 80%
Sumber : Barroroh (2009).
Keterangan:
Σ: Rata-rata gejala yang ditimbulkan.
21
P: Perlakuan
K : Kontrol.
4. Laju Infeksi Penyakit
Laju infeksi adalah suatau kecepatan infeksi pada tanaman yang diukur
dari perubahan fisik atau perbedaan luas infeksi pada saat pengamatan awal
dengan infeksi pengamtan akhir persatuan dalam rntang waktu pengamatan
(Nirwanto, 2007), dapat diketahui denagn melakuan suatu perhitungan
berdasarkan model persamaan di bawah ini:
Keterangan:
r : Laju perkembangan penyakit
e : Konstanta hasil konversi yang nilainya 2,3
t : Selang waktu pengamatan
xo : Keparahan awal
xt : Keparahan akhir
4.1 Hasil
4.1.1 Karakteristik Patogen Xanthomonas campestris pv campestris
Isolasi X. campestris dilakukan dari tanaman yang telah menunjukkan
gejala bercak daun dengan ciri berwarna coklat yang diikuti sertai oleh halo
berwarna kuning. Secara makroskopis X. campestris berwarna kuning, hal ini
sesuai dengan Fahy and Persley (1983), yang menyatakan bahwa bakteri
Xanthomonas memproduksi suatu pigmen berwarna kuning pada koloninya yang
dikenal dengan Xanthomonadins. Isolat X. campestris dapat dilihat pada Gambar
4.1 sebagai berikut.
A B C D
Gambar 4.2 Uji Karakteristik X. campestris (A) Hasil uji gram; (B) Hasil uji
hipersensitif; (C) Hasil uji hidorlisa pati; (D) Uji Patogenesitas
PF4
A B
24
Gambar 4.4 Pengujian Gram dan Hipersensitif pada P. fluorencens (A) Hasil uji
gram; (B) Hasil uji hipersensitif
P3 P4
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa daya hambat terbaik terdapat pada
perlakuan isolat P4 dengan diameter sebesar 7,13 cm. Nilai daya hambat terendah
yaitu pada perlakuan isolat P2 dengan diameter sebesar 2,57 cm Uji daya hambat
25
ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar agens hayati dalam menekan
pertumbuhan patogen X. campestris.
P1 16,20 b
P2 11,80 c
P3 14,40 d
P4 19,60 e
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji DMRT dengan
taraf kepercayaan 95%.
A B
Pada Tabel 4.4 diperoleh rata-rata nilai masa inkubasi tercepat pada
perlakuan P0 (kontrol) yaitu 5,60 HSI. Rata-rata nilai masa inkubasi paling lambat
yaitu pada perlakuan P4 19,60 HSI. Setiap perlakuan yang telah diuji lanjut
DMRT berbeda nyata satu sama lain. Berdasarkan Gambat 4.5 Gejala penyakit
busuk hitam diakibatkan oleh patogen X. campestris ditandai dengan gejala awal
yang ditunjukkan ialah munculnya bercak kecil berwarna kuning dengan bentuk
mirip huruf “V” di pinggir daun yang kemudian meluas ke tulang tengah daun.
b. Keparahan Penyakit
Keparahan penyakit yang terjadi oleh serangan patogen pada tanaman
kubis dapat di lihat pada Gambar 4.6. pada gambar 4.6 merupakan keparahan
penyakit busuk hitam pada tanaman kubis setiap minggu sebagai berikut.
27
80
70
Keparahan Penyakit (%)
60
50
P0
40
P1
30 P2
20 P3
10 P4
0
7 14 21 28
Hari Setelah Inokulasi (HSI)
c. Efektivitas Pengendalian
Efektivitaspengendalian merupakan nilai kemampuan dari agens hayati
untuk menekan patogen penyebab penyakit. Satuan yang digunakan untuk nilai
efektivitas pengendalian yaitu satuan persen. Nilai efektivitas pengendalian
diperoleh dari nillai keparahan penyakit setiap perlakuan yang dibandingkan
dengan kontrol. Nilai efektivitas pengendalian dilihat pada Tabel 4.6 berikut.
0.25
0.2
Laju Infeksi (Unit/hari)
0.15 P0
P1
P2
0.1 P3
P4
0.05
0
r1 r2 r3
Pada Gambar 4.8 diketahui bahwa laju infeksi r3 pada kubis tertinggi
terdapat pada perlakuan P0 sebesar 0,22 unit/hari. Laju infeksi penyakit terendah
yaitu pada perlakuan P4 sebesar 0,08 unit/hari. Nilai laju infeksi ini akan
berbanding lurus dengan nilai keparahan penyakit yang diperoleh pada saat
dilakukannya pengamatan.
Tabel 4.7 Laju Infeksi pada Kubis r3
Perlakuan Laju Infeksi (unit/hari)
P0 0,22 a
P1 0,11 d
P2 0,16 b
P3 0,13 c
P4 0,08 e
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji DMRT dengan taraf
kepercayaan 95%.
Tabel 4.7 merupakan nilai laju infeksi yang telah diuji lanjut Duncan. Laju
infeksi penyakit tertinggi pada perlakuan P0 sebesar 022 unit/hari yang berbeda
nyata dengan seluruh perlakuan. Laju infeksi penyakit terendah pada perlakuan P4
0,08 unit/hari yang juga berbeda nyata dengan seluruh perlakuan.
30
4.2 Pembahasan
Bakteri Xanthomonas campestris pv. Campestris merupakan salah satu
patogen pembawa penyakit busuk hitam pada tanaman kubis. Pada Gambar 4.1
diketahui bahwa koloni X. campestris memiliki pipgmen warna kuning dan
berbentuk bulat. Hal ini sesuai dengan Fahy and Persley (1983), yang menyatakan
bahwa bakteri Xanthomonas memproduksi suatu pigmen berwarna kuning pada
koloninya yang dikenal dengan Xanthomonadins. Berdasarkan Tabel 4.1
diketahui bahwa X. campestris merupakan bakteri gram negative yang
ditunjukkan dengan adanya lendir, bakteri X. campestris ini juga bersifat patogen
yang dapat dilihat bahwa hasil uji hipersensitif positif, yang ditunjukkan adanya
gejala bercak kuning pada daun tembakau. Pada Tabel 4.1 uji patogenesitas
mennunjukkan bahwa isolate bakteri patogen bersifat virulen, hasil uji hidorlisis
pati menunjukkan positif. Menurut Wati dkk. (2017), isolat X. campestrisi
memiliki kemampuan menghidrolisis senyawa pati yang digunakan sebagai
sumber karbon, hal ini dapat menunjukkan koloni bakteri mampu menhidrolisis
makromolekul polisakarida denhan menggunakan enzim amylase. Menurut
Sopyan (2009), luas daerah hidrolisis akan semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya waktu masa inkubasi.
Berdasarkan Gambar 4.3 telah diuji gram dan hipersensitif untuk bakteri
P. fluorencens yang diperoleh yaitu bakteri gram negatif yang ditunjukkan dengan
adanya lendir, dan tidak bersifat patogenik yang ditunjukkan dengan tidak adanya
muncul gejala penyakit pada daun tembakau. Pada Tabel 4.2 diketahui bahwa
kemampuan daya hambat tergolong cukup mampu dalam menahan perkembangan
patogen tersebut. Menurut Mihardjo (2008), aktivitas bakteri antagonis P.
fluoroncens dalam menghambat pertumbuhan jamur patogen dalam media biakan
disebabkan oleh kamampuannya untuk mengambil unsur besi dari media dengan
membentuk komplek besi pigmen.
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa pengendalian patogen X.
campestris dengan menggunakan P. fluorencens dapat menekan perkembangan
patogen tersebut. Menurut Utama Sjamsijah (2019), menyatakan bahwa infeksi
31
jamur akan terlihat apabila kondisi lingkungan dalam keadaan lembab. Menurut
Cahyaningrum dkk. (2017), masa inkubasi dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain virulensi patogen, patogen penyebab penyakit, dan kemampuan
antagonis dalam mengendalikan penyakit. Masa inkubasi dicatat pada saat awal
munculnya gejala penyakit busuk hitam yaitu dengan adanya bercak kuning
berbentuk V pada ujung daun. Pada Gambar 4.5 diketahui gejala awal ditandai
dengan munculnya bercak kuning berbentuk huruf menyerupai “V” pada bagian
unjung daun. Menurut Hardian Wati dkk. (2017), penyakit busuk hitam
meruapakan salah satu penyakit penting yang ada pada tanaman kubis, penyakit
busuk hitam ini disebabkan oleh serangan patogen X. campestris pv. Campestris.
Mekanisme serangan dari patogen ini adalah bakteri masuk ke daun melalui
hidatoda di tepi daun, sehingga membentuk lesi V akibat adanya penyumbatan
pembuluh dan menyebabkan infeksi sistemik.
Pada Gambar 4.6 dan Tabel 4.5 diketahui bahwa keparahan penyakit
dapat ditahan dengan menggunakan pengendalian agens hayati Pseudomonas
fluorencens. Menurut Djenuddin (2016), tanaman memiliki sifat ketahanan
tertentu yang berasal dari gen tanaman itu sendiri, dan dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan. Menurut Hanudin et al. (2009), menujukkan setiap isolate
Pseudomonas fluorencens yang diisolasi melalui rizosfer krisan, cabai, dan
anyelir memiliki kemampuan daya hambat dan menekan penyakit yang berbeda-
beda. Dengan demikian nilai keparahan penyakit akan semakin menurun dengan
adanya pengendalian agens hayati menggunakan isolate Pseudomonas
fluorencens. Pengendalian menggunakan agens hayati ini meruapakan salah satu
pengendalian yang aman. Menurut Djatnika (1998), pengendalian menggunakan
agen hayati Pseudomonas fluorencens telah diteliti efektivitasnya dalam menekan
beberapa penyakit seperti penyakit layu pada tanaman pisang dan krisan.
Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa efektivitas pengendalian termasuk
ke dalam cukup mampu untuk mengendalikan penyakit X. campestris. Efektivitas
pengendalian ini diperoleh dari perbandingan nilai keparahan penyakit kontrol
dengan nilai keparahan perlakuan. Efektivitas pengendalian paling tinggi terdapat
pada isolat Pseudomonas fluorencens yaitu 78,61%. Menurut Rahayu dan
32
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan penjelasan di atas dapat disimpulkan sebagai
beriktu:
1. Isolat Pseudomonas fluorencens dapat mengendalikan Xanthomonas
campestris pv. Campestris penyebab penyakit busuk hitam pada tanaman kubis
secara in vitro dengan ditunjukkan nilai diameter uji daya hambat sebesar 7,13
cm berkategorikan cukup mampu pada isolat perlakuan P4 yaitu pseudomonas
fluorencens dari tanaman inang Cabai.
2. Pseudomonas fluorencens dapat menekan patogen Xanthomonas campestris
pv. Campestris penyebab peyankit busuk hitam pada tanaman kubis dengan
ditunjukkan nilai keparahan penyakit 35%, nilai efektivitas pengendalian
78,61%, dan laju infeksi 0,08 unit/hari pada isolat perlakuan P4 yaitu
pseudomonas fluorencens dari tanaman inang Cabai.
5.2 Saran
Penelitian ini telah diketahui isolat Pseudomonas fluorencens dari inang
tanaman cabai merupakan pseudomonas fluorencens terbaik dalam menekan
penyakit busuk hitam daun kubis, sehingga untuk penelitian selanjutnya perlu
dilakukan penelitian tentang dosis terbaik dalam menekan penyakit tersebut.
33
34
DAFTAR PUSTAKA
Duijff, B.J., J.W. Meijer, P.A.H.M. Bakker, and B. Schippers, 1993. Siderophore
mediate competition for iron and induced resistance in the suppression of 30
Fusarium wilt of carnation by fluorescent Pseudomonas spp. Netherlands
Plant Pathology, 99(2). 77-289.
Kiriho, A.R., Mariay, dan C. Meliala. 2017. Perbandingan Daya Hambat Bakteri
Pseudomonas fluorencens Asal Tomat, Kedelai dan Jagung terhadap
Ralstonia solanaceraum secara In-Vitro. Agrotek, 5(6): 45-50.
Mujib, Abdul, Mohamad Ana Syabana, dan Dewi Hastuti. 2014. Uji efektifitas
larutan pestisida nabati terhadap hama ulat krop (Crocidolomia pavonana
L.) pada tanaman kubis (Brassica oleraceae). Ilmu Pertanian dan
Perikanan, 3(1): 67-72.
35
Pracaya, 2007. Hama & Penyakit Tanaman. Edisi Revisi. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Rahma, H., A. Zainal, dan Suryati. 2016. Isolasi dan Seleksi Rizobakteri yang
Berpotensi sebagai Agen Pengendali Pantoea stewartii subsp. Stewartii
Penyebab Layu Stewart pada Tanaman Jagung. HPT Tropika, 16(2): 124-
130.
Shofiyani, A., dan G.P. Budi. 2014. Development Of Fusarium Disease Control
Technology With Biological Agent In Mas Cultivar Banana In Land
Infected. Agritech, 16(2): 157-173
36
.Wibisono, A., A. Majid, dan P.A. Mihardjo. 2014. Efektivitas Beberapa Isolat
Pseudomonas Fluorescens untuk Mengendalikan Patogen Jamur
Rhizoctonia Solani Pada Tanaman Kedelai. Berkala Ilmiah Pertanian,
1(1): 1-6.
Zainudin, A.L. Abadi, dan L.Q. Aini. 2014. Pengaruh Pemberian Plant Growth
Promoting Rhizobacteria (Bacillus subtilis Dan Pseudomonas fluorescens)
terhadap Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung(Zea Mays L.). HPT, 2(1):
11-18.
.
37
LAMPIRAN
3. Perawatan Tanaman :
37
38
1. Proses penggojokan :
1. Masa Inkubasi
Perlakua Ulangan
Total Rerata
n 1 2 3 4 5
P0 2,35 2,55 2,55 2,74 2,12 12,30 2,46
P1 3,81 4,18 3,94 4,42 4,06 20,41 4,08
P2 3,67 3,81 3,54 3,39 3,08 17,49 3,50
P3 3,81 3,81 4,06 3,67 3,94 19,29 3,86
P4 4,30 4,53 4,53 4,64 4,42 22,41 4,48
Total 17,94 18,88 18,61 18,86 17,62
91,90 3,68
Rerata 3,59 3,78 3,72 3,77 3,52
ANNOVA
F-
Tabel Tabel
SK db JK KT Hitun
5% 1%
g
Perlakua 2,9436
n 4 11,77 1 65,09 2,87 4,43
0,0452
Galat 20 0,90 2
Total 24 12,68
11,0
CV 9 SD 0,10
25.00
2. Keparahan Penyakit
Perlakua Ulangan Rata-
Total
n 1 2 3 4 5 rata
P0 56,79 53,73 56,79 53,73 53,73 274,76 54,95
P1 39,23 39,23 39,23 42,13 39,23 199,06 39,81
P2 45,00 45,00 45,00 42,13 45,00 222,13 44,43
P3 42,13 39,23 42,13 42,13 42,13 207,75 41,55
P4 36,27 36,27 36,27 36,27 36,27 181,36 36,27
Total 219,42 213,46 219,42 216,39 216,36 1085,0 43,40
40
ANNOVA
F- Tabel Tabel
SK db JK KT
Hitung 5% 1%
Perlakua 252,051
n 4 1008,21 8 161,20 2,87 4,43
1,56358
Galat 20 31,27 9
Total 24 1039,48
18,9
CV 8 SD 0,56
64,76 a
80.00
Keparahan Penyakit (%)
70.00 51,43 b
42,8637,14
c d 48,57 b Isolat Actinomycetes
60.00
50.00 RT2
40.00 Isolat Actinomycetes
RT1
30.00
20.00 Isolat Actinomycetes
PM2
10.00
Isolat Actinomycetes
0.00 PM1
P0 P1 P2 P3 P4 Kontrol
Perlakuan Penelitian
3. Efektivitas
Perlakua Ulangan Rerat
Total
n 1 2 3 4 5 a
P0 71,43 61,90 61,90 61,90 66,67 323,81 70,99
P1 47,62 42,86 42,86 42,86 38,10 214,29 42,86
P2 33,33 38,10 38,10 42,86 33,33 185,71 37,14
P3 52,38 47,62 57,14 52,38 47,62 257,14 51,43
P4 52,38 52,38 42,86 47,62 47,62 242,86 48,57
252,3 242,8 238,1 242,8 233,3
Total 1209,5
8 6 0 6 3 48,38
2
Rerata 50,48 48,57 47,62 48,57 46,67
Kategori
Efektivitas Pengendalian
Perlakuan (Elfina dkk.,
(%)
2017)
P1 65,16 Mampu
41
4. Laju Infeksi
Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3 4 5
P0 0,24 0,21 0,23 0,21 0,21 1,11 0,222
P1 0,10 0,11 0,11 0,14 0,10 0,56 0,113
P2 0,17 0,16 0,16 0,14 0,15 0,78 0,156
P3 0,14 0,12 0,13 0,12 0,13 0,63 0,126
P4 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,40 0,080
Total 0,74 0,69 0,72 0,68 0,66
3,48 0,14
Rerata 0,15 0,14 0,14 0,14 0,13
ANNOV
A
F-
Tabel Tabel
SK db JK KT Hitun
5% 1%
g
Perlakua 0,0144
n 4 0,06 8 101,02 2,87 4,43
0,0001
Galat 20 0,00 4
Total 24 0,06
3,2069 0,0053
CV 8 SD 5
0,25 a
0.25
Laju Infeksi (unit/hari)
0.20
0,18 b
0,13 c
0.15 0,14 c 0,17 b
Isolat Actinomycetes RT2
Isolat Actinomycetes RT1
0.10
Isolat Actinomycetes PM2
0.05 Isolat Actinomycetes PM1
Kontrol
0.00
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan Penelitian