Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sanitasi merupakan suatu pencegahan yang menitikberatkan kegiatan dan tindakan yang
perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat
mengganggu dan merusak kesehatan (Mundiatun, 2019). Praktik kebersihan dan sanitasi yang
buruk dapat menciptakan kondisi yang tidak sehat dan menyebabkan penyakit seperti
disentri, kolera, diare, tipus dan infeksi parasit usus (UNICEF, 2018).
Pengelolaan makanan merupakan hal yang sangat penting untuk dilaksanakan sesuai
standar kesehatan. Makanan dapat menjadi media penularan penyakit (Mundiatun, 2018).
Tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit
pencemaran lingkungan, ataupun gangguan kesehatan lainnya. Tempat umum yang wajib
menyelenggarakan sanitasi lingkungan yaitu hotel, pasar, warung makan, kantin sekolah,
taman hiburan, tempat ibadah dan lain-lain (Budiman Candra,2020).
Salah satu tempat umum yang sering dikunjungi oleh masyarakat adalah warung makan.
Warung makan merupakan tempat yang digunakan untuk berjualan makanan dan minuman
siap konsumsi yang dipersiapkan dan atau dijual di jalan atau di tempat-tempat umum
lainnya. Faktor yang dapat menimbulkan bahaya kesehatan di warung makan adalah kondisi
fasilitas penyimpanan, pengolahan dan memasak yang tidak memadai terutama jika persiapan
dilakukan pada tempat penjualan yang memungkinkan dapat diakses oleh hewan pengerat,
serangga, dan hama lainnya serta kurang terpenuhinya fasilitas untuk pembuangan limbah
padat dan limbah cair, oleh karena itu untuk mencegah datangnya hewan pengerat, serangga
dan hama lainnya diperlukan upaya menjaga kualitas makanan dan minuman dengan cara
memelihara sanitasi warung makan karena lalat dapat menjadi sumber pencemar serta
kehadiran dan perilaku lalat di lingkungan manusia dapat menimbulkan kesan kotor
(Mundiatun, 2019).
Penyakit yang dapat ditimbulkan oleh lalat diantaranya Disentri, Diare, Thypoid,
Cholera, dan kasus kecacingan pada manusia dan hewan. Penyakit tersebut disebabkan
karena sanitasi lingkungan yang buruk. Patogen penyakit yang biasanya dibawa oleh lalat
berasal dari berbagai sumber seperti kotoran manusia, sisa-sisa kotoran, tempat pembuangan
sampah, dan sumber-sumber kotoran lainnya (Sucipto,2020). Apabila lalat tersebut hinggap
pada makanan, maka kotoran tersebut akan mencemari makanan yang dimakan oleh manusia
sehingga timbul gejala sakit pada manusia yaitu sakit pada bagian perut serta lemas
(Wijayanti,2019).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Kesehatan RI (2019), persentase
Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) di Indonesia yang memenuhi persyaratan pada tahun
2018 adalah 26,41% dan belum mencapai target. Berdasarkan Profil Kesehatan Ambon pada
tahun 2021 TPM sebanyak 478, jumlah rumah makan yang memenuhi syarat yaitu sebanyak
358 dan jumlah rumah makan yang tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 120 (Dinas
Kesehatan Ambon, 2021)
Faktor penting dalam rumah makan yang harus dijaga kebersihannya yaitu higiene dan
sanitasi rumah makan tersebut. Higiene yaitu segala usaha untuk melindungi, memelihara dan
mempertinggi derajat kesehatan badan dan jiwa, baik untuk umum, maupun untuk
perseorangan. Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan lingkungan, yaitu
perilaku yang disengaja untuk membudayakan hidup bersih untuk mencegah manusia
bersentuhan langsung dengan kotoran, dengan harapan dapat menjaga dan meningkatkan
kesehatan manusia (Mundiatun dan Daryanto, 2019).
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk vektor dan binatang pembawa penyakit
terdiri dari jenis, kepadatan dan habitat perkembangbiakan. Jenis dalam hal ini adalah
nama/genus/spesies vektor dan binatang pembawa penyakit. Kepadatan lalat dalam hal ini
adalah angka yang menunjukkan jumlah vektor dan binatang pembawa penyakit dalam
satuan tertentu sesuai dengan jenisnya, baik periode pradewasa maupun periode dewasa.
Habitat perkembangbiakan adalah tempat berkembangbiaknya periode pradewasa dan
binatang pembawa penyakit. Vektor lalat memiliki nilai baku mutu< 2 untuk mewujudkan
lingkungan yang sehat (Permenkes, 2018).
Cara menghitung kepadatan lalat adalah jumlah lalat yang hinggap dalam waktu 30 detik
dihitung, pada setiap lokasi sedikitnya sepuluh kali perhitungan (10 x 30 detik) dan lima
perhitungan yang tertinggi diambil rataratanya (Permenkes RI,2019). Klasifikasi kepadatan
lalat yaitu ≤ 2 tidak menjadi masalah (tidak tinggi), >52populasi padat dan perlu perencanaan
terhadap tempat-tempat berbiaknya lalat dan bila mungkin direncanakan upaya pengendalian
(tinggi) (Permenkes RI,2019).
Berdasarkan hasil penelitian Mafazah, (2020) di wilayah kerja Puskesmas Purwoharjo
Kabupaten Pemalang, sebagaimana diketahui bahwa lalat merupakan salah satu vektor
penyakit pada sistem pencernaan yang memiliki tempat perindukan ditempat-tempat sampah,
bahwa ada hubungan antara sarana tempat sampah dengan kejadian diare. Penelitian yang
dilakukan oleh Sembiring dkk (2018) juga menunjukkan bahwa terdapat 10 warung makan
(58,8%) yang tingkat kepadatan lalatnya dikategorikan pada interpretasi sedang dan perlu
dilakukan pengamatan terhadap tempat perkembangbiakan lalat.
Penelitian Yulia Shinta Nur Kumala (2018) menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara tempat pencucian peralatan dengan tingkat kepadatan lalat, terdapat hubungan antara
sarana pencegahan lalat dengan tingkat kepadatan lalat dan terdapat hubungan antara kondisi
tempat sampah dengan tingkat kepadatan lalat. Kesimpulan pada penelitian ini yaitu kondisi
sanitasi yang buruk dan tingkat kepadatan lalat dalam kategori rendah di wilayah tersebut.

B. Rumusan Masalah
Melihat latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “
Hubungan Sanitasi Dasar dengan Tingkat Kepadatan Lalat di Rumah Makan di Desa Galala
Kecamatan Sirimau Ambon Tahun 2022”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Sanitasi Dasar Dengan Tingkat Kepadatan Lalat Di Rumah
Makan Desa Galala Kecamatan Sirimau Tahun 2022.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan tempat penyimpanan bahan makanan jadi dengan tingkat
kepadatan lalat Di Rumah Makan Desa Galala Kecamatan Sirimau Tahun 2022.
b. Untuk mengetahui hubungan tempat pencucian peralatan dengan tingkat kepadatan lalat Di
Rumah Makan Desa Galala Kecamatan Sirimau Tahun 2022.
c. Untuk mengetahui hubungan tempat pembuangan sampah dengan tingkat kepadatan lalat
Di Rumah Makan Desa Galala Kecamatan Sirimau Tahun 2022.
d. Untuk mengetahui hubungan sarana pencegahan lalat dengan tingkat kepadatan lalat Di
Rumah Makan Desa Galala Kecamatan Sirimau Tahun 2022.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penulis dapat mengetahui cara mengukur angka kepadatan lalat, serta penulis dapat
memperdalam dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang didapat di bangku
perkuliahan sesuai dengan keadaan yang ada di lapangan serta mendapatkan pengalaman
secara langsung untuk dapat mengaplikasikan diri secara nyata dalam obyek kerja.
2. Bagi Pemilik Warung
Penelitian ini diharapkan dapat menambah manfaat dalam bidang ilmu kesehatan
lingkungan dan dapat menjadi informasi bagi pedagang mengenai sanitasi warung makan
dan dampak dari keberadaan lalat.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan sekaligus referensi bagi penelitian
selanjutnya mengenai sanitasi warung makan dengan kepadatan lalat di warung makan.

Anda mungkin juga menyukai